Ketika abad keenambelas, perdagangan bahan rempah-rempah sangatlah menguntungkan di tanah Eropa. Di masa itu, Portugislah yang menguasai sumber rempah-rempah di tanah Indonesia. Di masa-masa damai, pedagang Belanda sudah puas menerima kondisi ini dan membeli banyak rempah mereka dari tanah Portugal. Setelah membeli, mereka masih bisa menjual lagi ke seluruh Eropa dan menghasilkan keuntungan yang banyak. Sayang kedamaian harus berakhir. Belanda kesulitan dalam berdagang karena Belanda harus berperang melawan Spanyol pada tahun 1590. Pada tahun 1590-an Spanyol, yang berperang dengan Belanda, berada dalam satu kerajaan dengan Portugal yaitu Uni Iberia. Hal ini tidak boleh dibiarkan berlangsung lama. Tindakan Belanda yaitu berusaha untuk menghindari monopoli dagang Portugal dan langsung mengirim tim ekspedisi ke Indonesia.
Akibat Penjajahan Belanda
Ada dua ekspedisi yang dikirim oleh Belanda. Ekspedisi pertama tidak bisa mencapai Indonesia dan hanya berhasil sampai Madagaskar. Kehilangan banyak awak kapal karena wabah penyakit. Meskipun tidak sesuai harapan, paling tidak mereka mendapat pengalaman dan informasi tentang perjalanan ke tanah rempah yang jauh di timur. Ekspedisi kedua yang dipimpin oleh Jacob Cornelius Van Neck berhasil mencapai Banten. Penduduk awalnya menerima Belanda dengan baik. Tapi karena adanya laporan tentang tingkah Belanda yang buruk dan kasar, Sultan Banten dan beberapa orang Portugal mengusir kapal Belanda. Mereka memang diusir, tapi perjalanan Van Neck membuka jalan untuk ekspedisi selanjutnya ke tanah rempah-rempah yang jauh di timur.
Berangsur-angsur Belanda pun datang ke tanah Nusantara. Hingga akhirnya mereka mendirikan Perusahaan Dagang Hindia Timur atau biasa disingkat dengan VOC. VOC pun terus berkembang dan berkembang hingga akhirnya mengalami kebangkrutan. Meski VOC bangkrut, Nusantara tetap dijajah oleh Belanda yang menjadi Hindia Belanda. Nusantara dijajah oleh Belanda selama tiga setengah abad sampai penjajah Jepang mendaratkan kakinya di era perang dunia kedua. Tentuk akibat penjajahan Belanda di Indonesia cukup banyak. Berikut akibat penjajahan Belanda di Indonesia.
- Kebijakan yang Menindas Pribumi
Masa penjajahan Belanda di Indonesia menerapkan kebijakan yang aneh-aneh dan menyiksa rakyat pribumi. Contohnya menerapan tanam paksa di era Johannes van den Bosch. Penduduk pribumi disuruh menanam rempah-rempah dengan aturan-aturan tertentu yang ketimpangannya sangat jauh. Sangat menguntungkan pihak Belanda dan sangat merugikan pribumi. Begitu tanaman rempah sudah siap panen, Belanda membeli semua dengan harga murah. Mayat petani bergelimpangan karena lelah, letih dan kelaparan. Bahkan lebih parah lagi, mayat mereka tidak dikubur. Contoh kedua adalah pembangunan infrastrukutr Anyer hingga Panyarukan. Jalan besar ini biasa disebut dengan Jalan Raya Pos.
Tujuan pembuatan untuk mempertahankan Jawa dari serangan Inggris sehingga mobilisasi pasukan berjalan lebih mudah. Waktu itu, Belanda dan Perancis berperang melawan Inggris. Situasi keuangan di Hindia Belanda cukup sulit, serangan lawan politik Daendels dan beberapa kendala lain membuat Daendels membuat kebijakan yang brutal. Yaitu sistem kerja paksa menggunakan tenaga pribumi secara gratisan. Sehingga para pekerja paksa mati karena dua hal. Pertama masalah lelah dan kesehatan. Kedua karena dibunuh oleh Belanda karena gagal memenuhi target. Jalan Raya ini memang selesai dalam satu tahun tapi harus dibayar oleh banyak nyawa pribumi. Sekarang, kita mengenal jalan ini sebagai jalan pantai utara.
2. Kemiskinan di Segala Tempat
Kakek dan nenek kita di era penjajahan Belanda sangatlah miskin. Itu karena kebijakan Belanda yang seenak perutnya sendiri. Mereka terlalu mengeksploitasi pribumi dengan bayaran murah seperti tanam paksa di era Van den Bosch atau lebih parahnya lagi mengeksploitasi tanpa dibayar seperti pembangunan Jalan Raya Pos di era Daendels. Memajaki pribumi dengan harga yang terlalu banyak. Mereka berpesta di atas penderitaan dan kesengsaraan rakyat pribumi. Bahkan ada kejadian yang kurang etis ketika Hindia Belanda menariki pajak pribumi untuk merayakan hari kemerdekaan Belanda.
3. Devide et Impera atau Politik Adu Domba
Untuk mempertahankan cengkeramannya di tanah Nusantara, Belanda menggunakan politik adu domba. Mereka tidak mau rakyat pribumi bersatu dan menyerang balik. Karena itulah mereka politik kotor itu. Belanda mendekati beberapa kalangan kerajaan atau kelompok masyarakat untuk dibantu dan memusuhi kalangan kerajaan atau kelompok masyarakat yang lain. Setelah kelompok atau kalangan kerajaan yang dibantu Belanda berhasil meraih kemenangan, maka Belanda akan mengontrol suatu wilayah yang dimiliki kelompok tersebut. Ada beberapa contoh bagaimana politik adu domba bekerja. Contoh politik adu domba adalah ketika perseteruan antara kaum adat dan kaum paderi di kisah perjuangan Imam Bonjol.
4. Belanda Mengontrol Melalui Pribumi yang Diangkat
Selain mencegah persatuan bangsa Indonesia, politik adu domba mempunyai fungsi lain yaitu bisa mengendalikan tokoh yang berpengaruh. Contohnya adalah kasus di Kesultanan Banten. Ada perselisihan di keluarga Kesultanan Banten antara pendukung Sultan Ageng dan pendukung Sultan Haji. Kelompok Sultan Haji lebih dekat dengan sejarah VOC belanda. Di akhir kisah, Sultan Haji dikepung oleh pendukung Sultan Ageng. Tapi VOC datang membantu Sultan Haji dan memukul mundur pendukung Sultan Ageng. Sebagai balas budi, Sultan Haji bisa dikontrol VOC dan VOC mendapat kendali atas Priangan dan Cirebon.
5. Peperangan yang Meluas
Tingkah sewenang-wenang Belanda tentu memberikan kesan diktator. Dimana ada kediktatoran, tentu ada penindasan. Dimana ada penindasan, maka akan ada perlawanan melawan si penindas. Cukup banyak pribumi Nusantara yang bangkit membawa senjata untuk melawan Belanda penindas ini. Pahlawan nasional dari Sumatera ada Cut Nyak Dien dan Teuku Umar yang berlaga di Perang Aceh, Sisingamangaraja XII dan Tuanku Imam Bonjol. Pahlawan nasional dari Jawa ada Sultan Ageng Tirtayasa dan Diponegoro. Di Kalimantan ada Pangeran Antasari yang merupakan pahlawan nasional dari Banjarmasin. Pahlawan nasional dari Sulawesi contohnya Sultan Hasanuddin. Pahlawan nasional dari Bali contohnya I Gusti Ketut Jelantik. Di Maluku ada Kapitan Pattimura dan Martha Christina Tiahahu. Dimana ada perang, tentu menyebabkan banyak bencana lain. Seperti kematian, kelaparan, kehancuran dan kemiskinan. Ketika para pejuang kita kalah, maka keadaan semakin buruk. Para pejuang dieksekusi atau diasingkan ke daerah yang sangat jauh dari daerah asal mereka. Setelah itu, Belanda semakin menindas daerah yang memberontak.
Demikian informasi tentang akibat penjajahan Belanda di Indonesia. Akibat penjajahan Belanda di Indonesia perlu diketahui sebagai bukti bahwa kolonialisme dan imperialisme itu sangatlah kejam dan sebagian besar hanya menguntungkan pihak yang menjajah.