Zaman batu yang kurang lebih dimulai pada satu periode dalam dua setengah juta tahun masa prasejarah yang lalu pada masa sejarah manusia purba di Indonesia, merupakan masa dimana manusia masih menggunakan peralatan yang terbuat dari batu untuk mencari dan mengolah makanan, mempertahankan diri dan melakukan berbagai keperluan sehari – hari, juga memenuhi kebutuhan hidupnya. Disebut zaman batu karena pada masa itu batu terutama jenis batu api merupakan bahan baku yang paling berharga untuk membantu manusia memenuhi kebutuhan hidupnya.
Cara hidup manusia pada zaman batu masih sangat sederhana dan masih menggantungkan diri pada apa yang tersedia di alam. Zaman ini terjadi sebelum logam dikenal untuk membuat peralatan, maka manusia pada zaman itu membuat semua peralatannya dari batu. Manusia yang hidup pada zaman batu disebut Hominid. Pada masa ini sebenarnya peralatan juga dibuat dari kayu dan tulang, namun bukti – bukti prasejarah yang ditemukan mengenai peralatan dari tulang atau kayu tersebut sangat sedikit atau hampir tidak ada.
Pembagian Zaman Batu
Zaman batu dibagi menjadi empat fase yaitu Zaman Batu Tua (Paleolitikum), Zaman Batu Tengah (Mesolitikum), Zaman Batu Muda atau Zaman Batu Baru (Neolitikum), dan Zaman Batu Besar (Megalitikum). Berikut ini adalah uraian dari masing – masing fase di zaman batu.
- Zaman Batu Tua (Paleolitikum)
Periode zaman batu tua ini berlangsung sekitar 600.000 tahun yang lalu. Alat pada zaman batu ini banyak dibuat dari batu yang masih kasar dan tidak diasah atau dihaluskan. Masyarakat pada zaman batu tua hidup berpindah dari satu tempat ke tempat yang lainnya, terutama daerah yang subur dan menyediakan banyak bahan makanan seperti daun dan umbi – umbian. Mereka akan kembali berpindah setelah sumber makanan di daerah itu habis.
- Zaman Batu Tengah (Mesolitikum)
Ciri zaman mesolitikum yaitu peralatan pada zaman batu tengah ini bentuknya masih sama dengan zaman batu tua. Masyarakatnya sudah mulai menetap dan tidak terus berpindah – pindah, tinggal di gua – gua dan bahkan ada yang sudah mampu membuat rumah sederhana. Mereka juga sudah mulai bercocok tanam. Jenis – jenis manusia purba di Indonesia pada masa ini adalah Homo Sapiens, yang mayoritas berasal dari ras Austromelanosoid dan ras Mongoloid sebagai minoritas.
- Zaman Batu Muda atau Zaman Batu Baru (Neolitikum)
Zaman batu baru ini mulainya sekitar tahun 6000 sebelum masehi. Peninggalan zaman Neolitikum berupa alat pada zaman batu muda sudah dihaluskan dan diasah, dan juga sudah mulai ada nilai seni yang terkandung di dalam proses pembuatannya. Masyarakat pada zaman ini sudah menetap, membuat dan menempati rumah – rumah sederhana terbuat dari kayu, bambu atau daun – daunan dan hidup berkelompok. Manusia juga belajar menggunakan hewan sebagai sumber makanan dan juga kulit hewan digunakan sebagai pakaian.
- Zaman Batu Besar (Megalitikum)
Nama Megalitikum berasal dari bahasa Yunani Mega yang berarti besar dan Lithos yang berarti batu. Secara bahasa, Megalitikum berarti batu – batu besar. Waktu berlangsungnya zaman ini diperkirakan selama zaman batu muda hingga zaman logam. Ciri utamanya bahwa manusia purba pada zaman ini sudah mampu membuat bangunan – bangunan dari batu yang digunakan untuk pemujaan dan penghormatan roh para leluhur manusia purba. Pada zaman ini banyak terdapat bangunan batu besar yang masih kasar. Agar dapat membentuk sebuah bangunan, batu – batu besar itu hanya diratakan seadanya sampai bisa menghasilkan bentuk yang diinginkan. Ketahuilah juga mengenai peninggalan mesir kuno dan sejarah benua asia.
Jenis Peralatan Pada Zaman Batu
Alat yang digunakan pada zaman batu masih berupa benda kasar yang dibuat dengan cara memukul – mukulkan batu menggunakan batu yang lebih besar untuk diambil serpihannya. Para ahli sebagian menemukan peninggalan berupa alat ini dengan menggali perut bumi. Jenis – jenis alat yang digunakan pada zaman batu sebagai bagian dari peninggalan zaman praaksara yaitu:
1. Kapak Perimbas
Alat pada zaman batu ini berbentuk kapak namun lebih kecil ukurannya daripada kapak zaman sekarang. Guna kapak perimbas ini adalah untuk memahat, merimbas kayu dan juga tulang untuk dibuat menjadi senjata. Manusia Pithecantropus menggunakan alat ini dan peninggalannya sangat banyak ditemukan di Pacitan, Jawa Tengah sehingga disebut alat peninggalan Pacitan. Selain itu kapak ini juga dapat ditemukan di Gombong, Sukabumi, Lahat, dan Beijing.
2. Kapak Genggam
Dikenal juga dengan nama Chopper, benda ini berbentuk sama dengan kapak yang tidak mempunyai pegangan atau gagang. Benda ini digunakan dengan cara di genggam dan terbuat dari batu yang salah satu sisinya diasah sampai menjadi tajam, dan sisi lain dibiarkan tidak diasah untuk dijadikan tempat menggenggam. Kapak ini digunakan untuk menguliti dan memotong hewan hasil buruan, juga digunakan untuk menggali tanah dalam rangka mencari umbi – umbian dan banyak ditemukan di daerah Pacitan.
3. Kapak Persegi
Kapak atau beliung persegi adalah alat yang berbentuk persegi empat dan memiliki permukaan yang memanjang yang digosok halus seluruhnya. Beliung atau kapak persegi yang berukuran besar digunakan untuk mencangkul sedangkan yang kecil digunakan untuk mengukir atau memahat. Kapak jenis ini banyak ditemukan di daerah Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara dan Kalimantan.
4. Kapak Bahu
Berbentuk hampir sama dengan kapak persegi, perbedaannya terletak pada bagian yang diikatkan pada tangkai dan diberi leher. Sisa – sisa peninggalan kapak bahu hanya ditemukan di daerah Minahasa.
5. Kapak Lonjong
Alat yang digunakan pada zaman batu ini berbentuk kapak lonjong yang fungsinya untuk digunakan memotong kayu dan juga berburu hewan untuk makanan manusia purba. Sebagian besar peninggalan kapak lonjong ditemukan di daerah Papua.
6. Gerabah
Peralatan ini adalah alat pada zaman batu lainnya yang ditemukan pada zaman batu baru atau Neolitikum. Fungsi gerabah ini adalah sebagai alat untuk menyimpan makanan pada gerabah yang berbentuk periuk dan juga alat saji berupa cawan berkaki. Peninggalan gerabah ditemukan di Kaliumpang ( Sulawesi), pantai selatan Jawa dan Melolo, daerah Sumba.
7. Flakes
Peralatan ini berukuran kecil dan dibuat dari batu Chalcedon. Alat yang digunakan pada zaman batu jenis ini adalah hasil dari kebudayaan Ngandong, yang alat – alatnya terbuat dari tulang hewan dan digunakan untuk mengupas makanan, untuk berburu, menangkap ikan, mengumpulkan umbi – umbian dan buah – buahan. Flakes ditemukan di daerah Punung dan Ngandong (Jawa Timur), Pacitan, Sangiran dan Gombong (Jawa Tengah).
8. Alat yang terbuat dari tulang atau tanduk
Peralatan ini terbuat dari tulang binatang atau tanduk rusa yang digunakan oleh manusia purba di masa Paleolithikum, kebudayaan Ngandong. Pada umumnya alat – alat ini berfungsi sebagai belati, mata panah dan ujung tombak yang bergerigi untuk mengorek umbi dari dalam tanah, berburu dan juga menangkap ikan dan ditemukan di daerah Ngandong.
9. Pebble
Alat pada zaman batu ini juga dikenal dengan nama kapak genggam Sumatera, digunakan oleh manusia purba pada zaman mesolitikum dan juga dimanfaatkan sebagai alat untuk memotong. Alat ini ditemukan oleh Dr. P.V. Van Stein Callenfels yang meneliti bukit kerang. Pebble terbuat dari batu kali yang dipecah menjadi batu pipih kecil yang ujungnya tajam dan dibelah sisi luarnya.
10. Kapak Pendek
Juga dikenal dengan nama Hachecour yaitu alat yang digunakan pada zaman mesolithikum. Bentuk kapak ini seperti setengah lingkaran lebih pendek daripada bentuk kapak yang banyak ditemukan pada masa itu. Peninggalan zaman batu berupa kapak pendek ini juga ditemukan di bukit kerang.
11. Pipisan
Alat – alat ini juga ditemukan di dalam bukit kerang pada tahun 1925. Pipisan merupakan batu – batu penggiling dan juga landasannya yang digunakan untuk menghaluskan makanan dan juga digunakan untuk menghaluskan cat yang dibuat dari tanah berwarna merah. Cat merah digunakan untuk keperluan religius dan juga untuk melakukan ilmu sihir.
12. Menhir
Batu besar ini dibuat untuk keperluan pemujaan kepada roh – roh nenek moyang orang purba. Bentuk menhir ada yang tunggal dan ada yang berkelompok, mirip dengan punden berundak. Anda akan melihat menhir sebagai batu besar berbentuk lonjong vertikal tegak yang mengecil di ujung atas dan bulan di bagian dasarnya. Sebagian besar ditemukan di daerah Sulawesi Tengah, Sumatera dan Kalimantan.
13. Punden Berundak
Punden berundak merupakan bangunan yang terbuat dari batu dan disusun secara bertingkat. Biasanya terdiri dari 7 buah undakan, dan ditemukan di wilayah Banten. Punden berundak gunanya untuk melakukan pemujaan bagi roh – roh nenek moyang orang zaman purba tersebut.
14. Dolmen
Dolmen merupakan meja yang terbuat dari batu dan digunakan untuk tempat meletakkan sesaji ketika para manusia purba melakukan pemujaan kepada roh leluhurnya. Di bagian bawah dolmen biasanya digunakan untuk menaruh mayat manusia agar tidak dimakan oleh binatang liar.
15. Sarkofagus
Sarkofagus adalah peti mayat atau keranda yang dibuat dari batu. Bentuknya menyerupai lesung yang mempunyai tutup. Di dalamnya kerap ditemukan mayat dan barang – barang yang dijadikan bekal kubur mereka seperti periuk, kapak persegi, perhiasan dan benda – benda yang dibuat dari bahan perunggu serta besi.
16. Waruga
Alat yang digunakan pada zaman batu yang bernama Waruga ini merupakan peti kubur pada zaman Megalitikum, didalamnya ditemukan berbagai benda yang berupa tulang belulang, gigi manusia, periuk tanah liat, benda – benda yang dibuat dari logam seperti pedang, tombak dan perhiasan. Tutup waruga bentuknya seperti atap rumah dan sebagian besar ditemukan di wilayah Sulawesi Tengah dan Sulawesi Utara.
17. Arca Batu
Arca atau patung yang dibuat dari batu ini bentuknya menyerupai binatang atau manusia, dan digunakan untuk kegiatan upacara keagamaan pada zaman Megalitikum. Arca zaman batu sebagian besar ditemukan di wilayah Lampung, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Sumatera Selatan.
Tidak hanya ada sisa peninggalan berupa alat pada zaman batu, ada pula dua macam kebudayaan yang terdapat di zaman batu. Kedua jenis kebudayaan tersebut adalah kebudayaan Pacitan. Disebut demikian karena banyak peralatan zaman batu yang ditemukan di daerah Pacitan dengan manusia purba berjenis Pithecantropus Erectus, dan kebudayaan yang kedua adalah kebudayaan Ngandong dengan manusia purba berjenis Homo Soloensis dan Homo Wajakensis. Banyaknya peninggalan dari zaman purba di Indonesia membuktikan bahwa kebudayaan kita sangat kaya akan sejarah, dan karena itu kita sebagai generasi penerus manusia harus turut melestarikan dan menghargai sejarah tersebut.