Museum bagi banyak orang identik dengan kata kuno dan antik, maka itu tidak semua orang senang menjadikan wisata sejarah ke museum – museum sebagai alternatif pengisi waktu atau kegiatan selama berlibur. Padahal, segala sesuatu yang dianggap kuno atau ketinggalan zaman yang menjadi image sebuah museum menyimpan banyak sekali cerita sejarah nenek moyang kita. Banyak museum yang didirikan pemerintah di seluruh daerah Indonesia yang bertujuan untuk menyimpan dan melestarikan peninggalan sejarah bangsa kita. Salah satunya adalah Museum Balla Lompoa di Sulawesi Selatan.
Daerah Gowa, Makassar, Sulawesi Selatan memiliki sarana wisata sejarah yang menarik yaitu Museum Balla Lompoa. Arti kata Balla dalam bahasa Makassar yaitu rumah, dan Lompoa artinya besar. Arti keseluruhan dari nama Balla Lompoa adalah rumah yang besar. Museum Balla Lompoa berdiri megah sebagai bagian dari kota Sungguminasa. Sejarah museum Balla Lompoa berkaitan dengan Kerajaan Gowa, karena bangunan museum merupakan rekonstruksi dari Istana Kerajaan Gowa yang didirikan pada masa pemerintahan Raja Gowa ke 31 bernama Mangngi – mangngi Daeng Matutu pada tahun 1936.
Kerajaan Gowa
Kerajaan Gowa dulunya adalah kerajaan besar di Nusantara yang terkenal diantara banyak kerajaan besar lainnya. Gowa termasuk dalam sejarah kerajaan Islam di Indonesia dan merupakan salah satu kerajaan di Indonesia yang memiliki pengaruh dan kekuasaan besar. Kejayaan Kerajaan Gowa berpuncak pada abad XVI dengan pusat yang selalu berganti tempat, mulai dari bukit Tamalate sampai ke delta sungai Jenebrang karena dipindahkan oleh Raja Gowa IX yang bernama Tumapakrisika Kallongna dalam waktu yang berdekatan dengan pembangunan Benteng Somba Opu.
Pemindahan pusat kerajaan pada tahun 1510 membuat Gowa perlahan menjadi pusat perdagangan yang dapat menggantikan peranan Malaka. Ketika itu Malaka jatuh ke tangan Portugis pada tahun 1511. Kekuasaan Kerajaan Gowa bertahan selama satu abad lebih sebelum kekalahannya di tangan VOC lewat perang Makassar yang berlangsung lama dan melelahkan. Perang Makassar yang berlangsung sejak tahun 1666 – 1669 terjadi melawan VOC pada sejarah VOC Belanda. Sultan Hasanuddin dibantu oleh Kesultanan Bone yang dikuasai oleh dinasti Suku Bugis dengan raja bernama Arung Palakka.
Pada 18 November 1667 diadakan Perjanjian Bungayya yang menyebutkan bahwa Kerajaan Gowa yang dipimpin Sultan Hasanuddin mengakui kekalahannya dari VOC dan sejak saat itu Kerajaan Gowa semakin mengalami kemunduran perlahan. Benteng Somba Opu yang juga pernah sangat terkenal sebagai pusat perdagangan dunia kemudian juga turut meredup pamornya dan ditinggalkan. Kemudian pusat kerajaan dipindahkan kembali oleh Sultan Hasanuddin ke area perbukitan hingga Raja Gowa ke 36 membangun Balla Lompoa sebagai istana terakhir Kerajaan Gowa.
Sejarah Museum Balla Lompoa
Bangunan museum yang dulunya bekas istana merupakan gabungan dari bangunan – bangunan utama dan bangunan pendukung yang saling berhubungan. Penghubung bangunan – bangunan tersebut adalah sebuah tangga yang tingginya sekitar dua meter. Pada tahun 1978 – 1980 dalam sejarah museum Balla Lompoa, dilakukan restorasi museum yang kemudian diresmikan oleh Prof. Dr. Haryati Subadio sebagai Dirjen Kebudayaan. Biaya pemeliharaannya berasal dari Pemda setempat yang memberikan dana sebesar 25 juta rupiah perbulan untuk perawatan museum secara keseluruhan. Ketahui juga mengenai sejarah museum Lampung , sejarah museum loka jala crana surabaya , sejarah museum adityawarman dan sejarah museum linggarjati cirebon.
Koleksi Museum Balla Lompoa
Di ruang pribadi raja terdapat mahkota raja yang bentuknya seperti lima kelopak bunga teratai dengan berat 1,768 gram dan bertabur 250 buah permata dan berlian. Mahkota raja dibuat pada abad ke 14 dan dipakai oleh Raja Gowa pertama, dan selanjutnya menjadi simbol pusaka milik Kerajaan Gowa yang digunakan dalam upacara – upacara pelantikan raja – raja Gowa lainnya. Mahkota ini dapat dilihat dalam bentuk replika di museum La Galoga, dan mahkota asli disimpan di museum Balla Lompoa ini.
Selain itu juga ada tatarapang yaitu keris emas yang berbobot 986,5 gram, panjang 51 cm dan lebarnya 13 cm. Keris itu adalah hadiah dari Kerajaan Demak. Lalu ada beberapa benda bersejarah lain seperti 10 buah tombak, 7 buah naskan lontar, dan dua kitab Al Qur’an yang ditulis tangan di tahun 1848. Ada pula beberapa jenis badik, senjata tradisional khas Makassar dan Bugis yang bersisi tajam tunggal atau dua sisi dan panjangnya bisa mencapai setengah meter, yang sering diberi hiasan pada bilahnya. Koleksi lainnya adalah sebagai berikut:
Sejarah museum Balla Lompoa juga memuat sejarah para penguasa dari Kerajaan Gowa dimulai dari Raja Gowa I Tomanurunga di abad ke-13 sampai Raja Gowa terakhir Sultan Moch Abdulkadir Aididdin A. Idjo Karaeng Lalongan (1947 – 1957). Silsilah para raja tersebut dipajang di sebelah payung kerajaan di ruang utama museum. Di ruang utama ini bagian tengah juga terdapat singgasana Raja dan dekorasinya didominasi warna kuning dan merah. Koleksi lukisan dan patung Sultan Hasanuddin serta raja Gowa lainnya juga dipajang di museum ini, dan foto pemimpin tiga suku besar di Sulawesi Selatan yaitu Gowa, Bone dan Wajo.
Anda dapat menjangkau area museum ini menggunakan roda empat atau roda dua. Lokasi museum terletak di 15 kilometer sebelah selatan pusat kota Makassar, tepatnya di jalan Sultan Hasanuddin no.48, Sungguminasa, Sumba Opu, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Jarak ke museum dapat ditempuh dengan perjalanan menggunakan kendaraan pribadi dan angkutan umum serta masuk tanpa dipungut biaya. Pengunjung yang datang pada pukul 08.00 – 16.00 juga dapat dibantu oleh pelayanan jasa pemandu yang akan memberikan informasi kepada pengunjung mengenai sejarah museum Balla Lompoa dan segala yang berhubungan dengannya. Bahkan sekarang tersedia jasa penyewaan baju adat dan para pengunjung bisa berfoto dengan mengenakan baju tersebut.
Latar Belakang Hari Kebangkitan Nasional Setiap tanggal 20 Mei rakyat Indonesia memperingati hari kebangkitan nasional…
Latar Belakang Hari Buruh Internasional ( May Day) Demonstrasi dan orasi merupakan hak semua orang…
Mungkin banyak dari kita yang sering membaca atau mendengar istilah kolonialisme dan imperialisme. Selain dari…
Dunia ini memiliki banyak negara. Total ada Negara 193 negara yang ada di dunia ini.…
Kita sering kali mendengar istilah de facto dan de jure. Beberapa di antara kita mungkin…
Kerajaan Demak atau Kesultanan Demak merupakan bagian dari sejarah kerajaan Islam di Indonesia sebagai kerajaan…