Perang Dingin yang terjadi antara kedua kubu nyatanya juga berimbas pada Indonesia. Perang yang melibatkan dua kekuatan besar, yakni Dunia Barat yang dipimpin oleh Amerika dan Dunia Komunis yang dipimpin oleh Uni Soviet, secara tidak langsung menyeret Indonesia untuk memilih keberpihakkannya pada salah satu kekuatan besar tersebut. Hal ini menyebabkan munculnya peran Indonesia dalam Perang Dingin. Baca juga penyebab Perang Dingin, sejarah Perang Dingin, akhir Perang Dunia 2, dan negara yang terlibat Perang Dunia 2.
Peran Indonesia dalam Perang Dingin diantaranya adalah:
- Pemrakarsa, tempat konferensi, dan panita KAA (Konferensi Asia Afrika)
Banyak dari negara-negara berkembang di Afrika, Asia, bahkan Amerika Latin yang menolak dorongan untuk memihak pada salah satu blok yang berseteru pada Perang Dingin. Hal ini kemudian diwujudkan dalam Konferensi Asia Afrika atau KAA yang diselenggarakan di Bandung tahun 1955. Indonesia berperan sebagai tuan rumah sekaligus pemrakarsa dalam pelaksanaan Konferensi Asia Afrika di Bandung. Selain, Indonesia KAA juga dipelopori oleh Myanmar (dahulu bernama Burma), Sri Lanka (dahulu bernama Ceylon), India, dan Pakistan. Baca juga sejarah kemerdekaan India, sejarah kemerdekaan Brunei, sejarah kemerdekaan Sabah, dan sejarah kemerdekaan Sarawak.
Konferensi ini diadakan pada tanggal 18 – 24 April 1995 di Gedung Merdeka, Bandung, Indonesia. Konferensi tersebut dihadiri oleh 29 Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan dari benua Asia dan Afrika yang baru saja merdeka. KAA bertujuan mempromosikan kerja sama ekonomi dan kebudayaan Asia-Afrika. Selain itu, konferensi ini juga mempromosikan perlawanan terhadap kolonialisme atau neokolonialisme Amerika Serikat, Uni Soviet, atau negara imperialis lainnya. Baca juga latar belakang dan dampak Konferensi Asia Afrika dan sejarah Konferensi Meja Bundar.
KAA saat itu juga bertujuan untuk mengidentifikasi dan mendalami berbagai permasalahan duni waktu itu. Para peserta dari berbagai negara yang hadir berupaya memformulasikan kebijakan bersama pada tatanan hubungan internasional. Konferensi tersebut kemudian menyepakati Dasasila Bandung, yang berisi tentang pernyataan mengenai dukungan bagi kerukunan dan kerja sama dunia. Dasasila Bandung memasukkan prinsip dari Piagam PBB dan prinsip milik Nehru. Isi Dasasila Bandung adalah:
- Menghormati hak-hak dasar manusia
- Menghormati kedaulatan negara lain
- Mengakui persamaan ras
- Tidak mengintervensi kepada negara lain
- Menghormati hak setiap negara untuk mempertahankan diri
- Tidak menggunakan pertahanan kolektif dengan Negara Besar untuk menekan negara lain
- Tidak melakukan tindakan atau ancaman agresi
- Menyelesaikan segala perselisihan internasional dengan jalan damai, misalnya perundingan, arbitrasi, persetujuan, menurut pilihan pihak-pihak yang bersangkutan sesuai dengan Piagam PBB
- Memajukan kepentingan bersama dan kerja sama
- Menghormati hukum serta kewajiban-kewajiban internasional.
Dasasila Bandung dirumuskan sebagai prinsip-prinsip dasar bagi penyelenggara hubungan dan kerja sama antara bangsa-bangsa. Konferensi tersebut mendasari pendirian Gerakan Non-Blok pada tahun 1961. Baca juga sejarah berdirinya Gerakan Non Blok paling lengkap dan sejarah kemerdekaan Indonesia singkat dan lengkap.
- Salah Satu Pelopor Pendiri GNB (Gerakan Non-Blok)
Gerakan Non-Blok terbentuk saat diselenggaraknnya Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) I GNB di Beograd, Yugoslavia, pada tanggal 1 – 6 September 1961. Presiden Pertama RI, Ir. Soekarno, menjadi salah satu pemrakarsa berdirinya organisasi ini bersama dengan 4 kepala negara lainnya. Keempat kepala negara lainnya adalah Presiden Yugoslavia (Josip Broz Tito), Presiden Mesir (Gamal Abdul Nasser), Perdana Menteri India (Pandit Jawaharlal Nehru), dan Perdana Menteri Ghana (Kwame Nkrumah).
Gerakan Non-Blok kemudian menggunakan prinsip yang diungkapkan oleh Nehru. Nehru menjelaskan dalam pidatonya terkait dengan lima pilar yang dapat digunakan sebagai pedoman untuk membentuk relasi Sino-India yang disebut Panchsheel (lima pengendali). Pidato tersebut dilakukan pada tahun 1954 di Colombo, Sri Lanka. Bahkan kata Non-Blok pun diperkenalkan pertama kali olehnya pada pidato tersebut. Prinsip-prinsip tersebut adalah:
- Prinsip untuk saling menghormati integritas territorial dan kedaulatan.
- Prinsip perjanjian non-agresi.
- Prinsip untuk tidak mengintervensi urusan dalam negeri negara lain.
- Prinsip kesetaraan dan keuntungan bersama.
- Prinsip menjaga perdamaian.
Peran Indonesia dalam GNB (Gerakan Non-Blok) diantaranya adalah:
- Berperan dalam meningkatkan kerja sama antar negara-negara anggota
Pada masa perkembangan Gerakan Non Blok, Indonesia berperan dalam meningkatkan keeratan kerja sama yang sudah dibangun antar negara sesam anggota. Hal ini terutama dilakukan dalam perkembangan kerja sama di bidang teknik dan ekonomi. Peran tersebut merupakan perwujudan kerja sama Selatan – Selatan yang melibatkan negara-negara maju maupun lembaga keuangan internasional.
- Aktif dalam penyelesaian masalah-masalah ekonomi internasional
Indonesia juga aktif berperan dalam membantu menyelesaikan berbagai masalah dalam hubungan ekonomi internasional yang berperan dalam menunjang pembangunan yang berkelanjutan. Salah satu peran tersebut diwujudkan dengan meningkatkan dialog Utara – Selatan. Dialog tersebut didasarkan pada kepentingan dan tanggung jawab bersama, semangat kemitraan, saling ketergantungan, dan saling memberi manfaat.
- Pemimpin Gerakan Non Blok
Indonesia mendapat kepercayaan untuk memimpin organisasi GNB, sejak tahun 1992 hingga tahun 1995. Hal ini ditandai dengan terpilihnya Soeharto yang saat itu merupakan Presiden Republik Indonesia kedua menjadi Sekretaris Jenderal Gerakan Non Blok.
Indonesia menjadi negara yang setia dan selalu berkomitmen terhadap prinsip serta aspirasi GNB. Prestasi yang telah diraih Indonesia selama memimpin organisasi dunia tersebut diantaranya sebagai berikut:
- Indonesia mampu membawa organisasi tersebut dalam menentukan arah dan menyesuaikan diri terhadap adanya perubahan-perubahan yang terjadi secara dinamis. Hal tersebut dilakukan dengan cara melakukan penataan kembali prioritas-prioritas lama organisadi dan menentukan berbagai prioritas baru serta menetapkan pendekatan dan orientasi yang juga baru.
- Indonesia mampu memberikan wara baru bagi GNB, diantaranya yakni menitikberatkan kerja sama pada pembangunan ekonomi dengan menghidupkan kembali dialog antara negara-negara Selatan.
- Indonesia dipercaya untuk membantu meredakan atau menyelesaikan pertikaian atau konflik regional di beberapa negara. Misalnya, Kamboja, sengketa yang terjadi di Laut Cina Selatan, dan Gerakan Separatis Moro di Filipina.
- Indonesia menjadi tuan rumah Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) GNB yang ke-110 di Jakarta dan Bogor pada 1 – 7 September 1992. Konferensi tersebut berhasil merumuskan sebuah kesepakatan bersama yang dikenal dengan nama “Pesan Jakarta”. Dalam kesepakatan tersebut terkandung visi dari Gerakan Non Blok.
Baca juga sejarah Hari Raya Cina, Museum di Jakarta, dan Deklarasi Bangkok 1967. Inilah penjelasan mengenai peran Indonesia dalam Perang Dingin. Peran Indonesia yang telah dibahas tersebut menunjukkan jikalau Indonesia selalu berperan aktif dalam menjaga perdamaian dunia dengan. Semoga bermanfaat.