Menurut ahli hukum asal Perancis Leon Duguit, ia membedakan bentuk pemerintahan menjadi dua yakni monarki dan republik dalam bukunya yang berjudul ‘Trait de Droit Constitusional’. Adanya kepala Negara adalah perbedaan yang paling mendasar dari kedua bentuk Negara tersebut.
Bentuk Negara monarki memiliki sistem ‘turun temurun’ dalam memilih kepala Negara. Hal ini karena bentuk Negara monarki berasas kerajaan yang mana kepala negaranya sudah ditetapkan berdasarkan silsilah keluarga kerajaan yang memimpin Negara tersebut sejak pertama kali. Sementara pada bentuk Negara republik memiliki sistem bebas dan terbuka yang mana siapa pun bisa menjadi kepala Negara dengan persyaratan tertentu dan dipilih oleh rakyat dan mendapatkan suara rakyat terbanyak.
Bentuk Negara monarki dan republik memiliki persamaan selain perbedaan yakni raja dalam bentuk Negara monarki dan presiden dalam bentuk Negara republik sama-sama memiliki tempat kediaman resmi yang disebut dengan Istana meski sebutannya seringkali berbeda di tiap Negara tapi dapat dikatakan demikian. Istana bagi presiden tidaklah serupa dengan Istana pada kisah-kisah dongeng tetapi memiliki peranan dan arti penting.
Artikel terkait :
- Masa Penjajahan Belanda di Indonesia
- Sejarah Lahirnya Pancasila
- Sejarah Perumusan UUD 1945
- Sejarah Bahasa Indonesia
Indonesia merupakan salah satu Negara republik yang dipimpin oleh seorang presiden yang dipilih rakyat dan menjabat dalam kurun waktu tertentu. Di Indonesia terdapat enam istana kepresidenan yakni :
- Istana Negara (Jakarta)
- Istana Merdeka (Jakarta)
- Istana Tampak Siring (Bali)
- Istana Cipanas (Jawa Barat)
- Gedung Agung Yogyakarta (DIY Yogyakarta)
- Istana Bogor (Jawa Barat)
Mengulik mengenai sejarah berdirinya istana bogor yang dibangun pada tahun 1745 oleh Gustaaf Willem Baron Van Imhoff, seorang Gubernur Jenderal Belanda ke-27 di Hindia Belanda. Saat itu Gustaaf tengah mencari daerah yang tidak sepadat dan tidak sepanas Batavia (Jakarta) untuk tempat peristirahatan. Ia pun memerintahkan anak buahnya dalam sebuah inspeksi untuk mencari daerah seperti yang diinginkannya kemudian mereka pun berhasil menemukan daerah tersebut pada tanggal 10 Agustus 1944 yang mana daerah tersebut dulunya merupakan kawasan Cianjur, Jawa Barat yang kemudian diberi nama Buitenzorg (sebelum berubah menjadi Bogor) yang memiliki arti ‘Tanpa Kekhawatiran’. Tahun 1870-1942, 38 Gubernur Jenderal Belanda dan satu orang Gubernur Jenderal Inggris resmi mendiami Istana ini.
Istana Bogor memakan waktu pembangunan selama kurang lebih lima tahun sejak 1745-1750. Gustaaf yang membuat sketsa dan memimpin pembangunannya, ia mencontoh model bangunan kediaman Duke Malborough seorang nenek moyang Princess Wales Lady Diana yakni Bleinheim Palace di Oxford, Inggris. Sepanjang masa kependudukan Belanda, terjadi beberapa perubahan pada bangunan ini yang semula hanya berupa rumah peristirahatan hingga menjadi sebuah istana dengan luas bagunan 14.892 m2 dan luas halaman sebesar 28,4 hektar.
Artikel terkait :
- Sejarah Kerajaan Tarumanegara
- Sejarah Kerajaan Demak
- Sejarah Kerajaan Sriwijaya
- Sejarah Kerajaan Kutai Kartanegara
Sebelum dan Sesudah Era Daendels
Di tahun 1745-1808, mansion Buitenzorg menjadi pusat pemerintahan Hindia Belanda oleh para Gubernur Jenderal dan meninggalkan Istana yang ada di Jakarta dna mulai menjalankan pemerintahan di istana ini. Ada 9 orang Gubernur Jenderal Belanda yang menempati tempat yang menjadi awal mula Istana Bogor ini meski belum resmi. Tak jauh dari mansion (sebelum disebut Istana) pada tahun 1770 didirikan sebuah pasar tempat masyarakat beraktivitas.
Tahun 1750-1753 terjadi perang banten yakni merupakan perang saudara antara Raja Banten kala itu Sultan Abdul Fathi yang berperang rakyatnya sendiri dipimpin oleh Tubagus Buang atau dikenal pula dengan Kyai Tapa. Mansion Buitenzorg mengalami kerusakan parah akibat serangan dari penentang Raja Banten. Namun perbaikan segera dilakukan tak lama setelah perang berakhir pada saat kepemimpinan Jacob Mossel.
Wakil Kaisar Napoleon Bonaparte yakni Gunernur Jenderal Herman Willem Daendels sang revolusioner bertangan besi yang terkenal akan kekejamannya. Salah bukti kekejamannya pada rakyat Indoesia kala itu yakni eksploitasi besar-besaran untuk membuat jalan raya pos atau De Grote Postweg atau kita kenal pula dengan jalan Anyer-Panarukan sepanjang 1000 kilometer. Ia memegang peranan penting dalam perkembangan mansion Buitenzorg hingga Istana Bogor.
Daendels melakukan perubahan pada arsitektur bangunan yakni dengan menambah bangunan di sayap kanan dan kiri gedung utama menjadi dua tingkat. Lalu ia pun menghias halaman mansion dengan tiga pasang rusa yang berasal dari Nepal dan perbatasan India yakni jenis Rusa tutul. Pada saat itu ketika Inggris tengah terlibat perang dengan Perancis, Belanda yang memihak Perancis pun mendapat tekanan dari Inggris yang mulai menguasai Batavia. Karena terdesak akhir Daendels memindahkan pemerintahan dari Batavia ke Buitenzorg. Daendels memerintah Hindia Belanda tahun 1808-1811.
Artikel terkait :
Pada Masa pemerintahan Inggris
Pemerintahan Belanda di Indonesia sempat mengalami kemunduran dan diambil alih oleh Inggris tahun 1811-1816. Pada saat itu kepemerintahan diambil alih oleh Gubernur Jenderal Thomas Standford Raffles sebagai wakil dari Inggris raya di Indonesia. Ia melakukan renovasi besar-besaran pada bagian tengah bangunan istana dan menata ulang taman-taman disekeliling istana.
Pada tahun 1817-1826 ada penambahan menara lentera di bangunan sentral oleh Gubernur Jenderal Godert Alexander GP Van Der Cappelen. Lalu sebelum tahun 1817 tumbuhnya tanaman di taman-taman sekitar Istana Buitenzorg dijadikan bahan percobaan penyelidikan tanaman tropis. Tanaman-tanaman tersebut kemudian dibiarkan menjadi kebun-kebun percobaan. Tanggal 18 Mei 1817 kebun-kebun tersebut diresmikan menjadi ‘Kebun Raya’ yang pendirinya adalah Prof. C.G.C Reinwardt yang kala itu menjabat sebagai direktur pertanian, kerajinan, dan ilmu pengetahuan Hindia Belanda.
Runtuhnya Istana
Saat gunung salak meletus pada 10 Oktober 1834 gempa vulkanik yang dihasilkan merusak sebagian wilayah Jawa Barat bagian selatan dan barat tak terkecuali dengan istana Buitenzorg yang runtuh akibat gempa tersebut. Pembangun kembali dilakukan pada tahun 1850 oleh Gubernur Jenderal A. Jaco Duymaher Van Twist. Ia memanggil arsitektur bangunan abad IX. Bangunan Istana dibangun kembali namun tidak dua tingkat. Pada masa kepemerintahan Gubernur Jenderal Pahud De Mintanger 1856-1861 bangunan istana yang baru pun selesai dan Istana Buitenzorg atau Istana Bogor menjadi kediaman resmi Gubernur Jenderal Belanda.
Tjarda Van Starkenborgh Stachhouwer adalah Gubernur Jenderal Belanda ke-44 yang memiliki kaitan dengan Sstana Bogor. Pada tahun 1942 saat kepemerintahan Jepang, ia dan panglima perangnya yang bernama Hein Ter Poorten dibuang ke Taiwan oleh Jenderal Imamura beserta pasukannya.
Pasca perang dunia II usai, kependudukan Jepang sebagai pihak yang kalah dalam perang harus keluar dari Indonesia yang digantikan oleh tentara sekutu. Barisan Keamanan Rakyat (BKR) sebanyak 200 orang mencoba bertahan di Istana Bogor namun kemudia mereka di serbu oleh tentara Gurkha dan akhirnya harus menyerah. Pada 31 Desember 1949. Istana Bogor ini diambil alih oleh pemerintahan Republik Indonesia secara hukum melalui Konferensi Meja Bundar (KMB) di Denhaag Belanda.
Denah Istana Bogor
- Gedung Induk sisi sayap kiri
Luas bangunan gedung ini sebesar 325 m2. Bagian ini biasa dipergunakan untuk tempat menginap tamu Negara yang berpangkat menteri.
- Gedung induk /gedung utama (ruang garuda)
Gedung induk biasa dipakai sebagai tempat penyelenggaraan berbagai acara kenegaraan. Seperti pertemuan-pertemuan kenegaraan, januan makan besar, hingga pertunjukkan-pertunjukkan seni dan budaya bila ada kunjungan tamu Negara atau peristiwa penting, disamping juga sebagai tempat kegiatan penting yang bersifat Nasional.
- Gedung induk sayap kanan
Bagian sayap kanan gedung Istana Bogor biasa dipergunakan untuk penginapan tamu-tamu Negara yang memangku jabatan kepala Negara atau sebagai kepala pemerintahan.
Artikel terkait :
- Penyebab Pertempuran 10 November
- Peristiwa Bandung Lautan Api
- Pertempuran Medan Area
- Penyebab Terjadinya Pertempuran Ambarawa
Peranan Istana Bogor
Berikut beberapa peranan Istana Bogor dalam sejarah perjalanan Republik Indonesia :
- Pada tanggal 28-29 Desember 1954. Berlangsung acara Konferensi Panca Negara sebagai konferensi untuk persiapan Konferensi Asia Afrika (KAA) di Bandung 1955.
- Istana Bogor digunakan sebagai tempat penataran P4 tingkat Manggala tahun 1978-1998.
- Jakarta Informal Meeting (JIM) untuk membahas pertikaian antar faksi-faksi di Cambodia (Kamboja) tahun 1986.
- 15 November 1994 diselenggarakan Konferensi AELM atau dikenal dengan APEC (Asia Pasifik Ekonomic Conference)
- 19 November 2000. Dalam rangka hari Cinta Puspa dan satwa Nasional, didirikan yayasan Kebun Raya Indonesia oleh wakil Presiden RI Megawati Soekarno Putri sebagai penggagas dan disponsori oleh Duta Besar Negara-negara sahabat Indonesia.
- 30 Mei 2001 dilaksanakan KTT G-15 khusunya acara Ladies Programme.
- 16 Agustus 2002. Ketika masa pemerintahan Presiden Megawati, diadakan “Semarak Kemerdekaan” untuk memperingati HUT RI yang ke-57.
- Presiden Amerika Serikat George W. Bush melangsungkan kunjungan kenegaraan ke Istana Bogor pada 20 November 2006 dan bertemu dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
- Berlangsung acara ‘Istana Untuk Rakyat’ yakni masyarakat luas boleh masu ke Istana Bogor pada 24-31 Mei 2016.