Brunei Darussalam merupakan salah satu Negara yang berbatasan lagu dengan Indonesia di pulau Kalimantan bagian utara. Negara ini juga berbatasan dengan Laut Cina Selatan untuk perbatasan wilayah utara, dan Sarawak untuk perbatasan bagian barat, timur, dan selatan. Brunei Darussalam pun juga di kenal sebagai Negara yang memiliki penduduk muslim terbesar dengan presentase 63,4%. Negara satu ini pun juga pernah merasakan penjajahan sebelum dapat berdiri dan merdeka seperti sekarang ini. Lantas, seperti apa sejarah kemerdekaan Negara Brunei Darussalam? Nah, kali ini akan di bahas lebih lanjut mengenai Sejarah Kemerdekaan Brunei tersebut. Yuk simak penjelasan di bawah ini.
Geografi Brunei Darussalam
Wilayah Brunei Darussalam secara umum berupa daratan. Selain itu, Brunei juga memiliki pantai yang berupa rawa dengan ditumbuhi tanaman bakau. Selain itu, wilayah yang berbatasan dengan Serawak mayoritas berupa bukit bukit dengan ketinggian di atas 350 meter. Daerah Brunei Darussalam di bagian timur memiliki ketinggian lebih di bandingkan Brunei di bagian bagian barat. Pada wilayah ini terdapat bukit yang cukup terkenal yaitu Bukit Pagon dengan ketinggian kurang lebih 1859 meter. Ada pula beberapa sungai besar yang di miliki oleh Brunei Darussalam, diantaranya adalah Sungai Belait, Sungai Brunei, dan Sungai Tutong. Untuk sungai terpanjang Negara Brunei adalah Sungai Belait, sedangkan sungai terpendeknya yaitu Sungai Brunei. Baca pula tentang sejarah perang banjarmasin, penyebab perang baratayuda, sejarah museum kapal selam, dan bangunan bersejarah di Asia.
Brunei Darussalam merupakan salah satu Negara yang memiliki iklim tropis. Musim hujan diperkirakan akan memasuki wilayah Brunei di bulan November sampai Mei. Sedangkan untuk musim kemarau jatuh pada bulan Juni sampai Agustus. Brunei juga memiliki beragam jenis pohon khas seperti Pohon Casuarina, yang tumbuh di sepanjang pantai Brunei Darusalam. Pohon ini biasanya di gunakan sebagai pelindung atau peneduh. Ada pula Pohon Jati di wilayah yang kurang memiliki pengairan.
Kependudukan Brunei Darussalam
Di tahun 1981 Brunei Darussalam memiliki jumlah penduduk sekitar 200.000 jiwa. Kemudian di tahun 1986 meningkat menjadi 232.600 penduduk. Menjadi Negara yang memiliki sumber minyak terbesar menyebabkan banyak pendatang baru yang berkunjung bahkan hidup di Negara ini. Sehingga hal yang wajar jika Brunei mengalami peningkatan pada jumlah penduduknya. Mayoritas penduduk tersebut bermukim di ibu kota seperti di Kuala Belait, Seria, dan Bandar Seri Begawan. Penduduk asli Negara satu ini ialah Murut, Kelabit, Dayak Barat, dan Iban.
Mayoritas penduduk Brunei Darussalam beragama Islam yang di gunakan sebagai agama resmi Negara ini. Ada juga beberapa penduduk yang menganut agama lain seperti agama Kristen dengan prosentase sekitar 10 % dan juga agama Budha sekitar 14 %. Kehidupan penduduk Brunei juga di katakana cukup makmur dan tidak tertinggal baik di bidang ekonomi atau pendidikannya.
Konflik antara Spanyol dan Brunei
Brunei sering melakukan kerja sama dengan Negara Eropa yang tentunya akan memberikan pengaruh yang besar terhadap perkembangan ekonomi dan politik Brunei. Namun, tidak demikian baik hubungan Spanyol dengan Brunei. Di tahun 1565 Spanyo dan Brunei melakukan perang atau pertempuran yang cukup besar. Hubungan kedua pihak semakin memanas dengan jatuhnya Manila di tangan para pemimpin Spanyol. Tidak sampai di situ saja, puncak kegeraman Brunei adalah adanya peristiwa di tahun 1578 yaitu pengambilan Kesultanan Sulu dari Brunei dan penyerangan di Kesultanan Brunei.
Spanyol juga melarang pemerintah Brunei melakukan penyebaran agama Islam di wilayah Filipina karena di nilai mengganggu dan menyimpang dengan ajaran Kristen. Tidak hanya melarang, Spanyol juga mengingkan Brunei untuk menerima ajaran yang di bawanya. Tetapi keinginan keinginan Spanyol tersebut tidak berhasil karena Brunei di landa penyebaran wabah penyakit kolera. Ada pula informasi terkait bangunan bersejarah di pulau minang, bangunan bersejarah di sabah, bangunan bersejarah di semarang.
Penyakit yang melanda Brunei mengakibatkan Spanyol rugi besar dan memutuskan untuk melepas Manila dan pergi dari Negara Brunei Darussalam. Keadaan ini tentunya memberikan dampak yang baik pada Brunei Darussalam untuk bangkit kembali di karenakan Kesultanan Sulu dapat kembali ke tangan Brunei.
Penjajahan Brunei Darussalam oleh Inggris
Sejarah Kemerdekaan Brunei dimulai dengan penjajahan oleh inggris. Dengan perginya Spanyol, tentu juga memberikan dampak atas perpecahan yang telah di lakukannya. Hal ini membuat kondisi politik Brunei menjadi buruk. Perpecahan, pemberontakan, dan juga pertarungan antar saudara sering terjadi di Brunei. Pemberontakan yang terkenal ialah Sultan Omar Ali Saifuddin II. Hal ini kemudian di manfaatkan oleh Inggris dengan menyelesaikan permasalahan tersebut. Hingga akhirnya James Brooke mampu memadamkan pertempuran dan akhirnya di angkat sebagai gubernur Serawak. Niat ini tidak ditujukan untuk memperkokoh Brunei namun untuk memperluas wilayah kepemimpinan Brooke. Bahkan Brooke meminta pemerintah Inggris menyelidiki peluang Brooke menguasai Brunei.
Niatan buruk yang di miliki oleh Brooke pun di ketahui oleh Sultan Brunei tahun 1843. Keadaan ini pun berakhir pada pertempuran besar. Sayangnya, Brunei mengalami kekalahan dan di haruskan merelakan Serawak untuk memisahkan diri dari Brunei. Kemudian penyerangan terjadi lagi di tahun 1846. Penyerangan di lakukan di Brunei Town dan saat itu pula terjadi peristiwa penangkapan Sultan Saifuddin II dengan tujuan memaksa penanda tanganan perjanjian penyerahan Labuan kepada Inggris. Tidak hanya perjanjian tersebut, di tahun 1847 pun Brunei juga di paksa untuk menanda tangani Perjanjian Perdagangan dan Persahabatan dengan Inggris.
Lambat laun keadaan Brunei semakin memburuk dan wilayahnya semakin kecil. Bahkan Sultan juga di paksa untuk memberikan wilayahnya kepada Serawak. Semakin melemahnya kekuatan Brunei tersebut berujung pada keputusan Sultan Hasyim Alilul Alam Aqamaddin untuk meminta perlindungan pada Inggris dengan menanda tangani perjanjian di tahun 1888. Keadaan ini tentunya mengakibatkan Brunei harus tunduk untuk memperkuat pemerintahan Inggris. Baca pula tentang sejarah candi muara takus, sejarah kerajaan pajajaran, sejarah peristiwa rengasdengklok.
Sejarah Kemerdekaan Brunei
Pemerintah Brunei merasa bahwa sudah saatnya Brunei berdiri dan merdeka agar mampu melakukan seluruh kegiatan kenegaraan tanpa berpangku tangan dan menunggu persetujuan Inggris. Akhirnya di tahun 1959, Brunei mengeluarkan konstitusi yang di dalamnya berisi tentang keinginan dalam membentuk pemerintahan sendiri. Sudah jelas keinginan yang di tawarkan oleh Brunei tersebut di tolak oleh Inggris. Penolakan tersebut akhirnya berujung pada pemberontakan oleh rakyat. Namun, usaha tersebut tidak berhasil.
Di tahun 1960 an, Brunei mendapat tawaran untuk bergabung dengan Malaysia. Namun, Brunei tetap menginginkan kemerdekannya sendiri. Di tahun 1967 Sultan Omar turun tahta dan di gantikan dengan Sultan Hassanal anak sulungnya. Sementara itu Sultan Omar menjabat sebagai menteri pertahanan. Kemudian di tahun 1979, Brunei dan Inggris melakukan penanda tanganan Perjanjian Kerja sama dan Persahabatan. Kemudian di tanggal 1 Januari 1984, barulah Brunei Darussalam mendapatkan hak merdekanya secara penuh.