Islam – Sejarah Lengkap Sejarahwan Sat, 18 Jan 2020 05:28:43 +0000 en-US hourly 1 https://wordpress.org/?v=5.8.6 Sejarah Berdirinya Dinasti Abbasiyah Dalam Islam /agama/islam/sejarah-berdirinya-dinasti-abbasiyah-dalam-islam Sat, 18 Jan 2020 05:28:41 +0000 /?p=5484 Kekhalifahan Abbasiyah atau Bani Abbasiyah merupakan kekhalifahan kedua Islam yang berkuasa di Baghdad, Irak. Pada masanya kekhalifahan Abbasiyah berkembang pesat dan menjadikan Islam sebagai pusat pengetahuan dunia. Kekuasaannya dimulai setelah…

The post Sejarah Berdirinya Dinasti Abbasiyah Dalam Islam appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
Kekhalifahan Abbasiyah atau Bani Abbasiyah merupakan kekhalifahan kedua Islam yang berkuasa di Baghdad, Irak. Pada masanya kekhalifahan Abbasiyah berkembang pesat dan menjadikan Islam sebagai pusat pengetahuan dunia.

Kekuasaannya dimulai setelah merebutnya dari Bani Umayyah dan menaklukkan semua wilayahnya kecuali Andalusia. Bani Abbasiyah merujuk kepada keturunan paman termuda Nabi Muhammad seperti yang diceritakan dalam sejarah peristiwa isra miraj, Abbas bin Abdul Muthalib (566 – 652) dan itu sebabnya juga masih termasuk kepada Bani Hasyim.

Anggota dari bani Umayyah yang selamat melarikan diri dari Damaskus dan menuju Spanyol dengan menyeberangi Laut Tengah lalu mendirikan Kekhalifahan Umayyah. Keturunan bani Umayyah yang selamat memerintah Spanyol untuk waktu yang lama.

Bani Abbasiyah menjadi dinasti kekhalifahan terlama sepanjang sejarah berdirinya agama Islam yang berkuasa mulai tahun 750 M – 1258 M (132 H – 656 H), dan ibukota pemerintahan dipindahkan ke Baghdad dari Damaskus pada 762 M. Dalam sejarah berdirinya dinasti Abbasiyah, mereka memerintah seluruh Asia Barat dan Afrika Utara.

Bani Abbasiyah lebih fokus kepada dataran Irak dan Iran daripada wilayah pesisir seperti Israel, Suriah, Lebanon dan Mesir. Baghdad dengan cepat berkembang menjadi kota besar dan maju dihuni oleh sekitar hampir setengah juta orang pada tahun 800-an masehi.

Banyak kelompok bangsa berbeda yang tinggal di Baghdad seperti Arab, Persia, Yahudi dan Yunani, dengan bahasa Arab, Aram dan Persia. Selain Islam yang menjadi agama mayoritas, ada juga penganut agama lain seperti Kristen, Yahudi dan Zoroaster.

Pemerintahan Abbasiyah berkembang selama tiga abad dan mulai meredup setelah bangsa Turki yang sebelumnya menjadi bagian dari tentara kekhalifahan bernama Mamluk mulai naik daun. Hingga sekarang, keturunan dari Bani Abbasiyah termasuk suku al – Abbasi banyak tinggal di timur laut Tikrit, Irak.

Awal Berdirinya Dinasti Abbasiyah

Dinasti Abbasiyah berdiri setelah mereka berhasil menaklukkan Dinasti Umayyah. Keturunan Al-Abbas menjadi pendiri dinasti Abbasiyah, yaitu Abdullah al-Saffah bin Muhammad bin Ali bin Abdullah bin al-Abbas.

Kelompok Abbasiyah merasa lebih layak memegang tonggak kekuasaan daripada Bani Umayyah karena mereka berasal dari Bani Hasyim yang lebih dekat garis keturunannya dengan Nabi Muhammad. Saat itulah sejarah runtuhnya bani Umayyah.

Sejarah berdirinya dinasti Abbasiyah tidak dapat dilepaskan dari peperangan yang berdarah dan bergejolak. Pada awalnya, cicit dari Abbas bernama Muhammad bin Ali berkampanye untuk mengembalikan kekuasaan pemerintahan kepada keluarga Bani Hasyim di Parsi ketika Umar bin Abdul Aziz masih memerintah. Pertentangan semakin memuncak pada masa pemerintahan khalifah Marwan II.

Menjelang berakhirnya dinasti Umayyah, ada kelompok dari Bani Hasyim yang teraniaya sehingga melakukan perlawanan. Kelompok Bani Hasyim keturunan Ali dipimpin oleh Abu Salamah dan keturunan Abbas dipimpin oleh Ibrahim Al- Iman.

Selain itu juga ikut kelompok keturunan bangsa Persia, pimpinan Abu Musli al-Khurasany bekerja sama menaklukkan dinasti Umayyah. Pada akhirnya kaum Abbasiyah berhasil menaklukkan pemimpin terakhir Umayyah, yaitu Marwan bin Muhammad. Abu Abbas al-Saffah berhasil meruntuhkan Bani Umayyah dan diangkat sebagai khalifah.

Selama tiga abad bani Abbasiyah memegang kekuasaan kekhalifahan, mengusung kepemimpinan gaya Islam dan menyuburkan kembali ilmu pengetahuan dan pengembangan budaya di Timur Tengah.

Masa Kejayaan Dinasti Abbasiyah

Sejarah berdirinya dinasti Abbasiyah memasuki masa kejayaannya dengan menerapkan pola pemerintahan yang berbeda – beda sesuai dengan perubahan politik, sosial dan budaya. Pusat pemerintahan saat itu terletak di Kuffah. Kepemimpinan kemudian digantikan oleh Abu Jafar al-Mansur mulai 750 – 775 M, saudara dari Abu Abbas.

Ia membangun kota baru yang diberi nama Baghdad, dimana terdapat istana bernama Madinat as-Salam. Pada periode awal sekitar 750 – 847 M, kegiatan perluasan wilayah masih diutamakan dinasti Abbasiyah dan membuat pondasi sistem pemerintahan yang akan menjadi panduan bagi kepemimpinan selanjutnya.

Setelah Abu Jafar, Abbasiyah dipimpin oleh Harun al-Rasyid mulai 789 – 809 M. Ia mendirikan perpustakaan terbesar pada zamannya bernama Baitul Hikmah, sehingga orang – orang terpelajar dari kalangan Barat dan Muslim datang ke Baghdad untuk mendalami ilmu pengetahuan.

Setelah itu Abbasiyah dipimpin oleh al-Amin dan al-Makmun al-Rasyid, putra Harun al-Rasyid. Al Makmun memimpin sejak 813 – 833 M dan memperluas Baitul Hikmah menjadi akademi ilmu pengetahuan pertama di dunia.

Ia juga mendirikan Majalis al-Munazharah yang mengadakan pengajian di rumah, masjid dan istana khalifah, dan menjadi tanda akan bangkitnya kekuatan penuh dari Timur dengan Baghdad sebagai pusat kebudayaan dan puncak keemasan Islam.

Pada masa ini juga banyak diterjemahkan buku – buku karya kuno dari Yunani dan Syria kuno ke dalam bahasa Arab. Paham Muktazilah dianut al-Makmun sebagai mazhab negara, yaitu menggunakan akal sebagai dasar untuk memahami dan menyelesaikan persoalan teologi, yang merintis pembahasan teologi Islam secara detil dan filosofis sehingga muncul filsafat Islam.

Selanjutnya dalam sejarah berdirinya dinasti Abbasiyah dipimpin oleh Khalifah al-Mutawakkil mulai 847 – 861 M. Ia berbeda dengan khalifah sebelumnya karena lebih cenderung ke cara berpikir ahlun sunnah.

Dalam sejarah berdirinya dinasti Abbasiyah, ia hidup pada satu zaman dengan para tokoh besar Islam seperti Abdul Malik bin Habib (imam Mazhab Maliki), Abdul Azis bin Yahya al-Ghul(murid Imam Syafi’i), Abu Utsman bin Manzini (pakar ilmu nahwu) dan Ibnu Kullab, seorang tokoh dalam bidang ilmu kalam.

Terjadi perselisihan mengenai penerus kekhalifahan setelah al-Mutawakkil karena sebelum dirinya wafat, ia hendak menurunkan mandat kepada anak – anaknya yaitu al-Muntashir, al-Mu’taz dan al-Muayyad. Tetapi ia kemudian mengubah susunan penerusnya menjadi al-Mu’taz lebih dulu , namun al- Muntashir tidak menerimanya.

Akibatnya posisi al-Muntashir langsung diturunkan dengan paksa, bersamaan dengan berlangsungnya ketidak senangan orang – orang Turki kepada al-Mutawakkil karena beberapa sebab. Al-Muntashir dan orang – orang Turki kemudian sepakat untuk membunuh al-Mutawakkil. Setelah ayahnya dibunuh, al-Muntashir menjadi pemimpin khalifah namun hanya selama enam bulan karena ia justru berbalik menjelekkan orang Turki dan dibunuh oleh mereka.

Sejarah berdirinya dinasti Abbasiyah kemudian mengalami kemunduran sejak saat itu. Banyak pula faktor lain yang mempengaruhinya karena kurangnya perhatian pada persoalan politik, seperti pemisahan diri Afrika Utara untuk membentuk pemerintahan merdeka bernama Kekhalifahan Fathimiyah.

Para gubernur di berbagai propinsi seperti dinasti Samaniyah mulai bertindak lebih bebas, dan para jenderal Turki di pasukan Abbasiyah juga semakin lama semakin sulit dikendalikan oleh para khalifah.

Kesulitan komunikasi antara pusat pemerintahan sulit dilakukan pada masa itu karena wilayah kekuasaan yang sangat luas, bahkan tingkat kepercayaan antara penguasa dan para pelaksana pemerintahan sangat rendah.

Begitu juga keuangan negara yang sulit karena negara perlu mengeluarkan biaya yang sangat besar untuk angkatan bersenjata. Pemisahan – pemisahan wilayah pun mulai terjadi, sebagian besar karena perbedaan cara mengelola daerah kekuasaan yang berbeda dengan Bani Umayyah.

Pada masa Bani Umayyah, wilayah kekuasaannya tetap sejajar dengan batas – batas wilayah kekuasaan Islam. Namun pada masa pemerintahan Abbasiyah, kekuasaan mereka tidak pernah diakui di Spanyol dan seluruh Afrika Utara kecuali sebagian kecil Mesir.

Dalam kenyataannya banyak wilayah berada dalam kekuasaan khalifah hanya dalam bentuk pengiriman upeti pajak dari gubernurnya masing – masing. Pada saat kekhalifahan Abbasiyah mulai menunjukkan kemunduran, propinsi – propinsi tersebut mulai melepaskan diri dan tidak lagi membayar pajak, bahkan berusaha menguasai kekhalifahan itu sendiri.

Sejarah perang uhud juga terjadi setelah kekhalifahan abbasiyah selesai, dan menjadikan kekuasaan bercampur tangan serta menimpulkan berbagai perang seperti dalam sejarah perang badar.

The post Sejarah Berdirinya Dinasti Abbasiyah Dalam Islam appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
Sejarah Perang Badar – Latar Belakang – Akibat /agama/islam/sejarah-perang-badar-2 Sat, 18 Jan 2020 04:49:51 +0000 /?p=5478 Terdapat beberapa perang besar dalam sejarah umat Islam yang terjadi pada masa Nabi Muhammad SAW, Perang Badar adalah salah satunya. Perang Badar dalam bahasa Arab disebut Ghazwat Badr terjadi pada…

The post Sejarah Perang Badar – Latar Belakang – Akibat appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
Terdapat beberapa perang besar dalam sejarah umat Islam yang terjadi pada masa Nabi Muhammad SAW, Perang Badar adalah salah satunya. Perang Badar dalam bahasa Arab disebut Ghazwat Badr terjadi pada 13 Maret tahun 624 M atau 17 Ramadhan Tahun 2 Hijriah.

Perang ini merupakan pertempuran besar pertama antara umat Islam melawan musuh – musuhnya. Lokasi pertempuran terletak di Kota Badar berjarak 80 mil barat daya Kota Madinah, di area Hijaz Arabia Barat yang sekarang dikenal sebagai Arab Saudi. Pihak – pihak yang terlibat dalam sejarah perang badar lengkap adalah umat muslim dari Madinah dan kaum Quraisy dari Mekkah.

Nabi Muhammad, Hamzah bin Abdul Muthalib serta Ali bin Abi Thalib adalah para pemimpin Muslim, sementara Abu Jahal adalah pemimpin dari kaum Quraisy. Pertempuran Badar merupakan pertempuran kunci yang berlangsung di awal Islam dan merupakan titik balik dari perjuangan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad untuk melawan kaum Quraisy.

Sejarah perang badar lengkap merupakan pertempuran yang menjadi bagian dari sejarah Islam sebagai suatu kemenangan yang didapatkan melalui bantuan langsung dari Allah, dan salah satu dari beberapa pertempuran yang dikisahkan dalam Al Qur’an.

Latar Belakang

Mekah pada masa itu adalah salah satu kota paling kaya dan paling kuat di jazirah Arabia. Mereka mampu membangun pasukan berjumlah tiga kali lebih besar daripada pasukan yang dimiliki pihak muslim.

Penyebab perang Badar kubra menjadi pertempuran besar pertama antara pasukan Muslim dan pasukan pimpinan Abu Jahal, walaupun di sepanjang akhir tahun 623 dan awal tahun 624 banyak juga terjadi beberapa pertempuran kecil antara keduanya. Beberapa masalah yang menjadi pemicu dalam sejarah perang badar singkat lengkap yaitu:

 Rasa Benci Abu Jahal

Penyebab perang Badar pertama adalah kebencian Abu Jahal kepada Nabi Muhammad yang berasal dari keluarga Bani Hasyim dan suku Quraisy. Pamannya, pemimpin Bani Hasyim dan suku Quraisy yaitu Abu Thalib kemudian melindungi perjalanan dakwah Nabi Muhammad sejak menerima wahyu di usia 40 tahun.

Abu Thalib meninggal pada tahun 619 M, setelah itu sayangnya kepemimpinan Bani Hasyim diteruskan oleh Amr bin Hisyam atau Abu Jahal. Ia adalah salah satu musuh Muhammad.

Posisi Abu Jahal sebagai penguasa Mekah terancam oleh kemunculan Nabi Muhammad dan kegiatan berdakwahnya. Sama halnya dengan kaum Quraisy lainnya yang melihat kaum muslim sebagai ancaman terhadap lingkungan dan kewibawaan mereka.

Perampasan dan pengusiran kaum muslim

Sejak Nabi Muhammad gencar berdakwah, orang – orang musyrik Mekah sudah menyatakan peperangan dengan menghalalkan darah kaum muhajirin, juga merebut paksa harta benda mereka. Perlindungan Abu Thalib yang hilang kemudian turut meningkatkan kekerasan terhadap kaum muslim di Mekkah.

Teror dan gangguan inilah lalu memaksa umat Islam untuk hijrah ke Madinah pada tahun 622 M. Namun mereka meninggalkan harta bendanya untuk hijrah sehingga harta benda tersebut menjadi sasaran untuk dirampas kaum kafir Quraisy seperti penyebab perang uhud, sejarah perang aleppo, sejarah perang uhud dan sejarah perang ain jalut.

Penindasan umat Islam

Perlakuan buruk terhadap kaum muslim tidak hanya berlangsung di Mekkah saja namun hingga ke Madinah. Kaum Quraisy meneror dengan menyerang dan menguasai harta benda kaum muslimin. Mereka takut banyak hasil perdagangan yang akan berpindah kepada kaum muslim.

Bahkan kaum Quraisy yang masuk agama Islam dikeluarkan dari sukunya, yang mana pada masa itu hal tersebut merupakan suatu penghinaan yang amat serius bagi seseorang sehingga memicu dari sejarah perang badar lengkap.

Memberi pelajaran kaum kafir

Dalam sejarah perang badar lengkap terjadi sebagai pemberi pelajaran kepada kaum kafir Quraisy. Pertempuran juga dilakukan untuk mengembalikan harta benda kaum muslim yang dirampas Quraisy. Hubungan antara kelompok masyarakat yang ada di Mekkah dan Madinah semakin tegang setelah hijrah.

Pada tahun 623 terjadi pertikaian ketika kaum muslimin memulai beberapa gerakan serangan yang disebut Ghazwat kepada rombongan dagang kaum Quraisy dari Mekkah. Serangan – serangan kecil terhadap kaum kafir Quraisy yang gagal biasanya berakibat kepada aksi balasan berupa perampasan harta benda kaum Muslim.

Penyerbuan ke Nakhlah

Pemicu sejarah perang badar lengkap juga berasal dari penyebuan di Nakhlah. Badar terletak diantara Madinah dan Laut Merah, dimana terdapat hamparan sebuah waduk besar dan beberapa sumur galian di tepiannya. Waduk yang ada juga dikeruk untuk menahan air dari sisa banjir yang terjadi ketika musim dingin.

Wilayah ini kemudian menjadi tempat persediaan air utama terutama ketika kafilah – kafilah dari Mekah menggunakannya sebagai tempat pemberhentian ketika pulang dari Damaskus.

Kaum muslimin menyerang kafilah Mekah pada Januari tahun 624 di dekat Nakhlah, sekitar 40 kilometer di luar kota Mekah sehingga membuat kaum kafir Quraisy sangat mendendam.

Mereka dendam karena penyerangan tersebut dilakukan pada bulan Rajab, bulan yang menurut kaum kafir Quraisy adalah bulan suci dimana seharusnya melakukan gencatan senjata dan tidak seharusnya berperang.

Akibat Perang Badar

Pasukan Abu Jahal mengalami kekalahan walaupun membawa jumlah pasukan yang sangat besar sekitar 1000 orang dan perlengkapannya. Mereka kalah dari pasukan muslimin yang hanya berjumlah 313 orang. Kekalahan tersebut terjadi karena para klan dalam pasukan Abu Jahal bertempur menggunakan taktik dan motivasi sendiri – sendiri, sedangkan pasukan muslim berada dalam satu komando disiplin bertempur dan dengan kemampuan yang terlatih.

Pasukan Quraisy kemudian melarikan diri setelah kalah, meninggalkan Abu Jahal dan Umayyah yang tewas. Kaum Quraisy yang tersisa dijadikan tawanan perang namun di bawah perintah Nabi Muhammad diperlakukan dengan baik.

Mereka kemudian dilepaskan dengan cara membayar tebusan seharga 120 dinar, sedangkan yang tidak mampu membayar diwajibkan mengajar baca dan tulis kepada penduduk Madinah. Kemenangan yang didapatkan Muslim pada pertempuran Badar memberikan berbagai akibat tersendiri bagi umat Islam maupun kaum kafir Quraisy di Mekah yaitu:

  • Kekuatan Islam di Madinah semakin solid dan telah muncul tokoh pemimpin baru yaitu Nabi Muhammad. Sebelumnya Nabi dianggap sebagai orang buangan dari Mekah.
  • Suku – suku Arab lainnya harus menganggap serius kekuatan Islam sebagai salah satu kekuatan baru selain kekuatan dominasi kaum Quraisy.
  • Nabi Muhammad memperkuat dan memantapkan posisinya sendiri di Madinah sehingga mampu mengeluarkan klan Bani Qainuqa dari Madinah, salah satu klan Yahudi yang sering mengancam kelancaran perjalanan dakwahnya di Madinah.
  • Para penentang Nabi Muhammad dalam berdakwah kehilangan pengaruhnya karena posisi politik mereka sudah melemah akibat kekalahan perang. Bahkan Abu Sufyan, pemimpin kaum Quraisy setelah Abu Jahal tewas, diangkat sebagai pejabat berpangkat tinggi dalam Kekalifahan Islam enam tahun kemudian ketika pasukan Nabi Muhammad memasuki Mekah. Anak Abu Sufyan kemudian melanjutkan dengan mendirikan Kekalifahan Umayyah.

Sejarah perang badar lengkap yang terjadi selama bertahun – tahun menjadi jalan bagi Nabi Muhammad untuk memantapkan kepemimpinan dan pemerintahannya di Madinah. Kemenangan dalam Perang Badar merupakan kemenangan militer pertama umat Islam, dan semangat jihad yang dikobarkan pada masa itu sangat memberi pengaruh besar terhadap berjalannya dakwah Islam di masa berikutnya.

Al Qur’an telah menggambarkan kekuatan serangan dan kekuatan kaum Muslim dalam banyak ayat yang diturunkan sesudahnya, termasuk ribuan malaikat yang berperan untuk membantu perjuangan kaum Muslim.

The post Sejarah Perang Badar – Latar Belakang – Akibat appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
7 Dampak Perjanjian Aqabah 2 Bagi Islam /agama/islam/dampak-perjanjian-aqabah Tue, 10 Dec 2019 06:40:04 +0000 /?p=5460 Bai’at Aqabah adalah sebutan untuk perjanjian yang dilakukan oleh penduduk Yastrib bagi Rasulullah SAW. Kedua bai’at ini menjadi awal dari proses hijrah Nabi Muhammad dan kaum muslim dari Mekkah. Aqabah…

The post 7 Dampak Perjanjian Aqabah 2 Bagi Islam appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
Bai’at Aqabah adalah sebutan untuk perjanjian yang dilakukan oleh penduduk Yastrib bagi Rasulullah SAW. Kedua bai’at ini menjadi awal dari proses hijrah Nabi Muhammad dan kaum muslim dari Mekkah. Aqabah jika dilihat secara etimologi berarti ‘jalur gunung’, yaitu jalan yang harus dilalui untuk mencapai puncaknya. Kedua bai’at yang dilakukan penduduk Yastrib untuk Nabi Muhammad berlangsung di jalur gunung yang terletak di antara Mina dan Mekah sehingga perjanjian ini dikenal dengan nama bai’at Aqabah.

Jarak lokasi pada sejarah perjanjian Aqabah sekitar lima kilometer. Setelah berlangsungnya perjanjian Aqabah yang pertama, agama Islam terus berkembang di tengah rakyat Yastrib. Pada tahun berikutnya Mush’ab bin Umair yang ditunjuk sebagai mubaligh di Yastrib oleh Nabi datang ke Mekkah untuk bertemu Rasulullah bersama sekelompok orang yang belum beriman.

Orang – orang inilah yang kemudian menjadi peserta bai’at pada perjanjian Aqabah yang kedua. Perjanjian aqabah II dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW pada 622 SM terhadap 73 orang pria dan 2 orang wanita yang berasal dari Yastrib pada waktu tengah malam. Kedua wanita dari Yastrib tersebut bernama Nusaibah binti Ka’ab dan Asma’ binti ‘Amr bin ‘Adiy. Perjanjian Aqabah II terjadi pada tahun kenabian ketiga belas, setahun setelah perjanjian Aqabah 1. Mereka menemui Rasulullah di Aqabah pada satu malam hari. Nabi datang ke Aqabah bersama pamannya bernama Al Abbas bin Abdil Muthalib. Al Abbas ketika itu belum memeluk Islam, namun ia ingin meminta jaminan kepada orang- orang Yastrib tersebut bahwa keponakannya Nabi Muhammad akan selamat dan aman. Isi dari perjanjian aqabah kedua adalah:

  • Penduduk Yastrib menyatakan siap untuk melindungi Nabi Muhammad SAW.
  • Penduduk Yastrib ikut serta untuk berjuang dengan harta dan jiwanya.
  • Penduduk Yastrib akan ikut dalam usaha untuk memajukan agama Islam dan berusaha menyiarkan agama Islam kepada sanak saudara mereka.
  • Para penduduk Yastrib menyatakan siap untuk  menerima segala resiko dan tantangan.

Setelah melakukan baiat sebagai bagian dari ritual perjanjian Aqabah, Nabi Muhammad kembali ke Mekkah untuk terus berdakwah dan memilih Mus’ab bin Umair sebagai mubaligh bagi umat Islam di Yastrib. Namun dakwah beliau diganggu oleh kaum musyrik. Nabi kemudian memerintahkan kepada pengikutnya untuk  hijrah ke Yastrib. Hijrah bisa dilakukan sendiri maupun berkelompok. Hijrah kemudian dilakukan dengan diam – diam agar kaum musyrik tidak mengetahui kepindahan tersebut.

Abu Salamah bin Abdil Asad adalah orang pertama yang berhijrah, bersama Mush’ab bin Umair, juga Amr bin Ummi Maktum. Kemudian menyusul Bilal bin Rabah, Sa’ad bin Abi Waqqash, Ammar bin Yasir dan Umar bin Khatab dalam rombongan berjumlah 20 orang. Beberapa sejarah yang berkaitan dengan Islam dapat disimak dalam artikel penyebab perang badar kubra, sejarah perang ain jalut, sejarah runtuhnya bani ummayah dan sejarah istana al hamra.

Hikmah Perjanjian Aqabah 2

Setelah bai’at, ada sebagian kaum Anshar yang takut jika mereka membela Rasulullah, setelah kemenangan Nabi akan kembali ke kaumnya sendiri dan membiarkan mereka. Nabi Muhammad menerima dua belas orang dari kaum Anshar sebagai perwakilan dan penanggung jawab urusan kaum Anshar. Beberapa dampak perjanjian Aqabah 2 yaitu:

  1. Kaum Anshar akhirnya benar – benar menyadari dan memahami bahwa mereka perlu siap untuk melindungi Rasulullah SAW dan akan berhadapan pada permusuhan dengan kaum Yahudi dan kaum musyrikin yang menjadi musuh Muhammad SAW. Dampak perjanjian Aqabah 2 bisa diartikan sebagai jihad walaupun tidak disebutkan secara jelas didalamnya.
  2. Para pembesar suku Quraisy berusaha menangkap kaum muslim setelah mengetahui adanya usaha untuk mengatur penjagaan terhadap Rasulullah. Dampak perjanjian Aqabah 2 ini menunjukkan bahwa iman akan selalu dimusuhi oleh syirik dan kekufuran.
  3. Peristiwa bai’at yang dirahasiakan ini menunjukkan perlunya kehati – hatian dalam menghadapi banyak perkara terutama jika berkaitan dengan kelangsungan dakwah agama Islam.
  4. Dampak perjanjian Aqabah 2 yaitu bahwa bai’at menjadi dasar bagi kaum muslim untuk hijrah ke Madinah.
  5. Agama Islam memiliki pengaruh besar dan berjaya di Madinah sehingga orang – orang yang pernah menyembunyikan diri sebagai seorang muslim bisa dengan bebas menampakkannya di Madinah.
  6. Orang – orang kafir di Mekkah melakukan penindasan kepada kaum muslim setelah mengetahui bahwa Rasulullah memiliki hubungan dengan para muslimin di Madinah. Dampak perjanjian Aqabah 2 adalah hijrahnya Rasulullah serta para pengikutnya ke Madinah.
  7. Bai’at dalam perjanjian Aqabah 2 melandasi berdirinya Daulah Islamiyah di Madinah. Selanjutnya Madinah menjadi pusat penyebaran agama Islam ke seluruh dunia. Ketahui juga mengenai sejarah perjanjian Hudaibiyah, sejarah hari asyura, sejarah perang uhud dan sejarah peristiwa karbala.

Pengertian Bai’at

Bai’at artinya suatu perjanjian atau ikrar bagi penerima yang sanggup menanggung atau melakukan sesuatu yang disebutkan dalam perjanjian tersebut. Istilah baiat biasa digunakan bilamana seorang Syekh akan menerima murid yang akan menerima petunjuk – petunjuk tertentu berdasarkan pada baiat sebagai amanah dari Syekh tersebut. Istilah baiat juga digunakan dalam ajaran Islam dalam bidang yang lebih luas dan lebih jauh, terutama dalam  menegakkan pelaksanaan syariat Islam itu sendiri. Dalam Risalatul Ta’alim karangan Hassan Al Banna terdapat beberapa pengertian mengenai istilah baiat sehubungan dengan dakwah Islam yaitu:

  1. Baiat untuk memahami Islam dengan sebenar – benarnya, karena tanpa pemahaman tersebut maka praktek keagamaan tidak akan sesuai dengan tata cara Islam dan tidak dapat dihitung sebagai amal dalam ajaran Islam.
  2. Baiat memerlukan sikap ikhlas. Tanpa keikhlasan maka amal seseorang tidak akan diterima oleh Allah dan proses beramal juga tidak akan benar.
  3. Baiat untuk beramal ditentukan awal dan akhirnya yang jelas.
  4. Baiat untuk menjalani jihad.
  5. Perjanjian untuk berkorban demi mendapatkan surga.
  6. Ikrar untuk taat, patuh dan mengikuti kepercayaannya sesuai dengan tingkat masing – masing.
  7. Baiat untuk menjadi setia dan berpegang padanya di setiap situasi.
  8. Baiat didasarkan pada dakwah dan untuk mencurahkan keikhlasan.
  9. Baiat untuk pengikat persaudaraan.
  10. Baiat sebagai dasar kepercayaan pada kepemimpinan dan gerakan atau sesama jamaah.

Mengapa Yastrib Dipilih

Ada beberapa faktor yang membuat Rasulullah SAW memilih Yastrib sebagai tempat untuk hijrah para umat Islam dan terlibat dalam perjanjian Aqabah. Faktor – faktor tersebut antara lain:

  • Kota Yastrib merupakan tempat yang paling dekat dengan Mekkah.
  • Rasulullah telah memiliki hubungan baik dengan penduduk Yastrib sebelum menjadi Nabi. Hubungan tersebut adalah ikatan persaudaraan melalui kakeknya yang beristri orang Yastrib. Ayah Nabi Muhammad juga dimakamkan disana.
  • Nabi sudah mengenal penduduk Yastrib sebagai orang – orang yang berbudi pekerti lembut dan sifat – sifat baik lainnya.
  • Hijrah merupakan keharusan bagi Nabi karena perintah dari Allah SWT.

Alasan pemilihan Yastrib sebagai bagian dari perjanjian Aqabah ini menunjukkan bahwa Nabi telah merencanakan dengan matang berbagai langkah strategisnya untuk berdakwah. Proses hijrah juga telah disiapkan dengan sangat matang. Hijrah mendapat dukungan dari penduduk Yastrib, dan juga karena secara fisik dan mental Rasulullah telah siap meninggalkan kota kelahirannya untuk meneruskan perjuangan menegakkan ajaran tauhid.

The post 7 Dampak Perjanjian Aqabah 2 Bagi Islam appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
Sejarah Panjang Ibadah Haji Dalam Pandangan Islam /agama/islam/sejarah-haji Thu, 28 Nov 2019 07:51:48 +0000 /?p=822 Menurut pandangan Islam, bahwa sejarah Haji dimulai sejak ribuan tahun yang lalu, yaitu pada masa Nabi Ibrahim as (1861 – 1686) Sebelum Masehi. Nabi Ibrahim as merupakan keturunan dari Sam…

The post Sejarah Panjang Ibadah Haji Dalam Pandangan Islam appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
Menurut pandangan Islam, bahwa sejarah Haji dimulai sejak ribuan tahun yang lalu, yaitu pada masa Nabi Ibrahim as (1861 – 1686) Sebelum Masehi. Nabi Ibrahim as merupakan keturunan dari Sam Bin Nuh as (3900 – 2900) SM. Berdasarkan literatur  Islam, bahwa Nabi Ibrahim as lahir di Ur-Kasdim yang merupakan sebuah kota penting di Mesopotamia. Hingga beberapa tahun kemudian, Nabi Ibrahim tinggal di sebuah lembah di negeri Syam.

Usia senja pun mulai tiba pada Nabi Ibrahim as, namun belum juga dikaruniai seorang anak pun. Hal ini membuat istrinya yang bernama Sarah bersedih, hingga ia memutuskan memberi saran kepada Nabi Ibrahim menikahi Hajar agar memperoleh keturunan. Nabi Ibrahim pun menyetujui dengan pertimbangan untuk memperoleh keturunan. Akhirnya, Nabi Ibrahim pun memperoleh keturunan dari hubungan suami istri dengan Hajar. Anaknya pun diberikan nama Ismail. Walaupun di balik kesenangan itu, terdapat Sarah yang bersedih karena tidak bisa memberikan keturunan.

Dengan adanya kesedihan Sarah, Ibrahim tak merasakannya. Ia meminta ijin kepada Allah untuk pergi menjauh dari Sarah dengan membawa Hajar dan putranya yang bernama Ismail.

“Ya Allah, kemana aku harus membawa keluargaku?” Tanya Nabi Ibrahim kepada Allah SWT.

Allah berfirman kepada Ibrahim as, “Bawalah ke tanah Haram-Ku dan pengawasan-Ku, yang merupakan daratan pertama Aku ciptakan di permukaan bumi yaitu Mekkah.”

Dengan adanya firman tersebut, maka Ibrahim as, istrinya dan Ismail, dibawalah mereka oleh malaikat Jibril. Saat itu, malaikat Jibril turun ke bumi dan membawa mereka sekeluarga dengan menggunakan kendaraan cepat. Di tengah perjalanan, setiap Ibrahim melihat ladang yang segar dan dipenuhi dengan perkebunan kurma, Nabi Ibrahim as selalu meminta untuk mampir sejenak. Tapi, malaikat Jibril pun lekas menjawabnya, “Teruskan lagi.” Dan “Teruskan lagi.”

Hingga tanpa mampir-mampir, tibalah mereka diposisi Ka’bah yaitu di bawah sebuah pohon yang cukup untuk melindungi Hajar dan Ismail dari teriknya matahari.

Baca juga: Sejarah Olahraga di Indonesia

Kemudian, Nabi Ibrahim as ingin pulang kembali ke negeri Syam untuk menemui Sarah istrinya yang pertama. Dengan keinginan Nabi Ibrahim tersebut, sebenarnya Sarah sangat sedih karena harus ditinggalkan oleh suami tercintanya.

“Mengapa menempatkan kami di sini? Tempat yang sunyi dari manusia, hanya gurun pasir, tiada air dan tiada tumbuh-tumbuhan?” tanya Hajar sambil memeluk erat Ismail yang masih bayi.

Ibrahim pun menjawab pertanyaan Hajar, “Sesungguhnya Allah yang memerintahkanku menempatkan kalian di sini.”

Kemudian, Ibrahim as pun beranjak pergi meninggalkan Hajar dan Ismail. Setiba di sebuah bukit Kuday yang memiliki lembah, Ibrahim memutuskan untuk berhenti sejenak. Ia melihat Hajar dan Ismail yang ditinggal di gurun pasir yang tandus tersebut. Lalu ia berdoa (Doa ini diabadikan di dalam Al-Qur’an, QS. Ibrahim:37).

“Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati. Ya Tuhan Kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat. Maka, jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan berilah mereka rizki dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.”

Ismail dan Hajar

Setelah Ibrahim pergi, tinggal seorang diri Hajar bersama bayinya yang bernama Ismail. Hingga ketika sinar matahari mulai menyengat Ismail, Ismail pun menangis karena kehausan. Hajar pun panik untuk mencari minum untuk Ismail. Nalurinya sebagai Ibu, sangatlah gigih dalam mencari air untuk bayinya. Ketika ia ke bukit Shafa, ia tak menemukan air, pergi ke bukit Marwa pun juga tak menemukan air. Hajar mulai bertambah paniknya, sampai-sampai ia tak sadar kalau sudah tujuh kali keliling bolak-balik antara bukit Shafa dan bukit Marwa. Tetap saja, ia tak menemukan air juga.

Ketika Hajar berada di bukit Marwa, ia heran melihat Ismail yang tiba-tiba berhenti menangis. Ternyata, yang menyebabkan Ismail menangis adalah air yang tiba-tiba muncul dan mengalir di bawah kaki Ismail. Hajar pun lari kegirangan karena melihat air itu, ia langsung berlari ke arah Ismail. Karena terlalu senangnya, ia pun berusaha menggali pasir itu, membendung air yang mengalir sambil melafazkan kalimat, “Zam… Zam…” kalimat tersebut yang artinya adalah ‘Menampung’. Di sinilah sejarah air zam-zam terjadi.

Hingga beberapa waktu kemudian, lewatlah Kabilah Jurhum di sekitar tempat tersebut. Saat mereka berjalan ke bukit Arafah, mereka melihat kerumunan burung terbang di atas udara. Mereka meyakinkan bahwa itu tanda adanya sumber air.

Setelah tiba di tempat burung-burung beterbangan, mereka terkesima ketika melihat seorang wanita bersama bayinya di bawah pohon dengan aliran air yang begitu banyak. Tak lain itu adalah Hajar dan Ismail. Mereka pun mendekati Hajar dan Ismail.

“Siapakah Anda dan siapakah bayi mungil yang ada dalam gendongan Anda itu? Tanya kepala suku Jurhum kepada Hajar.

Hajar pun menjawab, “Saya adalah Ibu dari bayi ini. Ia anak kandung dari Ibrahim as yang diperintahkan oleh Tuhannya menempatkan kami di wadi ini.”

Dengan jawaban Hajar yang demikian, dan adanya sumber air di sekitar itu, kepala suku Jurhum pun meminta izin kepada Hajar untuk tinggal bersama rombongannya di seberang tempat Hajar bersinggah.

“Tunggulah sampai Ibrahim datang. Saya akan meminta izin kepadanya.” Hajar menjawab permohonan izin dari kepala Suku Jurhum.

Baca juga: Sejarah Runtuhnya Bani Ummayah

Tiga hari kemudian, nabi Ibrahim as pun datang. Ia langsung melihat kondisi Ismail dan Hajar. Dan Hajar pun tak lupa langsung meminta izin kepada Ibrahim as supaya para Kabilah Jurhum untuk tinggal dan menjadi tetangganya. Nabi Ibrahim as mengizinkan Kabilah Jurhum untuk menjadi tetangganya. Hingga berselang beberapa waktu, dan pada kesempatan berziarah selanjutnya, Ibrahim melihat kondisi tempat itu, ternyata sudah mulai ramai oleh keturunan bangsa Jurhum. Nabi Ibrahim as pun merasa senang karena melihat perkembangan tempat tersebut. Hingga Ismail beranjak remaja, Hajar pun hidup bertetangga dengan bangsa Jurhum dengan tentram dan rukun.

Hingga Allah SWT memerintahkan kepada Ibrahim as untuk membangun Ka’bah di posisi Qubah yang sudah diturunkan Allah kepada Nabi Adam as pada masa dulu. Tapi, nabi Ibrahim tidak mengetahui posisi Qubah itu di mana. Karena, pada masa nabi Nuh as, dan peristiwa banjir besar datang, Allah telah mengangkat kembali Qubah tersebut. Jadi, saat itu, Ibrahim as tidak melihat Qubah itu sama sekali. Allah SWT pun mengutus malaikat Jibril untuk memberikan petunjuk kepada Ibrahim as di mana letak posisi Ka’bah harus dibangun. Dan Jibril mematuhi perintah Allah, ia datang dengan membawa beberapa bagian Ka’bah dari surga. Ismail yang saat itu berusia remaja membantu ayahnya untuk membangun Ka’bah.

Ka’bah Dibangun

Setelah Ka’bah dibangun oleh Ismail dan Ibrahim hingga mencapai 7 hasta, Jibril memberikan petunjuk di mana posisi Hajar Aswad diletakkan. Setelah Hajar Aswad diletakkan dengan benar, Ibrahim pun melanjutkan pembangunan tersebut dengan membuat 2 pintu Ka’bah, yang mana pintu pertama menghadap ke Timur dan pintu ke dua menghadap ke Barat.

Waktu demi waktu telah dilalui oleh Ismail dan Ibrahim dalam membangun Ka’bah. Hingga pada akhirnya Ka’bah tersebut telah rampung. Mereka pun melaksanakan ibadah Haji. Di waktu inilah, ibadah Haji pertama kali dilakukan.

Pada tanggal 8 Dzulhijjah, Jibril kembali turun ke bumi untuk menyampaikan pesan kepada Ibrahim as. Ibrahim diminta untuk mendistribusikan air zam-zam ke beberapa tempat sekitarnya seperti Mina dan Arafah. Sehingga, di sinilah hari tersebut dinamakan dengan hari ‘Tarawiyyah’. Jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia adalah ‘pendistribusian air’.

Pembangunan Baitullah dan Pendistribusian Air Zam-zam telah usai, Ibrahim as pun berdoa kepada Allah yang diabadikan ke dalam Al Qur’an (QS. Al Baqarah;126).

Dan (ingatlah ketika Nabi Ibrahim berdoa;

Yaa Tuhanku, jadikanlah negeri ini negeri yang aman sentosa dan berikanlah rizki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman di antara mereka kepada Allah dan hari kemudian.

Allah berfirman;

“Dan kepada orang yang kafir pun aku beri kesenangan sementara, kemudian aku paksa ia menjalani siksa neraka dan itulah seburuk-buruk tempat kembali.”

Sejak saat itulah, Ibadah Haji mulai dilakukan oleh kaum Muslimin dan Muslimah. Mereka berhaji dengan berziarah ke Ka’bah setiap tahunnya. Hal ini sebagai tanda cinta dan hormat kepada risalah Nabi Ibrahim as dan Nabi Ismail as, serta para Nabi dan Rasul setelah keduanya. Karena mereka berdua terus melakukan ibadah ini di setiap tahunnya.

Namun, sayangnya pada periode tokoh Mekkah yaitu Ammar bin Luhay, ibadah haji seperti dikotori dengan kehadiran patung dan berhala. Hal ini sangat disayangkan oleh para kaum Muslimin dan Muslimah. Di masa Ammar bin Luhay, Ibrahim as sudah wafat.

Berhala di Sekitar Ka’bah

Ammar bin Luhay adalah orang yang mengotori sucinya ibadah Haji, ia yang menyebarkan pertama kali untuk menyembah berhala di seluruh Jazirah Arab. Yang awalnya penduduk Arab menganut ajaran tauhid, menjadi menyembah berhala, dalangnya adalah Ammar. Maka dari itu, sejak itu penduduk Arab berbondong-bondong meletakkan beberapa patung sebagai berhala yang dianggapnya sebagai Tuhan di sekitar Ka’bah. Bahkan saat itu, ada beberapa orang yang memutuskan untuk bekerja sebagai pemahat patung.

Para pengikut Ammar memperbolehkan pengikut Ibrahim untuk tetap beribadah haji ke Baitullah tanpa membedakan agama dan kepercayaan. Hingga para pemeluk agama tauhid dan juga agama Masehi tetap terus menjalankan ibadah Haji ke Ka’bah. Pada masa itu pun, Ka’bah dalam kondisi yang sangat menyedihkan. Di dinding-dindingnya tertempel beberapa puisi dan lukisan bahkan terdapat lebih dari 360 berhala terpasang di sekitar Ka’bah. Sungguh ironis! Sehingga, sekitar Ka’bah seperti arena sirkus saat itu.

Baca juga: Sejarah Benua Atlantis

Hingga beberapa waktu kemudian, ritual haji menjadi amburadul. Laki-laki dan perempuan mengelilingi Ka’bah dengan tanpa pakaian sehelai pun atau telanjang bulat. Mereka berpikir bahwa menghadap ke Tuhan Allah dengan menampilkan diri layaknya lahir di dunia ini. Bahkan do’a mereka tak tulus seperti yang dulu, hingga doa berubah menjadi siulan, tepukan tangan, tiupan musik dan tari-tarian. Hal ini semua karena diselewengkan oleh umat Ammar.

Tak hanya itu, mereka juga menyelewengkan kalimat talbiah (Labbaika Allahumma Labbaik). Mereka menyelewengkan dengan menambahkan beberapa kalimat, hingga maknanya menjadi berubah. Terlebih dari itu, mereka menuangkan darah kurban ke dinding Ka’bah dan bahkan beberapa daging kurban digantung-gantungkan ke tiang sekitar Ka’bah. Mereka berpikir bahwa dengan melakukan hal demikian, Allah akan menerima pengurbanan mereka.

Dengan adanya fenomena tersebut, akhirnya Allah berfirman untuk mengingatkan kepada mereka. Firman Allah ini telah diabadikan ke dalam Al Qur’an yaitu Surah Al Haj ayat 37,

“Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi Ketaqwaan dan kamulah yang dapat mencapainya.” 

Pada masa itu, para peziarah bukannya berdoa kepada Allah, mereka malah asyik bernyanyi, melakukan zina, minum-minuman arak, hingga melakukan perbuatan yang tercela lainnya. Dalam rangkaian haji saat itu, lomba puisi adalah acara intinya. Dalam lomba tersebut, para peziarah berusaha unjuk diri dengan memamerkan puisi-puisinya. Puisi-puisinya pun tak lain adalah pujian-pujian tentang keberanian dan kehebatan sukunya, dan cerita berlebihan seperti kepengecutan, kekikiran suku lainnya.

Tak hanya lomba puisi, dalam rangkaian kegiatan ritual haji pada masa itu, juga terdapat lomba ‘murah hati’, yang mana lomba tersebut diwarnai dengan memberikan kuali besar dan memberi makan kepada para peziarah, agar mereka dikenal sebagai orang yang murah hati.

Pada masa itu, penduduk Arab benar-benar menodai dan menyelewengkan ajaran Nabi Ibrahim as yang semata-semata hanya menyembah Allah. Telah diketahui, bahwa fenomena menyedihkan tersebut telah berlangsung hingga dua ribu tahun lamanya.

Haji dan Umrah Zaman Rasulullah SAW

Setelah melewati periode yang cukup panjang, doa Ibrahim as pun akhirnya terjawab di zaman Rasulullah SAW. Doanya telah diabadikan ke dalam kitab Al Qur’an yaitu surah Al Baqarah ayat 129.

“Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka seorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayatMu dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab (Al Qur’an) dan Al Hikmah (As Sunnah) serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”

Di masa Muhammad SAW, beliau tidak hanya membersihkan Ka’bah dari kotoran-kotoran daging dan darah kurban yang menempel, melainkan beliau juga membersihkan noda dari ritual haji dan memurnikan kembali ibadah haji seperti sediakala yaitu sesuai tuntutan Allah SWA sejak jaman Nabi Ibrahim as.

Baca juga: Peninggalan Kerajaan Majapahit

Allah SWT telah mengutus Nabi Muhammad SAW untuk menjadi jawaban atas permohonan Nabi Ibrahim as. Hingga 23 tahun Nabi Muhammad SAW telah menyebarkan ajaran Tauhid ke berbagai pelosok. Pesan tauhid yang sama halnya dengan pesan yang telah disebarkan oleh nabi-nabi terdahulu untuk menegakkan hukum Allah di muka bumi ini.

Bahkan, juga terdapat pesan khusus yang diturunkan untuk menghilangkan penyelewengan atau ajaran yang tidak benar mengenai ibadah haji. Pesan tersebut telah termaktub dalal Al Qur’an yaitu Surah Al Baqarah ayat 197.

“Musim haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi. Barangsiapa menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak diperbolehkan rafats (mengeluarkan perkataan yang menimbulkan birahi yang tidak senonoh atau bersetubuh), berbuat fasik, dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji.”

Dengan bekal pesan dari Allah SWT, Rasulullah SAW telah memerintahkan kepada para sahabatnya yang mampu (diutamakan adalah kaum Anshar atau pribumi Madinah dan tidak dikenali orang-orang Mekkah) untuk menunaikan ibadah haji sesuai dengan ajaran Nabi Ibrahim as.

Mereka melakukan ibadah haji sesuai dengan ajaran Ibrahim as tanpa menyembah berhala. Usai mengerjakan ibadah Haji, para sahabat Rasulullah SAW kembali dan melapor kepada Rasulullah SAW. Laporan sahabat kepada Muhammad adalah bahwa mereka sudah mulai melakukan sa’i, namun di dalam hati mereka masih ada keraguan yang mengganjal ibadah tersebut. Hal ini dikarenakan adanya dua berhala besar di antara mas’a (jalur sa’i) yaitu di antara Shafa dan Marwa. Kedua bukit tersebut adalah sejarah Hajar mencari air untuk Ismail pada zaman dulu. Dan dua berhala berhala besar itu adalah Asaf dan Na’ilah.

Dengan adanya pernyataan tersebut, maka Allah telah menurunkan wahyunya yang berbunyi: (Wahyu ini diabadikan ke dalam Al Qur’an di dalam surah Al Baqarah ayat 158.

“Sesungguhnya Shafa dan Marwa itu sebagian dari syiar-syiar Allah, maka barangsiapa berhaji ke baitullah atau berkunjung (umrah), tidak salah baginya untuk bolak-balik pada keduanya. Dan barangsiapa menambah kebaikan, maka sesungguhnya Allah Maha Pembalas Syukur lagi Maha Mengetahui.”

Sehingga, dengan adanya wahyu tersebut, maka wahyu tersebut sering dibacakan oleh para jamaah haji hingga sekarang.

Rasulullah pernah bermimpi di bulan April 628 M (Dzulkaidah 6H), bahwa beliau bermimpi sedang menunaikan umrah ke Mekkah. Sehingga, beliau ingin mewujudkan mimpi tersebut bersama para sahabat. Hingga akhirnya, Muhammad bersama 1500 sahabat berangkat menuju Mekkah untuk melakukan Umrah dengan pakaian ihram mereka. Mereka juga telah membawa beberapa hewan kurban untuk dikurbankan di sana.

Namun, perjalanan tak begitu mulus. Di mana ada jalan lurus, selalu ada rintangan yang menghadang sebagai uji keimanan. Saat Rasulullah SAW bersama 1500 sahabat berjalan menuju Mekkah, mereka tertahan oleh kaum musyrikin Quraisy di Hudaibiyyah (20km sebelah Barat Laut Mekkah). Kaum musyirikin Quraisy telah mengerahkan beberapa pasukannya untuk menghalangi rombongan Rasulullah.

Dalam hadangan tersebut, kaum Quraisy telah mengutus Suhail Ibn Amr untuk melakukan perundingan dengan Rasulullah. Dalam perundingan tersebut, Suhail meminta untuk gencatan senjata dan kaum muslimin harus menunda pemberangkatannya, sehingga diminta untuk kembali ke Madinah, dengan catatan kaum muslimin bebas melakukan Umrah di tahun depan dan tinggal selama 3 hari di Mekkah. Dengan segala kerendahan hati Rasulullah SAW, beliau pun menyetujui kesepakatan tersebut, walaupun banyak sahabat yang merasa kecewa dengan hasil kesepakatan tersebut. Kesepakatan ini dikenal sebagai ‘Perjanjian Hudaibiyyah’.

Perjanjian Hudaibiyyah

Perjanjian Hudaibiyyah merupakan salah satu sejarah penting dalam sejarah Islam. Karena, secara tidak langsung, dalam perjanjian tersebut, bahwa kaum Quraisy telah mengakui kedaulatan Muslimin di Madinah untuk yang pertama kali.

Berikut ini adalah isi dari Perjanjian Hudaibiyyah yang diabadikan ke dalam Al Qur’an:

“Sungguh, Allah akan memenuhi mimpi RasulNya dengan sebenar-benarnya, bahwa kamu akan memasuki Masjidil Haram insya Allah dengan aman. Kamu akan mencukur kepalamu atau menggunting rambut (menyelesaikan umrah) dengan tidak merasa takut. Dia mengetahui apa yang tidak kau ketahui dan Dia menjadikan selain itu sebagai kemenangan yang dekat.” – Al Fath: 27 –

Perjanjian tersebut pun berjalan lancar, sesuai janji kaum Quraisy, Rasulullah SAW dan para sahabat pun dapat melakukan umrah ke Baitullah dengan lancar pada Maret 629 M (Zulkaidah 7 Hijriah). Pada tanggal tersebut merupakan pertama kalinya umrah dilakukan oleh kaum Muslimin.

Baca juga: Sejarah Museum Gunung Merapi

Di mana ada pohon yang tinggi, selalu ada angin kencang. Begitu pun juga dengan Rasulullah SAW dan para sahabat, ketika berhasil memasuki pelataran Ka’bah selalu ada yang syirik. Ketika Rasulullah SAW beserta 2000 sahabatnya memasuki pelataran Ka’bah, kaum Quraisy mengejek mereka dengan berteriak, “kamu Muslimin kelihatan letih dan pasti tidak kuat berkeliling tujuh putaran.”

Namun, kegigihan Rasulullah tidak bisa dibantah, beliau tetap mengajak para sahabatnya untuk berkeliling tujuh putaran dengan bersabda,

“Marilah, kutunjukkan kepada mereka bahwa kita kuat. Bahu kanan kita terbuka dari kain ihram, dan kita lakukan tawaf sambil berlari.”

Dengan adanya motivasi dari Rasulullah, para sahabat dan kaum Muslimin tetap kuat menjalani ibadah haji. Hingga kini, kaum Muslimin tetap menjalani ibadah Haji semampu mereka. Dengan penuh perjuangan dan kegigihan untuk melaksanakan ibadah haji.

Itulah sejarah singkat mengenai haji yang perlu kita ketahui sebagai wawasan kita dan membuka khasanah yang belum kita ketahui sebelumnya.

The post Sejarah Panjang Ibadah Haji Dalam Pandangan Islam appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
Sejarah Perang Badar Singkat Zaman Nabi Muhammad SAW /agama/islam/sejarah-perang-badar Wed, 09 Oct 2019 08:33:54 +0000 /?p=5287 Seperti yang diketahui bersama, bahwa setiap peradaban pastinya memiliki sejarah mengenai pertempuran sejarah, yang telah memainkan peran penting dalam sejarahnya. Termasuk sejarah perang badar, dimana perang ini telah berlangsung pada…

The post Sejarah Perang Badar Singkat Zaman Nabi Muhammad SAW appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
Seperti yang diketahui bersama, bahwa setiap peradaban pastinya memiliki sejarah mengenai pertempuran sejarah, yang telah memainkan peran penting dalam sejarahnya. Termasuk sejarah perang badar, dimana perang ini telah berlangsung pada 13 Maret 624 M (Bertepatan dengan 17 Ramadhan) di daerah Hijaz Arabia barat atau Arab Saudi. Pertempuran antara kaum islam yang dipimpin oleh Nabi Muhammad SAW melawan kaum Musyrikin Quraisy yang dipimpin Amar bin Hisyam alias Abu Jahal di Lembah Badar (Makkah) ini sendiri telah digariskan dalam sejarah Islam sebagai kemenangan yang disebabkan oleh bantuan Allah, dan menjadi salah satu dari beberapa pertempuran yang secara khusus disebutkan dalam kitab suci umat Islam, yakni Al-Quran.

Penyebab Terjadinya Perang Badar

Dalam Sejarah Perang Badar sendiri telah mencatat, bahwa ada beberapa penyebab Perang Badar yang sangat mendasar, seperti sering adanya terror, penindasan dan perampasan rumah serta harta, bahkan hingga terjadinya pengusiran Kaum Muslimin di wilayah tersebut (Kota Makkah). Selain itu, Kaum Quraisy juga mendzalimi, menyiksa dan merebut barang dagangan kaum muslimin, sehingga Perang Badar ini terjadi untuk memberikan pelajaran atau pembalasan terhadap kaum Quraisy atas kekejamannya dan mengembalikan harta benda milik kaum muslim. Dan pernah suatu ketika, Seorang anak muda Quraisy melemparkan kotoran kedapa Rasulullah SAW.

Saat tiba di rumah anak perempuannya yang masih kecil yaitu Fatimah Azahra, melihat ayahnya yang berlumuran kotoran, Ia pun menangis. Sesegera mungkin Nabi berusaha menenangkan gadis kesayangannya tersebut, dan Rasulullah pun berkata, “Jangan menangis gadis kecilku, karena Allah akan melindungi ayahmu”.  Kalimat tersebut, kemudian ditambahkan oleh Nabi untuk dirinya sendiri : “Quraisy tak pernah memperlakukan Aku seburuk ini ketika Abu Tholib masih hidup”.

Rencana Pembunuhan Nabi Muhammad SAW

Puncaknya, pada September 622 M, dalam satu pertemuan yang melibatkan para pembesar Qurisy, Abu Jahal mengusulkan pembunuhan terhadap Nabi. Agar tidak menciptakan permusuhan di keluarga bani Hasyim, pembesar tersebut meminta setiap pemuda berpengaruh yang ada di bani-bani Quraisy turut terlibat, sehingga setiap bani akan bertanggung jawab memberikan yang ganti darah untuk memuaskan bani Hasyim. Namun, rencana tersebut telah diketahui oleh Malaikat Jibril, dan dengan cerdik, Nabi hijrah meninggalkan rumahnya bersama Abu Bakar menuju Yastrib (Madinah).

Di saat itulah, Ia mengizinkan Ali untuk mengisi tempat tidurnya guna mencegah para pemuda Quraisy yang telah mengepung rumahnya. Namun perjalanan ini sebagai pengamanan diri saja, bukan sejarah peristiwa isra mi’raj. Meskipun begitu, bukan berari pertikaian dengan Quraisy Mekkah telah reda. Kaum Muhajirin (penduduk Mekkah muslim yang ikut hijrah) mengalami kesusahan dalam mencari nafkah di Madinah, sehingga sebagian dari mereka menggantungkan hidupnya kepada penduduk islam di Madinah atau kaum Anshar.

Dan saat itulah, turun sebuah wahyu, Surat Al Hajj ayat 39-40 yang mengizinkan Nabi bersama pengikutnya memerangi orang yang memerangi mereka. ini ayat Al Quran yang berisi perintah jihad. Setelah adanya wahyu tersebut, Nabi bersama kaum Muhajirin telah menerapkan Ghazwu atau serangan demi bertahan hidup yang biasa dilakukan masyarakat Arab Nomaden. Namun, serangan yang dimulai sejak 623 ini kerap mengalami kegagalan karena umat islam memiliki sedikit informasi, baik mengenai waktu dan rute perjalanan musuh, sehingga tidak ada kerugian dan korban di pihak musuh.

Penyerbuan Terhadap Kaum Qurays Dengan Strategi Ghoswu

Dan pada September 623, rosulullah memutuskan untuk memimpin langsung kaum muslimin untuk penyerbuan rombongan dagang kaum Qurasy yang dipimpin Ummayah ( yang pernah menyiksa Abu Bakar), namun lagi-lagi usaha menyergap kafilah yang membawa 2.500 unta itu mengalami kegagalan.

Namun bukan semuanya dalam setrategi ghoswu mengalami kegagalan, karena pada Januari 624 insiden serius terjadi tepatnya pada akhir bulan Rajab yang dianggap suci. Kala itu satu dari pedagang Quraisy mekah yang sedang berkemah di lembah nakhlah (antara mekah dan toif) tewas terkena panah pasukan Abdullah bin jahsy dalam sebuah misi ghazwu. Sontak saja Peristiwa ini menimbulkan kemarahan dan dendam dikalangan qurasy mekah. Bagi mereka. hal ini bukan saja ancaman keamanan. Tapi juga dianggap penghinaan terhadap keyakinan masyarakat arab yang mensucikan bulan rojab dari peperangan.

Sampai disini perang besar pun dimulai antara kaum muslimin di madinah dengan kaum quraisy mekah. Pada 2 hijriah (maret 624) caravan dagang besar pimpinan Abu Sufyan hendak kembali dari suriah.dan nabi pun memimpin langsung aksi ghazwu dengan melibatkan sekitar 313 orang muslim, diriwayatkan 8 pedang. 6 baju perang. 70 ekor unta dan 2 kuda. Didalam pasukan tersebut juga terdapat paman nabi. Dan tiga calon khalifah. Yaitu Abu bakar.Umar bin khotob. Dan Ali bin abu tholib. Bertepatan peristiwa tersebut salah satu sahabat nabi dan juga calon khalifah yaitu ustman bin afan tidak ikut dan harus dirumah sebab istrinya ruqoyah lagi sakit.

Dan Orang orang quraisy murka. Dikarenakan mendengar rencana penyergapan nabi terhadap abu sufyan, dibawah komando abu jahal mereka mengerahkan seluruh klan dan menyiapkan pasukan menuju  lembah badar.untuk menghadang pasukan nabi yang akan menghadang caravan abu sufyan dan rombongan dagangnya yang akan melintasi di sekitar sumur terdekat di lembah badar. Dengan jumlah pasukan perag sekitar 1.000, 600 persenjataan lengkap. 700 unta. Dan 300 pasukan kuda yang siap untuk menghadapi pasukan rosulullah. Disaat yang sama, abu sufyan dengan cerdik merubah rute caravan dagangnya, melalui yanbu’ menyusuri pesisir laut merah.dan ia pun berhasil selamat.

14 Sahabat Nabi Yang Telah Gugur Dalam Perang Badar

Dengan demikian Sejarah Perang Badar tersebut telah menewaskan 14 sahabat Nabi, seperti Umair bin Abi Waqas, Safwan bin Wahab, Dhu-Shimalayn bin ‘Abdi, Mihja bin Shalih, ‘Aqil bin al-Bukayr, ‘Ubaydah bin Al-Harith, Sa’ad bin Khaythama, Mubashir bin ‘Abd al-Mundhir, ‘Haritsah ibn Suraqah, Rafi’ ‘ibn Muala, ‘Umayr ibn Humam, Yazid bin al-Harits, Mu’awidh ibn al-Harith dan ‘Awf ibn al-Harits. Sementara 70 orag dari pasukan Qurays terbunuh termasuk Abu Jahal.

Dan jangan lupa untuk mengetahui sejarah berdirinya agama islam juga untuk menambah tingkat keagamaan saudara. Selain itu, ada beberapa sejarah lainnya yang perlu diketahui juga seperti sejarah hari raya haji, sejarah perjanjian hudaibiyah, dan lain sebagainya.

The post Sejarah Perang Badar Singkat Zaman Nabi Muhammad SAW appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
Sejarah Perang Uhud Singkat dan Lengkap /agama/islam/sejarah-perang-uhud Tue, 08 Oct 2019 07:17:27 +0000 /?p=5288 Berawal dari rasa kekecewaan dan dendam kaum kafir Quraisy kepada kaum Muslimin karena kekalahan mereka dalam perang badar pada bulan Ramadhan 624 Masehi. Abu Sufyan dalam versi penduduk Mekkah yang…

The post Sejarah Perang Uhud Singkat dan Lengkap appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
Berawal dari rasa kekecewaan dan dendam kaum kafir Quraisy kepada kaum Muslimin karena kekalahan mereka dalam perang badar pada bulan Ramadhan 624 Masehi. Abu Sufyan dalam versi penduduk Mekkah yang tidak mengakui kenabian Muhammad SAW, kekalahan dalam perang badar tersebut dianggap sebagai sebuah penyergapan yang memukul aktivitas utama kehidupan kota metropolis-perdagangan mereka.

Terkait hal ini, Abu Sufyan segera mendesak para penduduk Makkah untuk melancarkan serangan kembali sebagai balasan. Dan Abu Sufyan memimpin langsung pasukan perang Orang Quraisy kota Makkah untuk Menyerang kaum Muslimin. Dengan membawa Pasukan Sekitar 3.000 Orang terlatih Termasuk di dalamnya pasukan Berbaju Zirah. Tak Hanya itu mereka juga diperkuat 200 pasukan Kaveleri. Dan peristiwa ini tidak ada kaitannya dengan sejarah perang ain jalut yang sudah beda cerita.

Sejarah Perang Uhud

Keberangkatan pasukan Orang Quraisy yang dipimpin Abu Sufyan terjadi setahun setelah Perang Badar, tepatnya pada 625 Masehi bulan Syawal tahun ke-tiga Hijriyah. Rombongan pasukan ini berjalan dari Makkah hingga tiba di dua mata air Lembah Sabkhah, dari saluran air di atas lembah yang menuju Madinah dan naasnya, pasukan Muslimin tidak mengetahui bahwa, ada pemukiman pasukan dari Makkah yang dipimpin oleh Abu Sufyan telah berkemah dengan jarak tidak begitu jauh dari Madinah.

Baru sampai dua-tiga hari kemudian, Kaum Muslimin akhirnya mengetahui informasi, bahwa Kaum Muslimin Madinah sedang berada dalam ancaman. Hal ini diberitahukan oleh Abbas (Paman Nabi yang masih berada di Makkah) dengan diam-diam mengirimkan surat kepada keponakannya (Nabi Muhammad). Pada akhirnya, setelah informasi dari mata-mata yang dikirim Nabi untuk menandai musuh, Kaum Muslimin pun mengadakan sebuah pertemuan pada Jumat 6 Syawal, 3 Hijriyah.

Di dalam pertemuan tersebut, Nabi mengatakan untuk tetap bertahan di dalam Kota dengan membiarkan pasukan musuh menyerbu Kota, tentunya ini menjadi pilihan yang lebih bijak. Dengan harapan, strategi ini mampu memukul mundur pasukan musuh daripada harus meladeni pertempuran di tempat terbuka, mengingat musuh sudah berada sangat dekat dari Kota Madinah. Selain itu, disebabkan juga karena jumlah pasukan, pengalaman tempur dan persiapan musuh jauh lebih unggul dari Kaum Muslimin, sehingga kemungkinan kecil untuk mengalahkannya di medan terbuka. Strategi dan keajaiban dalam perang ini kurang lebih sama dengan sejarah perang badar.

Di dalam hal ini, Rasulullah juga melihat pada Kaum Muslimin masih terdapat Euforia kegemilangan pada Perang Badar, satu tahun sebelumnya. Beberapa diantaranya begitu bersemangat untuk menyambut kedatangan musuh di luar Kota Madinah. “Rasulullah, kami tidak ingin bertempur di jalan-jalan Madinah. Pada zaman Jahiliyah, kami selalu menjaga agar hal itu tidak terjadi. Ada baiknya, setelah kedatangan Islam, hal itu tetap dilestarikan” ujar seorang Anshar.

Mendengar pernyataan tersebut, Nabi tanpa bicara langsung mengenakan baju Zirah, dan mempersiapkan persenjataan untuk menuju ke medan perang. Melihat reaksi Nabi, membuat para sahabat lain merasa terkejut. Ada yang merasa bahwa, yang baru saja terjadi tidaklah pantas, karena terkesan seperti membangkang perintah Nabi. Terkait hal ini, mengakibatkan perdebatan kecil diantara mereka, “Bukankah Rasulullah sebenarnya telah menjelaskan sesuatu pada kalian, tetapi kalian menghendaki yang lain. Jadi, Hamzah temuilah Rasulullah dan katakan kepada beliau, segala keputusan kami serahkan kepada Rasulullah.” Ujar salah satu sahabat kepada Hamzah bin Abdul Mutholib (Paman Rasulullah).

Segera Hamza menemui Nabi dan menyampaikan pesan tersebut. Mendengar pesan demikian, Nabi bersabda, “Bukanlah seorang Nabi, bila Ia telah memakai baju Zirahnya, lalu menanggalkannya dan surut sebelum perang terlaksana”. Maka, dengan sabda tersebut, Kaum Muslimin berangkat dari Madinah ke pegunungan Uhud dengan jumlah pasukan yang hanya sepertiga dari pasukan Quraisy (1000). Rupanya, masih harus berkurang, karena ada perselisihan saat berada di perjalanan, dan ketika pasukan ini sampai di wilayah Syauth, Abdullah bin Ubay bin Salul bersama pasukannya yang berjumlah 300 orang memilih pulang ke Madinah. Mereka memiliki 2 alasan, pertama. Peperangan ini tidak mungkin terjadi karena perjalanan sudah cukup jauh tetapi mereka belum menemukan perkemahan musuh. Kedua, mereka tidak ingin bertempur di luar teritori Madinah.

Dengan pulangnya pasukan yang di pimpin oleh Ibnu Salul yang berjumlah 300 orang. Maka Rosulullah hanya memiliki 700 pasukan dan harus melawan pasukannya Orang Quraisy Madinah (pimpinan Abu Sufyan) dengan jumlah 3.000 Orang. Bukan hanya demikian, jumlah pasukan Kaum Muslimin pun kembali berkurang. Saat Nabi memulangkan beberapa pasukan di barisannya yang dianggap masih terlalu muda, diantaranya : Abdullah bin Amru, Zaid bin Tsabit, Usamah bin Zaid dan masih banyak lagi, yang dijumlahkan ada sekitar 14 remaja.

Kekalahan Kaum Muslimin

Sesampainya di Bukit Uhud, Nabi Muhammad SAW mengatur pasukannya menjadi beberapa formasi, 50 untuk pemanah di bawah pimpinan Abdullah bin Jubair di posisi puncak Bukit, dan lainnya di bawah antara bukit untuk menyerang musuh. Dari riwayat Imam Muslim (terj. As-Sirah An-Nabawiyyah, 2005: 492), peperangan terjadi begitu dahsyat. Situasi awal pertempuran di dominasi oleh pasukan Rasulullah, terutama karena keberadaan pasukan pemanah di atas bukit yang bisa melihat pergerakan musuh di bawah, untuk membangkitkan semangat pasukan di tengah-tengah pertempuran.

Rasulullah mengambil sebilah pedang yang jatuh dan menawarkannya kepada pasukannya “Siapa yang akan mengambil pedang ini dariku?”, kemudian pasukan Nabi berebut untuk mengambilnya. “Aku ya Rasulullah, Akuu…”. Rasulullah pun melanjutkan kalimatnya, “Siapa yang mengambil pedang ini, dan menggunakannya dengan benar?”. Sontak para pasukan yang tadi berebutan terdiam. Hingga akhirnya, Abu Dujannah maju dan mengatakan bahwa dirinya akan mengambil pedang tersebut, “Aku akan mengambil pedang itu dan menggunakannya dengan benar”.

Namun, situasi menjadi berbalik ketika Kaum Muslimin di Bukit melihat kemenangan seperti sudah di ujung mata, Ashab bin Jabir berkata dari puncak bukit, “Mari kita ambil harta rampasannya!”. Ibnu Jubair (pemimpin pasukan pemanah) mencoba mengingatkan, “Apa kalian lupa pesan Nabi?”. Tanpa memperdulikan peringatan tersebut, mereka pun turun dari bukit. Sehingga, kemenangan di periode pertama di bukit Uhud pun hilang saat Kholid bin Walid bersama pasukan Kavalerinya menyadari kecerobohan pasukan pemanah Nabi dengan mengitari bukit, Kholid bin walid menyerang pasukan ini dari belakang.

Hal yang membuat kemudian lembah Uhud menjadi jebakan sempurna bagi Kaum Muslimin, kini menjadi membuat mereka terdesak dari arah depan dan belakang. Dengan begitu, para pasukan Nabi susah membedakan mana lawan dan kawan, sehingga mereka juga saling serang dan mengakibatkan memakan korban yang sangat banyak hingga 70-75 orang Muslim. Sementara korban Kaum Qurays hanya 22-37 orang. Selain itu, perlu diketahui beberapa sejarah lainnya tentang islam, seperti sejarah perang salib, penyebab perang Yaman dan Arab Saudi, serta masih banyak lagi lainnya.

The post Sejarah Perang Uhud Singkat dan Lengkap appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
3 Penyebab Perang Badar dan Dampaknya /agama/islam/penyebab-perang-badar Mon, 08 Jul 2019 07:08:39 +0000 /?p=4634 Salah satu perang besar yang dilakukan pada masa Nabi Muhammad SAW adalah Perang Badar. Perang Badar ini terjadi di Bulan Ramadhan dan merupakan pertempuran besar pertama antara umat Islam melawan…

The post 3 Penyebab Perang Badar dan Dampaknya appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
Salah satu perang besar yang dilakukan pada masa Nabi Muhammad SAW adalah Perang Badar. Perang Badar ini terjadi di Bulan Ramadhan dan merupakan pertempuran besar pertama antara umat Islam melawan musuh-musuhnya. Pada artikel ini akan dibahas mengenai penyebab Perang Badar dan dampaknya. Baca juga sejarah Peristiwa Karbala, sejarah Perang Ain Jalut, dan sejarah Perang Enam Hari.

Perang Badar terjadi pada hari Jumat, 17 Ramadhan 2 Hijiriyah atau 13 Maret 624 Masehi. Pada Perang Badar, kaum Muslim yang berjumlah sebanyak 313 orang berperang menghadapi pasukan Quraisy dari Mekkah yang berjumlah 1.000 orang. Setelah berperang sekitar dua jam, pasukan Muslim pun menghancurkan barisan pertahanan pasukan Quraisy yang kemudian mundur dalam kekacauan.

Sebelum peperangan ini terjadi, kaum Muslim dan penduduk Mekah memang sudah terlibat dalam beberapa kali konflik bersenjata skala kecil antara akhir 623 hingga awal 624. Konflik-konflik bersenjata ini pun semakin menjadi. Namun, Perang Badar adalah perang skala besar pertama yang terjadi antara dua kubu tersebut.

Penyebab Perang Badar

Perang Badar dipicu oleh beberapa sebab, yakni sebagai berikut:

  1. Pengusiran dan perampasan harta benda kaum Muslim

Semenjak Nabi Muhammad SAW gencar berdakwah, kaum musyrik Mekkah mulai menabuh genderang perang terhadap Muslim. Mereka menghalalkan darah dan merebut paksa harta benda kaum muhajirin. Selain itu, hilangnya perlindungan dari Abu Thalib juga turut meningkatkan kekerasan terhadap kaum muslim di Mekkah. Saat paman Nabi Muhammad SAW masih hidup, yakni Abu Thalib, maka Rasulullah pun dilindungi oleh pamannya. Saat pamannya meninggal dunia sekitar tahun 619, maka kepemimpinan Bani Hasyim diteruskan kepada Amr bin Hisyam atau Abu Jahal. Abu Jahal adalah musuh Muhammad dan sangat membenci Islam.

Penindasan terhadap kaum muslim oleh kaum kafir Quraisy pun semakin meningkat. Kaum muslim pun memilih hijrah ke Madinah atas keridhoan Allah Swt pada tahun 622. Mereka meninggalkan harta bendanya untuk hijrah, sehingga harta benda tersebut menjadi sasaran perampasan kaum kafir Quraisy. Baca juga sejarah berdirinya agama Islam, sejarah berdirinya Al Washliyah, dan sejarah Peristiwa Isra Miraj.

2. Penindasan umat Islam bahkan setelah berhijrah ke Madinah

Meskipun sudah hijrah ke Madinah, tetapi kaum kafir Quraisy tetap menekan kaum Muslim hingga ke Madinag. Kaum kafir Quraisy melakukan teror dengan menyerang dan menguasai harta benda kaum Muslim. Mereka khawatir apabila banyak hasil perdagangan yang akan berpindah kepada kaum Muslim.

3. Ghazawat

Setelah kaum Muslim hijrah, ketegangan antara kelompok masyrakat di Madinah dan Mekkah semakin menjadi-jadi. Pertikaian terjadi pada tahun 623 saat kaum Muslim memulai beberapa serangan (disebut ghazawat dalam bahasa Arab) pada rombongan dagang kaum Quraisy Mekkah. Madinah berada diantara rute utama perdagangan Mekkah. Kebanyakan kaum Muslim juga berasal dari kaum Quraisy juga. Mereka yakin akan haknya mengambil harta para pedang Quraisy Mekkah tersebut.

Kaum kafir Quraisy sebelumnya telah menjarah harta dan rumah kaum Muslim yang ditinggalkan di Mekkah (karena hijrah). Kaum Quraisy yang memeluk agama Islam pun menerima akibat yakni dikeluarkan dari sukunya.  Hal tersebut merupakan penghinaan yang amat serius dalam kebudayaan Arab yang sangat menjunjung tinggi kehormatan. Sementara itu, kaum kafir Quraisy Mekkah memiliki pandangan lain terhadap hal tersebut. Mereka memandang kaum Muslim sebagai penjahat dan ancaman terhadap lingkungan dan kewibawaan mereka.

Aksi ghazawat semakin sering terjadi pada akhir tahun 623 dan awal tahun 624. Nabi Muhammad SAW pun memimpin sendiri 200 orang kaum Muslim melakukan serangan yang gagal terhadap rombongan besar kafilah Mekkah pada bulan September 623. Kaum Quraisy pun melakukan serangan balasan ke Madinah. Meskipun tujuan utamanya hanyalah untuk mencuri ternak kaum Muslim. Badar berada diantara Laut Merah dan Madinah. Disana pun terdapat hamparan waduk besar dan beberapa sumur galian di tepiannya. Waduk tersebut dikeruk untuk menahan air dari sisa banjir yang berlangsung pada musim dingin.

Daerah ini akhirnya menjadi tempat persediaan air utama terutama saat kafilah-kafilah dari Mekkah menggunakan tempat ini sebagai tempat pemberhentian dalam perjalanan pulang dari Damaskus. Kaum muslim menyerang kafilah Mekah di dekat Nakhlah (hanya 40 kilometer di luar kota Mekkah) pada bulan Januari 624, sehingga membuat kaum kafir Quraisy sangat dendam kepada kaum muslim.

Seorang penjaga terbunuh dan akhirnya benar-benar membangkitan dendam di kalangan kaum Quraisy Mekkah. Selain itu, penyerangan juga dilakukan pada bulan Rajab, yakni bulan yang menurut kaum kafir Quraisy merupakan bulan suci. Pada bulan ini peperangan dilarang dan seharusnya dilakukan gencatan senjata. Hal-hal ini kemudian menjadi penyebab Perang Badar Kubra.

Pertempuran Pada Perang Badar

Pertempuran Badar terjadi antara kaum Muslim dari Madinah dan kaum Quraisy dari Mekkah. Kaum Muslim Madinah dipimpin oleh Nabi Muhammad SAW, Hamzah bin Abdul Muththalib, dan Ali bin Abi Thalib. Kaum Quraisy Mekkah dipimpin oleh Abu Jahal atau Amr bin Hisyam. Pertempuran diawali dengan majunya para pemimpin kedua kubu yang akan berperang tanding. Kaum Muslim mengirimkan Ali, Ubaidah bin Al-Harits, dan Hamzah. Para pemimpin Muslim pun berhasil menewaskan pemimpin-pemimpin Mekkah dalam pertarungan tiga lawan tiga. Meskipun Ubaidah mendapat luka parah yang menyebabkan ia wafat.

Kedua pasukan pun mulai melepaskan anak panah ke arah lawannya. Sebanyak dua orang muslim dan beberapa orang Quraisy yang tidak jelas jumlahnya tewas. Nabi Muhammad menginstruksikan agar kaum Muslim menyerang dengan senjata-senjata jarak jauh mereka dan bertarung melawan kaum Quraisy dengan senjata-senjata jarak pendek hanya setelah mereka mendekat.

Beberapa ayat-ayat dalam Al qur’an menyebutkan bahwa ribuan malaikat turun dari Surga dalam Perang Badar untuk membinasakan kaum kafir Quraisy. Sumber-sumber Muslim awal memahami kejadian ini secara harafiah dan terdapat juga beberapa hadits mengenai Muhammada yang membahas mengenai Malaikat Jibril dan peranannya di dalam pertempuran tersebut. Walau bagaimanapun, pasukan Mekkah yang kalah kekuatan dan tidak bersemangat dalam peperangan tercerai berai dan melarikan diri. Pertempuran hanya berlangsung beberapa jam dan selesai sedikit lewat tengah hari.

Dampak Perang Badar

Meskipun jumlah pasukan Abu Jahal sangat besar yakni sekitar 1000 orang, tetapi pasukan kaum kafir Quraisy Mekkah tersebut mengalami kekalahan dari pasukan yang hanya berjumlah 313 orang. Kekalahan terjadi karena para klan dalam pasukan Abu Jahal terpecah belah, yakni bertempur dengan taktik dan motovasin sendiri-sendiri. Sementara itu, pasukan Muslim bertempur di medan peperangan dengan kemampuan yang terlatih dan berada dalam satu komando disiplin.

Pasukan kaum kafir Quraisy yang kalah pun melarikan diri dan meninggalkan Abu Jahal dan Umayya yang tewas di pertempuran. Sisanya kemudian dijadikan tawanan dan diperlakukan dengan baik atas perintah Nabi Muhammada. Seusai pertempuran, Nabi Muhammad kembali ke Madinah. Sebanyak tujuh puluh tawanan ditangkap dan dicatat telah diperlakukan secara manusiawi termasuk sejumlah pemimpin Quraisy.

Sebagian besar tahanan kemudian dibebaskan setelah membayar tebusan seharga 120 dinar. Mereka yang terpelajar dan tidak mampu membayar tebusan dibebaskan dengan syarat bahwa mereka mengajarkan sepuluh orang cara membaca dan menulis. Pengajaran yang diberikan dihitung sebagai tebusan mereka. Sebanyak empat belas Muslim tewas dalam pertempuran Perang Badar. Syuhada yang gugur dalam Perang Badar yakni sebagai berikut:

  1. Sayyiduna ‘Umayr ibn Abi Waqas
  2. Sayyiduna Safwan ibn Wahb
  3. Sayyiduna Dhu-Shimalayn ibn ‘Abdi
  4. Sayyiduna Mihja’ ibn Salih
  5. Sayyiduna ‘Aqil bin al-Bukayr
  6. Sayyiduna ‘Ubaydah ibn al-Harith
  7. Sayyiduna Sa’ad ibn Khaythama
  8. Sayyiduna Mubashir ibn ‘Abd al-Mundhir
  9. Sayyiduna Harithah ibn Suraqah
  10. Sayyiduna Rafi’ ibn Mu’ala
  11. Sayyiduna ‘Umayr ibn Humam
  12. Sayyiduna Yazid ibn al-Harith
  13. Sayyiduna Mu’awidh ibn al-Harith
  14. Sayyiduna ‘Awf ibn al-Harith

Baca juga sejarah Hari Asyura, sejarah Hari Raya Haji, dan sejarah Istana Al Hamra. Perang Badar pun kemudian berdampak pada munculnya dua orang tokoh yang akan menentukan arah masa depan Jazirah Arab pada abad selanjutnya. Tokoh pertama adalah Nabi Muhammad SAW. Sementara itu, tokoh kedua adalah Abu Sufyan. Nabi Muhammad SAW pun statusnya berubah dari seorang buangan dari Mekkah, menjadi salah seorang pemimpin utama. Kemenangan kaum Muslim di Perang Badar membuat Nabi Muhammad dapat memperkuat posisinya di Madidang. Beliau kemudian mengeluarkan Bani Qainuqa’ dari Madinah, yakni salah satu suku Yahudi yang sering mengancam kedudukan politiknya.

Pada saat yang sama di Madinah, Abdullah bin Ubay (Muslim pemimpin Bani Khazraj yang juga penentang Muhammad) menemukan kenyataan bahwa posisi politiknya benar-benar melemah di Madinah. Ia kemudian hanya mampu memberikan penentangan dengan pengaruh terbatas kepada Muhammad. Tokoh kedua yakni Abu Sufyan yang mendapatkan keberuntungan besar setelah kematian Amr bin Hisyam dan banyak bangsawan Quraisy lainnya. Abu Sufyan memanfaatkan peluang tersebut untuk menjadi pemimpin bagi kaum Quraisy. Saat pasukan Muhammada bergerak memasuki Mekkah enam tahun kemudian, Abu Sufyan menjadi tokoh yang membantu merundingkan penyerahan secara damai.

Baca juga sejarah Perjanjian Hudaibiyah dan sejarah Perjanjian Aqabah. Abu Sufyan pun menjadi pejabat berpangkat tinggi dalam Kekhalifahan Islam. Anaknya, Muawiyah, melanjutkannya dengan mendirikan Kekhalifahan Umayyah.

Inilah penjelasan mengenai penyebab Perang Badar dan dampaknya. Semoga penjelasan ini mengenai penyebab Perang Badar Kubra ini bermanfaat.

The post 3 Penyebab Perang Badar dan Dampaknya appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
Sejarah Peristiwa Karbala Pada Masa Kekhalifahan Islam /agama/islam/sejarah-peristiwa-karbala Fri, 28 Jun 2019 08:06:53 +0000 /?p=4476 Peristiwa Karbala terjadi pada hari Jum’at tanggal 10 Muharram 61 H atau pada tanggal 9 / 10 Oktober 680 M. Peristiwa Karbala adalah peperangan antara 4 – 10 ribu tentara…

The post Sejarah Peristiwa Karbala Pada Masa Kekhalifahan Islam appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
Peristiwa Karbala terjadi pada hari Jum’at tanggal 10 Muharram 61 H atau pada tanggal 9 / 10 Oktober 680 M. Peristiwa Karbala adalah peperangan antara 4 – 10 ribu tentara Bani Umayyah dengan 72 – 128 orang keluarga keturunan Ali bin Abi Thalib yang terjadi di Karbala, Irak. Ini adalah perang antara keturunan Nabi Muhammad SAW dengan khalifah yang dipimpin keturunan Muawiyah yang bernama Yazid bin Muawiyah. Perang tersebut berakhir dengan tewasnya seluruh pasukan keluarga Ali kecuali Ali Zainal Abidin sehingga Bani Umayyah menjadi pemenangnya.

Muawiyah adalah salah seorang sepupu Utsman bin Affan yang paling berpengaruh dan berkuasa dalam pemerintahan khalifah Utsman, sehingga ia sangat ingin menuntut pembalasan kepada pembunuh khalifah Utsman. Ketika itu Ali bin Abi Thalib tidak menyetujui pemberian hukuman kepada pembunuh Utsman yang terlalu cepat karena suasana masih kacau dan panas. Hal itu menimbulkan pertentangan antara Muawiyah dan Ali, juga menjadi bibit pertikaian perebutan kekuasaan kekhalifahan dalam sejarah peristiwa Karbala.

Deklarasi Khalifah Sepihak Muawiyah

Sejarah peristiwa Karbala dimulai sebelum terjadinya pertempuran tersebut. Setelah Ali bin Abi Thalib wafat, kekhalifahan diteruskan oleh Hasan bin Ali. Namun Muawiyah mengumumkan secara sepihak bahwa ia adalah khalifah yang mutlak untuk memimpin seluruh umat muslim. Padahal waktu itu umat muslim terutama orang – orang Irak jauh lebih mempercayai Hasan sebagai pemimpin. Hasan ingin mengakhiri dualisme kekuasaan dengan membuat kesepakatan bersama Muawiyah, yang berisi:

  • Kekhalifahan diserahkan Hasan kepada Muawiyah dengan syarat bahwa Muawiyah harus memerintah dengan mendasarkan diri pada al Quran, Hadits dan sunnah Rasul.
  • Hasan akan menjadi khalifah setelah Muawiyah. Dan jika terjadi sesuatu kepada Hasan, maka kepemimpinan akan diambil alih oleh Husein.
  • Muawiyah tidak diperkenankan sama sekali untuk memberikan tuntutan kepada rakyat Madinah, Hijaz dan Irak.
  • Para gubernur provinsi yang diangkat Muawiyah tidak boleh menghujat dan mengutuk Amirul Mukminin dari mimbar – mimbar, juga tidak boleh berdusta dengan menjelek – jelekkannya, bahkan tidak boleh mengutuk Ali saat Qunut ketika sedang shalat.
  • Muawiyah harus menjamin keselamatan dan keamanan setiap orang dimanapun mereka berada.
  • Hak untuk mengatur Baitul Mal di Kufah ada pada Hasan dan Muawiyah tidak memiliki hak sama sekali untuk ikut mengatur.
  • Muawiyah, Hasan dan para pengikutnya tidak boleh melakukan perbuatan tercela. Muawiyah juga tidak boleh menumpuk kekayaan untuk diri sendiri.

Kedua pihak kemudian menyepakati perjanjian tersebut, tetapi karena Muawiyah adalah orang yang tidak bisa dipercaya, maka tidak membawa hasil seperti yang diharapkan. Ingkar janjinya Muawiyah terbukti ketika Hasan meninggal karena diracun, ia justru menyerahkan kepemimpinan kepada anaknya sendiri yaitu Yazid bin Muawiyah secara sepihak dan bukannya mengangkat Husein sebagai pemimpin. Yazid menjadi khalifah tanpa pengakuan umat muslim. Tidak lama setelahnya Muawiyah sakit keras dan membuat wasiat kepada Yazid, yang menyatakan bahwa akan ada beberapa orang yang akan menolak pembai’atannya menjadi khalifah resmi. Orang – orang tersebut adalah:

  • Abdur Rahman bin Abu Bakr, yang dikatakan mudah berubah pikiran dengan harta.
  • Abdullah bin Umar, yang tidak ingin terlibat perkara kekhalifahan yang menurutnya bersifat duniawi.
  • Abdullah bin Zubayr dan Abdullah bin Abbas yang menurut Mu’awiyah akan menentang Yazid sebagai khalifah.
  • Imam Husein bin Ali, yang akan menjadi penentang utama karena dialah satu – satunya keluarga Nabi Muhammad SAW yang masih hidup. Ketahu juga mengenai penyebab perang Badar kubra, sejarah berdirinya agama Islam, sejarah Ka’bah dan sejarah perjanjian Aqabah.

Perang dan Kematian Imam Husein

Setelah Muawiyah wafat, Yazid kemudian memberi perintah kepada Walid bin Utbah, Gubernur Madinah untuk meminta bai’at Husein untuknya, yang tentu saja ditolak. Di lain pihak setelah kematian Hasan, Husein mulai mengumpulkan para pengikutnya menjadi suatu kelompok keagamaan yang memiliki muatan politik yang kental dan berseberangan dengan rezim Umayyah. Hal ini membuat Yazid merasa cemas karena ia takut rezimnya bisa digulingkan. Karena tidak ingin terus dipaksa oleh Walid, maka Husein pergi selama enam bulan ke Mekkah. Selama disana, ia menerima banyak surat dari Kufah yang memintanya menjadi imam karena di Kufah tidak memiliki imam.

Imam Husein kemudian mengirim Muslim bin Aqil keponakannya ke Kufah untuk memastikan kebenaran permintaan tersebut. Muslim diterima dengan baik di Kufah dan hampir seluruh warga membai’at Imam Husein melalui dirinya, sehingga ia mengirim surat yang menyatakan keadaan disana aman. Akan tetapi kedatangan gubernur baru yaitu Ubaydullah bin Ziyad mengubah semuanya. Muslim dan teman – temannya dibunuh tanpa adanya protes dari rakyat Kufah.

Yazid juga mengancam membunuh Imam Husein lewat Amr bin Sa’ad bin al’Ash. Akan tetapi beliau sudah berangkat dari Mekkah sehingga rencana pembunuhan itu gagal. Ibnu Abbas dan Ibnu Zubayr meminta Imam Husein agar tidak berangkat menuju Kufah karena rencana Yazid tersebut, namun beliau tetap bersikeras. Dalam perjalanan, kabar bahwa Muslim sudah dibunuh baru sampai. Namun beliau tetap menuju Kufah sampai rombongan Imam Husain tiba di Karbala pada 2 Muharram 61 H dan dihadang oleh 1000 orang pasukan tentara Bani Umayyah di bawah komando Hurr bin Yazid.

Pada pagi hari tanggal 10 Muharam setelah shalat Subuh, pasukan kecil Imam Husein dibagi menjadi tiga bagian untuk memulai sejarah peristiwa Karbala. Pasukan di sebelah kanan dipimpin oleh Zuhayr ibn Qayn dan bagian kiri oleh Habib bin Muzahir, bagian tengah dipimpin Abbas bin Ali bersama Imam Husein. Sementara itu, Imam Husain masih sempat berkhutbah dan meminta tentara Umayyah untuk kembali ke jalan Allah dan Rasul sehingga Hurr Ibn Yazid dan beberapa orang lain ikut bergabung dengan pasukan Iman Husein.

Pertempuran dalam sejarah peristiwa Karbala terus berlangsung sampai petang hari hingga hanya tersisa Imam Husein seorang diri melawan ribuan tentara Umayyah. Beliau terus melakukan perlawanan tanpa kenal lelah meskipun hanya sendirian dengan terus meneriakkan nama Allah SWT. Pasukan Umayyah yang tidak berani mendekat akhirnya menghujani beliau dengan panah. Walaupun sudah terluka parah, namun beliau masih bertahan sampai akhirnya Syammar dzil Jausan menyemangati kawan – kawannya untuk terus menyerang beliau. Sampai akhirnya sebatang anak panah beracun menghunjam jantungnya dan membunuh Imam Husein. Kepala Husain kemudian dipenggal. Ketahui juga mengenai sejarah Istana al Hamra, sejarah perang ain jalut dan sejarah kerajaan Champa.

Pada masa kekuasaan Bani Umayyah, Islam berkembang menjadi agama yang terbesar di dunia. Para penguasa yang berasal dari dinasti Bani Umayyah memiliki keterampilan dalam mengatur administrasi negara dan juga naluri untuk menaklukkan lawan di medan pertempuran yang sangat baik sejak pernyataan kekuasaan oleh Muawiyah di Damaskus. Pada awal pemerintahannya, kekuasaan Bani Umayyah menimbulkan berbagai kontroversi di kalangan umat Islam. Akan tetapi keberhasilan mereka dalam memimpin kemudian membawa Islam kepada puncak kejayaannya.

Dengan sistem patrimonialisme yang dianut Bani Umayyah, pemimpin menganggap negara adalah miliknya dan dapat diwariskan secara turun temurun sementara rakyat adalah bawahan yang ada di bawah perlindungan sang pemimpin. Walaupun demikian, sejarah peristiwa Karbala tidak luput dikenang sebagai salah satu peristiwa paling kelam dalam sejarah agama Islam dan yang menyebabkan Islam terpecah belah setelahnya.

The post Sejarah Peristiwa Karbala Pada Masa Kekhalifahan Islam appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
Sejarah Peristiwa Isra Mi’raj Nabi Muhammad SAW /agama/islam/sejarah-peristiwa-isra-miraj Fri, 28 Jun 2019 03:48:41 +0000 /?p=4481 Peristiwa Isra Mi’raj diperingati oleh umat muslim setiap tanggal 27 Rajab untuk mengenang cerita perjalanan spiritual Nabi Muhammad SAW dari masjidil Haram ke Masjidil Aqsha hingga ke Sidratul Muntaha di…

The post Sejarah Peristiwa Isra Mi’raj Nabi Muhammad SAW appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
Peristiwa Isra Mi’raj diperingati oleh umat muslim setiap tanggal 27 Rajab untuk mengenang cerita perjalanan spiritual Nabi Muhammad SAW dari masjidil Haram ke Masjidil Aqsha hingga ke Sidratul Muntaha di langit ketujuh. Secara bahasa Isra berasal dari kata ‘Saro’ yang berarti ‘perjalanan di malam hari’. Secara istilah, Isra adalah perjalanan Rasulullah SAW dengan malaikat Jibril dari Mekkah ke Baitul Maqdis di Palestina berdasarkan firman dari Allah SWT yang berbunyi sebagai berikut:

“Maha Suci Allah yang telah memperjalankan hamba Nya pada satu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha” (Al Isra’ ayat 1).

Sedangkan secara bahasa, Mi’raj adalah alat yang digunakan untuk naik. Jika digabungkan, Isra Mi’raj berarti tangga khusus untuk digunakan oleh Nabi Muhammad SAW untuk naik dari bumi ke atas dari langit pertama hingga langit ketujuh. Semua ini tercantum dalam firman Allah berupa surat An Najm ayat 1 – 18. Isra Mi’raj dilakukan Nabi Muhammad dalam waktu satu malam saja dengan mengendarai Buraaq, makhluk yang ditunggangi oleh Nabi Muhammad dan malaikat Jibril dengan kecepatan luar biasa. Buraaq adalah hewan putih yang panjang, berukuran lebih besar dari keledai dan lebih kecil dari bighal. Sidratul Muntaha adalah tempat paling tinggi di langit yang menjadi batas antara pengetahuan dan amal para makhluk, dan tidak satupun makhluk yang mengetahui apa yang ada di belakangnya. Di dekatnya terletak surga Al Ma’wa yang menjadi tempat tinggal orang – orang mukmin yang bertakwa.

Kisah Isra Mi’raj Nabi Muhammad

Sejarah peristiwa Isra Mi’raj Isra Mi’raj terjadi ketika Rasulullah SAW sedang berduka karena kematian istri tercintanya Khadijah pada bulan Ramadhan, tahun ke 10 kenabian beliau. Tidak lama setelah itu, Abu Thalib paman Rasulullah juga wafat. Walaupun tidak ikut masuk Islam, tetapi Abu Thalib adalah orang yang selalu membela Rasulullah terutama ketika orang – orang kafir Quraisy hendak menyakiti atau mencelakakan beliau. Sejak ditinggal kedua orang tercintanya itu, posisi Rasulullah semakin terjepit karena kaum kafir semakin berani mengintimidasi sehingga kegiatan dakwah di Mekkah pun semakin sulit dilakukan. Karena itu Rasul pergi ke Thaif untuk berdakwah, namun penduduk Thaif justru mengusirnya dan melempari batu hingga menyebabkan kaki beliau berdarah.

Perjalanan Isra Mi’raj merupakan cara Allah untuk memperlihatkan tanda – tanda kekuasaanNya kepada Nabi Muhammad yang sedang berduka tersebut. Seusai shalat Isya di Masjidil Haram kemudian beliau beristirahat dan didatangi malaikat Jibril. Dada Nabi Muhammad dibelah, hatinya dikeluarkan dan dicuci dengan air zamzam dan dikembalikan dengan dipenuhi iman serta hikmah (Riwayat Imam Bukhari dari Malik bin Sha’sha’ah). Kemudian didatangkan Buraaq untuk memulai Isra membawa Rasulullah ke Masjidil Aqsha, Rasulullah shalat dua rakaat dan mengimami ruh para Nabi. Usai shalat datang malaikat Jibril membawa dua jenis minuman yaitu khamr dan susu yang dipilih Rasulullah.

Perjalanan Mi’raj pun dimulai dengan mengendarai Buraq bersama Jibril sampai ke langit pertama. Perjalanan dalam sejarah peristiwa Isra Mi’raj tersebut membawa Nabi Muhammad bertemu dengan para Nabi lainnya, dimulai dengan Nabi Adam di langit pertama, Nabi Isa dan Nabi Yahya di langit kedua. Kemudian bertemu dengan Nabi Yusuf di langit ketiga, Nabi Idris di langit keempat dan Nabi Harun di langit kelima, Nabi Musa di langit keenam dan disambut oleh Nabi Ibrahim di langit ketujuh yang menemaninya hingga ke Sidratul Muntaha. Ketahui juga mengenai sejarah hari raya Haji, masjid bersejarah di Indonesia, dan sejarah Hari Santri.

Ketika berada disana, Nabi Muhammad mendapat perintah dari Allah untuk melakukan shalat 50 waktu dalam waktu sehari semalam. Nabi Musa yang mendengar hal tersebut kemudian menyarankan Nabi Muhammad untuk meminta keringanan dan kembali ke Sidratul Muntaha. Allah mengabulkan permintaan keringanan dari Nabi Muhammad menjadi 45 kali shalat dalam sehari. Nabi Musa yang merasa bahwa umat Nabi Muhammad masih tidak akan sanggup kembali menyarankan agar Nabi Muhammad meminta keringanan lagi.

Terhitung beberapa kali Nabi Muhammad harus kembali ke Sidratul Muntaha dan langit keenam untuk meminta keringanan hingga akhirnya Allah memerintahkan untuk mengerjakan shalat sebanyak lima kali sehari. Allah bersabda bahwa sesungguhnya kewajiban shalat itu adalah lima kali dalam sehari semalam. Setiap kali shalat mendapatkan pahala sebanyak 10 kali lipat, maka lima kali shalat adalah sama dengan 50 kali shalat. Juga untuk siapapun yang berniat melakukan satu kebaikan namun tidak dilaksanakan maka akan dihitung sebagai satu kebaikan.

Sebaliknya jika seseorang berniat melakukan satu kejelekan tetapi dia tidak melakukannya maka kejelekan tersebut tidak dicatat sama sekali. jika ia melakukannya, barulah akan dicatat sebagai satu kejelekan. Perintah tersebut sebenarnya masih dirasa berat oleh Nabi Musa dan beliau kembali menyuruh meminta keringanan, namun Nabi Muhammad merasa malu untuk meminta keringanan kembali dan memutuskan menerima perintah Allah berupa shalat lima kali sehari semalam.

Hikmah Isra Mi’raj

Bagi umat Islam, sejarah peristiwa Isra Mi’raj memiliki arti yang besar sekali dan sangat berharga karena pada saat inilah turun perintah untuk wajib shalat lima waktu. Juga, tidak ada Nabi lain yang mendapatkan perjalanan hingga ke Sidratul Muntaha seperti Nabi Muhammad. Hikmah yang bisa didapatkan dari sejarah peristiwa Isra Mi’raj ada beberapa yaitu:

  • Menguatkan tingginya tempat Allah Ta’ala sebenar – benarnya sesuai dengan keagungan Allah yang berada di atas langit ketujuh, di atas arsy-Nya.
  • Sejarah peristiwa Isra Mi’raj adalah tasliyah atau hiburan dari Allah SWT kepada Nabi yang sedang mengalami tahun duka cita.
  • Pilihan Rasulullah untuk meminum susu menguatkan fakta bahwa Islam adalah agama fitrah dan suci.
  • Shalat yang dilakukan di Baitul Maqdis memperjelas kedudukan Rasulullah sebagai pemimpin para Nabi.
  • Masjid Al Aqsha yang saat itu dikuasai oleh Romawi mendapatkan perhatian lebih dari para sahabat, dan bisa dibebaskan pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab.
  • Abu Bakar adalah contoh keimanan yang sempurna, karena ia langsung mempercayai kabar Isra Mi’raj Rasulullah.
  • Rasulullah diperlihatkan bagaimana siksa yang menanti orang – orang yang berbuat dosa sehingga bisa menyampaikan apa yang dilihatnya kepada para pengikutnya.

Peristiwa Isra Mi’raj juga menjadi cara untuk memurnikan barisan dakwah Rasulullah yang akan memasuki tahap hijrah dan mendirikan negara Islam di Madinah. Sebab, orang – orang yang kurang beriman akan langsung ingkar ketika mendengar tentang Isra Mi’raj.

Peristiwa Isra Mi’raj sebagai perjalanan spiritual Nabi Muhammad tidak akan terpikir oleh logika atau nalar manusia biasa, tetapi wajib untuk diambil hikmahnya bagi para umat Islam. Hingga saat ini perayaan sejarah peristiwa Isra Mi’raj kerap dirayakan, padahal sebagian kalangan menganggapnya sebagai kegiatan yang dapat disebut bid’ah. Alasannya adalah karena malam terjadinya Isra Mi’raj tidak diketahui secara pasti waktunya. Ketahui juga mengenai sejarah berdirinya Al Azhar, sejarah hari Asyuratujuan organisasi Muhammadiyah dan tujuan organisasi Aisyiyah.

Hingga kini masih ada perselisihan antara para ulama dalam menentukan waktu tepatnya Isra Mi’raj, maka karena waktu tepatnya tidak diketahui, tentunya akan sedikit kurang masuk akal untuk merayakannya. Selain itu, perayaan Isra Mi’raj tidak memiliki landasan syariat yang disampaikan oleh Rasulullah kepada umatnya. Maka dengan beberapa alasan tersebut sudah cukup menjadi acuan bagi kita untuk tidak perlu merayakan hari Isra Mi’raj, namun kita dapat memperingatinya sebagai suatu perjalanan spiritual Nabi Muhammad yang memiliki banyak hikmah dalam ajaran Islam.

The post Sejarah Peristiwa Isra Mi’raj Nabi Muhammad SAW appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
Sejarah Hari Asyura Syiah 10 Muharram /agama/islam/sejarah-hari-asyura Tue, 25 Jun 2019 04:30:48 +0000 /?p=4479 Hari Asyura merupakan hari bersejarah yang memiliki makna yang mendalam. Pada hari tersebut, umat Islam disunnahkan untuk berpuasa yakni puasa ‘Asyura. Pada hari tersebut juga terdapat banyak peristiwa penting yang…

The post Sejarah Hari Asyura Syiah 10 Muharram appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
Hari Asyura merupakan hari bersejarah yang memiliki makna yang mendalam. Pada hari tersebut, umat Islam disunnahkan untuk berpuasa yakni puasa ‘Asyura. Pada hari tersebut juga terdapat banyak peristiwa penting yang terjadi pada masa lalu. Pada artikel ini akan dibahas sejarah Hari Asyura. Berdasarkan kalender Hijriyah, bulan Muharram merupakan salah satu dari empat bulan yang mulia. Bulan mulia linnya yakni Dzulqa’dah, Dzulhijjah, dan Rajab. Pada bulan-bulan tersebut manusia dilarang menzalimi diri sendiri dan melakukan perbuatan dosa. Baca juga sejarah Perjanjian Hudaibiyah, sejarah Hari Raya Haji, dan sejarah Perjanjian Aqabah.

Keutamaan Bulan Muharram

Keutamaan dari Bulan Muharram telah ditegaskan oleh Allah SWt melalui firmannya yang tertuang dalam Alqur’an Surat At Taubah ayat 36. “Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ada dua belas bulan, dalam ketetapan Allah waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa.” Alqur’an Surat At Taubah ayat 36

Nabi Muhammad SAW menyebut bulan ini sebagai Syahrullah (bulan Allah). Oleh karena itu, umat Islam wajib mengetahui keutamaan bulan Muharram termasuk tata cara menjalani Puasa Muharram. Sebelum agama Islam datang, bulan ini dinamai dengan Shafar Al Awwal. Bulan Shafar sendiri yang merupakan bulan kedua, disebut dengan Shafar Ats Tsani. Saat syiar Islam datang, maka bulan ini dinamai Muharram. Muharram dalam bahasa Arab bermakna ‘waktu yang diharamkan’. Pada bulan ini manusia dilarang mendazilimi diri sendiri dan melakukan perbuatan dosa.

Makna Kata Asyura

Hari Asyura merupakan hari kesepuluh pada bulan Muharram dalam Kalender Hijriyah. Kata asyura sendiri berarti kesepuluh. Kata asyura berkaitan dengan kata al-‘asyir yang berarti hari kesepuluh di bulan Muharram. Namun, ada juga ulama yang tidak sepakat dengan pandangan tersebut. Salah satu yang tidak sependapat adalah Ibn Al Atsir dalam An Nihayah fi Gharib Al Hadith wa Al Atsar. Beliau menjelaskan bahwa nama Asyura dikenal setelah Islam datang. Sebelum Islam datang, kata ismun islamiyyun yang memang bermakna hari kesepuluh.

Ada juga yang memaknai Asyura sebagai hari kesembilan. Hal ini didasarkan pada tradisi Arab bahwa kadang bilangan yang dimaksud sebenarnya satu angka dari yang mereka sebut. Misalnya dalam kalimat waradat al ibil’asyran (ada sepuluh unta datang), maka maksud bilangan tersebut adalah sembilan unta yang datang. Perbedaan kedua pandangan ini melahirkan perbedaan pendapat terkait keutamaan antara berpuasa pada hari kesepuluh atau hari kesembilan di bulan Muharram. Ada yang berpendapat bahwa syariah puasa tanggal 9 Muharram untuk menyalahi tradisi Yahudi yang terbiasa berpuasa di tanggal 10. Hal ini didasarkan dari Riwayat Muslim, Abu Dawud, dan Ahmad dari Ibnu Abbas RA.

Peristiwa-peristiwa Penting Pada Hari Asyura

Berdasarkan beberapa riwayat, ada banyak peristiwa penting yang terjadi di Hari Asyura pada masa yang lalu. Peristiwa-peristiwa tersebut diantaranya adalah:

  • Nabi Adam as bertobat kepada Allah dari dosa-dosanya dan tobatnya diterima oleh Allah Swt.
  • Kapal Nabi Nuh berlabuh di bukit Zuhdi dengan selamat, setelah dunia dilanda banjir yang menghanyutkan dan membinasakan.
  • Nabi Ibrahim as selamat dari api yang membakar tubuhnya karena siksa Namrud.
  • Nabi Yusuf as dibebaskan dari penjara Mesir karena fitnah yang dituduhkan kepadanya.
  • Nabi Ayub as sembuh dari penyakitnya yang menjijikkan atas izin Allah Swt.
  • Nabi Musa as dan umatnya yakni Bani Israil selamat dari pengejaran Fir’aun di Laut Merah.

Sejarah Hari Asyura Pada Masa Pra-Islam

Pada masa pra-Islam atau sebelum kedatangan Islam, Hari Asyura diperingati sebagai Hari Raya Resmi Bangsa Arab. Saat itu orang-orang berpuasa dan bersyukur menyambut ‘Asyura. Bangsa Arab merayakan hari itu dengan penuh suka cita. Sedangkan dalam sejarah Arab, Hari ‘Asyura (10 Muharram) adalah hari raya bersejarah. Setiap suku mengadakan perayaan dengan mengenakan pakaian baru dan menghiasi kota-kota mereka.

Sekelompok bangsa Arab yang dikenal dengan nama kelompok Yazidi merayakan hari tersebut sebagai hari suka cita. Sebelum masa Islam, Hari Asyura sudah menjadi peringatan dimana beberapa orang Mekah melakukan puasa. Baca juga penyebab Perang Arab Saudi dan Yaman, sejarah Perang Arab Israel, dan sejarah kemerdekaan Arab Saudi.

Hari Asyura Bagi Umat Islam

Nabi Muhammad dalam berpuasa ‘Asyura mengalami empat fase. Empat fase tersebut adalah:

  • Fase pertama adalah saat beliau berpuasa di Mekkah dan tidak memerintahkan manusia untuk berpuasa.
  • Fase kedua adalah saat Rasulullah datang di Madinah dan mengetahui bahwa orang Yahudi puasa ‘Asyura maka beliau juga berpuasa dan memerintahkan manusia agar berpuasa.
  • Fase ketiga adalah setelah diturunkannya kewajiban puasa Ramadhan, beliau tidak lagi memerintahkan para sahabatnya untuk berpuasa Asyura. Beliau tidak melarang dan membiarkan perkaranya menjadi sunnah.
  • Fase keempat yakni pada akhir hayatnya, Rasulullah bertekad untuk tidak hanya puasa pada hari Asyura saja. Beliau juga menyertakan hari tanggal 9 Asyura agar berbeda dengan puasanya orang Yahudi.

Hari ‘Asyura merupakan hari yang mulia dan kedudukannya sangat agung. Keutamaan dari melaksanakan puasa Asyura adalah dapat menghapus dosa satu tahun yang lalu. Penjelasan tersebut diungkapkan dalam hadits Puasa Asyura, yakni sebagai berikut:

Abu Qotadah Al Anshoriy berkata, “Nabi Muhammad SAW ditanya mengenai keutamaan puasa Arafah? Beliau menjawab, Puasa Arafah akan menghapus dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang.”Nabi juga ditanya mengenai keistimewaan puasa Asyura? Nabi menjawab,”Puasa Asyura akan menghapus dosa setahun yang lalu.” (Hadits Riwayat Muslim Nomer 1162).

Hari Asyura Bagi Muslim Sunni

Seperti yang telah dinyatakan sebelumnya, sebelum Islam datang maka Hari Asyura sudah menjadi peringatan dimana beberapa orang Mekkah akan melakukan puasa. Saat Nabi Muhammad SAW melaksanakan hijrah ke Madinah, beliau mengetahui bahwa Yahudi di daerah tersebut berpuasa pada Hari Paskah Yahudi atau dalam tradisi Islam, Yahudi sedang berpuasa pada hari Yom Kippur. Nabi Muhammad SAW pun menyatakan bahwa umat Islam dapat berpuasa pada hari-hari itu.

Sunni meyakini abi Musa berpuasa pada hari tersebut sebagai upaya mengekspresikan kegembiraan kepada Tuhan karena Bani Israil sudah terbebas dari Fira’un. Sementara itu, menurut tradisi Sunni, Nabi Muhammad berpuasa pada hari tersebut dengan jumlah dua hari dengan tujuan menyelisihi umat Yahudi dan Nasrani, dan meminta orang-orang juga untuk berpuasa.

Di Indonesia yakni tepatnya di kalangan suku Banjar yang merupakan muslim Sunni di Kalimantan, Hari Asyura dirayakan dengan ekspresi kegembiraan. Hal tersebut ditunjukkan dengan membuat bubur Asyura yang terbuat dari beras dan campuran 41 macam bahan yang berasal dari sayuran, umbi-umbian, dan kacang-kacangan. Bubur tersebut akan disajikan sebagai hidangan berbuak puasa sunnah Hari Asyura. Baca juga sejarah Islam di Indonesia dan sejarah Kabah dari masa ke masa.

Muslim Sunni percaya bahwa hal-hal penting di bawah ini terjadi pada tanggal 10 Muharram. Hal-hal penting tersebut diantaranya adalah:

  • Hari dicipatkannya Nabi Adam dan juga hari tobatnya Nabi Adam
  • Berlabuhnya kapal Nabi Nuh di Bukit Zuhdi
  • Peristiwa diangkatnya Nabi Idris ke surge
  • Nabi Ibrahim selamat dari api yang diberikan oleh Namrudz
  • Nabi Yakub sembuh dari kebutaan dan beliau dibawa bertemu dengan Nabi Yusuf
  • Nabi Musa dan umatnya Bani Israil selamat dari kejaran pasukan Firaun saat menyebrangi Laut Merah
  • Nabi Sulaiman diberikan kerajaan besar dan mampu menguasai bumi
  • Nabi Yunus dikeluarkan dari perut ikan paus yang menelannya
  • Nabi Isa diangkat ke surga setelah usaha tentara Roma untuk menangkap dan menyalib belia gagal

Hari Asyura bagi Syi’ah

Hari Asyura tersebut menjadi terkenal bagi kalangan Syi’ah dan sebagian Sufi karena merupakan hari berkabungnya atas kesyahidan Husain bin Ali, cucu dari Nabi Islam Muhammad pada Pertempuran Karbala tahun 61 H (680). Pada tanggal 10 Muharram 61 Hijriyah atau tanggal 10 Oktober 680 Masehi, terjadi Pertempuran Karbala yang terjadi di Karbala, sekarang Iraq. Pertempuran terjadi antara pendukung Husain bin Ali melawan pasukan militer yang dikirm oleh Yazid bin Muawiyah, Khalifah Bani Umayyah pada saat itu. Baca juga sejarah berdirinya agama Islam, penyebab Perang Badar Kubra, dan sejarah runtuhnya Bani Ummayah.

Pihak Husain bin Ali beranggotakan yakni angota-anggota terhormat keluarga dekat Nabi Muhammad SAW. Mereka berjumlah sekitar 128 orang. Husain bin Ali dan beberapa anggota juga diikuti oleh beberapa wanita dan anak-anak dari keluarganya. Sementara itu, di pihak pasukan bersenjata Yazid I dipimpin oleh Umar bin Sa’ad. Pasukan tersebut berjumlah 4.000 – 10.000.

Seluruh pasukan Husain bin Ali kecuali Ali Zainal Abidin terbunuh, sehingga pertempuran ini pun dimenangkan oleh pasukan Bani Umayyah. Kemudian Ibnu Ziyad membawa mereka yakni pihak perempuan dan Ali Zainal Abidin bin Husain menghadap khalifah di Damaskus. Selanjutnya yang selamat dikembalikan ke Madinah.

Pertempuran Karbalah ini selanjutnya diperingati setiap tahunnya selama 10 hari yang dilakukan pada bulan Muharram oleh Syi’ah, seperti halnya segolongan Sunni. Puncak peringatan pertempuran tersebut adalah pada hari kesepuluh, yakni Hari Asyura. Inilah penjelasan mengenai sejarah Hari Asyura secara lengkap. Semoga artikel ini bermanfaat.

The post Sejarah Hari Asyura Syiah 10 Muharram appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>