Sumatera merupakan pulau di Indonesia yang juga menjadi pulau keenam terbesar di dunia dengan luas 443.065,8 kilometer persegi. Sumatera juga dikenal dengan nama Pulau Percha, Andalas, atau Suwarnadwipa yang artinya Pulau Emas. Sumatera memiliki peranan yang tidak kecil dalam sejarah kemerdekaan Indonesia. Sangat banyak pejuang kemerdekaan dari Sumatera yang turut andil dalam membebaskan Indonesia dari cengkeraman penjajah hingga mencapai proklamasi kemerdekaan, juga mereka yang melanjutkan perjuangan setelah kemerdekaan.
Saat ini Sumatera terdiri dari 10 propinsi, yaitu NAD, Sumut, Riau, Kepri, Jambi, Sumbar, Sumsel, Babel, Bengkulu dan Lampung. Berikut ini adalah nama – nama pahlawan nasional dari Sumatera yang berasal dari berbagai propinsi.
1. Sisingamangaraja XII
Raja dari Sumatera Utara ini ditetapkan menjadi pahlawan nasional dari Sumatera Utara sejak 9 November 1961. Ia adalah seorang pemimpin yang sangat populer di antara para masyarakat Batak. Beliau mulai memerintah pada tahun 1876 menggantikan ayahnya yang bergelar Sisingamangaraja XI. Penobatannya sebagai Raja ke 12 dilakukan bersamaan dengan masuknya Belanda ke Sumatera Utara, yang kemudian berusaha memonopoli perdagangan di Bakkara. Serangan Belanda ini kemudian memicu perang yang berlangsung selama puluhan tahun. Setelah Bakkara jatuh ke tangan Belanda, Sisingamangaraja XII gugur ditembak Belanda di Dairi.
2. Tuanku Imam Bonjol
Nama asli tokoh yang sangat terkenal sebagai pahlawan nasional dari Sumatera ini adalah Muhammad Shahab. Juga dikenal sebagai Peto Syarif dan Malim Basa. Ia lahir di Bonjol, Pasaman pada tahun 1772 dan meninggal di Lotak, Pineleng, Minahasa pada 6 November 1864. Keluarganya datang dari Sungai Rimbang, Suliki, Limapupuh Koto. Beliau adalah pemimpin dalam sejarah Perang Padri (1803-1838) yang paling populer hingga berhasil ditangkap oleh Belanda dan kemudian dibuang ke beragam tempat pengasingan di Indonesia. Gelar pahlawan nasional disematkan pada tanggal 6 November 1973 oleh pemerintah RI.
3. Mohammad Hatta
Tokoh proklamator kemerdekaan Indonesia yang menjadi pendamping Soekarno sebagai wakilnya dalam memerintah RI setelah kemerdekaan ini lahir di Fort de Kock, Bukittinggi pada 12 Agustus 1902. Ayahnya bernama Muhammad Djamil dan ibunya bernama Siti Saleha. Ia adalah pahlawan nasional dari Sumatera Barat. Mohammad Hatta juga seorang ekonom yang sangat handal dan juga dikenal hingga sekarang sebagai Bapak Koperasi Indonesia. Beliau sangat senang membaca walaupun sedang dalam pengasingan dan selalu membawa buku – bukunya kemanapun.
4. Tuanku Tambusai
Pahlawan nasional dari Sumatera lainnya adalah Harimau Paderi Dari Rokan yaitu Tuanku Tambusai. Berasal dari Riau, ia lahir di Rokan Hulu pada 5 November 1784, dan berjuang di daerah Rokan Hulu dan sekitarnya selama 15 tahun untuk melawan Belanda. Seorang yang sulit dikalahkan, pantang menyerah dan tidak mau berdamai sedikitpun dengan Belanda. Karena tidak mau berdamai, ia menolak ajakan damai Kolonel Elout. Hingga pada 28 Desember 1838 benteng Dalu – Dalu akhirnya jatuh ke tangan Belanda. Ia melarikan diri lewat pintu rahasia ke Saremban, Negeri Sembilan, Malaysia dan wafat disana.
5. Raja Ali Haji (RAH)
RAH yang berasal merupakan pahlawan nasional dari Riau dikenal sebagai Bapak Bahasa Indonesia dengan karya sastranya yang berjudul Gurindam Dua Belas. Gelar pahlawan nasional diberikan pemerintah RI oleh Presiden SBY pada 10 November 2004. Lahir pada tahun 1808 di Selangor, ia adalah putra Raja Ahmad dan cucu dari Raja Haji Fisabilillah, juga saudara Raja Lumu, Sultan pertama Selangor. Ia juga keturunan prajurit Bugis yang datang pada abad ke 16 di Riau. Ia mendapatkan ilmu bahasa di tahun 1822 ketika ikut ayahnya ke Betawi, kemudian mempelajari ilmu bahasa arab dan agama di Mekkah pada 1828.
Pada 1845 menjadi penasehat agama di Kesultanan Riau Lingga dan sangat produktif dalam bidang sastra, pendidikan serta kebudayaan. Gurindam Dua Belas tercipta tahun 1846 lalu dipublikasikan oleh E.Netscher tahun 1854. Bustan al-Kathibin, karya berikutnya, ditulis pada tahun 1857 di Betawi. Kitab Pengetahuan Bahasa karyanya menjadi acuan bahasa Melayu yaitu Kamus Loghat Melayu Johor Pahang Riau Lingga. Itu adalah kamus bahasa pertama di Indonesia waktu itu dan ditetapkan sebagai pedoman untuk bahasa Indonesia pada Kongres Pemuda 28 Oktober 1928. Ia wafat antara tahun 1872-1873, kemudian dimakamkan di pemakaman Engku Putri Raja Hamidah.
6. Sultan Mahmud Badaruddin II
Lahir di Palembang pada 1767 dan wafat di Ternate pada 26 September 1852, beliau adalah pemimpin Kesultanan Palembang Darussalam yang berkuasa selama dua periode yaitu 1803 – 1813 dan 1818 – 1821. Ia memerintah setelah ayahnya yaitu Sultan Muhammad Bahauddin (1776-1803). Mempunyai nama kecil Raden Hasan Pangeran Ratu, ia beberapa kali memimpin pertempuran untuk melawan Inggris dan Belanda. Salah satu yang terkenal adalah Perang Menteng. Ia ditangkap pada 14 Juli 1821 ketika Belanda menguasai Palembang dan diasingkan ke Ternate. Gelar pahlawan nasional diberikan pemerintah RI pada tanggal 29 Oktober 1984.
7. A.M Thalib
Mantan tokoh militer Indonesia dan pengusaha yang lahir di Palembang, 23 Februari 1922 hingga wafat di Jakarta pada 17 Juni 2000 ini pernah menjadi jurnalis dan wirausaha. Ia bersama rakyat dan pejuang Sumatera Selatan mengangkat senjata melawan pasukan Belanda yang sedang melakukan agresi militer di tahun 1949. Ketika itu ia dan jajaran militer Sumsel melakukan gerakan bumi hangus. Artinya semua fasilitas yang dapat dimanfaatkan Belanda akan dihancurkan total termasuk gedung, jalan raya, jembatan, bahkan kebun – kebun. Ia juga menolak ajakan Dewan Banteng untuk memutuskan hubungan dengan pemerintah pusat di Jakarta. Setelah kemerdekaan, ia banyak terlibat dalam bidang politik dan sosial di pemerintahan.
8. Raden Inten II
Pahlawan nasional dari Sumatera ini lahir di Negara Ratu, Lampung pada 1834 dan wafat pada 5 Oktober 1856 di usia 22 tahun. Ia adalah Raja di Negara Ratu yang sekarang dikenal dengan Provinsi Lampung yang selalu berjuang untuk kemakmuran rakyat Lampung dan melawan penjajah Belanda. Ia masih termasuk dalam garis keturunan Fatahillah atau Sunan Gunung Jati. Ditetapkan sebagai pahlawan nasional pada 23 November 1986.
9. Depati Amir
Salah satu pahlawan nasional dari Sumatera dan pejuang Bangka yang heroik ini dikenal sebagai ahli strategi perang melawan Belanda. Penobatannya sebagai pahlawan nasional dilakukan baru – baru ini yaitu pada tahun 2018. Ia adalah putra dari Depati Bahrin, dan tercatat ikut menentang Belanda selama tahun 1820 – 1828 dengan Depati Hamzah, saudaranya di bawah komando ayah mereka. Jabatan depati yang diberikan Belanda ia tinggalkan dan memilih bergerilya di hutan – hutan Bangka Belitung untuk menentang monopoli perdagangan timah yang menyimpang dan menyengsarakan rakyat. Ia juga menumpas perompak di perairan Pulau Bangka bersama 30 pengikutnya. Ia kemudian tertangkap dan diasingkan ke NTT.
10. Fatmawati
Wanita ini adalah pahlawan nasional dari Sumatera, tepatnya Bengkulu dan merupakan istri Soekarno, Presiden RI pertama. Lahir di Bengkulu pada 5 Februari 1923 dan wafat di Kuala Lumpur, Malaysia pada usia 57 tahun. Ia adalah ibu negara pertama sejak 1945 hingga 1967 dan sangat dikenal akan jasanya menjahit bendera Merah Putih yang dikibarkan pada upacara Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945. Gelar pahlawan nasional wanita diberikan oleh pemerintah RI pada 4 November 2000.
11. Cut Nyak Dhien
Ia adalah istri Teuku Umar, juga pahlawan nasional dari Aceh. Sepeninggal suaminya, Cut Nyak Dhien melanjutkan perjuangan untuk melawan Belanda di pedalaman Meulaboh, Aceh Barat. Ketika sudah tua renta dan rabun, ia ditangkap Belanda karena pengkhianatan salah seorang pengikutnya dan diasingkan ke Sumedang, Jawa Barat. Cut Nyak Dhien meninggal pada 6 November 1908 dan diberikan gelar pahlawan nasional dari Pulau Sumatera pada 1964. Ketahuilah sejarah perang aceh melawan belanda dan sejarah kerajaan aceh.
12. Sultan Thaha Syaifuddin
Lahir di Jambi pada 1816 di Keraton Tanah Pilih, Jambi dan wafat di Betung, 26 April 1904, ia adalah Sultan yang terakhir dari Kesultanan Jambi. Ia adalah pahlawan nasional dari Pulau Sumatera bernama asli Sultan Raden Toha Jayadiningrat. Perlawanannya terhadap Belanda semakin gencar sejak naik tahta sebagai Raja Jambi pada 1855 dengan menghimpun kekuatan masyarakat, juga bekerja sama dengan Sisingamangaraja.