Ratu Boko adalah situs arkeologi yang lebih dikenal oleh masyarakat Jawa sebagai Kraton Ratu Boko atau Istana Ratu Boko. Ratu Boko terletak di sebuah dataran, berjarak sekitar tiga kilometer arah selatan dari Candi Loro Jonggrang yang ada di Kota Yogyakarta. Nama asli dari situs arkeologi ini masih belum jelas hingga saat ini. Namun, penduduk sekitar memberi nama bangunan bersejarah ini diambil dari nama Raja Boko, raja legendaris yang ada di cerita rakyat Loro Jonggrang. Ratu Boko berarti “Raja Bangau.”
Luas komplek bangunan mencapai 16 hektar yang terletak di antara dua dukuh, yakni Dukuh Dawung di Desa Bokoharjo dan Dukuh Sumberwatu di Desa Sambireja, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Berbeda dengan situs arkeologi lainnya yang memiliki nuansa religius, fungsi dari bangunan ini tidak diketahui sampai sekarang. Namun banyak ahli menilai dari atribut yang terdapat di bangunan ini mengatakan bahwa Ratu Boko berfungsi sebagai tempat tinggal.
Ada juga yang mengemukakan pendapat bahwa bangunan ini adalah istana dari Raja Sailendra dari Kerajaan Mataram Kuno. Argumen ini muncul dari fakta bahwa bangunan ini bukanlah sebuah candi atau bangunan dengan fungsi religius, namun sebuah istana berbenteng yang bisa dilihat dari sisa tembok benteng dan parit kering yang berfungsi untuk pertahanan. Ada juga sisa-sisa pemukiman penduduk ditemukan di sekitaran lokasi bangunan Ratu Boko. Para arkeolog yang meneliti Situs Ratu Boko tidak pernah melekatkan nama “Candi” pada Situs Ratu Boko dikarenakan adanya perbedaan fungsi tersebut.
Baca juga:
Riwayat
Menurut penulis HJ. DeGraffm di abad ke 17 ada banyak sekali wisatawan dari Eropa mengunjungi pulau Jawa yang menyebutkan bahwa terdapat situs arkeologi yang berhubungan dengan Raja Boko tertentu. Namun, Situs Ratu Boko ditemukan pertama kali oleh orang Belanda bernama Van Beockholzt di tahun 1790. Ia menyatakan telah menemukan reruntuhan purbakala di atas Bukit Ratu Boko. Penelitian terhadap Situs Ratu Boko dilakukan seratus tahun setelah penemuannya. Penelitian ini dipimpin oleh FDK Bosch dalam laporannya; Keraton van Ratoe Boko. Ia menyimpulkan bahwa reruntuhan tersebut adalah sisa-sisa dari bangunan keraton atau istana.
Situs Ratu Boko memiliki sebuah prasasti bersejarah dengan angka tahun 792 masehi. Prasasti ini bernama Abhayagiri Wihara dan merupakan bukti tertulis yang ditemukan di Ratu Boko. Di prasasti ini menyebut seorang yang bernama Tejahpurnapane Panamkarana atau lebih dikenal dengan Rakai Panangkaran. Prasasti ini juga menyebut sebuah kawasan wihara di atas bukit bernama Abhyagiri Wihara yang berarti wihara di bukit yang bebas dari bahaya.
Diceritakan dalam prasasti bahwa Rakai Panangkaran mengundurkan diri dari statusnya sebagai raja karena ingin menggapai ketenangan jiwa dan memusatkan semua pikirannya pada keagamaan. Ia kemudian mendirikan Abhayagiri Wihara di tahun 792 masehi. Disebutkan Rakai Panangkaran memeluk agama Buddha. Demikian pun halnya dengan wihara yang dibangunnya berlatar belakang agama Buddha. Bukti dari hal ini adalah adanya Arca Dyani Buddha. Namun ditemukan juga sejumlah unsur agama Hindu di situs Ratu Boko seperti Arca Durga, Ganesha dan Yoni.
Muncul dugaan sepeninggalan Rakai Panangkaran kompleks Ratu Boko diubah menjadi keraton, lengkap dengan benteng pertahanannya diperuntukkan raja bawahan bernama Rakai Walaing Pu Kumbayoni. Berdasarkan prasasti Siwagrha, situs Ratu Boko adalah sebuah tempat pertahanan yang terdiri dari beratus-ratus tumpukan batu oleh Balaputra. Wihara yang terletak di atas bukit dijadikan tempat pertahanan dalam pertempuran perebutan kekuasaan pada kemudian hari.
Artikel lainnya:
Keistimewaan
Jauh berbeda dengan situs arkeologi lainnya yang berasal dari zaman Jawa Kuno yang pada umumnya berfungsi sebagai tempat keagamaan, situs Ratu Boko adalah sebuah kompleks istana atau keraton lengkap dengan gerbang masuk, pendopo, tempat tinggal, kolam pemandian hingga pagar-pagar pelindung.
Selain itu, perbedaan mencolok lainnya adalah lokasi Ratu Boko. Bila keraton lainnya di Jawa berdiri di atas tempat yang relatif landai, Situs Ratu Boko terletak di atas bukit yang cukup tinggi. Hal ini membuat Ratu Boko memiliki tingkat kesulitan tersendiri ketika dibangun bila melihat dari sudut pandang pengadaan tenaga kerja dan bahan bangunan. Namun lain lagi persoalannya jikalau bahan bangunannya, yakni batu, diambil dari sekitaran bukit tempat Ratu Boko berdiri. Hal ini menguatkan dugaan akan terlatihnya masyarakat yang menjadi tenaga kerja untuk mengolah sumber daya di sekitar kompleks untuk dijadikan bahan bangunan.
Posisi di atas bukit ini juga menjadikan tantangan tersendiri untuk ketersediaan air di kala itu. Namun adanya kolam pemandian yang merupakan peninggalan dari sistem pengaturan air di Ratu Boko adalah sebuah bukti dari cerdasnya arsitek yang merancang dan mendirikan Ratu Boko. Namun sampai sekarang para arkeolog pun belum mengetahui secara pasti dari mana datangnya air bagi para penghuni situs Ratu Boko.
Udara sejuk serta pemandangan yang indah adalah sebuah hal yang pasti tersedia untuk bangunan yang berdiri di atas sebuah bukit. Begitu pula halnya dengan Situs Ratu Boko. Namun yang patut diperhatikan adalah posisi di atas bukit ini membuat lokasi ini strategis dan sulit diserang oleh musuh.
Artikel Sejarah Lainnya:
Dijadikan Taman Wisata
Pemerintah Indonesia memasukkan kompleks Situs Ratu Boko ke dalam sebuah payung khusus, yakni BUMN yang bernama PT. Taman Wisata Candi. BUMN inilah yang sekarang mengelola dan merawat Situs Ratu Boko beserta Candi Borobudur dan Prambanan. Hal ini dilakukan pemerintah setelah Candi Borobudur dan Candi Prambanan masuk dalam Daftar Warisan Dunia UNESCO. Alhasil, Situs Ratu Boko ditata ulang di beberapa tempatnya untuk dijadikan tempat pendidikan dan kegiatan budaya masyarakat sekitar.
Sekarang, Situs Ratu Boko memiliki tambahan bangunan di muka gapura, yakni sebuah restoran dan ruang terbuka dengan nama Plaza Andrawina. Ruang terbuka ini bisa dipakai untuk kegiatan pertemuan dengan kapasitas mencapai 500 orang. Plaza Andrawina menghadap ke arah utara, tepatnya ke arah Prambanan dan Gunung Merapi.
Tak hanya itu, sang pengelola, PT. Taman Wisata Candi juga menyediakan sejumlah tempat perkemahan dan trekking bagi yang ingin menikmati indahnya Situs Ratu Boko dan pemandangan di sekitarnya. Mereka juga menyediakan paket edukatif bertemakan arkeologi bagi pengunjung yang tertarik untuk mempelajari sejarah dari Situs Ratu Boko. Tersedia juga pemandu wisata dengan tarif khusus untuk menjelaskan bagian-bagian dari Situs Ratu Boko.
Hal-hal yang Perlu Diperhatikan Sebelum Berkunjung
Bila anda ingin mengunjungi situs bersejarah ini, ada baiknya mencari informasi terlebih dahulu seputar Situs Ratu Boko. Selain sejumlah informasi di atas, berikut hal-hal yang harus diperhatikan sebelum mengunjungi Situs Ratu Boko:
Meski berada di atas bukit, kompleks Ratu Boko ini luasnya tidak sembarangan. Keseluruhan luas situs yang mencapai 250.000 meter persegi nampaknya akan menjadi tantangan tersendiri bila ingin dijelajahi semuanya dengan cara berjalan kaki. Ada baiknya mengetahu terlebih dahulu apa yang ingin dilihat sebelum berkunjung.
Ada empat bagian besar Situs Ratu Boko, yakni bagian tengah, tenggara, barat dan timur. Apa yang terdapat di masing-masing bagian bisa dilihat dari papan informasi yang ada di pintu masuk.
Terdapat sejumlah bangunan yang melengkapi kompleks Ratu Boko. Uniknya, kompleks ini hanya memiliki sedikit candi karena memang tujuan pembangunan kompleks ini pada awalnya bukanlah sebagai tempat beribadah. Di bagian tengah kompleks terdapat gapura sebagai pintu masuk menuju situs Ratu Boko. Di sini juga terdapat lapangan, kolam pemandian, paseban dan candi pembakaran. Bagian tenggara terdapat pendopo, balai-balai, tiga buah candi, kolam, dan kompleks Kaputren. Di bagian timur terdapat goa batu sedangkan bagian barat hanya terdapat perbukitan. Namun di bagian barat inilah anda bisa melihat pemandangan indah Candi Prambanan.
Bila anda berkunjung di siang hari dan kebetulan kondisi cuaca cerah, sangat disarankan untuk menggunakan pakaian cerah serta mudah menyerap keringat karena sinar matahari di situs Ratu Boko sangat menyengat. Ada baiknya juga menggunakan sun block dan kacamata hitam untuk melindungi kulit dan mata dari sinar matahari.
Meski panas, suasana di situs Ratu Boko sangatlah asri. Ada banyak gazebo yang disediakan oleh pengelola situs sebagai tempat beristirahat para pengunjung.
Situs Ratu Boko adalah salah satu lokasi terbaik untuk menikmati pemandangan indah saat-saat matahari tenggelam di Yogyakarta. Namun untuk menikmati matahari tenggelam di Situs Ratu Boko harus memerhatikan harga tiket masuknya.
Ada dua paket yang disediakan pengelola. Yang pertama adalah paket reguler dengan harga Rp. 25.000. Tiket ini berlaku dari jam buka hingga jam tiga sore. Setelah pukul tiga, harga tiket masuk naik menjadi Rp. 100.000. Buat yang ingin menikmati pemandangan matahari tenggelam dari Situs Ratu Boko namun tak ingin mengeluarkan dana lebih, harap datang sebelum jam tiga sore.
Latar Belakang Hari Kebangkitan Nasional Setiap tanggal 20 Mei rakyat Indonesia memperingati hari kebangkitan nasional…
Latar Belakang Hari Buruh Internasional ( May Day) Demonstrasi dan orasi merupakan hak semua orang…
Mungkin banyak dari kita yang sering membaca atau mendengar istilah kolonialisme dan imperialisme. Selain dari…
Dunia ini memiliki banyak negara. Total ada Negara 193 negara yang ada di dunia ini.…
Kita sering kali mendengar istilah de facto dan de jure. Beberapa di antara kita mungkin…
Kerajaan Demak atau Kesultanan Demak merupakan bagian dari sejarah kerajaan Islam di Indonesia sebagai kerajaan…