Museum La Galigo merupakan salah satu museum yang terdapat di jalan Ujung Pandang No.1 kota Makassar, Sulawesi Selatan. Museum ini juga berisi peninggalan bersejarah di Indonesia terutama yang berasal dari daerah Sulawesi ini. Dari tanah Sulawesi ini juga terdapat tokoh pahlawan nasional wanita, yakni Opu Daeng Risaju.
Sejarah Museum La Galigo
Sebelum ia menduduki jabatan sebagai Gubernur Jenderal Hindia Belanda pada tahun 1681-1684, ia juga pernah menjabat sebagai Presiden Dewan Kotapraja du tahun 1678 dan bersidang tiga kali seminggu di Balai Kota Batavia yang sekarang ini telah menjadi Museum Sejarah Jakarta. Pada masa itu museum menempati 3 gedung dari benteng tersebut, yakni gedung No. 2, Gedung No. 5 dan gedung No.8. Saat Jepang mulai ke Indonesia, kegiatan di museum ini sempat terhenti untuk sementara waktu. Namun setelah pembubaran Negara Indonesia Timur (NIT) museum ini kembali di rintis oleh para budayawan.
Sejarah Penamaan Museum La Galigo
Penamaan La Galigo untuk meseum ini disarankan oleh seorang seniman yang diambil dari nama salah satu putra Sawerigading Opunna Ware yang merupakan tokoh masyhur dalam mitologi Bugis. Ia juga dinobatkan menjadi Pajung Lolo atau raja muda di Kerajaan Luwu, pada abad ke-14. Nama La Galigo juga merupakan nama sebuah karya sastra klasik dalam bentuk naskah tertulis bahasa Bugis yang dikenal sebagai Surek La Galigo yang terdiri dari 9.000 halaman yang berhubungan dengan peninggalan Kerajaan Sriwijaya.
Isi dari Surek La Galigo ini mengandung cerita-cerita, tatanan, dan tuntunan hidup orang Sulawesi Selatan dulu, seperti sistem religi, ajaran kosmos, adat-istiadat, bentuk dan tatanan masyarakat atau pemerintahan tradisional, pertumbuhan kerajaan, sistem ekonomi dan perdagangan, keadaan geografis, dan peristiwa penting yang pernah terjadi.
Museum ini kembali didirikan dengan status tidak resmi dan koleksi museum pun kembali bertambah yakni berupa gelang perak, pakaian adat pengantin, keris, badik dan mata uang kuno yang semua koleksi itu diperoleh dari sumbangan Inspeksi Kebudayaan Daerah Sulawesi Selatan, para budayawan, Yayasan Matthes, dan Yayasan Pusat Kebudayaan Indonesia Timur.
Akhirnya museum ini resmi dibuka kembali dan didirikan lagi dengan nama Museum La Galigo dengan surat keputusan Gubernur.
Namun beberapa tahun kemudian, melalui surat keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nama museum ini kembali berubah menjadi Museum La Galigo Propinsi Sulawesi Selatan.
Direktur Jenderal Kebudayaan mengeluarkan keputusan tentang penyeragaman nama museum negeri tingkat provinsi seluruh Indonesia melalui Direktur Permuseuman Jakarta. Keputusan tersebut mengharuskan mendahulukan nama provinsinya masing-masing kemudian diikuti nama lokal daerahnya. Dan kemudian meseum ini berganti nama lagi dengan Museum Negeri Propinsi Sulawesi Selatan La Galigo.
Memasuki era Otonomi, untuk kelima kalinya museum kembali berganti nama dengan nama menjadi UPTD Museum La Galigo Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Propinsi Sulawesi Selatan karena adanya surat keputusan Gubernur.
Koleksi Sejarah Museum La Galigo
Koleksi-koleksi yang terdapat di gedung No.2 dari museum ini di dapat dari hasil sumbangan dan hasil dari penggalian dimana benda-benda koleksi tersebut berupa mata uang, berbagai macam jenis keramik, piring emas dan beberapa buah destar tradisional Sulawesi Selatan. Berikut adalah ruang pameran Museum La Galigo yang terdiri dari 12 ruang dengan koleksinya masing-masing.
Sementara ada gedung No. 5 memiliki koleksi berupa berbagai jenis perahu, alat-alat pertanian, alat-alat pertukangan kayu, dan koleksi etnografi dari emas.
Berikutnya pemeran museum ini juga terdapat di gedung no.10 ini yang memiliki 6 ruang untuk memamerkan koleksi dengan penataan dan koleksi sebagai berikut.
Dan pada gedung No. 8 terdapat koleksi dari berbagai jenis tombak, alat musik, alat-alat permainan tradisional periuk, belanga, dan berbagai alat dapur lainnya.
Demikianlah informasi mengenai sejarah museum La Galigo dari Sulawesi Selatan. Ada juga sejarah museum Balla Lompoa yang juga terdapat dikota Makassar yang sayang untuk dilewatkan.
Latar Belakang Hari Kebangkitan Nasional Setiap tanggal 20 Mei rakyat Indonesia memperingati hari kebangkitan nasional…
Latar Belakang Hari Buruh Internasional ( May Day) Demonstrasi dan orasi merupakan hak semua orang…
Mungkin banyak dari kita yang sering membaca atau mendengar istilah kolonialisme dan imperialisme. Selain dari…
Dunia ini memiliki banyak negara. Total ada Negara 193 negara yang ada di dunia ini.…
Kita sering kali mendengar istilah de facto dan de jure. Beberapa di antara kita mungkin…
Kerajaan Demak atau Kesultanan Demak merupakan bagian dari sejarah kerajaan Islam di Indonesia sebagai kerajaan…