Kapan tepatnya waktu kedatangan manusia pertama di Australia telah dipelajari dan menjadi perdebatan selama berdekade – dekade. Para peneliti telah menemukan bukti yang menyarankan bahwa nenek moyang dari suku Aborigin Australia telah mencapai bagian Utara Australia paling tidak selama 65 ribu tahun yang lalu. Penemuan yang dipublikasikan dalam jurnal Nature terbitan 20 Juli 2017, mengingatkan kembali pada waktu ketika orang pertama kali datang ke benua tersebut pada 5 ribu hingga 18 ribu tahun lalu.
Ini juga menandakan bahwa manusia hidup berdampingan dengan hewan kolosal Australia seperti wombat raksasa dan wallabies lama sebelum spesies megafauna menjadi punah. Penemuan ini menunjukkan tanggal yang paling dapat dipercaya dan paling awal untuk pendudukan manusia purba Australia. Penggalian arkeologis yang dilakukan di masa lalu menemukan kemungkinan bahwa manusia bermigrasi ke Australia antara 47 ribu dan 60 ribu tahun lalu. Tetapi penggalian baru pada situs aborigin mengungkap bahwa relik manusia bertanggal hingga 65 ribu tahun.
1. Penemuan Mungo Man
Mungo man adalah spesies hominin dengan rangka tengkorak menyerupai manusia modern yang diperkirakan meninggal pada 62 ribu tahun lalu. Para peneliti menemukan bahwa didalam tengkorak Mungo man terdapat sebagian kecil DNA mitokondrial. Setelah dianalisa, ditemukan bahwa DNA tersebut tidak memiliki kesamaan dengan kerangka kuno lainnya, Aborigin modern dan Eropa modern. Lebh jauh lagi, jenis DNA mitokondrial miliknya telah punah. Hasilnya membawa pertanyaan mengenai teori evolusi manusia ‘Out Of Africa’. Jika Mungo Man merupakan keturunan dari manusia purba yang meninggalkan Afrika pada 200 ribu tahun lalu, maka DNAnya seharusnya memiliki kemiripan dengan semua sampel yang lain.
Tengkorak manusia purba Australia ini ditemukan oleh geologis Jim Bowler dari danau yang kering bernama Willandra Lakes, di Mungo National Park, New South Wales Australia sekitar 750 kilometer dari Barat Sydney pada 1974 dan dianggap sebagai penemuan besar. Bowler sudah menemukan sisa – sisa jasad seorang wanita yang dikenal sebagai Mungo Lady pada tahun 1967/ 1968. Selama beberapa dekade, sisa – sisa jasad manusia tertua Australia yaitu orang Aborigin yang meninggal pada 42 ribu tahun lalu telah disimpan di sebuah universitas di Canberra yaitu Australian National University.
Kemudian sisa –sisa kerangka yang dikenal dengan sebutan Mungo Man dikembalikan ke daerah asalnya yaitu New South Wales, menandai perjalanan panjang dan kampanye penduduk asli Australia untuk mengembalikan Mungo Man ke tempat peristirahatan aslinya. Ketahui juga mengenai sejarah benua Australia, bangunan bersejarah di Australia dan sejarah kemerdekaan Australia.
2. Kerangka Kow Swamp
Penemuan kerangka ini mengingatkan kepada Homo Erectus. Secara spesifik, mereka mempunyai garis alis tebal, dahi miring dan gigi yang sangat besar. Jika tengkorak ini ditemukan di Indonesia dan berusia 100 ribu tahun lebih, maka mereka bisa saja dikategorikan Homo Erectus. Tetapi lokasi penemuannya di Australia dan hanya berusia 10 ribu tahun menjadi masalah tersendiri. Menurut teori tradisional, Homo Erectus tidak pernah mencapai Australia dan dipercaya telah punah ketika Homo Sapiens mencapai Indonesia pada 50 ribu tahun lalu. Bahkan jika orang – orang Kow Swamp bukan Homo Erectus, sulit dijelaskan mengapa manusia kuno menduduki Australia setelah terdapat jenis manusia yang lebih modern.
3. Penemuan Bega Man
Penemuan endocast yang menyerupai tengkorak hominid di antara serpihan abu vulkanik terjadi di distrik Begaa pada Mei 2005. Penemuan ini bisa mengindikasikan bahwa ras dari hominid nenek moyang telah berkembang di Indonesia dari mulai primata pemanjat pohon pada 7 juta tahun lalu. Ini terjadi ketika seharusnya nenek moyang primata kita meninggalkan pepohonannya di Afrika sekitar 6 juta tahun lampau. Fosil ini ditemukan oleh peneliti prasejarah terkemuka Rex Gilroy dari Katoomba NSW, dimana ia mengelola ‘Australian Pacific Archaeological Research Centre’.
Ia menemukan fosil sementara meneliti situs vulkanik di NSW bagian pantai selatan. Fosil tersebut mendukung teorinya bahwa orang Aborigin telah ada lebih dulu di benua ini dengan ras awal, kemungkinan Homo Erectus. Fosil tersebut terbentuk oleh abu vulkanik yang mengisi tengkoraknya selama erupsi. Sesuai perkiraan, gunung berapi di Bega terakhir erupsi pad 7 juta tahun lalu sehingga membuat ‘Bega Man’ menjadi tengkorak hominid tertua yang ditemukan di Australia. Dengan dasar ini ia berpikir bahwa para ilmuwan seharusnya berpikir mengenai ‘Out of Australia’ daripada ‘Out of Africa’.
4. Penelitian di Madjebabe
Situs ini telah dipelajari sejak tahun 1970an, tetapi selama kunjungan yang semakin sering pada tahun 2012 dan 2015, para peneliti menemukan lebih dari 11 ribu artefak dari lapisan terdalam situs penggalian berupa batu gerinda, kepala kapak batu bulat, oker merah bercampur mika atau pewarna dinding. Sebagai tambahan dari menemukan sisa – sisa api unggun purba dan mortar serta alu kuno, juga flakes, dan material untuk melukis. Mereka juga menemukan contoh paling awal dari peradaban manusia purba Australia yang dikenal sebagai kapak batu yang tampaknya dapat dipegang dan pernah memiliki gagang, yang berusia 20 tahun lebih tua daripada kapak batu manapun yang pernah ditemukan di dunia. Ketahui juga mengenai ciri – ciri homo habilis dan ciri – ciri homo floresiensis.
Madjebabe yang menjadi lokasi penelitian mengenai peninggalan manusia purba Australia secara tradisional dihuni oleh klan Mirrar, salah satu klan dari suku Aborigin. Lokasinya ada di tengah Taman Nasional Kakadu, namun tidak masuk ke dalam situs warisan dunia karena adanya perjanjian penambangan uranium pada 1982. Pemegang hak sewa tambang adalah Energy Resource of Australia yang bekerja sama dengan Gundjeihmi Aboriginal Corporation, sebuah perusahaan nirlaba yang memperjuangkan hak – hak klan Mirrar. Mereka memberikan akses kepada para peneliti ke daerah tersebut, dan penggalian dilakukan dua kali pada 2012 serta 2015.
Dr. Clarkson, arkeolog dari Universitas Queensland, pimpinan peneliti tersebut mengatakan penemuan ini membawa kejelasan lebih jauh mengenai kemampuan kompleks dari manusia purba sebagaimana kronologis bagaimana mereka bermigrasi dari Afrika dan menyebar ke seluruh dunia. Untuk menentukan usia artefak, tim peneliti harus menandai lapisan sedimen tempatnya dikubur. Mereka pertama kali menampilkan tanggal radiokarbon pada sedimen dimulai pada permukaannya sampai mencapai lapisan yang berusia sekitar 37 ribu tahun. Lalu mereka berganti dengan teknologi optically stimulated luminescence untuk menentukan lapisan yang lebih dalam, yang digunakan untuk mengukur kapan terakhir kali pasir dalam perlindungan batu terekspos sinar matahari. Ketahui juga mengenai sejarah homo sapiens dan ciri – ciri homo robustus.
Menurut Zenobia Jacobs, anggota tim penelitian Dr. Clarkson yang merupakan pakar di bidang geokronologi Universitas Wollongong menyatakan bahwa lapisan tanah relatif tidak terganggu selama puluhan ribu tahun sehingga hasil penanggalannya bisa lebih akurat. Sedangkan CEO Gundjhelmi Aboriginal Corporation yaitu Justin O’Brien menyatakan hasil studi tersebut membuktikan canggihnya perangkat milik suku Aborigin Australia dan bahwa area penelitian tersebut sangat penting sehingga perlu dilakukan konservasi dan perlindungan tingkat tinggi pada situs tersebut agar penelitian mengenai sisa – sisa peninggalan manusia purba Australia bisa berlanjut.
Latar Belakang Hari Kebangkitan Nasional Setiap tanggal 20 Mei rakyat Indonesia memperingati hari kebangkitan nasional…
Latar Belakang Hari Buruh Internasional ( May Day) Demonstrasi dan orasi merupakan hak semua orang…
Mungkin banyak dari kita yang sering membaca atau mendengar istilah kolonialisme dan imperialisme. Selain dari…
Dunia ini memiliki banyak negara. Total ada Negara 193 negara yang ada di dunia ini.…
Kita sering kali mendengar istilah de facto dan de jure. Beberapa di antara kita mungkin…
Kerajaan Demak atau Kesultanan Demak merupakan bagian dari sejarah kerajaan Islam di Indonesia sebagai kerajaan…