Anak – anak yang sudah memasuki usia sekolah tentunya tidak akan asing lagi dengan kegiatan kepramukaan yang biasanya menjadi salah satu kegiatan ekstrakurikuler di sekolah. Kegiatan yang mewajibkan anggotanya berpakaian coklat muda untuk pakaian atasan dan coklat tua untuk bawahannya tersebut sangat identik dengan kegiatan kaum muda. Pramuka sudah menjadi sebuah organisasi yang berkembang secara internasional, dan dapat diterima di seluruh dunia karena manfaatnya yang nyata.
Pramuka atau yang dikenal dengan nama Scouting di dunia internasional merupakan suatu gerakan yang membidik atau mendukung orang – orang muda dalam fisik, mental dan perkembangan spiritual, bahwa mereka sebagai orang muda mungkin memerankan peran konstruktif di masyarakat, dengan difokuskan terhadap kemampuan luar ruangan dan bertahan hidup. Saat ini ada lebih dari 40 juta pramuka dewasa dan muda, pria dan wanita, dalam lebih dari 200 negara dan wilayah.
Sejarah Berdirinya Gerakan Pramuka Dunia
Berbicara mengenai sejarah berdirinya pramuka di dunia termasuk Indonesia, maka kita tidak dapat lepas dari sosok Lord Baden Powell. Beliau lahir pada 22 Februari 1857 dengan nama Robert Stephenson Smyth. Semua sejarah berdirinya gerakan pramuka ini dimulai dengan 21 pemuda dan sebuah kamp percobaan pada tahun 1907 berupa perkemahan di Brownsea Island, Inggris. Kamp tersebut merupakan suatu kesuksesan yang dibuktikan oleh organisatornya, yaitu Lord Baden Powell, bahwa metode pelatihan yang digunakannya dapat menarik minat para muda dan benar – benar bermanfaat untuk melatih anak – anak muda tersebut.
Pada Januari 1908 buku pertama Lord Baden Powell yang berjudul “Scouting for Boys” diterbitkan. Buku tersebut mencapai sukses dengan segera dan sejak itu telah terjual lebih dari 100 ribu kopi, membuatnya menjadi salah satu buku yang paling laris terjual sepanjang masa. Pada awalnya, Baden Powell hanya berniat untuk menyediakan suatu metode untuk melatih anak – anak laki – laki, sesuatu yang dapat diadopsi oleh organisasi – organisasi anak muda. Namun ternyata teorinya tersebut langsung dimulai oleh kaum muda dengan mengorganisasi diri mereka sendiri menjadi cikal bakal gerakan pramuka di dunia, bernama Boys Scout.
Pada tahun 1912 dengan bantuan adik perempuan Baden Powell bernama Agnes, didirikan organisasi kepramukaan wanita dengan nama Girls Guides dan lalu diteruskan bimbingannya oleh istri Baden Powell. Tahun 1916 kemudian berdiri sekelompok pramuka usia siaga dengan nama CUB yang berarti anak serigala, yang berpedoman kepada buku “The Jungle Book” karya Rudyard Kipling untuk kegiatannya.
Tahun 1918 dibentuk Rover Scout untuk para pramuka yang telah berusia 17 tahun. Kemudian pada tahun 1920 Jambore Dunia pertama diselenggarakan di Olympia Hall, London. Undangan diberikan kepada pramuka dari 27 negara dan ketika itulah Baden Powell diangkat sebagai Bapak Pandu Sedunia atau Chief Scout of The World. Kemudian dibentuk Dewan Internasional yang berjumlah 9 orang anggota dan juga pembentukan Biro Sekretariat di London, Inggris. Biro dunia untuk pramuka putra memiliki lima kantor perwakilan, antara lain di Costa Rica, Mesir, Filipina, Swiss dan Nigeria. Sedangkan biro putri memiliki lima kantor pusat berupa sekretariat di London, biro kantor wilayah dai Amerika Latin, Arab, Asia Pasifik dan Eropa.
Awal Mula Gerakan Pramuka Indonesia
Gagasan akan organisasi muda mudi oleh Baden Powell tersebut menyebar ke berbagai negara dalam waktu yang sangat singkat. Sejarah berdirinya gerakan pramuka juga mencapai Indonesia yang sedang dalam masa penjajahan Belanda. Gerakan tersebut dinamai Padvinder di Belanda yang pada masa itu sedang menguasai Indonesia, sehingga gerakan tersebut juga terbawa ke Indonesia. Belanda kemudian mendirikan organisasi tersebut di Indonesia dan memberinya nama NIPV (Nederland Indische Padvinders Vereeniging atau Persatuan Pandu – Pandu Hindia Belanda).
Dalam waktu singkat kemudian muncul berbagai organisasi kepanduan di Indonesia, antara lain JPO (Japanese Padvinders Organizatie), JJV (Jong Java Padvindery), NATIPI (Nationale IslamitschePadvindery), SIAP (Sarekat Islam Afdeling Padvindery), HW (Hisbul Wathon). Pemerintah Hindia Belanda kemudian memberikan larangan untuk menggunakan istilah Padvindery, maka istilah tersebut diganti oleh KH. Agus Salim menjadi Pandu atau Kepanduan. Pada tahun 1930 muncul berbagai organisasi kepanduan yang bergabung menjadi Kepanduan Bangsa Indonesia (KBI), dan pada tahun 1931 Persatuan Antar Pandu Indonesia (PAPI) dibentuk dan berubah menjadi Badan Pusat Persaudaraan Kepanduan Indonesia (BPPKI) di tahun 1938.
Memasuki masa pendudukan atau masa penjajahan Jepang di Indonesia, organisasi kepanduan dilarang. Kemudian banyak dari tokoh kepanduan Indonesia yang beralih kepada organisasi seperti Keibondan, Seinendan, dan PETA. Namun organisasi kepanduan Indonesia kembali pada tanggal 28 Desember 1945 setelah proklamasi kemerdekaan dan bernama Pandu Rakyat Indonesia. Pada masa itu juga banyak terbentuknya organisasi kepemudaan, antara lain sejarah berdirinya Budi Utomo, sejarah berdirinya HMI, dan sejarah peta pembela tanah air.
Perpecahan Organisasi Kepanduan dan Lahirnya Pramuka
Organisasi kepanduan Indonesia pada tahun 1961 kemudian terpecah menjadi seratus organisasi dan dihimpun dalam tiga federasi yaitu IPINDO (Ikatan Pandu Indonesia), POPPINDO (Persatuan Pandu Puteri Indonesia) dan PKPI (Persatuan Kepanduan Puteri Indonesia). Terpecahnya organisasi kepanduan ini melemahkan ikatan para anggota, sampai akhirnya ketiga federasi digabungkan menjadi satu dan diberi nama PERKINDO (Persatuan Kepanduan Indonesia).
Pada masa ini, terjadi banyak penyimpangan dari beberapa gerakan kepanduan yang justru menjadi kaki tangan dari beberapa partai politik dan menjadi senjata untuk bermain politik. Kebiasaan ini tentunya menyalahi aturan dari dasar pembentukan kepramukaan dunia yang sama sekali tidak berhubungan dengan masalah politik. Melihat kenyataan tersebut, Presiden Soekarno langsung mengambil tindakan untuk mengembalikan fungsi gerakan kepanduan di masyarakat sesuai tujuan awalnya, dan juga berkat dorongan dari beberapa tokoh kepanduan pada saat itu dengan membubarkan dan menjadikan satu semua gerakan kepanduan dalam sebuah organisasi.
Gerakan pramuka di Indonesia dianggap lahir pada tahun 1961 sesuai dengan keluarnya Keputusan Presiden no.238 tahun 1961 yang ditandatangani oleh Presiden Soekarno. Setelah diresmikan oleh negara, maka pramuka Indonesia membuat lambang sebagai simbol operasional berupa Tunas Kelapa. Hari gerakan pramuka selalu diperingati setiap tanggal 14 Agustus karena pada tanggal itulah dulu gerakan pramuka diperkenalkan kepada masyarakat, dan keluarnya Keputusan Presiden no.448 tahun 1961 untuk menganugerahkan panji gerakan pramuka. Presiden juga mengeluarkan Keppres RI no.112 pada tahun 1961 tentang Panitia Pembantu Pelaksana Pembentukan Gerakan Pramuka, susunan keanggotaan, dan Mapinas, Kwarnas, dan Kwarnari.
Gerakan Kepramukaan Saat Ini
Saat ini gerakan pramuka sesuai rentang usia anak meliputi Pramuka Siaga (7-10 tahun), Pramuka Penggalang (11-15 tahun), Pramuka Penegak (16 -20 tahun) dan Pramuka Pandega (21-25 tahun). Kegiatan kepramukaan saat ini merupakan kegiatan di luar lingkungan sekolah dan keluarga yang dilakukan di alam terbuka dengan menggunakan prinsip dasar dan metode kepramukaan, yang memiliki sasaran akhir berupa watak, akhlak dan budi pekerti yang luhur serta disesuaikan dengan perkembangan dan kepentingan masyarakat Indonesia. Ketahui juga sejarah OSIS dan sejarah paskibraka sebagai wadah organisasi pelajar di sekolah.
Hiruk pikuk perebutan kekuasaan yang terjadi pada saat jatuhnya orde baru dan juga terjadinya krisis moneter menyebabkan gerakan pramuka menjadi kurang mendapatkan perhatian oleh banyak kalangan. Hal ini berlangsung cukup lama hingga pada tanggal 26 Oktober 2010, DPR mengesahkan UU no. 12 Tahun 2010 mengenai Gerakan Pramuka. UU tersebut menyatakan bahwa pramuka bukan lagi satu – satunya organisasi yang diperbolehkan untuk menyelenggarakan pendidikan kepramukaan, sehingga memungkinkan berbagai organisasi profesi untuk menyelenggarakan kegiatan kepramukaan.