Papua adalah propinsi paling luas di Indonesia dan terletak di sebelah timur pulau Papua yang merupakan pulau terbesar kedua di dunia setelah Greenland. Papua kemudian berganti nama menjadi Irian pada tahun 1946, yang berarti Ikut Republik Indonesia Anti Nederland. Pada awalnya Papua berada di bawah kekuasaan Belanda hingga dilakukannya Penentuan Pendapat Rakyat (PEPERA) pada tahun 1969 lalu Papua diakui secara internasional sebagai bagian dari negara Indonesia.
Pada tahun 2003 wilayah Papua dibagi menjadi dua propinsi oleh pemerintah yaitu bagian timur dengan nama Propinsi Papua dan bagian barat dengan nama Propinsi Irian Jaya Barat yang kembali berganti nama Papua Barat setahun kemudian. Selain hutan tropis, kayu dan keindahan alamnya termasuk ragam flora dan fauna tropis di sana, Papua dikenal memiliki sejumlah kekayaan alam berupa batu gamping, lempung dan sumber daya mineral yang nilainya sangat tinggi berupa minyak bumi di Sorong dan tembaga serta emas di Pegunungan Grasberg bagian tengah.
Awal Mula Sejarah Berdirinya Freeport di Papua
Kekayaan alam mineral Papua yang sangat berharga membuat banyak pihak asing berusaha untuk turut menangguk keuntungan dari hal tersebut. Salah satunya adalah PT. Freeport yang merupakan perusahaan pertambangan asal Amerika yang telah melakukan penambangan pada kekayaan alam di Papua sejak puluhan tahun lalu. Sejarah Freeport di Indonesia dimulai dari penemuan sumber daya alam berupa tambang emas dan tembaga oleh orang asing. Tambang emas dan tembaga Papua ditemukan melalui penjelajah orang asing di Papua, yaitu Jean Jacques Dozy seorang kepala ahli geologi minyak dan bumi di Nedrlandsche Nieuw Guinea Petroleum Maatschappij (NNGPM). Dozy kemudian menemukan bagian dari pegunungan yang dinamai Erstberg yang mengandung bijih dalam jumlah sangat besar sehingga tidak ada batuan lain disana kecuali berupa bijih.
Dua kilometer dari situ, Dozy dan kawan – kawannya menemukan Gerstberg yang digambarkan sebagai tempat penyimpanan emas terbesar di dunia. Contoh batuan yang dibawa Dozy kemudian dianalisa dan dibuat laporannya yang diterbitkan pada Jurnal Geologi Leiden pada 1939. Laporan ekspedisi Dozy dan teman – temannya kemudian tertimbun karena terjadi perang dunia II. Kemudian laporan tersebut didapatkan oleh perusahaan tambang asal Amerika, yaitu Freeport Sulphur. Pada tahun 1959 terjadi pertemuan antara Forbes Wilson, direktur eksplorasi Freeport Sulphur Company dan Jan Van Gruisen, Managing Director Oost Maatchappij yang memberikan informasi mengenai laporan Dozy tersebut. Oost Matschappij yaitu perusahaan Belanda yang menambang batu bara di Kalimantan Timur dan Sulawesi Tenggara. Pertemuan tersebut menghasilkan ekspedisi Freeport ke Ertsberg.
Penjelajahan yang dipimpin oleh Wilson tersebut menghasilkan penemuan berupa perkiraan cadangan 33 juta ton bijih besi dan 2,5 persen kandungan tembaga. Namun untuk mendapatkan keuntungan dari hal tersebut, Freeport masih membutuhkan izin dari pemerintah Indonesia dan kepastian akan investasi mereka. Sayangnya pada periode yang sama, Indonesia sedang mengalami kekacauan politik di banyak wilayah, mulai dari terjadinya perang untuk perebutan wilayah Papua Barat sampai peristiwa G 30 S PKI pada tahun 1965. Saat itu presiden Soekarno juga sangat menentang penanaman modal asing di Indonesia, dan menganggap bahwa kaum kapitalis Barat adalah agen – agen penjajahan gaya baru. Banyak organisasi yang terbentuk pada saat ini, ketahui juga mengenai sejarah PKI, sejarah perhimpunan Indonesia, sejarah gerindo, dan sejarah berdirinya APEC.
Jalan Mulus Freeport di Zaman Soeharto
Gonjang ganjing politik di Indonesia mengakibatkan presiden Soekarno diturunkan dari jabatannya pada tahun 1965. Kekuasaan sebagai pemimpin negara berpindah secara berangsur kepada Jenderal Soeharto, seorang Jenderal dari Angkatan Darat melalui Surat Perintah Sebelas Maret 1966. Pergantian pemimpin negara inilah yang memuluskan jalan untuk Sejarah Berdirinya Freeport memasuki tanah Papua, sebab Soeharto bukanlah pemimpin negara yang anti kepada modal asing. Saat itu Soeharto yang merupakan Ketua Presidium Kabinet memprakarsai UU no. 1 tahun 1967 mengenai penanaman modal asing.
Setelah pertanggung jawaban presiden Soekarno ditolak oleh MPRS, Soeharto kemudian ditunjuk menjadi pejabat presiden. Salah satu langkah pertama yang dilakukannya yang berdampak besar kepada ekonomi negara adalah pemberian kontrak karya pada 7 April 1967 kepada Freeport selama 30 tahun, terhitung sejak masa operasional Freeport pada 1973. Pada tahun 1991 atau tiga tahun setelah mulainya eksploitasi Grasberg, PT.Freeport Indonesia kembali menjalin kontrak karya II dengan pemerintah yang berlaku selama 30 tahun pada 2021 dan adanya kemungkinan perpanjangan selama 2 x 10 tahun hingga 2041. Ketahuilah juga beberapa partai yang berdiri di Indonesia, antara lain sejarah parindra Partai Indonesia Raya, sejarah PNI Partai Nasional Indonesia dan sejarah Indische Partij.
Eksplorasi Grasberg oleh Freeport
Freeport bergabung dengan McMoran pada tahun 1980, yaitu perusahaan eksplorasi minyak dan gas sehingga berganti nama menjadi Freeport McMoran dan membawahi Freeport Indonesia sebagai anak perusahaan. James Robert Moffett yang ditunjuk menjadi pimpinan Freeport McMoran, memerintahkan peningkatan eksplorasi pada seluruh jajaran Freeport Indonesia untuk menggantikan cadangan Erstberg yang diperkirakan akan habis pada 1987. Sampai tahun 1989 bijih – bijih dari Ertsberg dialirkan ke kapal – kapal pengangkut melalui pipa sepanjang 115 km. Erstberg menghasilkan 32 juta ton bijih sebelum habis.
Eksplorasi tersebut menemukan bahwa Grasberg berbeda dengan puncak – puncak gunung yang mengelilinginya. Grasberg yang memiliki ketinggian lebih rendah dibandingkan puncak lain, seharusnya memungkinkan tumbuhnya pepohonan besar, namun pada kenyataannya yang dapat tumbuh di atas permukaan tanah hanya semacam rumput kasar. Kondisi vegetasi yang berupa anomali inilah yang dicari oleh para geolog Freeport. Kemudian ditemukan bahwa penyebabnya adalah tanah yang bersifat asam yang merupakan hasil proses alam terhadap adanya mineral – mineral yang mengandung tembaga dan emas.
Setelah itu mulai dilakukan pengeboran di Grasberg pada lima titik yang berawal dari bagian puncak gunung. Hasil pengeboran empat lubang pertama menunjukkan adanya kadar emas dan tembaga, namun tidak ada kandungan endapan emas. Pengeboran ke lima adalah yang menunjukkan hasil paling signifikan. Hasil tersebut berupa pengeboran 591 meter lapisan bijih yang mengandung 1,69 persen kadar tembaga dan kadar emas sejumlah 1,77 gram per tonnya. Eksploitasi Grasberg kemudian dimulai pada tahun 1988. Tercatat bahwa pada 1995 cadangan Grasberg mencapai 40,3 miliar pon tembaga dan juga sejumlah 52,1 juta ons troy cadangan emas, yang berarti bahwa eksploitasi Grasberg membuat cadangan Freeport meningkat sebanyak dua kali lipat.
Tambang Bawah Tanah Freeport
Cadangan emas dan tembaga di area penambangan terbuka Grasberg akan habis pada 2017. Maka Freeport beralih melanjutkan eksplorasi pada tambang bawah tanah. Ketiga tambang bawah tanah Freeport yaitu Deep Ore Zone (DOZ) sejak 2010 berupa bijih tembaga, emas dan perak sebanyak 60-80 ribu ton bijih perhari, Big Gossan yang produksinya tidak banyak dan selektif, dan Deep Mill Level Zone (DMLZ) yang dibuka pada September 2015. Pada awalnya Freeport hanya memiliki konsesi untuk menambang seluas 10 ribu hektar wilayah saja, namun penemuan cadangan emas yang tidak jauh dari Erstberg membuat diterbitkannya kontrak baru yang memungkinkan Freeport memperluas area penambangan hingga 2,5 juta hektar pada 1989. Hal ini menjadikan Freeport Indonesia dan Papua sebagai salah satu tambang emas terbesar di dunia dengan produksi mencapai 1,44 juta ons pada 2011.