Kehidupan manusia pada zaman prasejarah memang menarik untuk diperbincangkan, apalagi dengan segala kebudayaan dan keunikan didalamnya dan Peninggalan Zaman Praaksara serta Sejarah Manusia Purba di Indonesia. Dalam beberapa teori disebutkan bahwa ada beberapa zaman prasejarah yang dibagi – bagi ke dalam beberapa periode, menurut C.J. Thomsen sendiri bahwa zaman praaksara dibagi dalam konsep three age systems, yakni zaman batu, zaman perunggu, dan zaman besi. Hal ini didasarkan pada beberapa hal yakni peninggalan yang ditemukan oleh peradaban yang ada pada waktu itu.
Sedangkan zaman batu sendiri pula mengalami perkembangan dan pembagian dalam beberapa waktu, yang dikemukakan oleh J.A. Brown pada tahun 1892 yang memiliki beberapa periode sebagai berikut :
- Zaman Paleolitikum (zaman batu tua)
- Zaman Mesolithikum (zaman batu tengah)
- Zaman Neolithikum (zaman batu muda)
- Zaman Perunggu
- Zaman Besi
Dari beberapa zaman tersebut yang akan kita bahas adalah zaman batu pada saat masih awal atau zaman paleolitikum, yang mana kehidupannya masih sangat sederhana sehingga manusia pendukung kebudayaannya pun juga sederhana secara kebudayaan dan fisiknya.
Gambaran Umum Zaman Paleolitikum
Zaman ini ditandai secara garis besar merupakan zaman dimana manusia mengenal alat – alat dari batu untuk membantu bertahan hidup dan menunjang kehidupan lainnya. Kehidupan manusia pada zaman itu masih sederhana dan alat yang digunakan juga masih kasar, sederhana, dan hanya sebatas menyesuaikan penggunaannya. Alat yang dibuat selain dari batu juga terdapat alat dari kayu dan tulang yang dibuat masih sangat sederhana. Selain itu pada zaman ini terdapat kebiasaan manusia yaitu kehidupan nomaden atau berpindah – pindah tempat tinggal.
Zaman ini menurut bahasa berasal dari bahasa Yunani, disusun atas kata Palaios dan Lithos yang berarti “Tua” dan “Batu”, yang mana menandakan bahwa pada masa ini alat – alat yang dipergunakan masih terbuat dari batu yang cara pembuatannya masih kasar (Latuconsina & Rafidi, 1997:13). Sederhananya alat yang dibuat juga membuat alat ini tidak berubah bentuk terlalu signifikan dari aslinya (batu biasa), hal ini terjadi dikarenakan teknologi yang digunakan masih sederhana.
Kehidupan yang masih sederhana menjadikan manusia masih mengandalkan makanan dengan cara berburu dan mengumpulkan makanan, sehingga mereka hidup dengan nomaden atau berpindah – pindah tempat mngikuti kemana arah makanan itu ada. Kehidupan zaman paleolitikum terjadi satu sampai dua juta tahun yang lalu, menjadikannya periode yang cukup lama sebagai suatu zaman.
Oleh karena peralatan dan teknologi serta kebudayaan masih sederhana, hanya sebata meramu dan mengumpulkan makanan, maka jenis manusia purba di indonesia pendukung dari zaman ini hanya sebatas manusia jenis yang sederhana, dimana ini hanya dialami oleh Pithecanthropus ( Homo erectus ) dan manusia Wajak ( Homo Wajakensis ), pembahasan mereka akan dibahas pada poin berikut.
Manusia Pendukung Zaman Paleolitikum
Secara garis besar manusia yang mendukung zaman ini dibagi menjadi dua, yakni jenis pithecanthropus dan homo, serta terdapat jenis lainnya seperti meganthropus. Penemuan ini menjadikan mereka pendukung kebudayaan paleolitikum dikarenakan hasil temuan alat mengindikasikan bahwa mereka memiliki kehidupan dengan cara berbur dan mengumpulkan makanan.
1. Pithecanthropus
Manusia kera berjalan tegak, atau jenis yang sering ditemukan ialah pithecanthropus erectus, penemuannya sebagai Manusia Pendukung Zaman Paleolitikum merupakan yang paling umum ada dalam sejarah manusia prasejarah. Manusia purba jenis ini merupakan temuan dari salah seorang penjelajah dan tentara belanda Eugene Dubois pada tahun 1891 di daerha Trinil Jawa Tengah. Fosilnya terkubur dalam lapisan Pleistosen lapisan bawah dan tengah. Berdasarkan temuan Femur atau tulang pahanya, bentuk dan ukurannya jelas seperti milik manusia dan menunjukkan bahwa mahluk itu berjalan diatas kedua kakinya. Volume otaknya mencapai 900cc sedangkan kera hanya 600cc. Bukan hanya di Indonesia, fosil ini juga ditemukan di beberapa tempat lain seperti di Asia disebut Pithecanthropus Pekinensis, di Afirka dikenal dengan Australopithecus Africanus, dan di eropa barat dan tengah dikenal sebagai Piltdown dan Heidelberg.
Bedasarkan temuan beberapa fosil, dapat disimpulkan ciri – ciri Pithecanthropus adalah sebagai berikut:
- Mempunyai Tinggi badan sekitar 165 – 180 cm
- Memiliki Volume otak berkisar antara 750 – 1350 cc
- Bentuk tubuh & anggota badan tegap, tetapi tidak setegap megantropus
- Alat pengunyah dan alat tengkuk sangat kuat
- Bentuk graham besar dengan rahang yang sangat kuat
- Bentuk tonjolan kening tebal melintang di dahi dari sisi ke sisi
- Bentuk hidung tebal
- Bagian belakang kepala menonjol
Selain Pithecanthropus erectus, terdapat pula beberapa spesies lain yang ditemukan yakni:
- Pithecanthropus Mojokertoensis
Jenis manusia prasejarah ini, ditemukan pada tahun 1936 oleh Weidenreich di desa Jetis, sekitaran Mojokerto. Fosilnya dinamakan Pithecanthropus robustus. Namun pada penyebutan lainnya disebut Pithecanthropus mojokertoensis.
- Pithecanthropus Soloensis
G.H.R. Von Koeningswald, Oppenorth, dan Ter Haar pada sekitar tahun 1931-1934 mengadakan penelitian di Lembah Sungai Bengawan Solo dan penemuan pertama di Ngandong , Blora adalah fosil Pithecanthropus soloensis artinya manusia kera dari Solo, kemudian ditemukan juga jenis Pithecanthropus di Sangiran yang diperkirakanhidup pada 900.000 sampai 200.000 tahun yang lalu diperkirakan terdapat di Sumatera, Kalimantan, dan Tiongkok.
- Pithecanthropus Robustus
Merupakan jenis pithecanthropus dengan rahang besar yang ditemukan oleh Weidenreich dan Von Koenigswald pada tahun 1939 di situs purbakala Sangiran Sragen ,Jawa tengah. Berdasarkan temuan dan jenis – jenis di atas, bahwa dapat disimpulkan pithecanthropus merupakan jenis manusia prasejarah pendukung zaman paleolitikum dikarenakan kebudayaannya yang condong ke berburu dan mengumpulkan makanan, hal ini didukung dengan ciri fisik dan alat bantu kehidupannya.
2. Homo
Manusia jenis ini merupakan cikal bakal manusia modern yang saat ini hidup di bumi dan Manusia Pendukung Zaman Paleolitikum. Terdapat beberapa jenis, dan perkembangannya disebut dengan manusia cerdas (Homo Sapiens), jenis manusia prasejarah ini memiliki beberapa hal yang membedakan dengan jenis pithecanthropus, dan dari tingkatannya juga lebih baik daripada jenis tersebut (Pithecanthropus erectus), sehingga bisa dibilang bahwa Homo sebanding dengan manusia biasa. Dalam pembahasan kali ini terdapat beberapa jenis Homo yang ada dan mendukung kebudayaan paleolitikum, antara lain.
- Homo Soloensis
Homo Soloensis berarti manusia dari solo. Fosilnya ditemukan pada abad 19 oleh Ter Haar dan Oppernorth di daerah Ngandong Bengawan Solo. Fosil ini sangat berkaitan dengan warga asli Australia saat ini (aborigin). Penemuaanya berupa tengkorak dan diidentifikasi bukan lagi kera namun sudah menjadi manusia.
Ciri Homo Soloensis:
- Memiliki Volume Otak 1000-1200cc
- Tinggi Badan 130-210 cm
- Kening tidak menonjol
- Berdiri dan berjalan tegak
- Tulang rahang tidak terlalu kuat
- Homo Wajakensis
Sesuai namanya, bahwa manusia jenis ini ditemukan di wajak. Wajak adalah daerah dekat Tulungagung Jawa Timur, tempat ditemukannya fosil ini. Dr. Eugene Dubois merupakan penemu fosil ini, dan diberi nama Homo Wajakensis, dari jenisnya bisa dibilang sudah masuk kategori homo sapiens.
- Homo Sapiens
Dari segala jenis manusia prasejarah yang ditemukan, bisa dibilang jenis ini yang paling berkembang baik dan mendukung kebudayaan yang baru, bukan lagi kebudayaan paleolitikum, meski masih mendukung kebudayaan ini juga. Homo sapiens merupakan nama yang memiliki arti tersendiri, yang berarti manusia cerdas, menurut penelitian jenis ini merupakan jenis kelanjutan dari Homo Wajakensis, namun memiliki kebudayaan yang lebih tinggi dibanding manusia lainnya. Ciri – ciri :
- Volume otaknya 1000cc – 1200cc
- Tinggi badan 130 – 210 cm
- Kening tidak menonjol ke depan
- Berdiri tegak dan berjalan tegak
- Tulang rahang tidak terlalu kuat
- Otot pada tengkuk mengalami penyusutan
Dari hasil penelitian yang dilakukan sepanjang kali Bengawan Solo, para ahli menyimpulkan pada masa ini manusia jenis ini masih hidup mengandalkan berburu dan mengumpulkan makanan (food gathering), dikarenakan bengawan solo merupakan sungai sehingga banyak vegetasi dan hewan yang hidup dan tumbuh subur di daerah ini, dari hasil penggalian yang di dapatkan berupa peralatan kehidupan manusia zaman paleolitikum ini, kemungkinan ciri-ciri kehidupan manusia pada zaman ini dengan cara berburu dan mengumpulkan makanan. Homo sendiri sering di sangkut pautkan dengan manusia, sebab mereka memiliki banyak kemiripan, terlepas dari ke pintaran dan kecerdasannya.
3. Meganthropus
Dari jenis manusia lainnya, bisa dibilang ini merupakan jenis manusia yang paling awal dari zaman paleolitikum, dikarenakan kehidupannya yang masih primitif dan bertubuh berbeda dari manusia maupun manusia kera. Meganthropus yang ditemukan merupakan jenis Meganthropus palaeojavanicus, yang memiliki arti manusia besar dari jawa. Penemuan yang mengindikasikan nama ini didasarkan atas temuan rahang atas dan bawah yang lebih besar dan kuat daripada Pithecanthropus erectus, yang ditemukan oleh Von Koenigswald pada 1936 di daerah Sangiran, pada 1941. Berdasarkan penelitian, makanan dari manusia prasejarah ini ialah tumbuh – tumbuhan, tanpa proses pemasakan. Hal ini dikemukakan karena giginya yang kuat dan besar, jenis manusia ini hidup pada waktu 1-2 juta tahun yang lalu. Sehingga bisa disebut manusia purba yang terkuat, terbesar, dan tertua di pulau Jawa.
Ada beberapa yang dapat disimpulkan mengenai manusia pendukung zaman paleolitikum ini, bahwa dari beberapa jenis penemuan yang ada dan sudah diidentifikasi, mengindikasikan pada beberapa fakta berikut.
- Dari semua jenis manusia, mereka memiliki ciri fisik yang berbeda – beda, namun memiliki kehidupan yang hampir bersamaan yakni hidup dari berburu dan mengumpulkan makanan.
- Hidup berpindah – pindah karena keadaan alam / makanan.
- Terjadi cukup awal di masa prasejarah, yakni 600.000 tahun yang lalu atau lebih awal.
- Mereka hidup di daerah dengan sumber makanan yang cukup, misal bantaran sungai.
- Jenis manusia pendukung seperti Homo Wajakensis, Pithecanthropus erectus, Homo Soloensis, dan Meganthropus.
- Kehidupannya masih sederhana.
- Alat peninggalan masih terbuat dari batu yang sederhana dan kasar untuk berburu.
Demikian artikel mengenai manusia pendukung zaman paleolitikum, semoga menambah wawasan anda mengenai sejarah Indonesia yang berkenaan dengan kehidupan manusia prasejarah yang pernah hidup di bumi pertiwi.