Garuda Pancasila adalah lambang negara Indonesia yang digambarkan dengan seekor burung garuda yang menoleh ke kanan dan memegang pita bertuliskan “Bhinneka Tunggal Ika” yang berarti “berbeda-beda tetapi tetap satu juga”. Lambang negara ini dirancang oleh Sultan Hamid II dan diresmikan pada 11 Februari 1950 saat berlangsungnya Sidang Kabinet Indonesia Serikat. Garuda Pancasila sebagai lambang negara diatur penggunaannya di dalam Peraturan Pemerintah No 43/1958.
Sejarah Burung Garuda
PP No 43/1958 tersebut terdiri dari 15 pasal. Dalam pasal 12 terdapat peraturan yang melarang menambahkan gambar, angka atau apapun pada lambang negara Garuda Pancasila dan Garuda Pancasila pun dilarang dijadikan sebagai cap dagang. Oleh karena itu, harus berhati-hati dalam penggunaannya, karena jika kedapatan melanggar bisa terkena denda atau sangsi. Kecintaan akan Indonesia haruslah disertai dengan menjaga setiap ciri khas bangsa ini, termasuk lambang negaranya. Ada banyak kisah menarik mengenai sejarah burung garuda dari awal sampai burung garuda dijadikan lambang negara Indonesia.
Baca juga:
Sejarah Burung Garuda Menurut Mitologi Hindu
Namun jauh sebelum itu, kisah burung garuda sendiri sudah terdapat dalam mitologi Hindu. Sejarah burung garuda menurut mitologi Hindu sendiri berawal dari kisah seorang guru bernama Resi Kasyapa yang memperistrikan Kadru dan Winata. Dari Kadru, Resi Kasyapa memperanakan Naga dan dari Winata memperanakan Garuda. Kadru selalu cemburu pada Winata dan melakukan berbagai cara agar Winata tersingkir dari keluarga mereka. Singkat cerita, Kadru dan Winata bertarung namun dalam hal ini Kadru berbuat curang sehingga dia memang dan menjadikan Winata sebagai budaknya.
Garuda yang sangat mengasihi sang ibu bertarung melawan Naga namun karena mereka sama-sama kuat maka pertaurngan itu tidak kunjung usai. Sampai akhirnya Naga menyanggupi untuk memberikan membebaskan perbudakan Winata asalkan Garuda memberikannya tirta suci amertha sari, air yang dapat memberikan kehidupan abadi. Garuda pun berkenala mencari amertha sari agar dapat bisa membebaskan ibunya. Dalam perjalanan, Garuda bertemu dengan dewa Wisnu. Dewa Wisnu berjanji akan memberikan amertha sari pada Garuda asalkan Garuda mau menjadi tunggangannya. Garuda pun menyanggupi hal tersebut.
Sikap garuda yang gigih dan tangguh dalam memperjuangkan kebebasan sang ibunda menginspirasi Soekarno untuk menjadikan burung garuda sebagai lambang negara agar ada semangat yang kuat untuk membebaskan ibu pertiwi dari para penjajah. (Baca Juga : Jenis – Jenis Manusia Purba di Indonesia )
Sejarah burung garuda dalam mitologi Hindu mempengaruhi cerita perwayangan di Indonesia. Burung garuda sendiri banyak terdapat di candi-candi Indonesia salah satunya terdapat di candi Prambanan. Dalam salah satu relief di candi Siwa Prambanan, terdapat cerita keponakan Garuda, yaitu Jatayu yang yang yang gugur dalam peperangan untuk merebut Shinta dari Rahwana.
Raja Airlangga dianggap sebagai titisan dewa Wisnu pernah digambarkan sedang menunggangi burung garuda yang dinamakan Garuda Wisnu Kencana. Garuda Wisnu Kencana ini lah yang akhirnya dijadikan sebagai simbol di kerajaan Kahuripan, kerajaan di mana Raja Airlangga memerintah. Kisah mengenai Garuda banyak diceritakan dalam kisah Jawa dan Bali. Di Bali sendiri, garuda dipercaya sebagai “tuan segala makhluk yang bisa terbang”, mungkin karena itu garuda dijadikan sebuah nama untuk maskapai penerbangan Indonesia, Garuda Indonesia. Patung Garuda Wisnu Kencana pun dibangun di Selatan Bali dan menjadi landmark pulau Bali. Pembangunan patung tersebut belumlah usai, karena masih beberapa bagian saja yang selesai dibangun. Harapannya, patung Garuda Wisnu Kencana dapat menumbuhkan rasa cinta akan bangsa sendiri.
Baca juga:
Burung Garuda Sebagai Lambang Negara
Sultan Hamid II yang pada saat itu menjabat sebagai Menteri Negara berdiskusi dengan presiden Soekarno mengenai rancangan lambang negara Garuda Pancasila. Pada 20 Maret 1950, Dullah, atas perintah dari presiden Soekarno, melukiskan Garuda Pancasila. Saat itu lambang negara Garuda Pancasila belum memiliki jambul, Dullah lah yang menambahkan jambul pada Garuda Pancasila. Penambahan jambul ini dilakukan karena Presiden Soekarno tidak ingin lambang negara Indonesia mirip dengan lambang negara amerika Serikat, Bald Eagle. Akhirnya rancangan Garuda Pancasila terakhir dibentuk dalam sebuah patung perunggu berlapis emas yang diletakkan dalam Ruang Kemerdekaan Monumen Nasional.
Baca juga:
Makna Bagian-Bagian Burung Garuda Pancasila
Garuda Pancasila sebagai lambang dan ideologi negara Indonesia memiliki makna yang terselubung di dalamnya. Berikut penjelasan mengenai makna-makna yang terkandung di dalam Garuda Pancasila:
1. Bagian Tubuh Garuda Pancasila
Tubuh Garuda Pancasila memiliki jumlah bulu yang mengandung makna tersendiri. Bulu pada sayap Garuda Pancasila berjumlah 17 helai yang melambangkan tanggal 17. Bulu pada ekornya berjumlah 8 helai yang melambangkan bulan 8. Sedangkan bulu pada leher berjumlah 45 helai yang melambangkan tahun 45. Sehingga jika digabungkan, jumlah bulu-bulu pada burung Garuda Pancasila melambangkan hari kemerdekaan Indonesia. Perisai di bagian depan Garuda Pancasila melambangkan perlindungan terhadap bangsa Indonesia. (Baca Juga : Pengertian Sejarah Dan Unsur-Unsur Sejarah )
2. Bagian Gambar pada Perisai Garuda Pancasila
Lambang bintang, rantai, pohon beringin, kepala banteng, padi dan kapas yang terdapat pada perisai Garuda Pancasila memiliki makna tersendiri. Bintang melambangkan sila pertama dalam Pancasila yaitu ketuhanan Yang Maha Esa. Rantai melambangkan sila kedua yaitu kemanusiaan yang adil dan beradab. Pohon beringin melambangkan sila ketiga yaitu persatuan Indonesia. Kepala banteng melambangkan sila keempat yaitu kerakyatan yang dipimpin dalam permusyawaratan perwakilan. Padi dan kapas melambangkan sila kelima yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. (Baca Juga : Sejarah PARTINDO (Partai Indonesia) )
3. Bagian Letak Warna pada Tubuh Garuda Pancasila
Dalam perancangan Garuda Pancasila, warna pun tidak sembarangan dipilih. Ada makna yang tersirat dibalik penggunaan warna-warna tersebut. Warna Merah yang terdapat pada perisai kanan bawah dan kiri atas mengandung arti keberanian. Warna kuning yang digunakan untuk warna bintang, rantai, padi dan kapas bermakna kemegahan dan keluhuran. Warna hijau yang berarti kesuburan terdapat pada pohon beringin. Warna yang berarti kesucian dan kemurnian terdapat pada perisai kanan atas dna kiri bawah juga digunakan pula sebagai warna pita yang dicengkram. Warna hitam yang berarti keabadian digunakan untuk warna kepala banteng, perisai tengah latar belakang bintang, dan tulisan semboyan “Bhinneka Tunggal Ika”
4. Semboyan pada Garuda Pancasila
Semboyan “Bhinneka Tunggal Ika” yang terdapat pada Garuda Pancasila berasal dari kata Bhina-Ika Tunggal-Ika yang dalam bahasa Jawa menjadi Beda-Iku Tunggal-Iku artinya berbeda itu, kesatuan itu. Oleh karena itu Bhinneka Tunggal Ika bermakna berbeda-beda tetapi tetap satu juga.
Baca juga:
Misteri Burung Garuda
Banyak sekali yang mempertanyakan apakah keberadaan burung garuda itu benar-benar nyata atau hanyalah kisah dalam perwayangan saja. Kedutaan besar Italia untuk Indonesia menerbitkan sebuah buku berisi catatan harian tentang seorang nahkoda asal Portugis yang bercerita tentang kisah-kisah yang dialami di Nusantara dari awal abad ke 16 sampai pada masa kolonial Belanda. Buku tersebut diberi judul “Marcopolo”. Dalam buku yang diterbitkan berseri itu diceritakan tentang penyelamatan seorang anak di pulau Karimunjawa. Burung garuda yang raksasa tampak di pulau Karimunjawa sedang mencengkram seekor kerbau. Pastilah bukan sekedar burung besar biasa jika bisa mencengkram seekor kerbau, kan?
Baca juga:
Demikianlah penjelasan lengkap tentang sejarah burung Garuda dari awal ditemukan dalam mitologi Hindu sampai dijadikan lambang negara. Dengan mengetahui kisah dibalik burung garuda dan betapa sakralnya lambang negara bangsa ini, diharapkan mampu membuat anak-anak bangsa menjadi semakin bangga dengan Indonesia. Bangsa Indonesia diingatkan lagi untuk tetap bersatu walau berbeda-beda suku, agama dan ras.