Peristiwa Maluku Angkat Senjata adalah peristiwa perlawanan rakyat Maluku terhadap Portugis dan Spanyol. Peristiwa ini termasuk peristiwa sejarah di Indonesia sebelum merdeka dan awal dari masa kolonial Eropa di Indonesia. Ini terkait dengan kedatangan Portugis ke Kepulauan Maluku pada tahun 1521. Tentu di awal sangat disambut baik oleh penguasa di sana. Portugis diizinkan untuk membangun aktivitas di Ternate. Kemudian pada tanggal 8 November 1521 armada Spanyol yang dipimpin oleh Goncalo Gomes dan Carvalhinho tiba di Maluku juga. Beda dengan Portugis, Spanyol memasuki pelabuhan Tidore.
Hubungan antara negara Eropa dan pribumi Maluku mulai menghasilkan cerita baru. Pada tahun 1522, Antonio de Brito membuat benteng di Ternate yang bernama Saint John. Pertikaian Portugis dengan Tidore ketika Antonio de Brito mendengar kapal dari Banda yang ingin membeli cengkeh. Merasa ini persaingan dagang, Portugis menghancurkan kapal tersebut. Karena tenggelam di dekat Tidore, Orang Tidore membunuh tujuh belas Portugis. Pertikaian ini tidak lama. Aliansi Portugis dan Ternate berhasil menahan serangan aliansi Tidore dan Spanyol.
Konflik pun mereda sesaat. Hingga akhirnya muncul konflik lagi ketika aliansi Portugis dan Ternate mengalahkan aliansi Tidore dan Spanyol. Hingga akhirnya ditandatangani perjanjian damai yaitu Perjanjian Zaragoza. Cerita Maluku Angkat Senjata diawali setelah Perjanjian Zaragoza. Membaca sejarah Maluku, tidak cukup jika tidak mengetahui sejarah Kerajaan Tidore. Kerajaan Tidore termasuk dalam sejarah Kerajaan Islam di Indonesia. Berikut adalah beberapa Dampak Peristiwa Maluku Angkat Senjata :
1. Pemberontakan Rakyat Ternate
Perjanjian Zaragoza ini sangat menguntungkan Portugis. Mereka semakin seenaknya sendiri dan suka berlaku kasar pada penduduk pribumi. Sehingga Ternate pun memberontak dan meminta bantuan dari Jawa hingga Irian. Mereka mulai berani membakar tempat-tempat milik Portugis. Mereka lalu mengajak seluruh rakyat Maluku untuk menyerang Portugis bahkan saingan mereka orang Tidore juga ikut. Orang-orang Ternate membunuhi orang Portugis dan berhasil merampas banyak senjata dari Portugis. Pasukan pimpinan Tritoa Altaida mengalami kekalahan.
2. Benteng Ternate Diduduki Portugis
Dampak Peristiwa Maluku Angkat Senjata selanjutnya adalah benteng ternate di duduki oleh portugis. Kabar kekalahan Triota Altaida terdengar hingga Antonio Galvao. Meskipun dalam keadaan sakit, pemimpin Portugis itu memaksakan diri untuk menyiapkan angkatan perangnya. Galvao mencari bantuan dari orang-orang India. Galvao tahu bahwa rakyat Maluku yang mereka hadapi bukan lawan yang mudah dan persiapan mereka pun lengkap. Sehingga salah satu cara Portugis untuk memenangkan perang yaitu melakukan gerilya. Pada suatu malam, Galvao mendarat di Tidore. Dia lalu menghadapi penguasa Ternate yang waktu berada di Tidore. Setelah berhasil mengalahkannya, Galvao pun berhasil menguasai benteng Tidore.
3. Perlawanan Sultan Hairun
Ketika Galvao berkuasa di Maluku pada tahun 1536 hingga 1540, perilaku seenaknya sendiri yang dilakukan Portugis terulang lagi. Rakyat sengsara dan tertindas di bawah pendudukan Portugis. Portugis pun perlahan mulai berani memasuki istana, menanamkan pengaruh dan berani ikut campur urusan istana. Selain itu, mereka mengirimkan misionaris untuk mengkristenkan beberapa kerajaan kecil. Beberapa kerajaan kecil itu dihasut oleh Portugis untuk melawan Ternate.
Melihat kondisi ini, rakyat Ternate di bawah pimpinan Sultan Hairun memberontak melawan Portugis. Sultan Hairun merupakan tokoh Maluku yang terkenal. Bicara tokoh Maluku, ada pula pahlawan nasional dari Maluku. Rakyat Ternata mengepung benteng Portugis di tahun 1558. Sultan Hairun mengutus putranya yang bernama Pangeran Laulata untuk menyerang tentara Portugis di Maluku Selatan. Bahkan bonusnya Pangeran Laulata berhasil menaklukkan beberapa daerah baru untk Ternate. Portugis di Maluku Selatan berhasil dimusnakan pada tahun 1567. Tidak mampu menghadapi rakyat Ternate, Gubernur Portugis di Maluku yang bernama Lopez de Mesquita memikirkan sebuah rencana yang tak biasa.
Cara yang dipikirkan oleh Lopez de Mesquita sebenarnya adalah cara licik. Mereka mengundang Sultan Hairun untuk berunding. Sang sultan memenuhi undangan itu pada tanggal 25 Februari 1570 tanpa menaruh curiga. Tapi ternyata itu semua hanya jebakan dan Portugis membunuh Sultan Hairun. Sultan Hairun yang merupakan Sultan Ternate ke-23 ini harus tutup usia pada tahun 1570. Lopez de Mesquite berharap dengan matinya Sultan Hairun akan memadamkan semangat tempur rakyat Ternate. Tapi yang terjadi justru sebaliknya, tentu rakyat semakin marah. Ini seperti menyiram api dengan minyak. Politik yang kejam ini justru membawa kehancuran pada Portugis di Maluku.
4. Perlawanan Sultan Baabullah
Setelah Sultan Hairun gugur, perlawanan kini di bawah pimpinan Sultan Baabullah. Seorang sultan yang dijuluki Penguasa 72 Pulau. Rakyat Ternate yang sudah dipenuhi amarah menyerang Benteng Gamalama di Ternate. Pengepungan ini berlangsung hingga lima tahun hingga akhirnya menyerah pada tahun 1575 karena kehabisan persediaan. Akhirnya Ternate berhasil mengusir Portugis.
Portugis melarikan diri ke beberapa arah. Ada tentara Portugis yang pergi ke Hitu. Hitu adalah sebuah kerajaan kecil di Maluku. Sial bagi tentara Portugis, mereka pun diperangi oleh orang Hitu di bawah pimpinan Kapitan Sepamole. Ada juga tentara Portugis yang lari ke Tahula yang termasuk wilayah Tidore. Di Tahula ada benteng buatan Spanyol. Kelak, para Portugis yang bersembunyi di Tahula diusir oleh Belanda.
5. Portugis-Spanyol Menyerang Ternate
Raja Felipe II dari Spanyol berniat menguasai Ternate lagi. Dia melakukan ini setelah berhasil mempersatukan Spanyol dan Portugis pada tanggal 15 November 1582. Raja ini mungkin asing di telinga orang Indonesia. Namanya diabadikan menjadi nama Filipina. Dia menyuruh Gubernur Jenderal di Spanyol untuk membantu sisa-sisa Portugis di Maluku. Aliansi Portugis dan Spanyol berusaha merebut Ternate kembali. Tapi gagal. Kegagalan ini terjadi karena adanya orang Belanda yang berlayar di perairan Maluku. Di bawah pimpinan Steven van der Haghen, Belanda berhasil menguasai benteng Portugis di Ambonia pada 23 Februari 1605.
Rakyat Ternate yang membenci Spanyol dan Portugis kini beraliansi dengan Belanda. Bersama Belanda, rakyat Ternate menggempur Spanyol dan Portugis. Bahkan Belanda berhasil merebut Motir dan Makin dari Spanyol dan mendirikan benteng di sana. Sisa-sisa Spanyol di Tidore juga dihajar oleh Belanda. Perang dari tahun 1624 hingga 1639 berdampak pada kekalahan Spanyol. Kekuasaan Spanyol dan Portugis di Maluku harus tergantikan oleh Belanda. Portugis dan Spanyol pergi dan menguasai Timor Timur hingga tahun 1975. Setelah riwayat Portugis dan Belanda di Indonesia tamat, kini saatnya membaca sejarah berdirinya VOC.
Demikian informasi tentang dampak Peristiwa Maluku Angkat Senjata. Peristiwa Maluku Angkat Senjata ini perlu diketahui karena merupakan kisah awal penjajahan bangsa asing di Nusantara sebelum Belanda.