Gejolak yang terjadi di Yaman telah berlangsung sejak tahun 2015 silam dan sudah menelan begitu banyak korban. Perang Yaman sendiri pada awalnya adalah perang saudara yang bermula dari perpecahan antara Yaman Utara dan Yaman Selatan serta kebijakan dari Presiden. Meskipun begitu lambat laun perang ini juga melibatkan campur tangan asing yang justru semakin memperkeruh keadaan.
Salah satu negara yang ambil bagian dalam perang saudara di Yaman adalah Arab Saudi. Hasilnya tidak sampai di situ saja, bahkan Arab Saudi juga sampai berperang dengan Yaman. Lantas apa penyebab perang Yaman dan Arab Saudi? Simak ulasannya berikut ini. Baca juga mengenai sejarah berdirinya agama islam, silsilah bani saud, dan sejarah kabah.
Sekilas Mengenai Perang Yaman dan Arab Saudi
Secara geografis Yaman adalah negara di Timur Tengah yang memiliki letak strategis. Negara ini berada di kawasan perairan yang merupakan lalu lintas kapal tanker pengangkut minyak. Negara yang berbatasan langsung dengan Arab Saudi di darat ini juga berada di Teluk Aden serta wilayah perairan tersibuk di Laut Merah. Tidak hanya itu provinsi Hadramaut, Yaman, merupakan salah satu wilayah yang memiliki sumber daya alam dan migas yang begitu terkenal.
Sebelum Arab Saudi mengerahkan armada untuk memerangi Yaman, konflik sebenarnya sudah terjadi di negara yang diincar oleh pihak lain tersebut. Gejolak berawal dari internal Yaman yaitu perang saudara, lalu berujung konflik eksternal yang melibatkan beberapa negara lain termasuk Arab Saudi.
Ketika Presiden Yaman, Abdur Rabbuh Mansur Hadi, digulingkan dari jabatannya, ia mengumumkan bahwa untuk sementara ibu kota Yaman dipindahkan dari Sana’a ke Aden. Sementara itu Arab Saudi bersama sembilan negara lain mulai melancarkan serangan ke Sana’a melalui udara dan darat.
Penyebab Perang Yaman dan Arab Saudi
Seperti telah disebutkan bahwa konflik di Yaman bermula dari perang saudara antara Yaman Utara dan Yaman Selatan. Hal ini sudah berlangsung cukup lama dimana kubu Yaman Utara dipimpin oleh Ali Abdullah Saleh, sedangkan Yaman Selatan dipimpin oleh pihak sosialis yaitu Ali Salim Beidh. Lalu pada tanggal 22 Mei 1990, kabar bahagia terjadi yaitu Yaman Utara dan Yaman Selatan mendeklarasikan diri untuk bersatu dan menjadi Republik Arab Yaman. Persatuan tersebut membawa kesepakatan bahwa Ali Abdullah Saleh (Presiden dari Yaman Utara) menjadi Presiden dan Ali Salim Beidh (Presiden Yaman Selatan) menjadi Wakil Presiden.
Sayangnya Yaman yang berada di bawah kepemimpinan Presiden Ali Abdullah Saleh justru mengalami keterpurukan, kemiskinan, dan kesengsaraan. Bahkan disebutkan bahwa yang mendominasi pemerintahan adalah pihak dari bekas Yaman Utara. Sementara itu Yaman Selatan merasa tidak memiliki kebebasan untuk mengembangkan diri. Baca juga sejarah opec dan sejarah petra yordania.
Hal itulah yang memicu gejolak rakyat untuk menentang pemerintah dan juga memaksa Ali Abdullah Saleh segera mundur dari jabatannya. Konflik mulai memanas pada tahun 1994 ketika Wakil Presiden Ali Salim Beidh mengundurkan diri dan ikut serta memberontak pemerintah sipil dengan mengangkat senjata bagi kaum sosialis agar kembali melepaskan Yaman Selatan.
Kubu Ali Salim Beidh memperoleh dukungan dari kelompok pemberontak pemerintah lainnya yang beraliran Syi’ah Zaidhiyah atau dikenal dengan al-Houthi. Kelompok ini mengatakan mendapatkan dukungan dari rakyat Yaman Utara karena kesengsaraan yang diberikan oleh pemerintahan Saleh. Di samping itu pemerintah Yaman mendapat dukungan penuh dari Arab Saudi untuk memerangi rakyatnya.
Kelompok al-Houthi adalah pemberontak yang berbasis di wilayah Yaman Utara. Pemimpin dari kelompok ini adalah Hussein Badreddin al-Houthi yang merupakan penganut aliran Syiah Zaidiyah. Pada tahun 2004 silam kelompok ini melakukan pemberontakan berdarah yang mengakibatkan ribuan rakyat sipil dan ribuan tentara Yaman tewas. Pada tahun yang sama pula Huseein Badreddin al-Houthi tewas di tangan tentara Yaman. Akhirnya kelompok al-Houthi dipimpin oleh adiknya yaitu Abdul Malik al-Houthi.
Perang terus berlanjut dari tahun 2004 sampai 2008. Kelompok al-Houthi mentakan bahwa alasannya yaitu ingin membuat otonomi khusus di Sa’dah. Akan tetapi alasan tersebut dianggap sebatas dalih untuk menutupi niat Houthi menyebarkan Syiah. Sementara itu pemerintah Yaman yang disokong bantuan dari Arab Saudi membordardir Yaman sebagai upaya melumpuhkan al-Houthi. Penyerangan tersebut justru membuat kelompok ini semakin yakin bahwa pemerintah Yaman juga dibantu oleh Amerika Serikat, karena ada banyak jet tempur Amerika yang lalu lalang di Yaman.
Pemberontakan yang dilancarkan al-Houthi pernah sempat reda ketika saat kelompok ini mengajukan syarat damai kepada pemerintah Yaman. Hanya saja syarat tersebut ditolak dan konflik pun semakin bergejolak. Pada tahun 2007 pemerintah Yaman di bawah kepemimpinan Ali Abdullah Saleh sebenarnya pernah berdamai dengan Houthi. Tetapi hanya berlangsung sebentar saja dan kelompok al-Houthi kembali melancarkan serangan terhadap tentara Yaman. Baca juga penyebab perang badar kubra, sejarah perang enam hari, dan penyebab perang badar.
Situasi dan kondisi di Yaman yang terus memanas dimanfaatkan oleh al-Houthi untuk memperluas wilayah kekuasaan di kawasan Yaman Utara dengan menduduki pos-pos militer di Sa’dah. Tetapi Arab Saudi terus menyerang Yaman dan mendesak kelompok al-Houthi untuk mundur. Serangan udara dari pesawat tempur yang diluncurkan Arab Saudi mengakibatkan tewasnya ratusan warga sipil. Kelompok al-Houthi sendiri mengatakan tidak akan mau berdamai dengan Arab Saudi.
Pada tahun 2009 pemberontak lain muncul yang merupakan kelompok salafi di bawah pimpinan Tareq al-Fadhli. Kelompok ini melakukan demonstari dan pemberontakan kepada pemerintah yang masih di bawah kepemimpinan Ali Abdullah Saleh. Masih pada tahun 2009 kelompok lain juga muncul yaitu al-Qaeda. Kedua kelompok ini dituding melakukan kerja sama untuk melawan pemerintah. Akan tetapi pemimpin kelompok salafi, al-Fadhli menolak tudingan tersebut.
Al-Qaeda Arab Peninsula (AQAP) merupakan kelompok militan teroris international. Kelompok ini mendeklarasikan dirinya di wilayah Yaman Selatan pada tahun 2009 yang lahir ketika terjadi gejolak di Afghanistan. Pada tahun 2011, Ali Abdullah Saleh lengser dari jabatannya sebagai Presiden. Setelah lebih dari 30 tahun menjabat Saleh mengundurkan diri karena adanya desakan dari para pemimpin negara di sekitarnya Saleh kemudian mengungsi ke Arab Saudi.
Momen dimanfaatkan oleh kelompok al-Houthi dan al-Qaeda untuk memperluas wilayah kekuasaan mereka. Al-Qaeda memborbardir pangkalan militer Amerika Serikat di selatan dan berujung perang antara kedua pihak, karena al-Qaeda mengusik wilayah Yaman. Baca juga perbedaan apec dan opec dan sejarah perang arab israel.
Latar Belakang Hari Kebangkitan Nasional Setiap tanggal 20 Mei rakyat Indonesia memperingati hari kebangkitan nasional…
Latar Belakang Hari Buruh Internasional ( May Day) Demonstrasi dan orasi merupakan hak semua orang…
Mungkin banyak dari kita yang sering membaca atau mendengar istilah kolonialisme dan imperialisme. Selain dari…
Dunia ini memiliki banyak negara. Total ada Negara 193 negara yang ada di dunia ini.…
Kita sering kali mendengar istilah de facto dan de jure. Beberapa di antara kita mungkin…
Kerajaan Demak atau Kesultanan Demak merupakan bagian dari sejarah kerajaan Islam di Indonesia sebagai kerajaan…