Siapa yang tidak kenal dengan Lawang Sewu? Bangunan kuno peninggalan jaman Belanda ini sangat terkenal dengan kisah-kisahnya yang penuh misteri dan berbau mistis. Namun sedikit sekali yang mengetahui mengenai bagaimana sejarah sebenarnya dari Lawang Sewu, apa yang melatarbelakangi pembuatannya serta cerita-cerita unik yang menyertai Lawang Sewu hingga saat ini.
Lawang Sewu bila diartikan ke dalam Bahasa Indonesia memiliki arti “seribu pintu”. Sebutan sewu (seribu dalam bahasa Jawa), merupakan penggambaran masyarakat Semarang tentang banyaknya jumlah pintu yang dimiliki Lawang Sewu, meski dalam kenyataannya jumlah pintu yang ada tidak mencapai seribu, namun lebih tepatnya 429 buah lubang pintu. Namun Lawang Sewu memiliki banyak jendela yang tinggi dan lebar yang membuat jendela tersebut nampak seperti pintu.
Tampilan Bangunan
Gedung utama Lawang Sewu memiliki tiga lantai lengkap dengan dua sayap bangunan yang melebar ke bagian kanan dan kiri. Kalau kita memasuki gedung utama, kita akan menemui tangga besar membentang di hadapan kita yang menuju ke lantai dua. Di antara tangga terdapat kaca gelas berukuran besar dengan gambar dua wanita muda Belanda. Semua bentuk bangunan, pintu, hingga jendela mengambil ciri khas arsitektur Belanda.
Selain pintu dan jendela berukuran besar, masing-masing pintu memiliki daun pintu masing-masing dengan jumlah total sebanyak 1200 daun pintu. Sebagian pintu memiliki dua daun pintu dan ada juga yang memiliki 4 daun pintu yang terdiri dari 2 daun pintu ayun ditambah 2 daun pintu geser.
Baca juga:
Awal Berdiri
Lawang Sewu mulai dibangun oleh Belanda pada 27 Februari 1904 dan rampung pada tahun 1907. Pada awalnya gedung ini berfungsi sebagai kantor pusat perusahaan kereta api swasta milik Belanda dengan nama Nederlands Indische Spoorweg Maatschappj atau disingkat NIS. Perusahaan inilah yang pertama kali membangun jalur kereta api di Indonesia menghubungkan Semarang, Surakarta dan Yogyakarta. Jalur pertama yang dibangun adalah Semarang Temanggung pada tahun 1867.
Direksi NIS memercayakan perancangan gedung kepada Prof. Jacob F. Klinkhamer dan B.J. Quendag. Keduanya berdomisili di Amsterdam.Semua proses perancangan bangunan dilakukan di Belanda. Setelah rancangan selesai, gambar-gambar rancangan tersebut kemudian dibawa ke Kota Semarang.
Kantor pusat NIS tersebut adalah sebuah bangunan besar dua lantai dengan bentuk menyerupai huruf “L”. Pembangunan kantor pusat NIS di Semarang karena adanya kebutuhan yang cukup besar untuk mendirikan banyak bangunan untuk publik dan perumahan akibat perluasan daerah jajahan, desentralisasi administrasi kolonial dan pertumbuhan usaha swasta.
Pada awalnya kegiatan perkantoran perusahaan kereta api milik Belanda berpusat di sini. Namun karena berkembangnyajaringan perkeretaapian yang demikian pesat pada saat itu menuntut terus ditambahnya personil teknis dan tenaga administrasi untuk mengikuti bisa mengikuti perkembangan.
Hal ini membuat kantor NIS di Semarang tidak lagi memadai untuk menampung semua staf NIS. Berbagai jalan sudah ditempuh seperti misalnya menyewa sejumlah bangunan milik perseorangan untuk solusi sementara justru membuat pekerjaan makin tidak efisien. Belum lagi letak Stasiun Semarang NIS dekat dengan rawa membuat hal-hal seperti kebersihan dan kesehatan menjadi pertimbangan penting.
Maka diusulkanlah pilihan lain, yakni membangun kantor administrasi untuk pegawai NIS di lokasi yang baru. Pilihan jatuh pada sebidang tanah yang berada di pinggir kota dekat dengan kediaman Residen Hindia Belanda. Lokasi tepatnya berada di ujung Bodjongweg Semarang (sekarang Jalan Pemuda), di sudut pertemuan Jalan Pemuda dan jalan raya menuju Kendal.
Artikel lainnya:
Masa Perjuangan Kemerdekaan
Lawang Sewu menjadi saksi bisu dari kelamnya masa penjajahan Belanda. Setelah ditinggal oleh NIS, bangunan ini sering difungsikan oleh penjajah Belanda dan Jepang sebagai penjara. Beberapa ruangan di bangunan ini bahkan disulap menjadi ruang tahanan yang menyiksa. Namanya saja sudah bisa membuat bulu kuduk berdiri, yakni Penjara Jongkok, Penjara Berdiri dan Ruang Penyiksaan. Berikut fungsi dari masing-masing ruangan:
Setelah Proklamasi Kemerdekaan, Lawang Sewu menjadi saksi mata ketika berlangsungnya peristiwa Pertempuran Lima Hari di Semarang (14 Oktober – 19 Oktober 1945) antara pemuda AMKA atau Angkatan Muda Kereta Api melawan Kempetai dan Kidobutai dari tentara Jepang. Karena itulah Pemerintah Kota Semarang dengan Surat Keputusan Wali Kota Nomor 650/50/1992 memutuskan bahwa Lawang Sewu dimasukkan dalam 102 bangunan kuno bersejarah di Kota Semarang yang wajib dilindungi.
Baca juga:
Lawang Sewu juga pernah digunakan sebagai kantor dari Djawatan Kereta Api Repoeblik Indonesia atau yang sekarang dikenal sebagai PT. Kereta Api Indonesia. Meski pihak militer pemerintah Indonesia sempat mengambil alih gedung ini, saat ini kepengurusan Lawang Sewu kembali ke tangan PT. KAI.
Tak heran bila melihat sejarah kelam yang dimiliki Lawang Sewu membuat bangunan ini memiliki seribu cerita dengan unsur mistis. Mulai dari penggunaan Lawang Sewu sebagai penjara dan ruang penyiksaan tahanan, hingga pertempuran antara pejuang dan penjajah Jepang yang menewaskan banyak korban jiwa membuat warga Semarang banyak menemui kejadian-kejadian mistis ketika mengunjungi Lawang Sewu di siang atau malam hari.
Selain itu tak terurusnya bangunan Lawang Sewu kala itu makin menambah suramnya suasana Lawang Sewu. Lantai yang kotor, cat dinding yang terkelupas serta kurangnya penerangan membuat bulu kuduk orang yang mengunjungi gedung ini berdiri.
Pemugaran Lawang Sewu
Sekian lama tak terurus, PT. KAI selaku pemilik bangunan Lawang Sewu melihat perlunya pemugaran bangunan. Hal ini dirasa penting karena nilai sejarah Lawang Sewu sangatlah tinggi maka dari itu bangunan ini perlu dilestarikan agar tak usang digerus jaman.
Setelah memakan waktu cukup lama, proses pemugaran selesai pada bulan Juni 2011 dan kembali dibuka untuk masyarakat umum pada tanggal 5 Juli 2011. Pembukaan Lawang Sewu ini diresmikan oleh Ibu Ani Bambang Yudhoyono dan dilanjutkan dengan acara Pameran Kriya Unggulan Nusantara yang menampilkan produk tradisional dari seluruh Nusantara.
Lawang Sewu kini tampil cantik seperti saat digunakan oleh NIS dulu. Tidak ada lagi lantai yang kotor dan cat yang terkelupas. Yang kita temui hanyalah bangunan megah dengan arsitektur unik bergaya Belanda dilengkapi dengan taman-taman yang indah. Hal inilah yang membuat Lawang Sewu kini ramai dikunjungi oleh warga, bahkan banyak pasangan muda-mudi yang berfoto di sini atau menjadikannya lokasi foto pre-wedding.
Bila anda ingin mengunjungi Lawang Sewu, anda bisa langsung datang ke Kota Semarang di Propinsi Jawa Tengah. Lokasi Lawang Sewu terdapat di sebelah timur Tugu Muda Semarang. Lokasi tepatnya adalah di pertemuan antara Jalan Pandanaran dan Jalan Pemuda. Rute untuk menuju lokasi Lawang Sewu sangatlah gampang. Bila menaiki kendaraan pribadi atau kendaraan umum, carilah arah atau angkot menuju Simpang Lima dan anda akan menemui gedung Lawang Sewu.
Lawang Sewu kini menjadi lokasi wisata umum. Wisatawan diperbolehkan masuk dari jam 07:00 WIB hingga jam 21:00 WIB. Untuk biaya masuk, orang dewasa dikenakan ongkos Rp. 10.000, anak-anak/pelajar sebesar Rp. 5.000. Sedangkan untuk masuk ke ruang bawah tanah, anda membutuhkan tour guide dan diwajibkan membayar biaya tambahan sebesar Rp. 30.000.
Latar Belakang Hari Kebangkitan Nasional Setiap tanggal 20 Mei rakyat Indonesia memperingati hari kebangkitan nasional…
Latar Belakang Hari Buruh Internasional ( May Day) Demonstrasi dan orasi merupakan hak semua orang…
Mungkin banyak dari kita yang sering membaca atau mendengar istilah kolonialisme dan imperialisme. Selain dari…
Dunia ini memiliki banyak negara. Total ada Negara 193 negara yang ada di dunia ini.…
Kita sering kali mendengar istilah de facto dan de jure. Beberapa di antara kita mungkin…
Kerajaan Demak atau Kesultanan Demak merupakan bagian dari sejarah kerajaan Islam di Indonesia sebagai kerajaan…