Selain manusia purba di Indonesia, terdapat juga berbagai jenis manusia purba di dunia. Salah satunya adalah Australopithecus Africanus. Kemudian bagaimanakah ciri-ciri Australopithecus africanus.
Sejarah Penemuan Manusia Purba Australopithecus Africanus
Australopithecus africanus adalah fosil manusia purba yang ditemukan pada tahun 1924. Fosil manusia purba ini ditemukan di dalam gua karst di Taung, Afrika Selatan. Fosil Australopithecus africanus ditemukan di endapan breksi gua karst tersebut. Hasil identifikasi menunjukkan bahwa fosil tersebut adalah manusia purba Australopithecus africanus. Awalnya fosil Australopithecus africanus ditemukan oleh anak-anak di daerah Taung, dekat Vryburg, Afrika Selatan. Penemuan fosil oleh anak-anak tersebur kemudian diteliti oleh Prof. Raymond Dart. Setelah mendapatkan hasil identifikasi, fosil tersebut kemudian diberi nama Australopithecus africanus. Nama ini berarti kerad dari selatan Afrika.
Para peneliti membutuhkan waktu 20 tahun untuk meyakninkan diri bahwa Australopithecus africanus ini masuk dalam kategori manusia. Hal ini dikarenakan Australopithecus africanus memiliki kombinasi fisik manusia dan fisik kera. Bagian lengannya panjang dan lekukan wajahnya yang kuat. Selain itu, bagian bahu, tulang paha, tulang panggul, tangan, dan tulang kakinya mengindikasikan sering digunakan untuk berjalan.
Australopithecus africanus awalnya ditemukan pada 1924 di desa Taung, Bechunaland, oleh Raymond Dart. Namun setelah itu, fosil manusia purba jenis ini ditemukan lagi di Strekfontein pada 1935, Makapansgat pada 1948, dan Gladysvale pada 1922. Sisa fosil menunjukkan bahwa Australopithecus africanus lebih menyerupai manusia modern daripada Australopithecus afarensis. Hal ini karena bentuk tengkorak menunjukkan lebih besarnya volume otak dan fitur wajah lebih humanoid.
Bagian tubuh yang ditemukan dari manusia purba ini hanyalah fosil tengkorak kepala. Manusia purba jenis ini adalah awal hominid, seorang Australopithecus, yang hidup antara 2 hingga 3 juta tahun yang lalu di lapisan Pliosen. Baca juga cara hidup Meganthropus paleojavanicus, ciri-ciri Homo floresiensis, ciri-ciri Pithecanthropus robustus, dan ciri-ciri Homorobustus.
Australopithecus africnasu hidup di lapisan Pliosen
Pliosen merupakan kala dalam skala waktu geologi yang berlangsung 5,332 hingga 1,086 juta tahun lalu. Kala ini ialah kala kedua pada periode Neogen di era Kenozoikum. Pliosen terjadi setelah Miosen dan diikuti oleh Pleistosen. Nama pliosen diberikan oleh Sir Charles Lyell. Kata ini berasal dari bahasa Yunani, yaitu pleion yang berarti lebih dan kainos yang berarti baru. Kata pleiosen kurang lebihnya berarti kelanjutan dari sekarang. Hal ini merujuk pada fauna laut moluska yang relative modern yang hidup pada zaman ini.
Batas yang menentukan waktu kemunculan Pliosen tidak ditentukan oleh suatu peristiwa tertentu. Namun, hanya berupa batas semu antara Miosen yang lebih hangat dan Pliosen yang relatif lebih sejuk. Batas akhir dari awalnya ditentukan pada awal glasiasi Pleistosen, tetapi belakangan dianggap terlalu lama.
Banyak dari ahli geologis berpendapat bahwa pembagian lebih luas antara Palogen dan Neogen lebih berguna. Seorang astronom dari Universitas Johns Hopkins, Narciso Benitez, dan timnya mengusulkan teori bahwa suatu supernova mungkin merupakan penyebab kepunahan hewan laut yang menandai batas Pliosen-Pleistosen. Hal ini menyebabkan kerusakan yang cukup parah pada lapisan ozon. Baca juga artikel mengenai zaman neozoikum tersier, zaman prasejarah di Indonesia, dan manusia pendukung zaman paleolitikum.
Arti nama dari Australopithecus africanus
Australopithecus memiliki arti kera selatan. Hal ini berdasarkan kata australo yang berasal dari bahasa Latin yang berarti selatan. Kata pithecus yang berasal dari bahasa Yunani yang berarti kera. Kata africanus merupakan bentuk Latin dari kata Afrika. Kata ini menunjukkan benua tempat spesies ini ditemukan. Awalnya nama ini hanya ditujukan untuk spesies yang ditemukan di Afrika Selatan, tetapi saat ini juga digunakan untuk beberapa spesies yang terkait erat dengan jenis manusia purba ini.
Ciri-Ciri Australopithecus Africanus
Ciri yang dapat terlihat adalah ciri fisik dari manusia purba Australopithecus africanus. Ciri-Ciri Australopithecus Africanus diantaranya adalah:
- Memiliki volume otak 480 cm3. Volume otak ini relatif lebih besar saat dibandingkan dengan otak simpanse modern.
- Memiliki ukuran tubuh: perempuan memiliki tinggi badan sekitar 110 cm sedangkan pada prianya sedikit lebih tinggi yakni 135 cm
- Australopithecus africanus jantan lebih besar dalam ukuran tubuh, yakni 20 – 40 persen lebih tinggi 30 – 40 persen lebih berat dari perempuan
- Memiliki bentuk tubuh yang mirip kera dengan tulang rusuk berbentuk kerucut dan lengan yang relatif panjang
- Tengkorak Australopithecus africanus menunjukkan beberapa ciri yang sedikit lebih mirip manusia. Misalnya punggungan alis yang lebih kecil dan area dahi yang yang sedikit melengkung (tidak rata)
- Memiliki tengkorak yang relatif tipis
- Memiliki muka lebih besar dibandingkan ruang tengkorak
- Sumsum tulang belakang muncul dari bagian tengah pangkal tengkorak bukan dari belakang
- Gigi taring dan gigi seri lebih pendek dan lebih kecil
- Celah antara gigi taring dan gigi yang berdekatan jarang terjadi
- Gigi premolar dan gigi molar berukuran cukup besar
- Barisan giginya rata
- Bagian bawah dari gigi geraham depan mempunyai dua puncak
- Mampu berdiri tegak dan berjalan dengan dua kaki
- Bentuk jari, tulang jari, dan lengan agak melengkung serta cukup panjang, meskipun tidak lebih panjang dari kakinya
- Panggulnya menunjukkan bahwa spesies ini mampu berjalan dengan dua kaki
- Lumbar melengkung
- Memiliki penyambung tulang yang pendek dan lebar
- Batang lengan femur bersudut dan berada pada lutut di atas kaki
Pola kehidupan manusia purba Australopithecus africanus
Setiap jenis manusia purba memiliki cara hidup yang unik. Begitu juga dengan jenis manusia purba Australopithecus africanus. Pola kehidupan meliputi bagaimana cara mereka berinteraksi dengan alam dan sesama. Pola kehidupan manusia purba Australopithecus africanus diantaranya adalah sebagai berikut:
- Bertempat tinggal di tempat terbuka seperti padang rumput dan berada pada lingkungan semak-semak di hutan kayu. Manusia purba jenis Australopithecus africanus yang ditemukan berada di berbagai lokasi di Afrika Selatan. Hampir lebih dari dua setengah juta tahun yang lalu, Australopithecus africanus menempati wilayah Afrika Selatan.
Wilayah tersebut merupakan gabungan antara hutan dan padang rumput sabana. Setelah dua setengah juta tahun yang lalu, kondisi iklim menjadi lebih kering dan padang rumput sabana pun menjadi semakin luas.
- Pemakan tumbuh-tumbuhan dan buah-buahan seperti buah, kacang, biji, dan umbi akar. Berdasarkan analisis dari pola pemakaian gigi, jenis manusia purba ini memakan buah-buahan dan dedaunan.
- Pada perkembangannya mulai memakan daging, sehingga dapat disimpulkan bahwa Australopithecus africanus merupakan spesises pertama yang melakukan perburuan binatang besar. Analisis kimia pada gigi menunjukkan bahwa mereka mencampurkan daging ke dalam makanan yang dikonsumsi, tetapi dalam jumlah yang tidak terlalu banyak. Australopithecus africanus diduga mengumpulkan daging hewan daripada memburu hewan.
- Perbedaan yakni dimorfisme
- Spesies ini diperkirakan menggunakan peralatan sederhana seperti tongkat yang ditemukan di sekitar fosil dan tulang belulang binatang. Batu-batuan mungkin juga telah digunakan sebagai alat untuk kehidupan sehari-hari. Namun, tidak ada bukti yang menyatakan bahwa batu-batu ini telah dirubah bentuknya atau dimodifikasi.
Hubungannya dengan spesies lainnya
Pada awalanya Australopithecus africanus pernah dianggap sebagai nenek moyang langsung dari manusia modern. Namun, berbagai penemuan baru telah menggugurkan simpulan ini. Banyak ilmuwan yang mempercayai bahwa Australopithecus africanus mewakili cabang samping dalam pohon keluarga dari evolusi manusia. Namun, terdapat ketidaksepakatan tentang hubungan yang tepat dengan spesies lain.
Pada tahun 1930-an dan 1940-an, fosil-fosil yang ditemukan di Afrika Selatan diberi nama terpisah. Fosil-fosil tersebut dinamai Australopithecus transvaalensis, Plesianthropus transvaalensis, dan Australopithecus Prometheus. Saat ini, fosil-fosil tersebut diakui sebagai spesies yang sama yakni Australopithecus africanus. Pada tahun 2008, fosil-fosil yang ditemukan di Malapa (Afrika Selatan) diumumkan sebagai spesies baru. Manusia purba ini dinamakan Australopithecus sediba pada tahun 2010. Australopithecus sediba merupakan spesies Australopithecus pada masa Pleistosen awal. Hal ini teridentifikasi dari sisa-sisa fosil yang berasal dari 2 juta tahun silam.
Spesies ini teridentifikasi setidaknya dari empat kerangka yang tak lengkap yang ditemukan di Situs Fosil Malapa di Situs Pusaka Dunia Asal Mula Manusia di Afrika Selatan. Fosil-fosil tersebut diantaranya satu pria muda (MH1, holotipe), satu wanita dewasa (MH2), satu orang dewas lainnya, dan bayi berusia 18 bulan. Fosil MH1 dan MH2 ditemukan terkubur bersama. Fosil-fosil tersebut diketahui berusia natara 1.977 dan 1.980 juta tahun silam.
Lebih dari 220 bagian dari Australopithecus sediba telah ditemukan. Kerangka-kerangka parsialnya sebelumnya dijelaskan dalam dua karya ilmiah dalam jurnal Science oleh paleoantropolog Amerika dan Afrika Selatan, Lee R. Berger dan rekannya, sebagai spesies nenek moyang manusia awal yang baru ditemukan dan dinamai Australopithecus sediba. Sediba berarti mata air alami atau sumur dalam bahasa Sotho.
Namun, banyak paleontolog lain menganggap fosil tersebut adalah chronospecies dari Australopithecus africanus. Hal ini berarti ada sedikit perbedaan anatomi antara fosil yang baru ditemukan dengan Australopithecus africanus. Perbedaan anatomi tersebut terjadi karena perubahan dari waktu ke waktu dari spesies yang berbeda. Hal ini memperpanjang rentang waktu untuk Australopithecus africanus sebesar hampir setengah juta tahun. Baca juga alat pada manusia zaman batu, jenis artefak, dan artefak manusia purba.
Inilah penjelasan mengenai ciri-ciri Australopithecus africanus mulai dari sejarah penemuannya, arti namanya, ciri-ciri fisiknya, pola kehidupannya, dan kaitannya dengan manusia purba jenis lainnya. Semoga bermanfaat.