Sinanthropus Pekinensis merupakan salah satu manusia purba jenis Homo Erectus yang sempat hidup di dunia. Manusia Pubra Sinanthropus Pekinensis ini ditemukan di Peking, China. Hasil temuan tersebut, di dapati jika fosil serta ciri-ciri Sinanthropus Pekinesis mempunyai kemiripan atau sejeni dengan nama manusia purba Pithecanthropus Soloeni yang ditemukan di Indonesia. Macam-macam homo jenis ini memiliki pola hidup nomaden alias senang berpindah dari tempat satu ke tempat lainnya. Hal tersebut disebabkan, karena Siananthropus Pekinensis mencari makanan dengan cara menyesuikan hewan buruan.
Untuk pertama kalinya Sinanthropus Pekinesis ditemukan oleh arkeolog bernama Davidson Black, Davidson Black adalah pimpinan penggali fosil di daratan Cina. Penemuan tersebut berada tempat-tempat berejarah tepatnya di dalam gua kapur yang terletak di Desa Zhoukodian atau berjarak kurang lebih 40 km sebelah barat Beijing. Penemuan situ Zhoukoudian yang berdekatan dengan Beijing ini pada akhirnya lah yang menjadi asal usul penamaan Sinanthropus Pekinesis.
Tak jauh berbeda dengan jenis-jenis manusia purba di Indonesia, biasanya penamaan untuk fosil yang baru ditemukan diberi nama sesuai dengan tempat dimana ditemukan, namun kenapa Sinanthropus Pekinesis tidak demikian ? hal ini dikarenakan, usut punya usut, sebelum nama Beijing muncul, dahulu tempat ditemukannya fosil tersebut bernama Peking. Alhasil manusia purba yang ditemukan diwalayah itu akhirnya dinamakan Sinanthropus Pekinesis bukan Sinanthropus Beijingensis.
Petilasan manusia Peking atau Sinanthropus Pekinesis yang berada di Zhou Koudian terletak di Gunung Longgu atau bisa disebut dengan Gunung Tulang Naga. Di wilayah tersebut, merupakan pegunungan yang bersambung dengan dataran. Di dalam Gunung Tulang Naga Longgu sendiri memiliki gau alam yang jumlahnya tidak sedikit, baik itu berukuran kecil ataupun dengan ukuran besar. Diantara banyaknya gua tersebut, ada sebuah gua alam dengan panjang 140 meter dari timur kebarat, orang-orang menjuluki gau itu dengan sebutan nama “Gua Manusia Kera”.
Pada tahun 1921, Johan Gunnar Anderssonm yang merupakan seorang sarjana Swedia menemukan barang-barang peninggalan manusia purba di dalam gua itu. Diantaranya yaitu, jejak atau bekas penggunaan api manusia kera. Dari penemuan itu lantas kemudian gua itu dijuluki oleh para arkeolog dengan nama “Situs Pertama Zhou Koudian”.
Delapan tahu beselang, tepatnya tahun 1929, arkeolog Tiongkok bernama Fei Wenzhong berhasil melakukan penggalian tulang tempurung kepala yang disebut sebagai “Manusia Peking” dan menggemparkan banyak orang pada masa itu. Namun nahas, tulang tempurung Sinanthropus Pekinesis hilang tanpa meninggalkan jejak pada masa Perang Dunia II, hingga sekarang pun tulang tempurung tersebut belum ditemukan dan belum diketahui keberadaannya.
Dari penemuan-penemuan tadi, khususnya peninggalan penggunaan api, menjadikan sejarah pemakaian api oleh manusia menjadi maju beberapa ratus ribu lebih maju. Di dalam situs Zhou Koudian, juga ditemukan 5 lapisan abu api, tulang panggang yang banyak dan 3 tumpukan abu. Untuk lapisan abu, ketinggiannya mencapai 6 meter. Dari hasil penemuan itu, menunjukkan jika Sinanthropus Pekinesis tak hanya mengerti cara menggunakan api, namun juga pintar dalam memelihara bara api serta penyulut api mirip dengan ciri-ciri Homo Robustus dan ciri-ciri Homo Floresiensis.
Bukan hanya sekadar tulang tekorak dan bekas penggunaan bara api aja, di situs Zhou Koudian turut ditemukan puluhan ribu alat terbuat dari batu yang berbentuk kecil. Alat batu pada awal masa pra sejarah memiliki bentuk besar dan kasar. Kemudian di masa pertengahan, alat batu memilik bentuk lebih kecil dan mulai muncul alat batu yang runcing mirip seperti pisau, hal ini tak berbeda jauh dengan penemuan fosil di Indonesia.
Pada masa akhir, alat batu yang digunakan oleh Sinanthropus Pekinesis menjadi lebih kecil dengan tusuk batu digunakan sebagai alat khas pada waktu itu. Dari hasil penemuan ini, menunjukkan jika “Manusia Peking” sudah ahli dalam memilah batu untuk dijadikan sebagai bahan membuat alat batu yang bisa dijadikan alat produktif primitif atau sejata.
Barang-baran hasil penemuan di situs Zhou Koudian membuktikan jika Sinanthropus Pekinesis tinggal di daerah Zhou Koudian pada era 700 ribu hingga 200 ribu tahun silam. Mereka juga sudah memetik hasil tumbuh-tumbuhan sebagai kebutuhan utama dan masih ditambah dengan berburu untuk memenuhi kehidupannya. Manusia Peking sendiri menjadi manusia primitif yang muncul pada masa peralihan antara evolusi kera kuno dan manusia. Hasil dari penemuan tersebut juga memberikan dampak penting dalam hal penelitian biologi, ilmu sejarah sekaligus sejarah perkembangan manusia.
Ciri-ciri Sinanthropus Pekinensis
Seperti yang sudah dijabarkan diatas, Sinanthropus Pekinensis merupakan salah satu manusia purba jenis Homo Erectus yang sempat hidup di dunia dan mempunyai ciri-ciri seperti Sinanthropus Pekinesis dengan Pithecanthropus Soloeni yang ditemukan di Indonesia. Kesamaan diantara kedua jenis manusia purba ini terdapat pada bagian tubuh. Keduanya diindikasikan memiliki kemiripan karena nama manusia purba di Indonesia, yaitu Sinanthropus Pekinesis dan Pithecanthropus Soloeni merupakan kera yang sudah dapat berjalan tegak, maka itu keduanya dianggap sejenis.
Selain itu, diantara keduanya mempunyai ciri fisik dan non fisik yang sama, mereka juga hidup pada zaman yang sama. Karena beberapa hal tersebutlah yang akhirnya semakin menguatkan anggapan bila kedua jenis manusia purba ini adalah sama alias sejenis. Agar semakin memperjelas Ciri-Ciri Sinanthropus Pekinensis ada baiknya membaca penjelasan dibawah ini, diantaranya yaitu :
- Sinanthropus Pekinesis mempunyai kepala yang hampir menyerupai kera.
- Sinanthropus Pekinesis memiliki hidup yang pesek.
- Sinanthropus Pekinesis mempunyai tulang alis besar.
- Sinanthropus Pekinesis mempunyai mulut yang sedikit agak maju.
- Sinanthropus Pekinesis memiliki kaki serta tangan menyerupai manusia modern.
- Sinanthropus Pekinesis mempunyai tinggi badan antara 165 hingga 180 cm.
- Sinanthropus Pekinesis memiliki pentuk geraham besar dan juga rahang yang sangat kuat.
- Sinanthropus Pekinesis mempunyai bagian belakang kepala yang tampak menonjol.
- Sinanthropus Pekinesis memiliki volume isi otak kurang lebih antara 900 hingga 1200 cm3.
Perbedaan Sinanthropus Pekinesis dan Pithecanthropus Soloeni
Bila persamaan antaran Sinanthropus Pekinensis dan Pithecanthropus Soloeni sudah diterangkan sebelumnya, pembahasan perbedaan diantara keduanya akan dibahas lebih lanjut pada sesi ini. Untuk perbedaan diantara kedua manusia purba ini memang tak begitu signifikan, perbedaan antara Sinanthropus Pekinesis dan Pithecanthropus Soloeni yaitu :
- Sinanthropus Pekinesis merupakan manusia dari utara yang berdiri tegak.
- Sedangkan, Pithecanthropus Soloeni adalah menusia kera yang berjalan tegak
Demikianlah penjelasan tentan Ciri-Ciri Sinanthropus Pekinensis. Semoga dapat bermanfaat dan menambah wawasan. Untuk memperluas pengetahuan, ketahui juga tentang bangunan bersejarah di Bandung dan monumen di Indonesia.