Indonesia

Latar Belakang Tragedi Trisakti Pada 1998 Secara Singkat

Tragedi Trisakti adalah salah satu peristiwa pada masa orde baru, suatu peristiwa penembakan terhadap mahasiswa yang berdemonstrasi untuk menuntut turunnya Presiden Soeharto dari jabatannya, yang terjadi pada tanggal 12 Mei 1998 atau 21 tahun lalu. Korban tewas sebagai dampak tragedi Trisakti sebanyak empat orang mahasiswa bernama Elang Mulia Lesmana (1978 – 1998), Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Heri Hertanto (1977 – 1998), Fakultas Teknologi Industri, Hafidin Royan (1996 – 1998) jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, dan Hendriawan Sie (1975 – 1998), Fakultas Ekonomi. Hasil autopsi yang dilakukan kemudian mengungkap keempatnya mengalami luka tembak sangat mematikan di dahi, tembus sampai ke belakang kepala, leher, punggung dan dada. Keempatnya diketahui sedang berada di dalam kampus ketika terjadi penembakan. Latar Belakang Tragedi Trisakti kini menjadi simbol akan perlawanan mahasiswa terhadap pemerintahan Orde Baru.

Latar Belakang Peristiwa

Latar Belakang Tragedi Trisakti berawal dari latar belakang orde baru secara ekonomi, tepatnya sejak kondisi ekonomi Indonesia yang goyah pada tahun 1998. Kondisi ekonomi memburuk sebagai imbas dari krisis keuangan yang dialami Asia sejak 1997 – 1999. Ketika itu banyak mahasiswa melakukan demonstrasi besar – besaran ke Gedung Nusantara, termasuk mahasiswa Universitas Trisakti. Demonstrasi dimulai dari Yogyakarta tepatnya sebelum Sidang Umum MPR 1998. Menjelang sidang umum, demonstrasi semakin meluas hingga ke beberapa kota termasuk di Jakarta hingga bulan Mei 1998. Insiden besar yang terjadi pertama kali adalah pada 2 Mei 1998 di depan kampus IKIP Rawamangun, ketika para mahasiswa dihadang oleh Brimob dan insiden di Bogor karena mahasiswa bentrok dengan aparat.

Aksi mahasiswa semakin terbuka dan berani sejak Soeharto dilantik kembali menjadi Presiden untuk ketujuh kalinya pada Sidang Umum MPR yang diselenggarakan pada 10 Maret 1998. Sebelum sidang, aksi – aksi mahasiswa masih terbatas di dalam kampus. Setelah sidang dimulai, aksi mahasiswa mulai meluas hingga ke luar kampus. Pada tanggal 5 Maret 1998 di sela – sela waktu sidang diadakan pertemuan dengan Fraksi ABRI yang diikuti oleh sekitar 20 orang mahasiswa Universitas Indonesia untuk menyuarakan penolakan akan laporan pertanggung jawaban Soeharto, namun tidak ada tanggapan yang berarti. Kedekatan posisi kampus yang strategis dengan kompleks gedung MPR/DPR, membuat Universitas Trisakti digunakan sebagai titik berkumpul mahasiswa yang berasal dari berbagai kampus berbeda.

Aksi pada tanggal 12 Mei 1998 dimulai pada pukul 11.00 WIB dan diikuti sekitar 6000 mahasiswa yang berkumpul di pelataran parkir kampus A Trisakti. Semula akan ada agenda orasi dari Jenderal Besar AH. Nasution, tetapi beliau tidak jadi datang. Acara kemudian diisi oleh orasi dari para guru besar, dosen dan mahasiswa lainnya. Sekitar pukul 13.00 WIB para peserta aksi mulai keluar kampus hingga ke jalan S. Parman. Tujuan mereka dalam latar belakang tragedi Trisakti adalah untuk melakukan long march menuju gedung MPR/DPR di Senayan dengan menempatkan para mahasiswi berada di barisan depan sambil membagikan bunga mawar kepada para petugas polisi yang menghadang peserta aksi.

Negosiasi antara pimpinan mahasiswa, alumni, dan Dekan Fakultas Hukum Trisakti Adi Andojo dengan Komandan Kodim Jakarta Barat Letkol (Inf) A. Amril kemudian menghasilkan kesepakatan bahwa aksi damai hanya akan dilakukan sampai depan Kantor Walikota Jakarta Barat atau sekitar 300 meter dari pintu utama kampus Trisakti. Aksi kemudian dilanjutkan dengan mimbar bebas untuk menuntut reformasi dan Sidang Istimewa MPR dan berjalan damai hingga pukul 17.00 tanpa ketegangan yang berarti. Sebagian peserta bahkan sudah ada yang mulai bergerak masuk ke dalam kampus Trisakti.

Terjadinya Penembakan

Ketika para mahasiswa sudah siap membubarkan diri, terdengar letusan senjata api dari arah aparat keamanan yang berjaga. Suasana langsung berubah menjadi kepanikan dan para mahasiswa lari menyelamatkan diri diantara tembakan senjata dan gas air mata yang tidak diketahui apa pemicunya. Aparat juga tanpa belas kasihan menendang, menginjak, memukuli menggunakan pentungan atau tangan kosong. Bahkan saat itu konon juga terjadi pelecehan seksual terhadap para mahasiswi.

Ketua Senat Mahasiswa Trisakti pun terkena tembakan dua peluru karet di pinggang kanannya. Dalam berbagai dokumentasi yang ada saat ini dapat dilihat bahwa tembakan berasal dari atas jembatan layang Grogol dan dari arah jembatan penyeberangan. Aparat keamanan mulai bersikap agresif dan memukuli para mahasiswa yang membuat mereka melawan dengan melemparkan batu atau benda apapun di sekitarnya. Satuan pengamanan yang ada di lokasi ketika terjadinya latar belakang tragedi Trisakti adalah Brimob, Batalyon Kavaleri 9, Batalyon Infanteri 202 dan 203, Artileri Pertahanan Udara Kostrad, Pasukan Anti Huru Hara Kodam, Pasukan Bermotor dengan tameng, gas air mata, Steyr dan SS – 1.

Pihak aparat keamanan membantah penggunaan peluru tajam, tetapi hasil otopsi terhadap korban menunjukkan bahwa peluru tajam adalah penyebab kematian mereka. Peluru kaliber 5,56 mm di tubuh Heri Hertanto biasanya digunakan oleh senjata laras panjang jenis Steyr atau SS – 1. Senjata tersebut biasa digunakan oleh satuan Brimob atau Kopassus. Begitu juga temuan hasil otopsi yang diungkap oleh Tim Pencari Fakta ABRI, juga hasil uji balistik yang dilakukan di Forensic Technology Inc di Montreal, Kanada.

Kapolri Jenderal Pol Dibyo Widodo yang menjabat pada saat itu membantah penggunaan peluru tajam. Begitu juga dengan Hamami Nata, Kapolda Metro Jaya yang menyatakan polisi hanya menggunakan tongkat pemukul, peluru karet, peluru kosong, juga gas air mata. Walaupun telah ditetapkan enam terdakwa yang disidangkan pada beberapa tahun setelahnya, siapa penembak dan motif penembakannya tetap tidak terungkap. Enam terdakwa tersebut hanya menerima tuduhan bahwa mereka tidak menaati perintah atasan dengan sengaja.

Tidak hanya itu, latar belakang tragedi Trisakti dalam sejarah sebagai peristiwa memancing berbagai kekacauan lain seperti terjadinya kerusuhan Mei 1998, peristiwa Semanggi I dan peristiwa Semanggi II. Peristiwa tersebut  menelan korban luka dan tewas, juga kerugian materiil serta kerusakan mental. Konsentrasi para mahasiswa untuk tetap bergerak dan menuntut adanya perubahan tidak terganggu dengan adanya peristiwa – peristiwa susulan tersebut. Mahasiswa berhasil menguasai kompleks gedung MPR/DPR Pada 18 Mei 1998, sehingga Soeharto akhirnya mengundurkan diri pada 21 Mei, menyerahkan jabatannya pada Wakil Presiden BJ. Habibie sebagai Presiden RI ketiga, dan membuat perbedaan orde baru dan era reformasi.

Segala upaya untuk mengusut siapa dalang penembakan terhadap mahasiswa yang memicu latar belakang tragedi Trisakti hingga saat ini belum menemui titik terang yang berarti. Segala upaya pengungkapan selalu terhambat, padahal pada peristiwa tersebut terjadi pelanggaran hak asasi manusia yang luar biasa besar dan perlu diusut lebih lanjut. Pengusutan diperlukan tentu saja demi terciptanya keadilan bagi para korban. Tidak hanya untuk mengungkap titik terang mengenai sejarah peristiwa Trisakti, namun juga untuk kasus kerusuhan Mei 1998 dan peristiwa Semanggi I dan II yang belum dapat terungkap secara jelas.

=Kompas.com, Tempo.co, dan Kpu.go.id Menangkan 02 ?

Devita Retno

Recent Posts

Sejarah Hari Kebangkitan Nasional (20 Mei) dan Kegiatan yang dilakukan

Latar Belakang Hari Kebangkitan Nasional Setiap tanggal 20 Mei rakyat Indonesia memperingati hari kebangkitan nasional…

5 years ago

Sejarah Hari Buruh Internasional ( 1 Mei ) dan Kegiatan yang dilakukan

Latar Belakang Hari Buruh Internasional ( May Day) Demonstrasi dan orasi merupakan hak semua orang…

5 years ago

Kolonialisme dan Imperialisme – Latar Belakang dan Contoh

Mungkin banyak dari kita yang sering membaca atau mendengar istilah kolonialisme dan imperialisme. Selain dari…

5 years ago

Sejarah Organisasi Internasional

Dunia ini memiliki banyak negara. Total ada Negara 193 negara yang ada di dunia ini.…

5 years ago

De Facto dan De Jure – Pengertian – Perbedaan – Contoh Menerapkannya

Kita sering kali mendengar istilah de facto dan de jure. Beberapa di antara kita mungkin…

5 years ago

Silsilah Kerajaan Demak Sebagai Kerajaan Islam Pertama

Kerajaan Demak atau Kesultanan Demak merupakan bagian dari sejarah kerajaan Islam di Indonesia sebagai kerajaan…

5 years ago