Sejarah Perang Banjar merupakan bentuk perlawan rakyat Kalimantan terhadap pemerintah Kolonial Belanda di masa penjajahan Belanda di Indonesia. Peperangan yang terjadi pun memberikan dampak yang menyebabkan Belanda akhirnya kembali menguasai daerah Kalimantan. Awal mula terjadinya perang Banjar juga diawali karena perebutan tahta di kerajaan Banjar yang juga merupakan bagian dari sejarah kerajaan Islam di Indonesia.
Sejarah Perang Banjarmasin
Saat pergantian tahta dari Sultan Tahmidillah I kepada salah seorang anaknya, terjadi perebutan tahta yang dimenangkan oleh Pangeran Nata sebagai saudara dari Sultan Tahmidillah I. Dimana ia berhasil membunuh dua anak dari Sultan Tahmidillah I, yakni pangeran Rahmat dan Abdullah. Keberhasilan ia membunuh dan meraih tahta tersebut juga dilatarbelakangi oleh bantuan dari Pemerintahan Belanda yang saat itu turut membantunya. Hingga akhirnya pihak Belanda pun menganggkat pengeran Nata sebagai Sultan Tahmidillah II.
Naiknya tahta kesultanan pangeran nata ini mendapat perlawanan dari pangeran Amir yang juga merupakan anak dari saudaranya yang masih hidup karena selamat dari peristiwa pembunuhan tersebut. Pada saat terjadinya perlawanan dari pangeran Amir tersebut, Sultan Tahmidillah II juga mendapat bantuan dari pihak Belanda yang pada akhirnya pengeran Amir juga tertangkap dan dibuang ke Ceylon oleh pemerintah Belanda.
Kemenangan yang di dapatkan oleh Sultan Tahmidillah II berkat bantuan Belanda ini juga harus dibayarnya dengan menyerahkan daerah kekuasaannya, yakni Kotawaringin, Bulungan, Pegatan, Pasir dan Kutai.
Pangeran Amir pun juga memiliki seorang putra yang bernama pangeran Antasari yang dilahirkan pada tahun 1809. Pangeran Antasari hidup membaur ditengah-tengah masyarakat dan mempelajari banyak ilmu agama dari para ulama. Ia pun juga hidup dengan cara berdagang dan bertani dikarenakan ia tidak menyukai hidup di istana yang di dominasi oleh kekuasaan Belanda serta penuh dengan intrik yang membuatnya merasa tidak senang.
Pangeran Antasari yang memiliki bekal ilmu keagamaan tentang Islam, ketaatannya kepada ajaran-ajaran agama Islam serta sikapnya yang jujur, ikhlas, baik dan pemurah membuatnya menjadi pemimpin yang sangat diimpikan oleh rakyat Banjarmasin. Terlebih ia juga memiliki kepribadian yang baik dan memiliki pandangan yang jauh ke depan.
Setelah wafatnya Sultan Tahmidillah II, maka tahtanya pun digantikan oleh Sultan Sulaiman pada periode 1824 – 1825. Setelah masa pemerintahannya selama 2 tahun akhirnya tahta pun digantikan oleh Sultan Adam di eriode 1825 – 1857. Pada masa Sultan Adam ini wilayah kesultanan Banjar hanya tersisa daerah Banjarmasin, Hulusungai dan Martapura yang mana sisanya telah dikuasai oleh Belanda.
Penyebab Perang Banjarmasin
Setelah wafatnya Sultan Adam, Sultan banjur pun digantikan oleh pangeran Tamjidillah yang juga diangkat oleh pemerintah Belanda. Sementara rakyat saat memilih dan menghendaki pangeran Hidayatullah yang menggantikan posisi Sultam. Pangeran Hidayatullah sendiri merupakan anak dari Sultan Adam. Meski mendapat perlawanan dari rakyat, Belanda tetap tidak merubah keputusannya dan menjadikan pangeran Hidayatullah sebagai Mangkubumi. Perang Banjarmasin terjadi pada tahun 1859 – 1905 yang dipicu oleh kemarahan rakyat karena sikap pemerintahan Belanda yang semena-mena kepada rakyat Indonesia.
Dimana perlakuan semena-mena pemerintah Belanda terhadap kesultanan Banjar dan tindakan penindasan terhadap rakyat banjar membuat rakyat marah dan bangkit menentang Belanda. Hal ini akhirnya memicu Pangeran Antasari muncul sebagai pemimpin rakyat untuk melawan pemerintah Belanda. Pangeran Antasari menghimpun semua potensi dari rakyat untuk bersiap melawan kekuata dan kekuasaan Belanda yang besar, termasuk dengan menghimpun pangerah Hidayatulah yang saat ini menjabat sebagai Mangkubumi. Pada tanggal 28 April 1859, pangeran Antasari mengajak pangeran Hidayatullah untuk ikut melawan pemerintahan Belanda bersama rakyat.
Terjadinya Sejarah Perang Banjarmasin
Pada tanggal 28 April 1859 akhirnya terjadilah Perang Banjar yang di pimpin langsung oleh pangeran Antasari. Benteng Pengaron dan lokasi tambang Nasau Oranje milik Belanda pun diserbu yang saat itu panglima perangnya adalah Demang Lehman sebagai langkah awal perperangan. Pertempuran demi pertempuran pun terjadi dan menyebar di beberapa wilayah Kalimantan Selatan. Peperangan-peperangan tersebut di pimpin oleh Tumenggung Andaluddin, Pangeran Amrullah, Haji Buyasin dan pangeran-pangeran lainnya. Beberapa Pertempuran yang terjadi selama perang Banjarmasin.
- Agustus 1859, Pertempuran mempertahankan Benteng Tabanio
- September 1859, Pertempuran mempertahankan benteng Gunung Lawak
- Desember 1859, Pertempuran mempertahankan kubu pertahanan Munggu Tayur
- Maret 1860, Pertempuran di Amawang
Bahkan saat pertempuran di Tumenggung Surapati kapal Onrust milik Belanda di Sungai Barito berhasil ditenggelamkan. Sejak saat itu pergerakan Pangeran Hidayatullah yang ikut bersama rakyat untuk menentang dan memberikan perlawanan kepada pemerintahan Belanda semkain terlihat jelas. Hingga pemerintah Belanda pun meminta pangeran Hidayatullah untuk menyerah namun pangeran menolaknya.
Perlawanan rakyat pun semakin meluas dengan ikutnya para ulama, kepala-kepala daerah yang semakin memperkuat barisan Pangeran Hidayatullan dan pangeran Antasari. Mereka pun langsung memimpin pertempuran di berbagai medan melawan pasukan Kolonial Belanda.
Namun posisi perlawanan Pangeran Antasari dan Pangeran Hidayatullah semakin terdesak dan melemah dalam peperangan karena persenjataan Kolonial Belanda yang lebih canggih, lengkap dan modern. Pada tahun 1861 pun Pangeran Hidayatullah menyerah dan dibuang ke Cianjur, Jawa Barat karena kondisi kesehatan yang melemah.
Pertempuran pun terus berlanjut di pimpin oleh pangeran Antasari yang kemudian diangkat sebagai Panembahan Amiruddin Khalifatul Mukminin. Hingga pangeran Antasari pun wafat, peperangan melawan Kolonial Belanda masih terus berlanjut dan dipimpim oleh Gusti Mat Seman, Gusti Muhammad Arsyad, Gusti Acil, Antung Durrahman dimana serangan terhadap Belanda masih terus Berlanjut hingga abad ke 20.
Akhir Perang Banjar
- Pada tahun 1866, di pertempuran daerah Kalimantan Timur, Pangeran Perbatasari juga tertangkap oleh Belanda yang kemudian dibuang dan diasingkan ke Tondano, Sulawesi Utara.
- Tahun 1905, Panglima Batur dari Bakupai juga tertangkap oleh Belanda dan diberikan hukuman gantung di Banjarmasin.
- Tahun 1905, Gusti Muhammad Seman wafat ada saat pertempuran di Baras Kuning, Barito.
Dampak Perang Banjarmasin
Namun para pemimpin-pemimpin perang Banjar pun banyak tertangkap oleh Kolonial Belanda di gua-gua yang merupakan markas para pejuang perang Banjar dan ada pula yang gugur di medan pertempuran. Akhirnya Perang Banjar pun usai pada tahun 1905. Pertempuran dalam perang banjar yang terjadi memberikan beberapa dampak, yakni :
- Pada tanggal 11 Juni 1860 pemerintah Belanda pun menghapus kesultanan dan kerajaan Banjar yang diperintahkan langsung oleh Residen Hindia Belanda.
- Daerah Kalimantan Selatan dikuasai oleh Pemerintah Kolonial Belanda.
- Tambang Batubara dan perkebunan di daerah Kalimantan Selatan dikuasai oleh Belanda.
Demikianlah Sejarah Perang Banjarmasin, dampak dan penyebab perang Banjar yang terjadi cukup lama di Kalimantan. Simak juga sejarah Perang Kamang, sejarah Perang Padri, Perang Gerillya Indonesia, Sejarah Perang Balkan I dan II, sejarah perang Baratayudha, dan juga sejarah perang dingin.