Mayoritas penduduk Indonesia memeluk agama Islam. Islam mengajarkan penganutnya untuk membela tanah air. Hal inilah yang meyebabkan banyak munculnya para pejuang Islam. Selain itu, tempat ibadah agama Islam yakni masjid juga menjadi saksi perjuangan bangsa Indonesia. Masjid bersejarah di Indonesia berada di berbagai wilayah Indonesia. Pada artikel ini akan dibahas mengenai masjid bersejarah di Indonesia. Masjid bersejarah di Indonesia tersebut diantaranya:
Masjid Raya Baiturrahman adalah bangunan bersejarah di Aceh yang dibangun pada masa Sultan Iskandar Muda tahun 1612. Terdapat juga yang menyatakan bahwa masjid ini dibangun lebih awal, yaitu pada masa Sultan Alaidin Mahmudsyah tahun 1292. Masjid ini selamat dari Tsunami Aceh tahun 2004. Pada saat penyerangan Kesultanan Aceh tanggal 10 Aoril 1873, masjid ini dijadikan masyarakat Aceh sebagai benteng pertempuran untuk menyerang Pasukan Royal Belanda.
Selaku pemimpin Kesultanan Deli, Sultan Ma’mud Al Rasyid Perkasa Alam sengaja membuat masjid yang lebih mewah dibandingkan dengan istananya sendiri. Beliau berprinsip bahwa hal ini lebih utama dibandingkan kemegahan istananya, yaitu Istana Maimun yang juga termasuk dalam bangunan bersejarah di Medan.
Ketiga tokoh ini berperan dalam merencanakan dan mengusahakan tanah untuk masjid. Masyarakat Suku Chaniago di Gantiang dengan ihlas menyerahkan sebidang tanah miliknya untuk diwakafkan. Ketiga tokoh tersebut menghubungi para saudagar di Pasar Gadang untuk mendapatkan dana. Selain itu, mereka juga menghubungi rekan-rekan mereka di Sibolga, Medan, dan Aceh serta ulama-ulama di Minangkabau dengan maksud yang sama. Masjid Raya Ganting pun akhirnya berdiri pada tahun 1805.
Pembangunan Masjid Istiqlal dipelopori oleh Presiden Republik Indonesia, yaitu Ir. Soekarno. Ir. Soekarno melakukan peletakkan batu pertama sebagai tanda dimulainya pembangunan Masjd Istiqlal pada tanggal 24 Agustus 1951. Arsitek dari masjid yang menjadi bangunan bersejarah di Jakarta ini adalah Frederich Silaban, seorang Kristen Protestan. Taman Wilhelmina dipilih sebagai lokasi pembangunan Masjid. Selain itu, letaknya yang berdampingan dengan Gereja Katedral melambangkan semangat persaudaraan, persatuan, dan toleransi beragama sesuai Pancasila.
Masjid Bersejarah di Indonesia selanjutnya adalah Masjid Agung Banten dibangun oleh Sultan Maulana Hasanuddin pada 1556. Beliau adalah sultan pertama dari Kesultanan Banten yang merupakan putra pertama Sunan Gunung Jati. Masjid Agung Banten memiliki atap bangunan utama yang bertumpuk lima dan mirip dengan pagoda Cina yang merupakan karya arsitek Cina bernama Tjek Ban Tjut. Masjid ini memiliki kompleks pemakaman sultan-sultan Banten serta keluarganya. Menara masjid ini menyerupai bentuk bangunan mercusuar. Baca juga sejarahKerajaan Banten.
Pembangunan masjid ini melibatkan sekitar lima ratus orang yang didatangkan dari Demak, Majapahit, Demak, dan Cirebon. Sunan Gunung Jati menunjuk Sunan Kalijaga sebagai arsiteknya dan menggandeng Raden Sepat untuk membantu Sunan Kalijaga merancang bangunan tersebut. Adzan Pitu akan digelar setiap Shalat Jum’at di Masjid Agung Sang Cipta Rasa. Adzan Pitu adalah adzan yang dilaksanakan oleh tujuh orang muadzin berseragam putih secara bersamaan.
Masjid ini memiliki menara yang mirip bangunan candi dengan pola arsitektur yang memadukan konsep Islam dan budaya Hindu-Buddha. Hal ini menunjukkan adanya proses akulturasi dalam pengislaman Jawa. Masjid ini sering dikunjungi peziarah yang ingin berziarah ke makam Sunan Kudus. Masjid Menara Kudus menjadi pusat keramaian pada Festival Dhandhangan yang diadakan warga Kudus untuk menyambut bulan suci Ramadhan.
Raden Patah bersama dengan Wali Songo membangun masjid ini dengan memberi gambar serupa bulus. Hal ini adalah candra sengkala memet, dengan arti Sarira Sunyi Kiblating Gusti yang berarti tahun 1401 Saka. Berdasarkan simbol ini, Masjid Agung Demak diperkirakan berdiri pada tahun 1401 Saka dan tanggal 1 Shofar. Baca juga sejarah Kerajaan Demak.
Masjid Agung Sunan Ampel berada di Kelurahan Ampel, Kecamatan Semampit, Kota Surabaya. Masjid ini didirikan oleh Sunan Ampel tahun 1421. Pendirian masjid ini dibantu sahabat karibnya yakni Mbah Sholeh dan Mbah Sonhaji serta santrinya. Kawasan Masjid Agung ini ditetapkan menjadi tempat wisata religi oleh Pemerintah Kota Surabaya.
Tahap kedua yakni masjid didirikan Raja Kasunanan Surakarta, Paku Buwono X. Perbedaan bagian masjid yang dibangun antara tahap pertama dan tahap kedua adalah pada tiangnya. Bagian yang dibangun oleh Sultan Agung tiangnya berbahan kayu, sedangkan bagian yang dibangun Paku Buwono X tiangnya berbahan besi.
Masjid Tua Palopo dibanguan oleh Datuk Sulaiman yang bergelar Datuk Pattimang pada tahun 1604. Masjid ini berusia cukup tua dan saat ini mencapai 5 abad, sehingga masjid ini dinamakan Masjid Tua Palopo. Masjid Tua Palopo didirikan saat Kerajaan Luwu mencapai kejayaannya di bawah pemerintahan Datu Puyung Luwu XVI Pati Pasaung Toampanangi atau Sultan Abdullah Matinroe. Saat itu, Kerajaan Luwu sudah memeluk Islam.
Masjid Bersejarah di Indonesia selanjutnya adalah Masjid Tua Al-Hilal Katangka sering disebut Masjid Tua Katangka. Masjid tua ini dibangun pada masa pemerintahan Raja Gowa XIV I Manga’rangi Daeng Manrabbia atau Sultan Alauddin I pada tahun 1603. Masjid ini memiliki bangunan yang menyerupai arsitektur Masjid Agung Demak. Masjid ini ditopang oleh empat tiang utama sebagai simbol empat sahabat utama Nabi Muhammad SAW, yaitu Abu Bakar as-Siddiq, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib.
Masjid tua ini memiliki keunikan yakni atapnya masih asli dan hanya puncaknya yang mengalami perubahan (diganti dalam bentuk kubah). Namun, wujud aslinya yakni atapnya yang berbentuk tumpang empat masih terlihat dengan jelas. Saat belum dipugar, bagian atasnya terdapt sungkul yang terbuat dari kayu ulin. Sungkul masjid ini disimpan di Museum Lambung Mangkurat Banjar Baru.
Sejarah pembangunan Masjid Saka Tunggal terkait dengan tokoh penyebar Islam di Cikakak, yaitu Mbah Mustolih. Beliau hidup masa Kesultanan Mataram Kuno, sehingga tidak heran jika unsur Kejawen masih cukup melekat. Mbah Mustholih memang menjadikan Cikakak sebagai “markas” yang ditandai dengan pembangunan masjid bertiang tunggal ini.
Peletakkan batu pertama dilaksanakan pada tahun 1821. Pemberian nama masjid menjadi Masji Jami Sultan Abdurrahman adalah bentuk penghormatan kepada pendiri kota Pontianak, yaitu Sultan Sayyid Abdurrahman Alkadrie atau Sultan Pertama Kesultanan Pontianak. Baca juga sejarah Kota Pontianak.
Inilah penjelasan mengenai masjid bersejarah di Indonesia. Masjid bersejarah ini juga menjadi saksi perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajahan. Semoga uraian ini dapat menumbuhkan rasa cinta tanah air akan kekayaan sejarah yang dimilliki. Semoga bermanfaat.
Latar Belakang Hari Kebangkitan Nasional Setiap tanggal 20 Mei rakyat Indonesia memperingati hari kebangkitan nasional…
Latar Belakang Hari Buruh Internasional ( May Day) Demonstrasi dan orasi merupakan hak semua orang…
Mungkin banyak dari kita yang sering membaca atau mendengar istilah kolonialisme dan imperialisme. Selain dari…
Dunia ini memiliki banyak negara. Total ada Negara 193 negara yang ada di dunia ini.…
Kita sering kali mendengar istilah de facto dan de jure. Beberapa di antara kita mungkin…
Kerajaan Demak atau Kesultanan Demak merupakan bagian dari sejarah kerajaan Islam di Indonesia sebagai kerajaan…