Hotel Majapahit sebelumnya bernama Hotel Yamato pada era kependudukan Jepang. Ketika Belanda berkuasa, hotel tersebut memiliki nama Hotel Orange yang diambil karena bangunan hotel memiliki warna orange. Menurut sejarawan sekaligus guru besar Universitas Surabaya yakni Prof Dr Aminuddin Kasdi, Hotel Yamato merupakan titik awal mendidihnya darah rakyat Surabaya yang akhirnya tercetuslah insiden Hotel Yamato. Lalu, siapa saja tokoh insiden Hotel Yamato tersebut? berikut penjelasan selengkapnya.
Insiden Hotel Yamato
Insiden Hotel Yamato merupakan peristiwa perobekan bendera Belanda yang berwarna merah putih biru menjadi bendera Indonesia yakni merah putih di Hotel Yamato Surabaya yang sekarang bernama Hotel Majapahit Surabaya di tanggal 19 September 1945. Hal ini bermula dari gagalnya perundingan Sudirman yakni residen Surabaya dengan Mr. W.V.Ch Ploegman untuk menurunkan bendera Belanda sehingga ada banyak dampak insiden Hotel Yamato yang terjadi.
Sekelompok orang Belanda di bawah pimpinan Ploegman di malam tanggal 19 September 1945 yakni pukul 21.00 mengibarkan bendera Belanda tanpa adanya persetujuan dari Pemerintah RI Daerah Surabaya di tiang tertinggi Hotel Yamato sebelah Utara. Esok harinya, para pemuda Surabaya melihat bendera tersebut dan marah karena menganggap Belanda sudah menghina kedaulatan Indonesia kemudian ingin mengembalikan kekuasaan di Indonesia serta sudah melecehkan gerakan pengibaran bendera merah putih yang sedang dilakukan di Surabaya.
Kabar tersebut kemudian menyebar dengan ceat di semua kota Surabaya dan jalan Tunjungan sehingga dalam waktu singkat segera dipenuhi dengan massa yang maah. Massa tersebut terus berdatangan sampai memadati halaman hotel dan halaman gedung. Sedangkan di sisi agak belakang halaman hotel, beberapa tentara Jepang berjaga jaga untuk mengendalikan situasi yang sedang tidak stabil tersebut.
Tokoh Insiden Hotel Yamato
Sejarah panjang yang menjadi cikal bakal pertahanan kedaulatan negara ini tidak boleh dilupakan dan dibalik peristiwa tersebut, ada beberapa tokoh insiden Hotel Yamato yang memiliki andil pada pertempuran tersebut akibat penjajahan Belanda. Beberapa tokoh tersebut diantaranya adalah:
1. Hariyono dan Koesno Wibowo
Indonesia sudah sah menjadi negara yang berdaulat dari tanggal 17 Agustus 1945, namun Belanda masih saja berusaha untuk merebut kedaulatan Indonesia. Tanggal 31 Agustus 1945, pemerintah Indonesia memberikan maklumat supaya sang saka merah putih terus berkibar di semua nusantara dan diamini oleh rakyat Indonesia. Akan tetapi di sebuah hotel di Surabaya terjadi sebuah penghinaan.
Ploegman yang merupakan orang Belanda secara diam diam mengibarkan bendera merah putih biru yang merupakan bendera Belanda di tiang atap Hotel Yamato. Ini dilakukan tanggal 18 September 1945. Ketika di pagi hari rakyat Surabaya melihat hal tersebut, maka mereka merasa terhina dengan apa yang sudah dilakukan Ploegman. Untuk itu, para pemuda Surabaya berkumpul dan meminta Ploegman untuk menurunkan bendera Belanda tersebut.
Ploegman tetap pada pendiriannya dan tidak mau menurunkan bendera tersebut, hingga akhirnya perkelahian pun terjadi dan Ploegman tewas serta ada juga beberapa pemuda Surabaya yang tewas karena ditembak kolega Ploegman yang membawa senjata. Dua diantara pemuda tersebut adalah Hariyono dan Koesno dan ketika perkelahian terjadi, mereka berdua pergi ke atap Hotel Yamato dan segera menurunkan bendera Belanda tersebut. Tidak hanya itu, mereka juga dengan berani merobek bagian biru dari bendera dan membiarkan warna merah dan putih pada bendera yang tersisa dan ditanggapi dengan gemuruh pemuda lain yang sedang menyaksikan peristiwa tersebut.
2. Jenderal Mallaby
Sesudah perobekan bendera Belanda, beberapa pertempuran di Surabaya kembali terjadi. Belanda yang memang datang bersama Inggris dengan masa penjajahan Belanda di Indonesia yang sampai beberapa tahun kemudian meminta bantuan pada Inggris untuk menyerang Surabaya kembali hingga akhirnya gencatan senjata terjadi.
Brigadir Jenderal Aubertin Walter Sothern Mallaby terbunuh di sudut kota Surabaya yang merupakan jenderal tertinggi di Surabaya. Ia tewas ketika mobilnya berpapasan dengan milisi Indonesia. Pertengkaran salah paham akhirnya terjadi sebelum kedua anggota bersenjata beda kubu tersebut saling menyerang. Dari pihak Indonesia, ada satu orang yang hingga sekarang tidak diketahui namanya menembak Mallaby sampai tewas. Selain itu, mobil Jenderal Mallaby juga terkena granat yang membuat jenazah Mallaby sulit untuk dikenali.
3. Bung Tomo
Tokoh insiden Hotel Yamato berikutnya adalah Bung Tomo sehingga tidak heran jika sekarang ini biografi Bung Tomo juga sering dipelajari. Pengganti Jenderal Mallaby mengisyaratkan rakyat Surabaya agar tunduk pada perintah Inggris yang disampaikan pada selebaran yang disebar tentara Inggris lewat pesawat. Sekali lagi, hal tersebut sudah menghina rakyat Indonesia dan Bung Tomo yang memiliki nama asli Sutomo merupakan kepala departemen penerangan pada Organisasi Pemuda Indonesia. Ia merupakan orator serta penyiar di Radio Domei yang sekarang menjadi Antara.
Pada saat ia tahu Inggris sudah menyebarkan kertas tersebut, maka hal tersebut membuatnya marah. Dirinya merasa jika apa yang sudah dilakukan oleh Inggris merupakan bentuk penghinaan. Dari radio, Bung Tomo kemudian berorasi dan membakar semangat perjuangan Rakyat Indonesia agar menolak untuk tunduk.Dirinya berpidato dengan semangat yang berapi api serta menyebut “ dan untuk kita saudara saudara”. Masyarakat Surabaya kemudian dengan gagah berani menghadapi tentara Inddris yang memang sudah mempunyai alusista lengkap tersebut.
4. K.H Hasyim Asy’ari
Bung Tomo memang sudah membuat masyarakat Surabaya berani untuk melawan. Hal tersebut juga didukung dengan Resolusi Jihad yang dikemukakan K.H Hasyim Asy’ari yang mengatakan jika seorang muslim yang membela tanah air serta mempertahankan negaranya dari penjajah merupakan Jihad. Sedangkan jika mereka gugur dalam perang merupakan syahid. Untuk itulah pada tanggal 9 November di pesantren miliknya, K.H Hasyim Asy’ari meminta ribuan santri untuk turun dan bersama sama mengusir Inggris.
Bebeapa orang juga diminta untuk mengawal resolusi jihad tersebut yakni Kyai Abbas dari pesantren Buntet Cirebon, Kiyai Haji Mas Mansyur, Kiyai Wajab Hasbullah, Bung Tomo dan lainnya. Akhirnya, masyarakat Indonesia dan juga Inggris banyak yang memakan korban. Untuk itulah pada tanggal 10 November 1945 diperingati sebagai hari pahlawan dan Hotel Yamato menjadi salah satu bangunan bersejarah di Surabaya.
Selain beberapa tokoh insiden Hotel Yamato yang sudah diulas diatas, masih ada banyak ribuan nama lain yang juga harus dihargai atas segala jasa dan perjuannya. Sosok sosok pemberani tersebut sudah rela memberikan nyawanya supaya bangsa Indonesia bisa hidup dengan tenang.