Palang Merah Remaja atau PMR adalah wadah untuk membina dan mengembangkan para anggota remaja dari Palang Merah Indonesia (PMI). Cabang PMR tersebar di PMI kota atau kabupaten seluruh Indonesia dengan lebih dari lima juta anggota sehingga PMR menjadi salah satu sumber kekuatan PMI dalam melaksanakan berbagai kegiatan kemanusiaan, kesehatan dan siaga bencana, untuk mempromosikan prinsip – prinsip dasar palang merah dan bulan sabit merah dalam skala internasional, juga mengembangkan kapasitas dalam organisasi PMI.
PMR menjadi organisasi binaan PMI yang dipusatkan di sekolah – sekolah atau kelompok – kelompok masyarakat dengan tujuan untuk membangun dan mengembangkan karakter kePalang Merahan dalam diri anak – anak agar dapat disiapkan untuk menjadi relawan PMI di masa depan. Karakteristik PMR adalah bersih, sehat, kepemimpinan, peduli, kreatif, kerjasama, bersahabat dan ceria.
Pembentukan Palang Merah Remaja
Sejarah terbentuknya PMR tidak dapat dilepaskan dari pembentukan PMI itu sendiri. Pemrakarsa pendirian PMI adalah dr. RCL Senduk dan Bahder Djohan pada tahun 1932, yang sepakat untuk membentuk sebuah badan kemanusiaan di bawah pengawasan putra – putra pribumi. Rencana tersebut ditentang oleh pemerintah Kolonial Belanda. Pada saat itu Indonesia belum merdeka, dan sudah ada organisasi palang merah Belanda bernama Nederlands Rode Kruiz Afdeling Indie (Nerkai). Awalnya Nerkai bernama Het Nederland – Indische Rode Kruis (NIRK) didirikan pada 21 Oktober 1873.
PMI baru dapat direalisasikan pendiriannya setelah proklamasi kemerdekaan ketika Buntaran, Menteri Kesehatan menyiapkan pembentukannya. Tanggal 17 September 1945 menjadi saksi pendirian badan kemanusiaan bangsa Indonesia yang lepas dari campur tangan penjajah. Penyerahan aset dari Nerkai ke PMI dilakukan pada 16 Januari 1950 setelah kedaulatan Indonesia diakui oleh Belanda dan sejak saat itu PMI mulai fokus memberikan bantuan kemanusiaan pada rakyat. Setelah itu mulai ada wacana untuk mengenalkan badan kemanusiaan ini kepada remaja, dan mencetuskan ide untuk sejarah terbentuknya PMR.
Setelah PMI bergabung ke dalam Palang Merah Internasional, dilakukan kongres – kongres PMI untuk mematangkan fungsi dari badan kemanusiaan tersebut. Dalam kongres PMI ke 4 pada 25 – 27 Januari 1950 ide untuk membentuk PMR dicetuskan. Ide tersebut berasal dari pengerahan anak – anak sekolah di Austria pada Perang Dunia I untuk membantu kegiatan perang sesuai kemampuan mereka, misalnya mengumpulkan pakaian bekas, majalah atau koran bekas, barang – barang yang bisa digunakan dalam perang lainnya.
Ide tersebut diterapkan dengan sejarah terbentuknya PMR yang berada di bawah pembinaan PMI, yang kemudian diterapkan pada beberapa sekolah di Indonesia. PMR dipimpin oleh Ny. Siti Dasimah dan Paramita Abdurrahman, sehingga tanggal 1 Maret 1950 menjadi tanggal resmi berdirinya PMR Indonesia. PMR pertama Indonesia berada di Bandung, dan PMR kedua didirikan di Kudus. Ada tiga tingkatan PMR yaitu :
- PMR Mula untuk sekolah dasar (10-12 tahun) dengan warna slayer hijau muda
- PMR Madya untuk sekolah menengah pertama (12-15 tahun) dengan warna slayer biru langit.
- PMR Wira untuk sekolah menengah atas (15-17 tahun) dan slayer berwarna kuning cerah.
Prinsip Dasar PMR
Pada sejarah terbentuknya PMR diperkenalkan 7 Prinsip Dasar Palang Merah Dan Bulan Sabit Merah Internasional yaitu:
- Kemanusiaan – Gerakan ini berasal dari keinginan untuk menolong korban yang terluka dalam pertempuran tanpa adanya pembedaan serta untuk mencegah dan mengatasi penderitaan sesama manusia.
- Kesamaan – Membantu orang yang menderita tanpa membedakan mereka berdasarkan kebangsaan, ras, agama dan lain sebagainya untuk mengurangi penderitaan yang dialami sesuai kebutuhan dengan prioritas pada kondisi yang paling parah.
- Kenetralan – Gerakan ini tidak memihak atau melibatkan diri dalam pertentangan mengenai politik, ras, agama atau ideologi.
- Kemandirian – Gerakan ini sifatnya mandiri, menaati hukum yang berlaku di negara masing – masing tetapi bersifat otonom dan tetap menjaga tindakan sejalan dengan prinsip dasar dari gerakan.
- Kesukarelaan – Memberi bantuan berdasarkan sukarela tanpa adanya unsur mencari keuntungan dalam bentuk apapun.
- Kesatuan – Hanya boleh ada satu perhimpunan nasional dalam satu negara dan lambang yang digunakan juga hanya dibolehkan satu saja antara lambang palang merah atau bulan sabit merah.
- Kesemestaan – Gerakan ini ada di seluruh dunia, memiliki status yang sederajat dengan hak serta tanggung jawab yang sama dalam usaha membantu sesama manusia.
Pelatihan Untuk Anggota PMR
Pelatihan anggota PMR wajib dilakukan sebelum dapat terlibat sepenuhnya dalam setiap kegiatan. Anak – anak yang dilatih dalam PMR kelak akan menjadi kader PMI. Anggota PMR akan diberikan pelatihan materi pokok berupa Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (PPPK) dari PMI. Setelah lulus pelatihan tersebut, maka mereka akan diberikan kartu anggota, tanda pengenal dan seragam resmi. Proses pelatihan dilakukan sesuai dengan kurikulum yang ditetapkan PMI dengan waktu yang menyesuaikan dengan kalender pendidikan, kegiatan tertentu atau waktu – waktu yang telah disetuju bersama antara PMI, pelatih dan anggota PMR. Kebijakan PMI dan federasi mengenai pembinaan remaja yaitu:
- Remaja adalah prioritas pembinaan baik sebagai anggota ataupun dalam kegiatan kepalang merahan.
- Remaja memiliki peran penting dalam mengembangkan kegiatan kepalang merahan.
- Remaja juga berperan penting dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan serta proses pengambilan keputusan untuk kegiatan PMI.
- Remaja merupakan kader yang bersifat relawan
- Remaja adalah calon pemimpin PMI masa depan.
Materi Pelatihan PMR
Pada awal pelatihan, seluruh anggota akan diberikan informasi materi dan tujuan pelatihan tersebut. Para pelatih dan fasilitator akan mengidentifikasi anggota yang baru bergabung dan anggota yang melanjutkan keanggotaannya. Untuk anggota baru akan mengikuti proses pelatihan sejak awal sedangkan untuk anggota lanjutan akan dijadikan sebagai asisten untuk membantu pemahaman materi rekan – rekannya. Syarat kecakapan PMR dirancang dalam bentuk penghargaan, pengakuan, pemantauan dan juga adanya evaluasi. Beberapa materi pokok pelatihan PMR adalah:
- Gerakan Palang Merah – Materi palang merah mencakup sejarah, lambang, kegiatan tentang palang merah, dan prinsip – prinsip dasar gerakan palang merah dan bulan sabit merah internasional.
- Kepemimpinan – Materinya mencakup kerjasama, komunikasi, persahabatan, menjadi pendidik bagi rekan sebaya, mendukung dan mencontohkan perilaku hidup sehat.
- Pertolongan Pertama – Materinya berupa cara menghubungi dokter atau rumah sakit, melakukan pertolongan pertama di sekolah dan rumah juga menolong diri sendiri.
- Sanitasi dan Kesehatan – Mencakup perawatan keluarga yang sakit di rumah, perilaku hidup sehat, menjaga kebersihan diri dan lingkungan.
- Kesehatan Remaja – Pelatihan mengenai Kesehatan reproduksi, NAPZA, HIV/AIDS
- Siap Siaga Bencana – Mengenai jenis – jenis bencana, cara pencegahan bencana, persiapan diri, teman dan keluarga dalam menghadapi bencana.
- Donor Darah – Kampanye mengenai donor darah, perekrutan donor darah remaja, persiapan menjadi pendonor, mengadakan kegiatan donor darah pada saat wabah demam berdarah atau pada saat bencana.
Setelah pelatihan, para anggota PMR baru dapat melaksanakan Tri Bhakti PMR yaitu meningkatkan keterampilan masyarakat untuk hidup sehat, berkarya serta berbakti di masyarakat dan mengeratkan persahabatan yang terjalin secara nasional dan internasional. Karena tidak setiap waktu ada kegiatan, maka untuk mengisi waktu senggang PMR biasanya diberikan tugas pengumpulan dana pada bulan PMI, mengunjungi rumah sakit dan panti asuhan.
Disana mereka bertugas memberikan hiburan dengan berbagai kegiatan yang dapat meningkatkan mental pasien agar dapat segera sembuh dari penyakitnya. Selain itu dalam sejarah terbentuknya PMR juga diadakan kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan kebersamaan para anggota seperti Jumbara (Jumpa Bakti Gembira) yang mirip seperti Jambore Pramuka, diadakan di tiap tingkatan mulai kabupaten, daerah dan nasional.