Bangunan

10 Candi di Kediri Jawa Timur Beserta Penjelasannya

Salah satu kerajaan Hindu yang ada di Indonesia, khususnya di Jawa Timur adalah Kerajaan Kediri, atau yang dikenal dengan nama Kerajaan Kadiri atau Panjalu. Kerajaan ini bermula dari tahun 1042 hingga runtuh pada tahun 1222. Pusat kerajaan ini berada pada kota Daha yang terletak disekitar kota Kediri saat ini. Kerajaan Kediri merupakan bagian dari kerajaan Mataram Kuno, sebuah kerajaan Hindu yang terletak di tepi Sungai Brantas, Jawa Timur.

Candi di Kediri

Sebenarnya Kerajaan Kadiri adalah pecahan dari Kerajaan Panjalu yang dipimpin oleh Airlangga, dimana pada bulan November 1042 kerajaan tersebut terpaksa dibagi menjadi 2, yaitu kerajaan barat yang bernama Panjalu dengan pusat kota di Daha. Sedangkan kerajaan timur adalah kerajaan yang lama yang ditinggalkan oleh Raja Airlangga, bernama Kerajaan Janggala yang berpusat di kota yang lama, yaitu Kahuripan. Pemecahan kerajaan lama dilakukan karena adanya perebutan kekuasaan oleh anak Airlangga.

Selain oleh Kerajaan Kadiri, kota Kadiri pernah berada di bawah pemerintahan beberapa kerajaan. Mereka adalah Kerajaan Singhasari dan Kerajaan Majapahit. Dengan adanya beberapa masa pemerintahan di kota Kediri yang terjadi selama berabad-abad, maka terdapat beberapa peninggalan yang berada di kota ini. Banyak obyek sejarah yang tersebar berupa candi-candi, prasasti, kitab-kitab kuno, dan juga arca-arca. Ada banyak juga beberapa Candi di Malang yang juga wajib di kunjungi.

Pada artikel ini, kita akan membahas tentang candi-candi yang berada di kota Kediri ini. Beberapa candi yang terletak di Kediri ini sebagai peninggalan kerajaan Hindu dan merupakan obyek wisata sangatlah perlu dilestarikan

  1. Candi Penataran

Sejarah Candi Penataran, yang nama aslinya adalah Candi Palah, adalah candi yang paling megah dan paling luas di Jawa Timur. Candi ini berada di lereng barat daya Gunung Kelud, disebelah utara kota Blitar. Candi ini terletak pada ketinggian 450 meter diatas permukaan laut. Berdasarkan pada prasasti yang tersimpan pada bagian candi, diperkirakan candi ini dibangun pada masa Raja Srengga dari Kerajaan Kediri pada tahun 1120 Masehi dan tetap dipergunakan sampai masa pemerintahan Wikramawardhana, Raja Kerajaan Majapahit sekitar tahun 1415.

Ada alasan mengapa candi ini dibangun di lereng Gunung Kelud. Pada masa itu Gunung Kelud sering meletus yang menyebabkan kemalangan bagi rakyat. Sehingga dibangunlah candi ini untuk memuja Hyang Acalapat yang dipercaya sebagai perwujudan Dewa Shiwa penguasa gunung agar tidak murka.

Struktur Candi Penataran memanjang ke belakang dengan tiga halaman. Dimana tempat yang tersuci terletak pada halaman ketiga. Hal unik yang ada pada candi ini terletak pada relief-reliefnya, yang menggambarkan mengenai ajaran agama, nasihat bijak serta kisah kerajaan

Banyak relief yang terdapat pada candi ini tidak lazim ditemui pada candi-candi lain di Indonesia. Katakanlah relief perahu di halaman terluar. Relief perahu ini terlihat sangat besar dengan tiang dan dayung dan hal ini mengingatkan kita dengan perahu bangsa Viking. Adapun Sungai Brantas yang terletak di kota itu cukup lebar, tetapi tidak memungkinkan untuk dijadikan jalur transportasi karena kontur hulu dan hilir sungai sangat curam.

Relief lainnnya yang tak lazim adalah adanya adegan perang pada dinding candi. Dimana para prajuritnya mengenakan kostum dengan rumbai di kepala. Rumbai ini mirip dengan yang dimiliki Suku Maya. Selain itu ada relief romantis mengenai kisah cinta Raden Panji dari Kerajaan Kahuripan dengan Putri Candrakirana dari Kerajaan Kediri. Yaitu cerita tentang perpisahan kemudian pencarian dan akhirnya bersatu kembali.

2. Candi Tondowongso

Candi di Kediri selanjutnya adalah candi tondowongso. Candi Tondowongso berlokasi di Desa Gayam Kecamatan Gurah, Kediri. Situs ini ditemukan pada awal tahun 2007 dengan luas lebih dari 1 hektar. Penemuan ini dianggap sebagai penemuan yang terbesar untuk sejarah Indonesia dalam periode klasik dan merupakan Peninggalan Kerajaan Kediri. Ditilik dari bentuk arca-arcanya, ada kemungkinan besar candi ini dibangun pada abad IX (masa Kerajaan Kediri awal) ketika pemerintahan (politik) kerajaan mulai beralih dari kawasan Jawa Tengah menuju ke Jawa Timur. Arti nama Tondowongso adalah suatu tempat yang menjadi tanda (tondo) berdirinya suatu bangsa (wongso).

Struktur Candi Tondowongso ini dikatakan magis karena denah serta arsitekturnya yang membentuk sekat-sekat seluas 3 x3 sehingga total ada 9 bidang. Dengan asumsi perhitungan yang sama pada lahan kedua, maka dapat dikatakan terdapat 81 bidang ruang. Yang mana dalam konteks simbol keagamaan, jumlah denah tersebut mirip dengan konsep Vastu Purusha Mandalah, sebuah konsep arsitektur magis dalam agama Hindu. Konsep itu diciptakan untuk mencegah kemarahan Vastu Purusha, raksasa yang diciptakan oleh Dewa Brahma. Raksasa tersebut sangat destruktif sehingga dewa lain membunuhnya. Akan tetapi Dewa Brahma membuatnya menjadi abadi.

Berdasarkan penelitian dengan menggunakan analisis karbon, terungkap bahwa struktur Tondowongso berasa dari tahun 1006 M. Saat itu raja yang berkuasa adalah Darmawangsa Tguh. Arkeolog meyakini Candi Tondowongso dan Candi Gurah yang letaknya tidak jauh satu sama lain, memiliki suatu hubungan. Bukan hanya sama-sama berorientasi Hindu Shiwa, melainkan merupakan suatu kompleks pemukiman Hindu Kuno

Candi Tondowongso mengalami penderitaan yang luar biasa berat sehingga saat ini kondisinya sangat memprihatinkan. Dengan berpindahnya Ken Arok dari Daha ke Tumapel, letusan Gunung Kelud di tahun 1334 juga menambah penderitaannya dengan mengubur candi tersebut. Letusan berikut di tahun 1586M menambah deretan penderitaan yang dialami Candi Tondowongso. Selain itu, pada masa pemerintahan Belanda pada abad ke-15, Belanda memindahkan aliran sungai sehingga mengalir ke tengah komplek untuk mengairi perkebunan tebu mereka.

3. Candi Gurah

Candi Gurah letaknya tidak terlalu jauh dari Candi Tondowongso, hanya berjarak sekitar 2 km saja. Ukuran candi ini hanya 9 x 9 meter. Candi ini ditemukan pada tahun 1957, akan tetapi karena dana yang minim, akhirnya candi tersebut dikubur kembali. Menurut Tim Peneliti Balai Arkeologi Yogyakarta, ada kemungkinan yang sangat besar bahwa Candi Tondowongso dan Candi Gurah adalah sebuah komplek percandian yang luas. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, Candi Gurah dan Candi Tondowongso memiliki gaya khas Kediri yaitu sebuah gaya peralihan bangunan candi gaya Jawa Tengahan dan Jawa Timuran.

4. Candi Mirigambar

 Candi ini ditemukan di lapangan desa Mirigambar, Kec. Sumbergempol, Tulungagung, Jawa Timur. Diperkirakan dibuat tahun 1214 hingga 1310 Saka. Struktur bangunan ini terbuat dari batu bata merah dan kepala desa Mirigambar melindungi candi itu dari ikonoklastik di tahun 1965 sehingga sampai saat ini candi tersebut masih dapat kita temukan.

5. Candi Tuban

Candi di Kediri selanjytnya adalah candi tuban. Tahun 1967 terjadi gelombang tragedi 1965 aksi ikonoklastik yaitu aksi menghancurkan ikon-ikon yang dianggap berhala, melanda Tulungagung, Candi Tuban tidak luput dari pengrusakan. Sebenarnya candi Mirigambar pun hampir saja terkena aksi ini. Akan tetapi karena adanya perlindungan dari petinggi desa, akhirnya aksi tersebut dialihkan ke Candi Tuban.

Candi ini sekarang hanya tersisa kaki candi saja. Setelah dirusak, candi ini dipendam dengan tanah. Adapun pengrusakan ini juga karena adanya legenda bahwa Candi Tuban menggambarkan tokoh laki-laki Aryo Damar, yang merupakan legenda Angling Dharma. Dan jika laki-laki dihancurkan maka dapat dianggap meraih kemenangan.

6. Candi Surowonoe

Merupakan peninggalan kerajaan Majapahit yang terletak di Desa Canggu, Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri. Candi ini memiliki corak Hindu yang ukurannya termasuk kecil tetapi bangunan ini memiliki relief yang sangat cantik. Bangunan yang suci ini digunakan sebagai tempat pemujaan pada Dewa Wisnu dan didirikan sekitar abad XIV. Nama candi ini yang tercatat pada kitab kuno adalah Wishnubhawanaputra.

Candi ini dibangun sebagai pendharmaan atau penyucian Bhre Wengker yang meninggal tahun 1388 M. Beliau adalah raja bawahan dari masa Kerajaan Majapahit. Terdapat beberapa relief pada candi tersebut. Di bagian kaki candi, relief-relief fabel dan tantri terlihat disana. Sedangkan pada badan candi terukir relief Arjuna Wiwaha karya Mpu Kanwa yang digubahnya pada tahun 1035, serta relief Bubuksah dan relief Sri Tanjung.

Cerita relief Sri Tanjung yang terdapat di salah satu sudut candi adalah tentang sepasang kekasih, Sidapaksa dan Sri Tanjung. Mereka terpisah karena Sidapaksa diutus pergi untuk sebuah misi. Ketika ia kembali dari misi tersebut, dia menuduh Sri Tanjung tidak setia dan lalu membunuhnya. Disebelah kiri, digambarkan saat Sidapaksa menyadari kesalahannya dan menjadi putus asa. Disebelahnya digambarkan Sri Tanjung tengah naik seekor ikan besar untuk menyeberangi sungai di dunia orang mati. Relief yang tergambar di sebelah kanan menceritakan ketika Sri Tanjung ditolak masuk ke dalam surga karena waktu ajalnya belumlah tiba. Kemudian di sebelah kiri digambarkan bagaimana Durga menghidupkan kembali Sri Tanjung dan akhirnya pasangan tersebut dipersatukan kembali yang tergambar pada relief di sudut paling kanan.

Relief lainnya menceritakan tentang Bubuksah dan Gagang Aking, dua saudara yang sedang melakukan pencarian spiritual untuk mencapai kesempurnaan. Gagang Aking melakukan puasa ketat sedangkan Bubuksah tetap menikmati makan dan minumnya. Akhirnya Batara Guru menguji keduanya dengan mengirim utusan berwujud harimau. Harimau tersebut meminta daging segar manusia kepada mereka. Gagang Aking menolak permintaan tersebut dengan alasan dirinya kurus kering. Sedangkan Bubuksah menawarkan dirinya untuk dimakan harimau tersebut.

Akhirnya harimau tersebut berubah wujud kembali ke aslinya sebagai utusan Batara Guru dan Bubuksah dinyatakan dapat melewati ujian tersebut dengan baik dan mencapai Nirwana (surga). Bubuksah menolak karena tidak ingin meninggalkan Gagang Aking sendirian. Akhirnya kedua pertapa ini kembali ke Nirwana dengan menaiki punggung Kalawijaya (utusan Batara Guru yang berwujud harimau) dan Gagang Aking berpegangan pada ekornya. Selain relief yang cantik, Candi Surowono juga dilengkapi dengan hiasan arca. Beberapa berwujud raksasa yang dinamakan Gana terpasang di tubuh candi. Gana adalah sosok yang dipilih Ganesa sebagai pelayan Dewa Shiwa.

7. Candi Tegowangi

Candi di Kediri selanjutnya adalah candi tegowati. Dalam catatan Kitab Pararaton, Candi Tegowangi dibangun di awal abad XV dalam masa pemerintahan Majapahit. Terletak di Desa Tegowangi Kecamatan Plemahan Kabupaten Kediri, Candi ini dibangun dengan tujuan mengadakan upacara Srada bagi Raja Bhre Matahun yang meninggal pada tahun 1388 Masehi

Pondasi candi ini tebuat dari batu bata sedangkan batu kaki dan sebagian tubuh yang tersisa terbuat dari batu andesit. Bagian kaki candi berhias dan memiliki lipitan Setiap sisi kaki candi terdapat tiga panel tegak yang dihiasi oleh raksasa (Gana) yang duduk jongkok dengan kedua tangan diangkat keatas seperti sedang menopang bangunan candi.

Pada tubuh candi, di tengah-tengah setiap sisi terdapat pilar polos penghubung badan dan kaki candi. Nampaknya pilar-pilar tersebut belum selesai dikerjakan. Relief yang terdapat di sekeliling tubuh candi dengan cerita Sudamala yang semuanya berjumlah 14 panel. 3 panel di utara, 8 panel di barat, 3 panel di selatan.

Relief yang terdapat pada Candi Tegowangi menceritakan tentang penyucian Dewi Durga yang berwujud jelek dan jahat menjadi Dewa Uma yang berwujud baik. Penyucian tersebut dilakukan oleh Sadewa, tokoh bungsu dalam cerita Pandawa. Pada bilik tubuh candi terdapat Yoni dengan pancuran berbentuk naga. Beberapa arca yang ditemukan di halaman adalah arca Parwati Ardhenari, Garuda berbadan manusia. Atas dasar penemuan arca-arca di candi tersebut beserta adanya Yoni dibilik candi maka dapat dikatakan bahwa candi ini berlatar belakang agama Hindu.

8. Candi Dorok

Candi ini terletak di Desa Manggis, Kecamatan Puncu dan terbuat dari batu bata. Merupakan peninggalan abad X, candi ini termasuk unik karena berada sekitar 3 meter dibawah permukaan tanah. Saat candi tersebut ditemukan dan digali, hanya nampak tumpukan batu bata yang merupakan bagian badan candi yang artinya bagian atas dari Candi Dorok sudah tidak ada lagi. Candi ini memiliki relief akan tetapi kondisinya rusak sangat parah sehingga sangat sulit mengidentifikasi motif apa yang tertera pada relifnya.

9. Candi Setono Gedong

Candi di Kediri selanjutnya adalah candi setono gedong. Candi ini sering disebut dengan nama Astana Gedong. Didirikan pada masa Kerajaan Singosari yang saat itu dipimpin oleh Mahesa Campaka dan merupakan Peninggalan Kerajaan Singasari. Candi ini terletak di Kelurahan Setonogedong, Kec. Kediri. Candi ini bentuknya sangat cantik, dengan relief tergambar di dindingnya, berbentuk garuda atau Garudadeya dan bunga teratai. Berdasarkan kepercayaan Hindu, Garudadeya merupakan tunggangan Dewa Wisnu. Sedangkan bunga teratai adalah simbol atas kebangkitan dan kesucian seseorang setelah wafat.

10. Candi Gempur

Para peneliti menduga bangunan situs yang ditemukan di Desa Adan-Adan, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, yang disebut dengan nama Candi Gempur adalah bangunan yang masih belum selesai dibangun. Sehingga belum ada struktur candi yang utuh. Bisa saja ditinggal karena bencana alam atau karena ditinggal pendukungnya.

Bebatuan dari candi tersebut sudah banyak yang berpindah tempat, berserakan dan bahkan ada yang sudah dipakai untuk membuat rumah penduduk. Di lokasi tersebut ditemukan Arca Dwarapala yang istimewa. Arca ini juga terlihat belum selesai dibuat. Karena ada beberapa bagian yang masih polos dan belum dihias. Berdasarkan gaya seninya, candi ini diperkirakan berasal dari masa Kerajaan Kadiri. Tetapi ada dugaan bahwa candi ini lebih tua dari Kerajaan Kadiri, yakni masa Mataram Kuno.

Selain candi-Candi di Kediri dan Candi di Jawa Timur lainnya, masih banyak obyek wisata yang bisa ditemui dan dikunjungi disana. Indonesia sangatlah kaya dengan keindahan alamnya.

=Kompas.com, Tempo.co, dan Kpu.go.id Menangkan 02 ?

Adara Primadia

Recent Posts

Sejarah Hari Kebangkitan Nasional (20 Mei) dan Kegiatan yang dilakukan

Latar Belakang Hari Kebangkitan Nasional Setiap tanggal 20 Mei rakyat Indonesia memperingati hari kebangkitan nasional…

5 years ago

Sejarah Hari Buruh Internasional ( 1 Mei ) dan Kegiatan yang dilakukan

Latar Belakang Hari Buruh Internasional ( May Day) Demonstrasi dan orasi merupakan hak semua orang…

5 years ago

Kolonialisme dan Imperialisme – Latar Belakang dan Contoh

Mungkin banyak dari kita yang sering membaca atau mendengar istilah kolonialisme dan imperialisme. Selain dari…

5 years ago

Sejarah Organisasi Internasional

Dunia ini memiliki banyak negara. Total ada Negara 193 negara yang ada di dunia ini.…

5 years ago

De Facto dan De Jure – Pengertian – Perbedaan – Contoh Menerapkannya

Kita sering kali mendengar istilah de facto dan de jure. Beberapa di antara kita mungkin…

5 years ago

Silsilah Kerajaan Demak Sebagai Kerajaan Islam Pertama

Kerajaan Demak atau Kesultanan Demak merupakan bagian dari sejarah kerajaan Islam di Indonesia sebagai kerajaan…

5 years ago