Pra Sejarah

Zaman Logam Perunggu di Indonesia Paling Lengkap

Zaman logam di Indonesia merupakan masa kelanjutan pada zaman prasejarah yang terjadi setelah zaman batu dan terjadi sebelum zaman besi. Pada masa ini manusia sudah mampu mengolah bahan logam, telah tinggal menetap dan mulai melakukan pembagian kerja yang didasarkan pada keahlian tertentu yang dimiliki. Seiring dengan perkembangan tersebut, kehidupan masyarakat di zaman ini sudah mengenal pembagian status yang berdasarkan jumlah kekayaan yang dimiliki. Zaman perunggu atau Bronze Age adalah periode perkembangan peradaban prasejarah yang ditandai dengan adanya penggunaan teknik untuk melebur tembaga dari hasil bumi dan kemampuan untuk membuat logam berupa perunggu. Pada beberapa wilayah, zaman perunggu langsung terjadi setelah masa Neolitikum. Waktu terjadinya masa perunggu ini berbeda pada setiap kebudayaan di dunia tergantung kepada sejarah perkembangan tulisan pertama.

Manusia menemukan cara mengolah logam dalam sejarah manusia purba sekitar 8000 tahun lalu yang diawali dengan pembuatan barang dari tembaga dan emas yang ditempa menggunakan batu keras. Manusia kemudian lambat laun belajar mengolah logam dengan cara memanaskannya hingga mencair, kemudian dituang ke cetakan. Logam memiliki keunggulan dapat menjadi bentuk yang rumit seperti perkakas dan senjata tertentu, dapat dicairkan dan dibentuk kembali jika patah. Diperkirakan bahwa perunggu ditemukan pertama kali secara tidak sengaja ketika orang mencampurkan sedikit timah dan tembaga. Perunggu kemudian diketahui lebih keras dan tahan lama dibandingkan logam lain, bisa dibuat lebih tajam lalu mulai digunakan.

Zaman Logam di Indonesia dan Asia

Wilayah pertama di Asia yang memasuki zaman Perunggu adalah Asia Barat dan Timur Dekat, dimulai dengan kemunculan peradaban yang berlokasi di salah satu daerah pertama yang membuat dan menggunakan perunggu. Daerah tersebut adalah tempat dimana kota pertama dibangun, yaitu tempat bangsa Sumeria di Mesopotamia pada pertengahan milenium tahun 4 SM. Budaya yang ada di Timur Dekat kuno sudah mempraktekkan pertanian yang intensif di sepanjang tahun, sistem penulisan, roda tembikar, pemerintahan terpusat, kode hukum yang tertulis, kerajaan, tingkatan sosial dan lain sebagainya hingga masyarakat di wilayah tersebut menciptakan dasar bagi ilmu astronomi, matematika dan astrologi yang ada di dunia modern saat ini dan dipelajari oleh banyak sekali orang di masa sekarang.

Penggunaan logam di kawasan Asia Tenggara sudah dimulai sekitar tahun 3000-2000 SM sebagai bagian dari sejarah benua Asia dan masa penggunaan logam di kehidupan manusia purba Indonesia disebut masa Perundagian. Disebut demikian karena pembuatan alat – alat dari logam memerlukan teknik dan keterampilan khusus yang hanya dimiliki oleh sebagian anggota masyarakat yang dinamakan Undagi. Manusia purba di Indonesia tidak mengalami zaman tembaga, melainkan langsung memasuki zaman perunggu. Pada zaman logam perunggu telah terbentuk sebuah perkampungan yang teratur dan dipimpin oleh kepala suku yang tinggal di dalam rumah bertiang berukuran besar.

Kebudayaan perunggu adalah hasil percampuran dari masyarakat purba asli Indonesia (Proto Melayu) dengan bangsa Mongoloid yang membentuk ras bernama Deutro Melayu atau Melayu Muda. Manusia purba jenis Deutro Melayu adalah nenek moyang dari suku Jawa, Bugis, Bali, Madura dan lainnya. Pada zaman ini juga ada proses percampuran ras Deutro Melayu dengan Melayu Mongoloid dan Asutra Melanesoid atau Papua Melanosoid. Bukti – bukti mengenai hal ini berasal dari penemuan beberapa kerangka manusia di Jawa, Sumba, Sulawesi dan Timor yang memiliki ciri –ciri Melayu.

Migrasi Ras Pada Zaman Perunggu di Asia

Proses percampuran ras pada zaman perunggu di Asia hingga ke Indonesia terbagi menjadi beberapa fase kebudayaan yaitu:

  • Kebudayaan Bacson- Hoabinh di Asia

Peneliti Madelaine Colani menemukan sejumlah besar peralatan peninggalan zaman perunggu yang berlokasi di pegunungan Bacson, Propinsi Hoabinh dekat Hanoi, Vietnam. Penemuan tersebut menjadi awal dari penyebutan kebudayaan Bacson Hoabinh, dan merupakan jenis peralatan yang ditemukan di Thailand, Semenanjung Melayu dan Sumatera. Peninggalan di Sumatera berupa bukit kerang yang dinamakan Kjokenmoddinger atau sampah dapur yang berada dari Sumatera Utara sampai Aceh. Ciri kebudayaan ini dilihat dari penyerpihan pada satu sisi permukaan batu kali yang ukurannya sebesar kepalan tangan dan tepinya sangat tajam. Hasil penyerpihannya menunjukkan berbagai bentuk antara lain lonjong, segi empat dan berpinggang.

  • Perpindahan Ras Papua Melanosoid

Peninggalan kebudayaan ini di Indonesia ditemukan di Papua, Sumatera, Sulawesi, Jawa dan Nusa Tenggara. Penyebaran kebudayaan ini bersamaan waktunya dengan perpindahan ras Papua Melanosoid ke Indonesia lewat jalur Barat dan Timur dengan menggunakan perahu bercadik. Mereka awalnya tinggal di pantai Timur Sumatera dan Jawa namun pada masa Mesolitikum  kemudian kehidupannya terdesak oleh ras Proto Melayu, sehingga harus menyingkir ke Indonesia bagian Timur dan kemudian dikenal dengan ras papua. Mereka hidup di gua – gua atau abris sous roche, bukit – bukit kerang atau dapur sampah.

  • Kebudayaan Dongson

Kebudayaan ini dinamakan demikian karena ditemukan di daerah Dongson, sebelah selatan Tonkin. Peralatan yang paling dominan dalam kebudayaan ini diketahui adalah terbuat dari perunggu sehingga kebudayaan perunggu di Asia kemudian juga disebut dengan kebudayaan Dongson. Kebudayaan ini datang ke Indonesia melalui Malaysia Barat. Pembawa kebudayaan ini masih satu bangsa dengan pembawa artefak kapak persegi, yaitu bangsa Austronesia.

Bisa disimpulkan bahwa nenek moyang Indonesia pada masa awal asal usul Nusantara datang dalam dua tahap yaitu bangsa Proto Melayu kurang lebih pada tahun 2000 SM dengan budaya Neolitikum, dan bangsa Deutro Melayu pada 500 SM dengan budaya logam. Kenyataan tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan yang erat antara Indonesia dengan Tonkin, yaitu bahwa kebudayaan logam di Indonesia termasuk ke dalam kelompok kebudayaan logam Asia yang pusatnya berada di Dongson, hingga kebudayaan logam datang ke Indonesia secara bergelombang. Ketahui juga mengenai sejarah Minangkabau, peradaban Romawi, dan peninggalan Mesir Kuno .

Artefak Zaman Perunggu

Kemajuan teknologi pada zaman logam terjadi dengan beberapa penemuan teknik kerajinan yaitu teknik Bivalve dan A Cire Perdue. Teknik Bivalve menggunakan dua cetakan yang dirapatkan. Terdapat lubang yang berfungsi untuk  menuangkan logam cair ke dalam cetakan, yang dibuka ketika perunggu sudah dingin. Sedangkan teknik A Cire Perdue diawali dengan pembuatan bentuk benda logam yang diinginkan menggunakan lilin yang berisi tanah liat. Lilin ini kemudian dihias dengan berbagai pola sebelum menuangkan perunggu cair ke dalam lubang, dimana cetakan ini hanya bisa digunakan sebanyak satu kali saja. Teknik peleburan perunggu didapatkan dari kebudayaan Dong Son di Tonkin, Vietnam. Hasil peninggalan zaman praaksara perunggu antara lain:

  • Nekara

Peninggalan zaman logam perunggu ini berbentuk seperti semacam genderang berupa dandang yang tertelungkup, berbentuk semacam pinggang pada bagian tengah, dan bagian atas yang tertutup. Nekara merupakan artefak suci bagi masyarakat di zaman pra aksara. Di Indonesia, nekara hanya digunakan untuk upacara – upacara tertentu saja, antara lain untuk memanggil arwah nenek moyang, genderang perang, atau alat pemanggil hujan.

Pada nekara terdapat pola hiasan yang beragam, karena itu nekara termasuk ke dalam benda seni yang bernilai tinggi. Nekara di Indonesia ditemukan di Pulau Sumatra, Jawa, Bali, Sumbawa, Sangean, Roti, Kei, dan Selayar. Ada juga nekara yang berbentuk lebih kecil, dinamakan Moko yang ditemukan di pulau Alor dan berfungsi selain sebagai benda pusaka juga digunakan untuk mas kawin.

  • Bejana Perunggu

Bejana ini berbentuk seperti periuk yang langsing dan gepeng, ditemukan di tepi danau Kerinci (Sumatra) dan Madura. Hiasan pada bejana ini biasanya berupa motif indah yang berpilin atau berupa gambar geometri. Fungsinya hingga sekarang belum diketahui secara pasti karena penemuannya yang terbatas sehingga penelitian untuk itu agak sulit.

  • Arca Perunggu

Secara umum, arca perunggu berbentuk kecil – kecil dan bagian atasnya dilengkapi cincin. Fungsi cincin tersebut adalah sebagai alat untuk menggantung arca tersebut. Berdasarkan hal ini, mungkin saja arca perunggu kerap digunakan sebagai bandul kalung. Arca perunggu di Indonesia ditemukan di Palembang (Sumatera Selatan), Limbangan (Bogor), dan Bangkinang (Riau).

  • Kapak Corong

Bagian tajam dari kapak corong tidak jauh berbeda bentuknya dengan kapak batu. Perbedaan hanya terdapat pada bagian tangkai yang berbentuk corong yang dipakai untuk tempat tangkai kayunya. Fungsi kapak corong adalah sebagai alat untuk bertani dan membelah kayu. Kapak ini juga sering disebut kapak sepatu, karena kapaknya sering disamakan dengan sepatu dan tangkainya disamakan dengan kaki. Penyebaran kapak corong di Indonesia adalah daerah Sumatera Selatan, Jawa, Bali, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Pulau Selayar dan di dekat danau Sentani di Irian.

  • Manik – manik atau perhiasan

Jenis perhiasan yang ditemukan sebagai hasil peninggalan zaman logam perunggu sangat beragam bentuknya  seperti kalung, gelang tangan dan kaki, bandul, cincin, dan juga perhiasan yang ditemukan sebagai bekal di kubur. Ditemukan juga cincin yang ukurannya sangat kecil bahkan melebihi ukuran anak – anak. Cincin tersebut diduga merupakan alat tukar. Daerah penemuan peninggalan perunggu di Indonesia adalah di daerah Bogor, Malang dan Bali. Manik – manik pada zaman logam perunggu sebagian besar berfungsi sebagai bekal kubur. Manik – manik ini tadinya dipakai sebagai perhiasan, alat tukar, dan alat untuk upacara keagamaan. Benda ini dibuar dari batu yang terbentuk setengah permata seperti akik dan kalsedon, kaca, kulit kerang  atau tanah liat bakar.

  • Kapal Bercadik

Perahu atau kapal bercadik adalah peninggalan zaman logam perunggu yang khusus berasal dari Indonesia. Perahu ini dibuat dari batang pohon yang bagian dalamnya dikerok hingga menyerupai bentuk lesung.

Perkembangan zaman logam perunggu di Indonesia yang berasal dari pengaruh budaya Dongson dan menyebar ke seluruh negeri dapat diketahui dengan jelas. Banyak dari peninggalan tersebut menunjukkan ciri yang terkait dengan kebudayaan Dongson. Peninggalan tersebut merupakan kebudayaan logam awal di Jawa seperti peti kubur batu atau sarkofagus yang banyak ditemukan  di area Gunung Kidul, Yogyakarta, adanya budaya logam awal di Sumatera berupa kubur batu, manik – manik, tombak besi dan juga semacam peniti emas. Kemudian adanya tradisi penguburan  di Sumba, NTT yang membuat orang meninggal membawa bekal kubur berupa logam yang diletakkan di dekat peti mati, bejana dan perabotan yang dibuat dari logam dan juga tembikar.

=Kompas.com, Tempo.co, dan Kpu.go.id Menangkan 02 ?

Devita Retno

Recent Posts

Sejarah Hari Kebangkitan Nasional (20 Mei) dan Kegiatan yang dilakukan

Latar Belakang Hari Kebangkitan Nasional Setiap tanggal 20 Mei rakyat Indonesia memperingati hari kebangkitan nasional…

5 years ago

Sejarah Hari Buruh Internasional ( 1 Mei ) dan Kegiatan yang dilakukan

Latar Belakang Hari Buruh Internasional ( May Day) Demonstrasi dan orasi merupakan hak semua orang…

5 years ago

Kolonialisme dan Imperialisme – Latar Belakang dan Contoh

Mungkin banyak dari kita yang sering membaca atau mendengar istilah kolonialisme dan imperialisme. Selain dari…

5 years ago

Sejarah Organisasi Internasional

Dunia ini memiliki banyak negara. Total ada Negara 193 negara yang ada di dunia ini.…

5 years ago

De Facto dan De Jure – Pengertian – Perbedaan – Contoh Menerapkannya

Kita sering kali mendengar istilah de facto dan de jure. Beberapa di antara kita mungkin…

5 years ago

Silsilah Kerajaan Demak Sebagai Kerajaan Islam Pertama

Kerajaan Demak atau Kesultanan Demak merupakan bagian dari sejarah kerajaan Islam di Indonesia sebagai kerajaan…

5 years ago