Museum Le Mayeur yang berlokasi di Sanur, Bali ini menjadi salah satu objek wisata yang ikut mewarnai daerah wisata Bali. Museum ini kini dikelola oleh pemerintah setempat, khususnya oleh departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia. Sejarah Museum Le Mayeur Bali ini dibangun dengan desain yang sederhana dan sangat tradisional yang sangat kental dengan nuansa Bali, namun tetap apik dan indah.
Tepatnya, museum ini terletak di tepi pantai Sanur sendiri, yang merupakan rumah kediaman sang pelukis bersama istrinya. Pada saat bangunan ini didirikan, pantai Sanur masih merupakan desa nelayan yang sepi dan sunyi. Museum Le Mayeur ini juga dikatakan sebagai bukti cinta seorang seniman asal Belgia terhadap pulau Bali, yang juga merupakan langkah awal bagi Bali untuk dikenal dunia dan menjadi salah satu destinasi wisata bagi dunia. Kecintaannya terhadap pulau Bali tidak hanya memberikan ide dan inspirasi terhadap lukisan, namun juga menahannya untuk menetap di Bali setelah berencana hanya menetap selama 8 bulan di Bali.
Sejarah Museum Le Mayeur Bali
Sejarah museum Bali, Le Mayeur ini merupakan museum pertama yang didirikan di Bali dan dibangun pada tahun 1953. Yang melatarbelakangi berdirinya museum ini adalah seorang seniman pelukis bernama Andrien Jean Le Mayeur De Merpres yang juga merupakan pendiri museum ini. Sehingga nama museum ini juga diambil dari nama sang pendirinya. Konon, katanya sang pelukis sendiri masih merupakan keturunan bangsawan di negara asalnya, Belgia.
Sebagai seorang pelukis, Andrien Jean Le Mayeur De Merpres menghasilkan dan menjual banyak lukisan. Lukisan terbaiknya menjadi koleksi pribadi dirumahnya saat itu yang kini telah menjadi museum Le Mayeur ini. Namun, pada tahun 1956 Bapak Bahder Djohan dari Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan yang berkunjung ke rumahnya, terkesan dengan hasil lukisan-lukisan dari pria Belgia tersebut. Hingga akhirnya muncullah ide untuk menjadikan rumah pelukis ini sebagai museum, dimana ide tersebut juga disetujui oleh pemilik rumah. Sejak saat itulah Le Mayeur juga semakin semangat untuk semakin mendalami dan memperindah hasil lukisannya.
Sebelum meninggal dunia, istri dari pelukis ini, Ni Nyoman Pollok mewariskan museum ini kepada pemerintah Indonesia dan masih berdiri dan dikelola hingga sekarang dan dijadikan sebagai museum seni lukis.
Kisah dari Pendiri Museum Le Mayeur
Pertama kali Le Mayeur datang ke tanah Bali pada tahun 1932 yang pada saat itu ia tengah berusia 52 tahun. Andrien Jean Le Mayeur De Merpres sebagai pemilik awal dan pendiri museum ini menikah dengan Ni Nyoman Pollok pada tahun 1937. Sebelum memutuskan untuk menikah dengan Le Mayeur, Ni Nyoman Pollok sendiri dulunya merupakan seorang penari Lenggong dari desa Kelandis yang saat itu masih berusia 17 tahun. Sempat juga menjadi model lukis selama 2 tahun.
Sang istrinya ini jugalah yang ikut berperan membuat sang seniman ini memutuskan untuk menetap di Bali setelah menikah. Sebelumnya, pelukis legendaris A.J. Le Mayeur juga sempat menuai sukses saat ikut pameran lukisan di Singapura dimana Ni Nyoman Pollok sendiri yang menjadi sang model saat itu. Pasangan ini tidak memiliki anak karena memang tidak diizinkan oleh A.J. Le Mayeur. Ia mengkhawatirkan hilangnya bentuk keindahan sang istri yang merupakan model utama dari lukisannya jika memiliki anak. Sehingga mereka tidak memiliki ahli waris untuk museum ini. Sang pelukis sendiri meninggal pada tanggal 31 Maret 1958 di tanah kelahirannya, Belgia di karenakan beliau harus mendapatkan perawatan intensif akibat menderita kanker.
Koleksi Museum Le Mayeur
Koleksi dari museum ini adalah lukisan-lukisan Le Mayeur sendiri yang bertema keindahan alam, ekspresi budaya dan impresionis yang sebagian besar menampilkan lukisan wanita bali bertelanjang dada. Karena itu pula pelukis legendaris ini mendapat julukan sebagai Gaugin-nya Indonesia. Model utama untuk lukisanya sendiri adalah Ni Nyoman Pollok, istri dari pelukis sendiri. Dan sebagian besar lukisan dari Le Mayeur ini menggambarkan kehidupan rakyat Bali.
Di museum ini terdapat sekitar 88 buah lukisan yang dibuat dengan berbagai media berbeda. Ada yang terbuat dari media kanvas (28 lukisan), bagor (22 lukisan), triplek (6 lukisan), kertas (7 lukisan), dan hardboard (25 lukisan). Dimana penggunaan media lukis selain kanvas juga menunjukkan saat itu tengah berada pada masa-masa dimana sulitnya menemukan alat lukis di masa penjajahan Jepang di Indonesia. Sementara alat lukis yang digunakan bisa berupa pensil, cat minyak dan cat air.
Dari semua lukisan tersebut, ada yang memang dibuat selama ia tinggal di Bali, namun ada juga lukisan dari negara lain saat ia melakukan perjalanan ke berbagai negara. Lukisan-lukisan tersebut ada yang dibuat sewaktu ia masih di Eropa, India, Afrika, Italia dan Perancis. Beberapa lukisan dari perjalanannya tersebut adalah lukisan yang bernama “Jaipur, India” “Early Morning in the Harbour of Marseille” “Canal of Gindecca” dan “Istambul (Turkey)”.
Lukisan tertua yang terdapat di museum ini dilukis pada tahun 1921, sedangkan lukisan terakhir dari sang pelukis dibuat pada tahun 1957, yakni lukisan yang berjudul “Di Sekitar Rumah Pollok”. Furnitur dan perabotan yang terdapat di museum ini juga merupakan peninggalan dari Le Mayeur bersama istrinya. Seperti ranjang tidur, lemari, aneka patung dan guci, kasur, meja berukir, keramik-keramik, buku-buku koleksi Le Mayeur dan juga jambangan bunga.
Pollok, Lukisan Le Mayeur yang paling terkenal
Banyak lukisan dari Le Mayeur ini yang terkenal, salah satunya adalah lukisan Pollok dan dibuat pada tahun 1957. Lukisan ini menampilkan gambar Ni Nyoman Pollok yang sedang memetik bunga dengan latar belakang yang bertempat masih disekitar rumah mereka sendiri. Dimana sang model harus berjemur dibawah terik matahari tanpa harus bergerak dan banyak mengeluh. Lukisan tersebut terkenal memberikan kesan yang indah dan juga berani.
Tidak hanya memamerkan hasil karya seni sang pelukis di siang hari, namun pada malam harinya museum ini juga membuka pertunjukkan tari-tarian guna menarik minat para pembeli. Saat-saat itu adalah masa-masa kejayaan bagi sang pelukis atas karya-karyanya dan membuat Le Mayeur mempu menjadi pelukis legendaris yang handal dan produktif hingga karyanya masih bisa dinikmati hingga saat ini bagi para pecinta seniman lukisan.
Demikianlah sejarah museum Le Mayeur Bali yang kini patut dijadikan salah satu destinasi wisata jika ingin berkunjung ke Bali selain menikmati candi di Bali yang merupakan candi Hindu di Indonesia dan candi peninggalan agama Hindu, sejarah Museum Braja Shandi Bali dan sejarah museum Geopark batur yang juga terkenal di Bali.