Perang antaretnis di Bosnia-Herzegovina telah menyebabkan ratusan ribu nyawa melayang dan jutaan orang terusir dari negara mereka sendiri. Dalam perang ini, kekerasa telah melanda ke seluruh pelosok daerah seperti desa-desa dan kota-kota muslim, berdirinya kamp konsentrasi di Omarska dan Trenopolje, serta ribuan orang yang tidak beretnis Serb (Serbia) dipenjarakan, diderpotasi, atau bahkan dibunuh.
Latar Belakang Terjadinya Perang Bosnia dan Serbia
Bosnia-Herzegovina, yang secara informal disebut Bosnia, merupakan sebuah negara di Semenanjung Balkan, Eropa Tenggara, dimana negara ini sudah memiliki berbagai macam etnis dan agama seperti layaknya Indonesia. Meskipun beragam, ada tiga etnis yang terbesar di negara ini, yaitu 44% kaum Bosniak (etnis Bosnia yang pada umumnya beragama Islam), 31% kaum Serb (Serbia), dan 17% kaum Kroat (Kroasia) berdasarkan sensus pada tahun 1991. Karena adanya kegagalan Republik Sosialis Federal Yugoslavia, Bosnia-Herzegovina memisahkan diri pada tahun 1991 seperti Slovenia dan Kroasia. Simak juga sejarah perang Vietnam vs Amerika.
Di negara tersebut, setiap etnis memiliki wadah politik berbeda yang berkoalisi dalam pemerintah Bosnia-Herzegovina. Meskipun begitu, semuanya berubah pada tahun 1991, dimana koalisi itu mulai rontok dan tiap etnis memilih untuk memperjuangkan kepentingan mereka masing-masing. Pada tahun yang sama, Komunitas Eropa pun mengakui kemerdekaan Kroasia dan Slovenia, dan Bosnia mendapat kesempatan untuk menggelar referendum.
Tetapi hal tersebut tidak membantu untuk memperbaiki keadaan, melainkan kesempatan tersebut justru menambahkan ketegangan antar kelompok etnis. Masing-masing dari etnis tersebut memiliki rencananya sendiri mengenai masa depan negara. Referendum pun tetap diselenggarakan pada 29 Februari hingga 1 Maret 1992, dimana 99,7% memilih menginginkan Bosnia sebagai negara berdaulat. Karena terjadi ketegangan, dimana Slobodan Milosevic berusaha mendesak etnis Serbia di Bosnia untuk ikut bergabung dalam misinya yang berupa pembentukan Serbia Raya. Pada akhirnya, pemipin etnik Serbia di Bosnia, Radovan Karadzic, dan Partai Demokrat Serbia menarik diri dari pemerintah dan mendirikan Majelis Serbia Nasioanal. Simak juga sejarah Rusia kuno.
Pada tanggal 3 Maret 1992, setelah adanya pemungutan suara, Presiden Izetbegovic memproklamasikan kemerdekaan Bosnia dan pada 6 April 1992, Bosnia mendapatkan pengakuan internasional. Pada 22 Mei 1992, Serbia telah menjadi anggota PBB. Tetapi sayangnya, kaum Serbia di Bosnia menolak kemerdekaan tersebut karena pada saat referendum, hampir tidak ada orang Serbia yang memberikan suara. Selain itu, orang Serbia yang tinggal di Bosnia tidak menginginkan negara Bosnia merdeka, tetapi mereka ingin menjadikan Bosnia sebagai bagian dari negara Serbia yang besar.
Sejarah Perang Bosnia dan Serbia
Pasukan Serbia pada saat itu memiliki dukungan Milosevic dan tentara bekas negara Yugoslavia yang didominasi oleh etnik Serbia. Tidak lama setelah kemerdekaan Bosnia pada tahun yang sama, pasukan Serbia tersebut menyerang dan memborbardir ibukota Bosnia, Sarajevo. Izetbegovic, presiden Bosnia saat itu, melakukan berbagai upaya untuk mempertahankan Bosnia dengan cara mempersentajai etnik Bosnia supaya dapat mempertahankan diri. Tetapi, kekuatan militer Bosniak jauh lebih rendah daripada Serbia yang mendapat bantuan dari Yugoslavia.
Banyak warga Bosnia dari ketiga etnik berbeda ini melakukan demonstrasi supaya perang tidak diteruskan, tetapi usaha mereka tidak berhasil karena mereka merupakan grup minoritas yang menginginkan kedamaian. Pada akhirnya, karena keganasan militer Serbia, mereka hanya bisa mengikuti perintah atau dibunuh. Banyak pemuda Serbia yang berdamai diambil paksa untuk dijadikan tentara dalam perang ini. Simak juga sejarah berdirinya Indonesia.
Kota-kota besar dengan populasi Bosnia yang banyak seperti Zvornik, Foca, dan Visegard menjadi sasaran utama dalam perang ini. Tentara Serbia secara paksa mengusir warga sipil Bosniak dari daerah mereka sendiri. Hanya dalam sekitar enam pekan, pasukan Serbia telah menguasai sekitar dua pertiga wilayah Bosnia.
Pembersihan Etnik (Ethnic Cleansing)
Hal mengerikan berikutnya yang terjadi adalah proses pembersihan etnik atau ethnic cleansing yang dilakukan oleh orang Serbia terhadap orang Serbia. Kejadian merupakan sejarah yang terulang kembali dari sejarah Nazi yang melakukan genosida terhadap orang Yahudi. Ethnic cleansing ini merupakan salah satu kejahatan besar yang terjadi dalam perang Bosnia dan Serbia ini. Dalam pengertiannya, pembersihan etnik merupakan salah satu kegiatan deskriminasi etnik yang dilakukan melalui aksi penyingkiran etnik tertentu agar etnik tersebut tidak berperan sebagai penghalang.
Ethnic cleansing yang dilakukan oleh orang Serbia diawali dengan pengepungan sebuah desa dan kemudian menutup akses jalan area ini. Seluruh penghuni desa dipaksa keluar, dikumpulkan, dan senjata mereka dirampas. Kaum wanita dan anak-anak dipisahkan dari pria. Kamu pria kemudian dibawa dan digiring untuk dijejalkan ke dalam kamp konsentrasi yang telah dipersiapkan. Kamp konsentrasi di negara Bosnia sudah ada sejak perang dimulai, yaitu tahun 1992. Telah ditemukan sebanyak 170 kamp konsentrasi di seluruh Bosnia. Awalnya, kamp ini berupa rumah-rumah penduduk, gedung pertemuan dan gudang pertanian yang fungsinya dialihkan. Namun dari semua kamp yang ada, ada dua kamp terbesar tempat menampung para korban pembersihan etnik ini, yaitu kamp Omarska dan kamp Trnopolje. Simak juga sejarah benua Asia.
Eksekusi di kamp biasanya dilakukan di tengah malam dan secara acak. Jika melakukan eksekusi dalam jumlah besar, para tawanan akan diangkut dengan truk ke pinggir lereng dan ditembaki pada saat di dalam truk. Mayat para tawanan kemudian dibuang ke jurang yang ada di sekitar tempat eksekusi. Keberadaan kamp biasanya ditutup jika jumlah tawanan sudah menipis.
Berbeda dengan kaum pria, kaum wanita Bosnia mengalami hal yang juga menggenaskan, dimana mereka diangkut ke kamp bernama rape camp atau kamp pemerkosaan. Dalam suatu war rape (pemerkosaan peperangan) memiliki tujuan untuk mengacaukan dan mencegah kelahiran suatu etnik, dimana dalam kasus ini merupakan etnik Bosnia. Budaya di daerah Balkan pada saat itu percaya bahwa jika sepasang kekasih dari etnis berbeda memiliki anak, anak tersebut akan mendapatkan etnis dari sang ayah. Maka dari itu, wanita Bosnia diperkosa oleh warga Serbia untuk mendapatkan keturunan beretnik Serbia. Cara ini merupakan hal yang penting sebagai senjata untuk melawan etnik Bosnia.
Dalam rape camps yang ada di negara tersebut, tercatat sudah sekitar 25.000 – 50.000 wanita diperkosa secara sistematis selama perang berlangsung. Dari 20.000 wanita hamil yang dilaporkan, lebih dari 5.000 bayi dibunuh dan dibuang karena wanita Bosniak menganggap mereka sebagai suatu aib.
Akhir dari Perang Bosnia vs Serbia
Penyelesaian Sejarah Perang Bosnia dan Serbia ini memakan waktu yang cukup lama, dimana banyak perjanjian-perjanjian yang dibuat tetapi gagal. Akhirnya pada tahun 1995, perang berakhir dengan dibuatnya Perjanjian Dayton di Pangkalan Udara Wright-Patterson di Dayton, Ohio dan ditanda-tangani di Paris. Beberapa petinggi Serbia setelah perang berakhir ditangkap dan diadili di Pengadilan Internasional. Dalang di balik semua ini, Milosevic, ditahan sejak Juni 2001 dan diadili pada tahun 2002. Pada 2006, ia diadili di Mahkamah Kejahatan Perang, Den Haag dan pada akhirnya, ia ditemukan meninggal di dalam sel tahanannya.
Sedangkan Radovan Karadzic, pemimpin etnik Serbia pada saat itu, mendapat vonis hukuman 40 tahun perjara oleh Pengadilan Kejahatan Perang PBB pada tahun 2016. Simak juga sejarah berdirinya PBB. Ia sempat bersembunyi selama lebih dari 10 tahun tetapi akhirnya mengakui semua perbuatannya di pengadilan. Tetapi ia menolak untuk bertanggung jawab karena ia merasa bahwa semua perbuatan ia adalah untuk melindungi etnis Serbia dari Bosnia pada saat itu.
Inilah Sejarah Perang Bosnia dan Serbia yang menyerupai aksi Nazi dalam membersihkan etnis Yahudi di negara Eropa. Semoga informasi ini dapat digunakan sebagai pembelajaran dan aksi ini tidak terulang kembali di masa depannya.