Awal pemerintahan ode baru disahkan dalam Sidang Umum MPRS pada Juni – Juli 1966 yang sekaligus mengukuhkan Supersemar dan melarang PKI berikut ideologinya. Menyusul hal tersebut Soeharto kemudian melakukan pembersihan terhadap semua unsur yang dianggap mengandung komunis. Konsensus nasional kemudian ditegaskan dalam beberapa poin yaitu untuk melaksanakan Pancasila dan UUD secara murni dan konsekuen, lalu menetapkan konsensus untuk melaksanakan konsensus utama yang dirumuskan bersama antara pemerintah, TNI dan beberapa organisasi massa yang dituangkan dalam MPRS no. XX/1966. Baca juga mengenai Kebijakan Politik Pada Masa Orde Baru dan Penyimpangan Pada Masa Orde Baru.
Partai dalam masa ini yang memiliki ideologi nasionalis dan Islam mendapatkan tekanan yang serius dari Orde Baru. Setelah pembubaran Sejarah PKI pada 12 Maret 1966 pemerintah mulai melakukan upaya untuk membina sejarah partai politik hingga pada 20 Februari 1968 dilakukan penggabungan atau peleburan ormas Islam yang sudah ada namun aspirasinya belum tersalurkan dalam Partai Muslimin Indonesia (Parmusi). Langkah untuk mengelompokkan partai politik kemudian dilanjutkan pada 9 Maret 1970 dengan membentuk Kelompok Demokrasi Pembangunan yang berisi gabungan dari PNI, Partai Katolik, Parkindo, IPKI dan Murba.
Kemudian pada 13 Maret 1970 dibentuk kelompok Persatuan Pembangunan dari NU, Parmusi, PSII dan Perti, dan membentuk satu kelompok fungsional yang dinamakan Golongan Karya. Pemilu 1971 adalah langkah awal menciptakan legitimasi berdasarkan UU no.15 tahun 1969 mengenai Pemilihan Umum. Golkar yang menguasai suara mayoritas pada saat itu di DPR/MPR mengusulkan penyederhanaan partai politik. Walaupun awalnya menimbulkan pro dan kontra, akhirnya pada tahun 1973 partai – partai yang ada menerima konsep penyederhanaan partai tersebut. Ketiga partai politik pada masa Orde Baru tersebut adalah:
1. Partai Golkar
Pada awal berdirinya partai Golkar hanya dikenal dengan nama Golkar saja tanpa ada tambahan kata partai. Akan tetapi dalam beberapa tahun terakhir pada era reformasi namanya ditambahkan dengan kata Partai. Golkar merupakan satu dari tiga partai politik pada masa orde baru yang aktif, yang pada awalnya didirikan sebagai Sekretariat Bersama Golongan Karya atau Sekber Golkar. Awal kemunculan Golkar adalah pada akhir masa pemerintahan Presiden Soekarno yaitu pada tahun 1964 yang didirikan oleh Angkatan Darat.
Pendirian Golkar dilakukan untuk menandingi keberadaan Partai Komunis Indonesia di bidang politik tanah air. Pada masa – masa awal berdirinya Sekretariat Golkar memiliki anggota sejumlah 61 organisasi fungsional dan kemudian dikelompokkan dalam 7 kelompok induk organisasi atau KINO, yaitu:
- Koperasi Serbaguna Gotong Royong (Kosgoro)
- Sentral Organisasi Karyawan Swadiri Indonesia (SOKSI)
- Musyawarah Kekeluargaan Gotong Royong (MKGR)
- Organisasi Profesi
- Ormas Pertahanan Keamanan (Hankam)
- Gerakan Karya Rakyat Indonesia (GAKARI)
- Gerakan Pembangunan
Sekber Golkar kemudian berubah menjadi Golkar saja dan mengikuti Pemilihan Umum. Golkar kemudian berkembang menjadi partai politik pada masa orde baru yang besar dan memiliki banyak pengikut atau massa sehingga menjadi kekuatan politik baru di Indonesia. Bisa dikatakan bahwa pada saat itu Soeharto adalah kekuatan utama di belakang Golkar ditambah dengan jajaran birokrasi dan ABRI. Besarnya kekuatan Golkar dibuktikan dengan kemenangan mayoritas di hampir setiap pemilu serta parlemen sejak tahun 1971,1977, 1982, 1987, 1992, dan 1997.
Sejarah Partai Golkar sangat mendominasi sebagai partai politik pada masa orde baru termasuk dalam pemerintahan yang memegang peranan penting, namun Golkar bukanlah partai yang mendasarkan dirinya pada kaderisasi dan juga berbasis massa. Karena itulah Golkar dulu tidak disebut sebagai Partai melainkan sebagai satu dolongan. Kekuasaan Golkar yang memiliki lambang pohon beringin dan warna kuning sebagai logo partainya ini berlangsung hampir di segala bidang di masa orde baru. Banyak jabatan penting termasuk eksekutif, legislatif, yudikatif dan bahkan mencapai jajaran lembaga struktur daerah diisi oleh orang – orang Golkar. Ketahui juga mengenai sejarah peristiwa Malari yang terjadi pada masa Orde Baru dan beberapa penyimpangan pada masa Orde Baru.
2. Partai Demokrasi Indonesia (PDI)
Partai politik pada masa orde baru ini masih memiliki benang merah dengan masa pemerintahan orde lama. Didirikan pada tanggal 10 Januari 1973, pada awalnya PDI berpusat di Jawa Timur dan Jawa Tengah dengan basis massa yang besar dan merupakan gabungan dari lima partai politik yaitu PNI, Parkindo, Partai Katolik, IPKI dan Murba. Massa paling banyak berasal dari golongan atau dari PNI yang juga didirikan oleh Soekarno.
IPKI adalah salah satu partai yang digabungkan dengan PDI. IPKI sangat anti kepada PKI dan berlawanan dengan partai Murba yang dibubarkan oleh Presiden pada tanggal 21 Desember 1965. PDI memiliki komitmen tinggi terhadap Pancasila sebagai prinsip dasar perjuangannya yang pada awal pendirian di tahun 1973 dipimpin oleh Mohammad Isnaeni. Tujuan dalam sejarah partai PDI berdasarkan anggaran dasarnya adalah:
- Menegakkan kemerdekaan dan kedaulatan NKRI secara penuh sebagai negara kesatuan dan negara hukum yang demokratis.
- Perwujudan masyarakat adil makmur dengan memajukan kesejahteraan umum dan juga mencerdaskan kehidupan bangsa .
- Mewujudkan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan juga keadilan sosial.
Pokok Usaha PDI adalah untuk mendidik, mencerdaskan dan menyadarkan rakyat untuk menjadi insan Pancasila yang sejati, mempersiapkan konsepsi – konsepsi yang bernilai dalam segala bidang kegiatan masyarakat, bangsa dan negara juga dalam dan luar negeri, memperjuangkan terlaksananya konsepsi diatas dan berpartisipasi secara aktif dan efektif dalam melaksanakan pembangunan yang demokratis juga seimbang dan progresif. PDI berkembang dengan sangat dinamis dan memiliki semangat untuk memulihkan nama Soekarno.
Hal ini ditunjukkan pada masa kepemimpinan Soerjadi di tahun 1986 dengan memasukkan Megawati Soekarnoputri dan Guruh Soekarnoputra melalui pendekatan intensif terhadap keluarga Soekarno. Hasilnya PDI mendapatkan sambutan luar biasa di Pemilu 1987 terutama dari para Sukarnois atau kaum PNI, juga dari golongan pemilih pemula. Dalam Kongres Luar Biasa PDI pada tahun 1993 Megawati terpilih menjadi Ketua Umumnya secara aklamasi namun saat itu pemerintahan Soeharto merasa tidak puas dengan hasil tersebut. Sehingga Megawati dilengserkan pada Kongres PDI 1996 dan digantikan oleh Soerjadi sebagai Ketua Umum, dan pada tanggal 27 Juli 1996 kantor DPD PDIP direbut oleh kelompok Soerjadi dari pendukung Megawati.
3. Partai Persatuan Pembangunan (PPP)
Partai politik pada masa orde baru berikutnya adalah Partai Persatuan Pembangunan atau biasa disingkat PPP. Partai ini terdiri dari empat partai besar yang berbasis agama Islam dan berdiri sejak tanggal 5 Januari 1973. Gabungan partai Islam ini yaitu Partai Nadhlatul Ulama, Partai Muslimin Indonesia (Parmusi), Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII) dan Partai Islam Perti. PPP kemudian berhasil menjadi kekuatan baru yang berbasis pada kekuatan massa Islam. PPP didirikan oleh lima orang yang merupakan empat pimpinan dari partai Islam yang bergabung dengan tambahan satu orang kelompok persatuan pembangunan yaitu:
- Idham Chalid Ketua Umum PB Nadhlatul Ulama
- Mohammad Syafaat Mintaredja SH, Ketua Umum Parmusi
- Anwar Tjokroaminoto Ketua Umum PSII
- Masykur Ketua Kelompok Persatuan Pembangunan dari DPR.
Warna partai ini adalah hijau dengan lambang Ka’bah, yang pada saat itu warna partai dianggap sebagai sesuatu yang sensitif karena bisa menjadi representasi dari perjuangan partai tersebut. Sayangnya dalam sejarah partai PPP tidak menjadi partai yang besar pada masa orde baru bahkan hingga terjadi beberapa faktor penyebab runtuhnya orde baru, kerusuhan Mei 1998 dan sejarah peristiwa Trisakti 1998.