Kejatuhan Konstantinopel adalah suatu peristiwa penyerbuan ke ibukota Kekaisaran Byzantine oleh tentara Ottoman pada 29 Mei 1453. Para penyerang dipimpin oleh Sultan Mehmed II yang berusia 21 tahun, mengalahkan pasukan yang dikomandoi oleh Kaisar Constantine XI Palaiologos dan mengambil kontrol akan ibukota kerajaan tersebut, mengakhiri pengepungan yang dimulai pada 6 April 1453. Setelah menaklukkan kota tersebut, Sultan Mehmed mengubah ibukota Ottoman dari Edirne ke Konstantinopel dan mendirikan pemerintahannya disana. Penaklukan kita dan dua wilayah pecahan Byzantine segera setelahnya menandai berakhirnya Kekaisaran Romawi yang telah berdiri selama 1500 tahun.
Penaklukan Konstantinopel juga menimbulkan pengaruh besar kepada pertahanan daratan Eropa, ketika tentara Muslim Ottoman memperluas penaklukannya. Peristiwa jatuhnya Konstantinopel juga merupakan sejarah baru dalam sejarah kemiliteran. Sejak zaman kuno, kota – kota telah menggunakan benteng dan dinding kota untuk melindungi diri dari para penyerang dan pertahanan Konstantinopel telah menjadi model yang diikuti oleh kota – kota di Mediterania dan Eropa. Ottoman pada akhirnya menang berkat penggunaan bubuk mesiu yang memperkuat meriam – meriam hebat. Penaklukkan kota Konstantinopel dan berakhirnya Kekaisaran Byzantine adalah peristiwa kunci di akhir abad pertengahan yang juga menandai berakhirnya periode Medieval untuk sebagian sejarawan.
Sejarah Singkat Konstantinopel
Konstantinopel telah menjadi ibukota Kekaisaran Romawi Timur atau Kekaisaran Byzantine sejak tahun 330/324 oleh Kaisar Romawi Constantine yang Agung (Constantine I). Dalam sebelas abad setelahnya dalam sejarah Konstantinopel, kota tersebut telah dikepung berkali – kali namun hanya pernah ditembus sekali saja, yaitu ketika peristiwa The Fourth Crusade tahun 1204. Para tentara salib mendirikan negara Latin di dalam dan di sekitar Konstantinopel sementara sisa kekaisaran terpecah menjadi beberapa negara penerus Byzantine seperti Nicaea, Epirus dan Trebizond. Mereka bertempur sebagai sekutu melawan pendudukan Latin namun juga bertempur satu sama lain untuk mendapatkan tahta Byzantine.
Kaum Nicaea kemudian berhasil merebut kembali Konstantinopel dari tentara Latin pada 1261, mendirikan ulang Kekaisaran Byzantine dibawah kepemimpinan dinasti Palaiogolos. Setelahnya kekaisaran tersebut masih mendapat serangan dari tentara Latin, Serbia, Bulgaria dan akhirnya Ottoman. Wabah hitam atau Black Plague yang menyerang antara 1346 – 1349 membunuh hampir setengah penduduk Konstantinopel. Kota itu kemudian juga berkurang populasinya karena kondisi ekonomi dan masalah teritorial, dan pada tahun 1453 mencakup sejumlah desa berbenteng yang dipisahkan oleh ladang – ladang yang dikelilingi oleh Theodosian Walls yang didirikan pada abad kelima. Pada tahun 1450 kekaisaran mulai merosot dan menyusut menjadi wilayah seluas beberapa kilometer persegi di luar kota Konstantinopel tersebut yaitu Prince’s Island di Laut Marmara, serta Peloponnese dengan pusat budaya di Mystras. Kekaisaran Trebizond yang dibentuk setelah Fourth Crusade juga bertahan di pesisir Laut Hitam. Ketahui juga mengenai sejarah Rusia kuno, sejarah perang Salib dan penyebab perang Salib.
Persiapan Penyerbuan Ottoman
Ketika Sultan Mehmed II meneruskan kepemimpinan ayahnya pada 1451 ia baru berusia 19 tahun. Banyak penguasa Eropa menganggap bahwa raja muda itu tidak akan serius menentang hegemoni Kristen di Balkan dan Aegea. Perhitungan ini diperkuat dengan sikap bersahabat Mehmed kepada utusan – utusan Eropa pada pemerintahan barunya. Tetapi kata – kata manis Mehmed tidak sama dengan tindakannya. Pada awal 1452 dimulai pekerjaan konstruksi benteng kedua bernama Rumeli Hisari di Selat Bosphorus, pada wilayah Eropa beberapa mil di sebelah utara Konstantinopel.
Letaknya tepat berseberangan dengan sisi Asia benteng Anadolu Hisari yang dibangun oleh kakek buyutnya Bayezid I. Sepasang benteng ini akan memastikan kontrol penuh akan lalu lintas laut di Selat Bosphorus dan akan menjadi pertahanan melawan serangan koloni Genoese di pantai Laut Hitam hingga ke utara. Pada Oktober 1452 sebelum peristiwa jatuhnya Konstantinopel, Mehmed memerintahkan Turakhan Beg untuk menempatkan garnisun besar di Peloponnese untuk menghadang Thomas dan Demetrios dari Yunani untuk memberikan bantuan kepada saudaranya Constantine X Palaiologos selama pengepungan dalam peristiwa jatuhnya Konstantinopel.
Kaisar Byzantine Constantine XI segera memahami niat asli Mehmed dan meminta bantuan ke Eropa Barat, namun berabad – abad perang dan permusuhan antara gereja timur dan barat pada akhirnya menunjukkan pengaruhnya. Pada musim panas 1452 ketika Rumeli Hisari selesai dibangun dan ancaman telah menjadi nyata, Constantine menulis surat kepada Paus dan berjanji untuk memperbarui persekutuan gereja yang telah dinyatakan valid oleh dewan imperial pada 12 Desember 1452. Walaupun demikian, Paus Nicholas V ternyata tidak memiliki pengaruh kepada para raja dan pangeran dari Barat khususnya setelah Perancis dan Inggris sedang melemah setelah Perang Seratus Tahun, Spanyol dengan Perang melawan Kekaisaran Romawi Suci, serta kekalahan Hungaria dan Polandia pada Battle of Varna pada 1444.
Kendati demikian, masih ada beberapa pasukan yang datang dari berbagai wilayah untuk membantu mencegah peristiwa jatuhnya Konstantinopel. Mehmed II memiliki satu hal yang para penyerang sebelumnya tidak yaitu meriam – meriam besar. Meriam ini awalnya ditawarkan kepada Kaisar Constantine oleh penemunya seorang Hungaria bernama Urban, tetapi tidak mencapai kesepakatan harga. Meriam itu kemudian menjadi milik Mehmed. Meriam terbesar berukuran panjang 9 meter dengan mulut sebesar satu meter yang dapat menembakkan bola seberat 500 kilogram sejauh 1,5 kilometer. Saking besarnya, meriam ini memerlukan waktu lama untuk mengisi kembali sehingga hanya dapat ditembakkan sebanyak tujuh kali per hari. Namun Ottoman masih memiliki banyak meriam yang lebih kecil dan mampu menembak lebih dari 100 kali perhari.
Pada 5 April Mehmed mengirim tuntutan untuk penyerahan segera namun tidak mendapat respon. Penyerangan dimulai pada 6 April dan menghancurkan Theodosian Walls hingga remuk. Serangan berlangsung selama enam minggu kemudian namun dengan perlawanan yang gigih. Pada 20 April ada tiga kapal Genoese yang dikirim oleh Paus dan sebuah kapal dari Alphonso of Aragon mampu menembus blokade laut Ottoman dan mencapai para prajurit yang bertahan. Mehmed yang menghadapi beberapa pemberontakan menawarkan kesepakatan pada Constantine untuk membayar upeti dan ia akan mundur. Ketahui mengenai sejarah Bani Saud, sejarah terbentuknya agama Kristen dan sejarah perjanjian Tordesillas.
Kekalahan Byzantine
Ketika ditolak, serangan semakin gencar diluncurkan besar – besaran pada 29 Mei dini hari. Serangan pertama setelah meriam dikerahkan pasukan lapis kedua, disusul dengan serangan kedua dengan pasukan setingkat di atasnya, dan akhirnya ditutup dengan serangan oleh pasukan elite Mehmed bernama Janissaries. Byzantine akhirnya terpaksa mengerahkan wanita dan anak – anak untuk mencegah peristiwa jatuhnya Konstantinopel, namun beberapa orang yang lengah meninggalkan gerbang Kerkoporta terbuka dan para tentara Janissaries tidak ragu untuk memanfaatkannya. Mereka memanjat hingga ke atas dinding dan mengibarkan bendera Ottoman, lalu memutar ke gerbang utama dan mempersilakan pemimpin mereka memasuki kota.
Kaisar Constantine terbunuh pada saat ini kemungkinan di dekat Gerbang St. Romano walaupun telah meninggalkan berbagai atribut kekaisarannya untuk menghindari tubuhnya digunakan sebagai trofi kemenangan. Konon sekitar 4000 penduduk pada peristiwa jatuhnya Konstantinopel terbunuh dan 50 ribu dijadikan budak. Pada sore hari Mehmed memasuki kota dan menyatakan bahwa gereja Hagia Sophia akan dijadikan masjid, mengakhiri 12 abad peranan kota tersebut sebagai benteng Kristen. Konstantinopel dijadikan ibukota Ottoman yang baru, komunitas Kristen dibebaskan dengan dipimpin Uskup Gennadeios II. Apa yang tersisa dari Kekaisaran Byzantine dimasukkan ke wilayah Ottoman, mengikuti penaklukan Mistra pada 1460 dan Trebizond pada 1461. Mehmed memerintah untuk waktu yang lama selama 28 tahun sebagai Sultan.