Masa penjajahan Jepang di Indonesia terjadi tidak jauh dari peristiwa bom atom Hiroshima dan Nagasaki, diawali dengan sejarah perjanjian Kalijati antara Belanda dan Jepang. Pengeboman di Hiroshima dan Nagasaki Jepang dilakukan pada bulan Agustus 1945 oleh Amerika Serikat, di tahap akhir Perang Dunia II. Penjatuhan bom nuklir tersebut dilakukan berdasarkan persetujuan Britania Raya dan menjadi penggunaan nuklir dalam perang untuk pertama kalinya dalam sejarah. Presiden Amerika Serikat Harry S. Truman adalah orang yang memerintahkan pengeboman tersebut.
Ketika Nazi Jerman mendandatangani kesepakatan penyerahan diri pada 8 Mei 1945, Jepang menolak untuk memenuhi tuntutan Sekutu agar menyerah tanpa syarat. AS bersama Britania Raya dan Cina memberikan ultimatum pada Jepang untuk menyerah tanpa syarat dalam Deklarasi Postdam tertanggal 26 Juli 1945. Jika tidak, Jepang akan menghadapi kehancuran yang cepat dan besar, namun Jepang mengabaikannya. Pada Bulan Juli 1945, Sekutu berhasil melakukan Proyek Manhattan berupa pengujian bom atom di Gurun New Mexico.
Dampak Peristiwa Bom Hiroshima Dan Nagasaki
Tanggal 6 Agustus 1945, AS menjatuhkan bom jenis bedil mengandung uranium 235 yang langka, disebut ‘Little Boy’ di Hiroshima. Little Boy dibuat di Clinton Engineer Works di Oak Ridge, Tennessee. 16 jam kemudian Presiden Truman meminta Jepang menyerah dan memperingatkan akan adanya serangan selanjutnya. Pada tanggal 9 Agustus 1945, AS lanjut menjatuhkan bom atom yang disebut ‘Fat Man’ di Nagasaki. Fat Man berjenia implosi yang lebih kuat dan efisien, namun lebih rumit dari Little Boy, mengandung plutonium yang dibuat di sejumlah reaktor nuklit di Hanford, Washington. Dampak peristiwa bom Hiroshima dan Nagasaki bagi rakyat Jepang sangat luar biasa sebagaimana yang terjadi berikut ini.
1. Banyak korban berjatuhan
Bom atom Little Boy dijatuhkan di pusat kota Hiroshima sebagai dampak peristiwa perang dunia 2 ketika Jepang tidak juga mau menyerah. Perkiraan korban tewas mencapai 100 – 180 ribu orang dari 350 ribu orang populasi. Perkiraan korban jiwa dari bom atom Fat Man mencapai 50 – 100 ribu orang. Pada hari terjadinya pengeboman, sekitar 263 ribu orang sedang berada di Nagasaki. Mereka adalah 240 ribu penduduk Jepang, 10 ribu Korea, 2500 pekerja Korea, 9000 orang tentara Jepang, 600 pekerja Cina, dan 400 orang tahanan perang sekutu di perkemahan yang terletak di utara Nagasaki.
2. Terjadi kebakaran dahsyat
Dalam waktu sekitar 30 detik setelah bom atom diledakkan di Hiroshima, muncul badai api yang menyebabkan semua orang pada jarak 300 kaki menguap seketika. Ledakan besar tersebut menyebabkan melelehnya bola mata, membuat kulit tubuh terlepas dan meledakkan perut orang – orang. Kejadian ini menambah jatuhnya korban jiwa sekitar 120 ribu orang. Pusat kotanya dipadati bangunan beton berkerangka dan bangunan struktur ringan, sedangkan di luar kota padat oleh bengkel kecil berbahan kayu yang tersebar diantara rumah – rumah bergaya Jepang yang terbuat dari kayu dan tanah liat.
Bangunan industri pun banyak yang berkerangka kayu, sehingga sangat rentan terbakar. Di Nagasaki, banyak bangunan masih bergaya Jepang lama yang terbuat dari kayu. Material tersebut tidak akan mampu menahan ledakan, belum lagi Nagasaki tidak memiliki penataan kota yang layak, banyak pemukiman padat di seluruh lembah industri Nagasaki sehingga mengakibatkan jumlah korban tewas sangat banyak.
3. Hancurnya bangunan – bangunan
Dampak peristiwa bom Hiroshima dan Nagasaki di pusat kota tidak menyebabkan kerusakan bangunan yang berlebihan. Hanya sebanyak 22, 7 persen bangunan terpusat di lembah Urakami dan sebagian pusat kota Nagasaki. Yang mendatangkan kehancuran besar adalah badai api yang muncul setelah pengeboman, menghancurkan sekitar 13 kilometer persegi wilayah kota. Sekitar 63 persen bangunan hancur karena pengeboman sementara 92 persen bangunan di kota mengalami kerusakan karena api.
4. Terjadinya radiasi
Masalah berikutnya yang menimbulkan sampak peristiwa bom Hiroshima dan Nagasaki yang besar adalah radiasi yang parah hingga menyebabkan kematian. Pada jarak 1 – 2 kilometer dari pusat pengeboman terjadi berbagai cedera serius hingga sedang. Sementara pada radius 2 – 4 kilometer banyak terjadi cedera ringan. Radiasi menyebar karena bom diledakkan pada jarak 600 meter di atas tanah, bahkan efek radiasinya bisa diturunkan melalui genetika pada generasi berikutnya.
5. Timbulnya berbagai penyakit
Selama empat bulan pertama, ribuan orang terbunuh oleh bom atom sebagai dampak peristiwa bom Hiroshima dan Nagasaki. Dalam 30 tahun berikutnya, sebanyak 400 jiwa lainnya meninggal akibat penyakit kanker dan leukimia, juga cacat lahir dan kematian karena melahirkan. Salah satu perjuangan seorang penderita radiasi nuklir dialami oleh Sadako yang berusia 2 tahun. Ia meninggal pada 25 Oktober 1955 setelah selama 8 bulan melawan penyakit yang disebabkan radiasi. Kematiannya menghilhami pendirian Monumen Perdamaian Anak.
6. Penyerahan tanpa syarat Jepang
Dalam waktu enam hari setelah peristiwa pengeboman, tepatnya pada 15 Agustus 1945, Jepang akhirnya menyerah tanpa syarat kepada sekutu. Pengeboman tersebut turut menjadi salah satu alasan Jepang menyerah kepada sekutu. Kaisar Hirohito menyatakan kekhawatirannya apabila pengeboman terus berlanjut, maka bukan hanya bangsa Jepang saja yang akan musnah melainkan juga seluruh ras manusia.. Penandatanganan perjanjian dilakukan pada tanggal 2 September yang secara resmi menjadi momen penghentian Perang Pasifik dan Perang Dunia II. Ketahui juga mengenai sejarah kemerdekaan Korea Selatan dari penjajahan Jepang.
Para Korban Selamat
Para penyintas yang selamat dari dampak peristiwa bom Hiroshima dan Nagasaki disebut Hibakusha, yang secara harfiah artinya adalah ‘Orang yang terdampak ledakan’. Pada tanggal 31 Maret 2015, sebanyak 183.519 Hibakusha mendapatkan pengakuan dari Pemerintah Jepang. Sebagian besar dari mereka menetap di Jepang, dan sebanyak 1 persen diakui menderita penyakit karena radiasi. Pada tugu peringatan yang didirikan di Hiroshima dan Nagasaki dituliskan daftar nama para Hibakusha yang meninggal setelah pengeboman.
Nama – nama tersebut terus bertambah setiap tahun pada tanggal peringatan peristiwa pengeboman. Pada bulan Agustus 2015, di monumen ini sudah tercantum lebih dari 460 ribu nama Hibakusha dengan rincian 297.684 nama di Hiroshima dan 168.767 nama di Nagasaki. Hingga sekarang, hibakusha dan keturunannya kerap menjadi korban diskriminasi di Jepang karena banyak yang awam akan akibat dari radiasi tersebut. Sebagian besar percaya bahwa penyakit akibat radiasi bisa diturunkan dan menular, walaupun tidak tercatat adanya kenaikan jumlah kecacatan kelahiran atau malformasi kongenital pada anak – anak hibakusha.
Dampak peristiwa bom Hiroshima dan Nagasaki telah menjadi topik yang diperdebatkan oleh ilmuwan dan masyarakat selama bertahun – tahun. Para pendukung pengeboman pada umumnya menegaskan bahwa hal itu nyatanya telah memicu penyerahan diri Jepang dan dapat mencegah jatuhnya korban di kedua sisi ketika dilakukan Operasi Downfall. Mereka juga menyatakan bahwa jatuhnya bom atom itu mungkin saja telah menyelamatkan setengah juta prajurit AS. Jumlah tersebut adalah perkiraan jumlah korban pada penyerbuan Sekutu ke Jepang yang rencananya akan dilakukan pada bulan November.
Skenario lain yang dipaparkan para ilmuwan untuk mengakhiri perang tanpa invasi justru akan merugikan sekali bagi banyak warga Jepang. Sedangkan orang – orang yang kontra meyakini bahwa bom atom pada dasarnya adalah suatu tindakan yang tidak bermoral, mengebom adalah suatu kejahatan perang, tidak perlu dilakukan dari sudut pandang militer, pengeboman adalah terorisme negara dan dipicu oleh rasisme serta dehumanisasi rakyat Jepang. Walaupun demikian, peristiwa bom atom ini turut mengakhiri akibat penjajahan Jepang di Indonesia dan menjadi akhir dari pendudukan Jepang di Indonesia.