Kita pastinya familiar dengan yang namanya Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia atau yang akrab disebut dengan sebutan PSSI, PSSI merupakan organisasi tertinggi di Indonesia yang menaungi cabang olahraga sepakbola. PSSI saat ini sudah berusia 89 tahun, perjalanan panjang pun sudah dilalui. Lalu bagaimana sejarah sepakbola dan sejarah PSSI hingga sekarang, layak untuk ditelusuri lebih mendalam.
Sejarah PSSI
PSSI terbentuk pada tanggal 19 April 1930 di Yogyakarta, awal mulanya organisasi ini bernama Persatuan Sepak Raga Seluruh Indonesia. Organisasi yang lahir pada Zaman penjajahan Belanda ini didirikan oleh seorang insyinyur sipil bernama Soeratin Sosrosogondo. Tokoh yang akrab disapa Soeratin ini merupakan lulusan Sekolah Teknik Tinggi di Heckelenburg, Jerman tepatnya di tahun 1927 lalu kembali ke Indonesia pada tahun 1928.
Pada saat kembali ke tanah air, Soeratin bekerja di sebuah perusahaan bangunan Belanda bernama ‘’Sizten en Lausada’’ yang memiliki kantor pusat di Yogyakarta. Di perusahaan tersebut, Soeratin adalah satu-satunya orang Indonesia yang menduduki jajaran petinggi perusahaan konstruksi tersebut. Namun, adanya dorongan sangat tinggi dari jiwa nasionalisnya, Soeratin muda mengundurkan diri dari perusahaan besar tersebut.
Pasca mundur dari perusahaan Belanda itu, Soeratin memilih untuk menyibukkan diri dengan aktif di bidang pergerakan, dan sebagai pria muda yang hobi bermain sepakbola, dia memutuskan untuk menjadikan olahraga menggunakan bola tersebut sebagai wahana terbaik dalam menyemai nasionalisme pada kalangan pemuda untuk menentang Belanda. Pilihan Soeratin tersebut merupakan salah satu upayanya dalam mengimplementasikan apa yang telah diputuskan dalam pertemuan para pemuda Indonesia tanggal 28 Oktober 1928 yang dikenal sebagai Sumpah Pemuda.
Setelah itu, untuk mewujudkan cita-cita mulia tersebut, Soeratin melakukan berbagai pertemuan dengan tokoh-tokoh sepakbola yang berada di Bandung, Solo dan juga Yogyakarta. Pertemuan pada saat itu tidak semudah melakukan pertemuan di masa sekarang ini, Soeratin harus melakukan pertemuan dengan kontak pribadi untuk menghindari sergapan Polisi Belanda atau PID. Pertemuan yang dilakukan akhirnya membuahkan hasil dengan diadakanya pertemuan di hotel kecil di Jakarta, bersama Soeri- ketua VIJ (Voetbalbond Indonesische Jakarta) disertai pengurus yang lainnya. Hasilnya pun, memutuskan untuk dilakukan pematangan gagasan perlunya pembentukan sebuah organisasi persepakbolaan kebangsaan.
Hal serupa lantas disusul dengan dilakukannya pematangan gagasan di Kota Bandung, Solo dan juga Yogyakarta dengan tokoh-tokoh pergerakan nasional seperti A Hamid, Daslam Hadiwasito, Soekarno (bukan Bung Karno Presiden Pertama Indonesia), dan masih ada lainya. Hal senada pun dilakukan di kota lainnya namun melalui kontak pribadi atau kurir, contohnya bersama dengan Soediro (Ketua Asosiasi Muda) yang berada di Magelang. Dari hasil pematangan tersebut, kemudian pada tanggal 19 April 1930, kembali terjadi pertemuaan yang lebih besar lagi antara wakil-wakil dari VIJ, seperti Sjamsoedin, wakil Bandoengsche Indonesische Voetbal Bond (BIVB) Gatot, pesatuan sepakbola mataram (PSM) Yogyakarta yang dihadiri oleh Daslam Hadiwasito, dan masih banyak lagi organisasi lainya.
Dari pertemuan berbagai organisasi penting dimasa tersebut, maka lahirlah PSSI (Persatuan Sepakraga Seloeroh Indonesia) sekaligus menetapkan Ir Soeratin sebgai ketua Umum PSSI pertama. Nama PSSI pun resmi berubah menjadi Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia pada kongres di Solo tepatnya pada tahun 1950. Pasca terbentuknya PSSI, Soeratin beserta jajaranya pun bergegas menyusun program yang bisa dibilang ‘’menentang’’ berbagai kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah Belanda melalui NIVB. Program tersebut akhirnya melahirkan ‘’stridij program’’ atau mempunyai makna program perjuangan seperti yang dilakukan oleh partai dan organisasi massa pada waktu itu.
Program tersebut mewajibkan kepada setiap bonden alias perserikatan melakukan kompetisi internal untuk strata I dan II, kemudian di lanjutkan ke juaraan antar perserikatan yang pada waktu itu dijuluki sebagai ‘’Steden Tournooi’’ dimulai tahun 1931 tepatnya di Surakarta. Program sepakbola kebangsaan yang dijalankan PSSI tersebut dan melihat makin masifnya rakyat yang menjadi persepakbola di jalan-jalan, tempat-tempat tertentu, dab bahkan di alun-alun, dimana Kompetisi I perserikatan diselenggarakan membuat hati Susuhunan Paku Buwono X menjadi terpanggil.
Dari peristiwa tersebut menjadikan hati Paku Buwono X tergugah dengan membangunkan stadion Sriwerdari lengkap beserta lampu. Pendirian stadion itu juga sebagai salah satu bentuk apresiasi terhadap kebangkitan ‘’Sepakbola Kebangsaan’’ yang dipromotori PSSI. Stadion Sriwedari sendiri di resmikan pada Oktober 1933, dengan adanya fasilitas stadion itu kegiatan persepakbolaan pun semakin gencar dilakukan.
Tak sampai disitu saja, perjuangan Soeratin pun diperluas dengan mendorong pembentukan badan olahraga nasional, supaya kekuatan olahraga pribumi makin kokoh dalam melawan kekuatan Belanda yang mendominasi. Perjuangan tersebut akhirnya menelurkan ISI (Ikatan Sport Indonesia) pada Tahun 1938, tak berselang lama dari berdirinya organisasi olahraga tersebut kemudian terselenggara Pekan Olahraga pertama pada tanggal 15-22 Oktober 1938 di Solo dan menjadi bagian dari sejarah olahraga di indonesia.
Tujuan Pembentukan PSSI
Pada dasarnya PSSI dibentuk untuk mengimplementasikan semangat Sumpah Pemuda dengan melakukan gerakan sekaligus sebagai wahana terbaik dalam menyemai nasionalisme pada kalangan pemuda untuk menentang Belanda. Waktu itu, dari pemikiran Soeratin bersama tokoh pemuda lainnya memandang sepakbola merupakan pilihan yang tepat sebagai pergerakan melawan dominasi Belanda.
Hal tersebut lantas terbukti dengan kesatuan dan kekuatan PSSI yang di miliki makin lama semakin bertambah, lantas menjadikan NIVB (Nederlandsch Indische Voetbal Bond) pada tahun 1936 berubah menjadi NIVU (Nederlandsch Indische Voetbal Unie) dan memulai kerjasama dengan PSSI. Sebagai tahap permulaan, NIVU mendatangkan tim bernama Winner Sport Club dari Austria pada tahun 1936.
Kepemimpinan PSSI
Berbeda dengan sejarah olahraga basket, sejarah olahraga lari, sejarah pencak silat, sejarah gulat, sejarah PSSI dari awal terbentuk hingga saat ini sudah berjalan 89 tahun, waktu yang cukup panjang tersebut tentunya ada tokoh-tokoh yang menduduki pucuk kepemimpinan PSSI, berikut merupakan daftar nama ketua PSSI :
- Soeratin Sosrosoegondo, menjabat pada tahun 1930 hingga 1940
- Artono Martosoewignyo menjabat pada tahun 1941 hingga 1949
- Maladi menjabat pada tahun 1950 hingga 1959
- Abdul Wahab Djojohadikoesoemo menjabat pada tahun 1960 hingga 1964
- Maulwi Saelan menjabat pada tahun 1964 hingga 1967
- Kosasih Poerwanegara menjabat pada tahun 1967 hingga 1974
- Bardosono menjabat pada tahun 1975 hingga 1977
- Ali Sadikin menjabat pada tahun 1977 hingga 1981
- Sjarnoebi Said menjabat pada tahun 1982 hingga 1983
- Kardono menjabat pada tahun 1983 hingga 1991
- Azwar Anas menjabat pada tahun 1991 hingga 1999
- Agum Gumelar menjabat pada tahun 1999 hingga 2003
- Nurdin Halid menjabat pada tahun 2003 hingga 1 April 2011
- Djohar Arifin Husin menjabat pada 9 Juli 2011 hingga 18 April 2015
- La Nyalla Mattalitti menjabat pada 18 April 2015 hingga 3 Agustus 2016
- Hinca Panjaitan (Plt) menjabat pada 3 Agustus 2016 hingga 10 November 2016
- Edy Rahmayadi menjabat pada 10 November 2016 hingga 20 Januari 2019
- Joko Driyono (Plt) menjabat pada 20 Januari 2019 hingga 19 Maret 2019
- Gusti Randa (Plt) menjabat pada 19 Maret 2019 hingga 27 Maret 2019
- Iwan Budianto (Plt) menjabat pada 18 Maret 2019 hingga sekarang
Perkembangan PSSI
Pada tahun 1938 NIVU mengirimkan tim atas nama Dutch East Indies ke Piala Dunia, akan tetapi para pemainnya bukan berasal dari PSSI namun berasal dari NIVU, kendati terdapat 9 pemain pribumi/Tionghoa disana. Hal tersebut merupakan bentuk protes Soeratin yang menginginkan diadakannya pertandingan antara tim NIVU dan PSSI terlebih dahulu seperti kerjasama yang sudah disepakati.
Aksi protes tersebut berlanjut hingga pada akhirnya, Soeratin membatalkan perjanjian secara sepihak bersama NIVU pada Kongres PSSI Tahun 1938 di Solo. Soeratin pun mengakhiri tugasnya di PSSI sejak tahun 1942.
Setelah Soeratin berhenti bertugas, PSSI terus berkembang dan tercatat menjadi anggota FIFA terhitung sejak 1 November 1952 bertepatan pada kongres FIFA di Helsinki. Tak lama berselang, PSSI pun masuk sebagai anggota AFC (Asian Football Confederation), bahkan PSSI pun menjadi salah satu pelopor pembentukan AFF (Asean Football Federation).
Dalam perkembangannya, PSSI saat ini sudah memperluas jenis kompetisi dan pertandingan dibawah naungannya. Kompetisi yang diselenggarakan PSSI di dalam negeri pun makin berkembang, diantaranya sebagai berikut :
- Devisi utama, diikuti oleh klub sepakbola dengan pemain berstatus professional alias non amatir.
- Devisi satu, diikuti oleh klub sepakbola dengan pemain berstatus non amatir.
- Divisi dua, diikuti oleh klub sepakbola dengan pemain berstatus professional.
- Divisi tiga, diikuti oleh klub sepakbola dengan pemain berstatus amatir.
- Kelompok usia dengan pemain mulai dari dibawah usia (U-) 15 tahun, U-17, U-19 DAN U-23 yang diikuti oleh klub sepakbola.
- Sepakbola wanita.
Bukan itu saja, PSSI pun mewadahi pertandingan-pertandingan sepakbola yang terdiri atas pertandingan dalam negeri yang digelar oleh pihak klub sepakbola, pengurus cabang, pengurus daerah sesuai dengan program yang sudah disusun PSSI. Selain itu, terdapat juga pertandingan dalam negeri yang diselenggarakan pihak ketiga dengan izin PSSI, contohnya PORDA atau kepanjangan Pekan Olahraga Daerah dan PON alias Pekan Olahraga Nasional , serta pertandingan lainnya yang melibatkan peserta dari luar negeri.
Hingga awal sejarah PSSI terbentuk sampai saat ini, PSSI sudah memiliki pengurusan hingga tingkat daerah di seluruh penjuru Indonesia, hal ini kemudian menjadikan olahraga sepakbola menjadi sangat disenangi serta menjadi hiburan bagi rakyat Indonesia. Nah demikianlah pembahasan tentang perjalanan PSSI hingga saat ini, ada baiknya sejarah olahraga renang, dan sejarah olahraga catur.