latar belakang peristiwa – Sejarah Lengkap Sejarahwan Wed, 09 Oct 2019 08:53:16 +0000 en-US hourly 1 https://wordpress.org/?v=5.5.5 Latar Belakang Sumpah Pemuda Singkat pada 28 Oktober /organisasi/latar-belakang-sumpah-pemuda Wed, 09 Oct 2019 08:53:09 +0000 /?p=5292 Sumpah Pemuda adalah suatu peristiwa yang menjadi bukti nyata akan peran para pemuda dan perjuangan mereka dalam meraih kemerdekaan Indonesia. Peristiwa ini merupakan gerakan yang dilakukan oleh para pemuda dan…

The post Latar Belakang Sumpah Pemuda Singkat pada 28 Oktober appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
Sumpah Pemuda adalah suatu peristiwa yang menjadi bukti nyata akan peran para pemuda dan perjuangan mereka dalam meraih kemerdekaan Indonesia. Peristiwa ini merupakan gerakan yang dilakukan oleh para pemuda dan pemudi yang menyatakan ikrar mereka akan kesatuan tanah air, bangsa dan bahasa. Sumpah yang diucapkan oleh para pemuda dan pemudi tersebut telah membakar semangat juang rakyat Indonesia dalam memperoleh kemerdekaan dari para penjajah.

Pada saat itu Indonesia telah berjuang selama ratusan tahun untuk bebas dari belenggu penjajahan yang mengeksploitasi rempah – rempah kekayaan alam nusantara. Pada waktu itu juga sudah banyak pejuang yang bangkit namun mereka hanya dapat berjuang sendiri di daerahnya masing – masing. Melalui sejarah peristiwa sumpah pemuda inilah perkembangan nasionalisme Indonesia meningkat dan ditegaskan bahwa perjuangan akan kemerdekaan tersebut tidaklah dilakukan secara terpisah, melainkan bersama – sama dan bersatu agar dapat berhasil.

Terbentuknya Organisasi Budi Utomo dan Jong Java

Latar Belakang Sumpah PemudaSejarah Sumpah Pemuda dimulai ketika Belanda memperbolehkan rakyat Indonesia untuk mulai mengecap pendidikan sebagai bentuk dari politik balas budi yang diterapkannya. Semakin banyak rakyat yang bersekolah maka semakin banyak pula yang memiliki pendidikan bagus dan cara berpikir yang maju. Latar belakang Sumpah Pemuda dimulai pada tahun 1908 ketika dr. Sutomo, dr. Ciptomangunkusumo dan Douwes Dekker mempelopori berdirinya Budi Utomo yang bertujuan untuk memajukan pendidikan, peternakan, pertanian dan budaya. Sejarah berdirinya Budi Utomo menjadi cikal bakal dari pergerakan kemerdekaan Indonesia dan juga menjadi pelopor akan berdirinya berbagai organisasi kepemudaan selanjutnya seperti Jong Java, Jong Ambon, Jong Minahasa dan banyak lagi.

Sekitar tujuh tahun setelah berdirinya Budi Utomo, ada kebangkitan pergerakan para pemuda walaupun masih sebatas kegiatan yang berlangsung dalam suasana kesukuan di daerah.  Pergerakan para pemuda dimotori oleh seorang pemuda bernama Satiman yang memiliki semangat berkobar. Organisasi pemuda di Indonesia bernama Tri Koro Dharmo yang berdiri pada 7 Maret 1915 adalah cikal bakal dari Jong Java yang menjadi wadah awal perhimpunan pemuda sebagai perkumpulan para pelajar. Anggotanya berasal dari penjaringan para pelajar tanah air juga seluruh perguruan dan sekolah – sekolah di Pulau Jawa dan Madura.

Tri Koro Dharmo secara bahasa berarti Tiga Tujuan Mulia yaitu Sakti, Bukti dan Bakti. Tujuan ini menginginkan adanya perubahan dari cara pandang para pemuda akan situasi dan kondisi di Indonesia. Muncul desakan yang membuat keanggotaan Tri Koro Dharmo diperluas, maka nama perkumpulan diubah menjadi Jong Java sehingga seluruh pelajar yang berasal dari Jawa, Bali, Madura dan Lombok bisa bergabung. Berbagai kongres kemudian diadakan untuk menyebarkan pentingnya peran para pemuda kepada berbagai kalangan, juga memberantas buta huruf agar para pemuda melihat dunia luar dengan lebih bebas.

Sebelum Jong Java, dalam latar belakang sumpah pemuda sebenarnya terbentuk perkumpulan mahasiswa yang dibentuk pada 1908 bernama Perhimpunan Indonesia. Tetapi organisasi ini hanya terbatas perkumpulan mahasiswa di Belanda dan belum memiliki peran aktif di Indonesia. Masuknya beberapa tokoh ke dalam Perhimpunan Indonesia seperti Ciptomangunkusumo dan Soewardi Soerjaningrat (Ki Hajar Dewantara) pada 1913 mengubahnya. Kelak juga diketahui bahwa Sutan Sjahrir dan Mohammad Hatta juga tergabung dalam Perhimpunan Indonesia. Setelah mereka kembali ke Indonesia, barulah mereka mulai berhimpun lagi dan melakukan pergerakan karena mereka mulai menyadari adanya tujuan bersama dan berusaha mengurangi perpecahan yang diakibatkan oleh perbedaan aneka suku bangsa dan agama.

Kongres Pemuda I

Setelah Jong Java kemudian berdiri organisasi pemuda seperti Jong Sumatranen Bond (1917), Jong Celebes dan Jong Minahasa (1918), Sekar Roekoen (1919) dan Jong Bataks Bond (1925) serta banyak lagi. Anggotanya semua adalah para pemuda dan pemudi berstatus sosial tinggi yang melanjutkan pendidikan di Jawa. Pada saat itu perjuangan masih dilakukan sendiri – sendiri sesuai dengan daerahnya dan sejak tahun 1920an baru mendiskusikan kemungkinan adanya organisasi gabungan untuk kepentingan persatuan Indonesia.

Usaha pertemuan berkali – kali sulit dilaksanakan karena banyak organisasi yang landasannya berbeda – beda. Pada 15 November 1925 disepakati pembentukan panitia untuk mempersiapkan pertemuan. Dalam latar belakang sumpah pemuda, akhirnya diselenggarakan Kongres Pemuda I yang berlangsung pada 30 April sampai 2 Mei 1926 di Jakarta, yang diketuai oleh Muhammad Tabrani, salah satu tokoh Sumpah Pemuda. Kongres ini menghasilkan kesepakatan bersama mengenai:

  • Kemerdekaan Indonesia dari penjajahan adalah cita – cita bersama seluruh pemuda di Indonesia.
  • Seluruh organisasi kepemudaan memiliki tujuan untuk menggalang persatuan.

Kongres Pemuda II

Kongres Pemuda II adalah titik penting pada latar belakang sumpah pemuda. Kongres kedua ini berlangsung dalam tiga tahap. Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI) menggagas penyelenggaraan kongres kedua ini. Sidang pertama diadakan pada Sabtu tanggal 27 Oktober 1928 di gedung Katholieke Jongelingen Bond (KJB) di Waterloopein (Lapangan Banteng) mulai pukul 19.30  – 23.30. Ketua Kongres yaitu Sugondo Djojopuspito membuka rapat dengan uraian sejarah pergerakan pemuda Indonesia.

Sidang kedua kemudian dipindahkan ke Oost Java Bioscoop di Konigsplein Noord (Jalan Medan Merdeka Utara) pada Minggu 28 Oktober 1928 dan berlangsung mulai pukul 08.00 – 12.00. Pembicaraan pada rapat kedua ini hanya direncanakan untuk membahas seputar masalah pendidikan. Nona Purnomowulan sebagai pembicara pertama menemankan pada perbaikan sistem pendidikan Indonesia. Menurutnya tempat pendidikan yang terbaik adalah asrama karena anak – anak dapat belajar bergaul satu sama lain dan bekerjasama. S. Mangunsarkoro sebagai pembicara kedua menekankan pada pemberian pendidikan kebangsaan nasional untuk menumbuhkan kecintaan pada tanah air. Ki Hajar Dewantoro direncanakan sebagai pembicara ketiga tetapi batal hadir.

Rapat penutup atau rapat ketiga berlangsung di Gedung Kramat 106 (Indonesische Clubgebouw) pada hari Minggu 28 Oktober 1928 pukul 17.30 – 23.30. Pada sidang terakhir dalam latar belakang sumpah pemuda ini berhasil merumuskan masalah – masalah yang sesuai harapan bangsa. Rumusan hasil rapat ini menghasilkan ikrar yang dikenal dengan Sumpah Pemuda yaitu:

  • Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia.
  • Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.
  • Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.

Kemudian diputuskan bahwa isi ikrar tersebut wajib digunakan oleh semua perkumpulan kebangsaan Indonesia dengan menyebarkannya ke berbagai surat kabar dan dibacakan di rapat – rapat perkumpulan. Rumusan ikrar ini dibuat oleh sekretaris panitia yaitu Moh. Yamin dan dibacakan oleh Ketua Kongres Sugondo Djojopuspito di depan semua peserta kongres. Kesatuan tanah air, bangsa dan bahasa dilambangkan dengan:

  • Lambang warna dengan pengibaran bendera kebangsaan
  • Lambang suara dengan lagu Indonesia Raya ciptaan WR. Soepratman
  • Lambang lukisan dengan lencana garuda terbang.

Hasil rapat dalam latar belakang sumpah pemuda juga menyatakan bahwa lagu Indonesia Raya ditetapkan sebagai lagu kebangsaan, bendera merah putih sebagai bendera negara, bahwa kemerdekaan Indonesia harus menjadi cita – cita semua pemuda Indonesia dan semua organisasi pemuda harus disatukan dalam wadah yang sama. Sejarah bahasa Indonesia pun turut menjadi bagian dari ikrar Sumpah Pemuda ini.

Sejarah Lagu Indonesia Raya dalam sejarah latar belakang terjadinya sumpah pemuda diputar sebelum penutupan kongres dan dimainkan dengan biola tanpa syairnya. Tanggal 28 Oktober ditetapkan sebagai Hari Sumpah Pemuda sebagai hari nasional bukan hari libur berdasarkan Keppres no. 316 tahun 1959 tanggal 16 Desember 1959 sebagaimana juga sejarah Museum Sumpah Pemuda.

The post Latar Belakang Sumpah Pemuda Singkat pada 28 Oktober appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
3 Latar Belakang Pertempuran 5 Hari Di Semarang Singkat /indonesia/kemerdekaan/pasca-kemerdekaan/latar-belakang-pertempuran-5-hari-di-semarang Thu, 05 Sep 2019 03:10:25 +0000 /?p=5110 Pertempuran Lima Hari di Semarang atau dalam bahasa jawa dikenal dengan istilah Pertempuran Limang Dina merupakan serangkaian pertempuran antara rakyat Indonesia melawan tentara Jepang yang menjadi bagian dari sejarah kota…

The post 3 Latar Belakang Pertempuran 5 Hari Di Semarang Singkat appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
Pertempuran Lima Hari di Semarang atau dalam bahasa jawa dikenal dengan istilah Pertempuran Limang Dina merupakan serangkaian pertempuran antara rakyat Indonesia melawan tentara Jepang yang menjadi bagian dari sejarah kota Semarang. Pertempuran ini terjadi pada masa transisi kekuasaan dari Jepang ke Belanda pada tanggal 15 – 19 Oktober 1945. Penyerahan diri Jepang terhadap sekutu pada tanggal 15 Agustus 1945 dan proklamasi kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945 maka seharusnya kekuasaan Jepang di Indonesia sudah berakhir. Mr. Wongsonegoro ditunjuk sebagai penguasa Republik di Jawa Tengah dengan Pusat pemerintahan di Semarang untuk mengambil alih kekuasaan dari Jepang dalam segala bidang. Ketika itu dibentuk Badan Keamanan Rakyat (BKR) yang kemudian menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR).

Latar Belakang Pertempuran 5 Hari Di Semarang

Latar belakang pertempuran 5 hari di Semarang berasal dari rangkaian beberapa peristiwa yang telah terjadi sebelumnya, antara lain:

  1. Pelarian tawanan Jepang

Pelucutan senjata Jepang kemudian dilakukan di beberapa wilayah tanpa kekerasan, tetapi di ibukota Semarang justru terjadi kekerasan. Kido Butai atau pusat ketentaraan Jepang di Jatingaleh Semarang tidak yakin bahwa senjata – senjata tersebut tidak akan digunakan untuk melawan Jepang, walaupun telah dijamin oleh Mr. Wongsonegoro sebagai Gubernur. Permintaan berulang untuk menyerahkan senjata hanya berhasil mengumpulkan senjata – senjata yang sudah agak usang.

Pemuda Semarang dan BKR semakin curiga ketika sekutu mendaratkan pasukannya di Pulau Jawa. Indonesia khawatir bahwa Jepang akan menyerahkan senjata kepada Sekutu dan harus mendapatkan kesempatan menyita senjata tersebut sebelum sekutu mencapai Semarang. Ketika tawanan  Jepang sedang dipindahkan dari Cepiring ke Bulu, mereka kabur dan  menggabungkan diri dengan pasukan Kidobutai.

  1. Isu Peracunan Air Minum

Setelah pelarian tawanan Jepang itu, pada 14 Oktober 1945 pukul 06.30, para pemuda diinstruksikan untuk mencegat dan memeriksa mobil Jepang yang lewat di depan RS Purusara. Sedan dan senjata milik Kempetai disita, pada sore hari tentara Jepang yang masih tersisa dijebloskan ke penjara Bulu. Pukul 18.00 pasukan Jepang yang bersenjata lengkap menyerang mendadak dan melucuti delapan anggota polisi istimewa yang sedang menjaga sumber air minum bagi warga kota di Candilama yaitu Reservoir Siranda. Kedelapan anggota polisi dibawa ke markas Kidobutai di Jatingaleh, dan tersiar kabar bahwa tentara Jepang sudah meracuni sumber air minum tersebut sehingga rakyat menjadi gelisah. Cadangan air di Candi, desa Wungkal adalah satu – satunya sumber air di Semarang pada waktu itu.

  1. Tewasnya dr. Kariadi

Setelah berita tersebut tersiar, dr. Kariadi sebagai Kepala Laboratorium RS Purusara dan berniat untuk memastikan kabar tersebut. Ia kemudian pergi kesana dalam situasi yang sangat berbahaya karena Jepang telah menyerang beberapa tempat termasuk rute menuju reservoir. Istrinya drg. Soenarti mencoba mencegah namun tidak berhasil. Dalam perjalanan menuju reservoir, mobil dr. Kariadi dicegat oleh tentara Jepang di Jalan Pandanaran dan ia ditembak bersama tentara pelajar yang menjadi supirnya. Dr. Kariadi dibawa ke rumah sakit sekitar pukul 23.30 WIB, tetapi nyawanya tidak dapat diselamatkan dan gugur dalam usia 40 tahun lebih satu bulan. Gugurnya dr. Kariadi turut menjadi salah satu latar belakang pertempuran 5 hari di Semarang.

Jalannya Pertempuran 5 Hari Di Semarang

Latar belakang pertempuran 5 hari di Semarang dimulai menjelang hari Minggu malam tanggal 15 Oktober 1945. Pada saat itu kondisi kota Semarang sangat mencekam terutama di area yang terdapat pos BKR dan para pemuda. Pasukan Pemuda yang terdiri dari beberapa kelompok yaitu BKR, Polisi Istimewa, AMRI, AMKA (Angkatan Muda Kereta Api) dan masih banyak lagi juga telah bersiaga. Markas Jepang dibantu oleh pasukan sebanyak 675 orang, yang sedang singgah ke Semarang untuk menambah logistik dalam perjalanannya dari Irian ke Jakarta. Pasukan tempur Jepang ini berpengalaman di medan perang Irian. Dengan demikian kondisinya sangat kontras dari para pejuang Indonesia yang lebih berpengalaman bertempur jika dibandingkan dengan Jepang yang persenjataannya lebih lengkap. Pasukan para pemuda belum pernah bertempur, jarang mendapatkan pelatihan militer kecuali pasukan Polisi Istimewa, anggota BKR dan eks PETA, serta hampir tidak bersenjata.

Pada tanggal 15 Oktober 1945 pukul 03.00 pasukan Kidobutai melancarkan serangan mendadak ke markas BKR Semarang. Markas tersebut menempati kompleks bekas sekolah MULO di Mugas, belakang bekas pom bensin Pandanaran. Dari sebuah bukit rendah di belakang markas itulah tiba – tiba pasukan Kidobutai menyerang dari dua arah menggunakan tembakan pelempar granat dan senapan mesin. Pasukan itu diperkirakan berjumlah 400 orang. Setelah melawan selama setengah jam, pemimpin BKR kemudian mengundurkan diri dan meninggalkan markas untuk menghindari kepungan tentara Jepang.

Mereka bergabung dengan pasukan Mirza Sidharta dan para pemuda dari Pati, lalu mengadakan serangan balasan yang sengit kepada Jepang yang telah menguasai berbagai tempat penting dalam kota. Pasukan kita menggunakan taktik gerilya kota untuk menghindari pertempuran terbuka, dengan serangan tiba – tiba dan menghilang juga secara tiba – tiba. Berkat taktik tersebut serangan kepada Jepang selalu bergantian dan bergelombang, sehingga tidak dapat diprediksi dan menyulitkan Jepang untuk menguasai kota. Sekitar 2000 tentara Jepang diperkirakan terlibat dalam latar belakang pertempuran 5 hari di Semarang tersebut menggunakan senjata – senjata modern. Pertempuran paling sering terjadi di Simpang Lima, lokasi monumen Tugu Muda saat ini yang juga berkaitan dengan sejarah Lawang Sewu sebagai saksi bisu pertempuran da salah satu bangunan bersejarah di Semarang yang masih berdiri hingga sekarang.

Puluhan pemuda yang terkepung mengalami pembantaian kejam oleh pasukan Kidobutai. Pasukan PMI juga tidak dapat bergerak leluasa untuk mengevakuasi mayat dan korban luka. Namun bala bantuan untuk pemuda kita juga terus berdatangan dari area sekitar Semarang. BKR juga berhasil mengadakan konsolidasi untuk mendapatkan bantuan dari wilayah Jawa Tengah lainnya, dan membuat keadaan berbalik menyudutkan untuk Jepang. Jepang kemudian meminta Mr. Wongsonegoro untuk menghentikan pertempuran. Gencatan senjata kemudian disetujui untuk mencegah lebih banyak lagi korban di pihak Indonesia dan mempersiapkan diri untuk kedatangan tentara sekutu. Walaupun para pemuda masih ingin menuntut balas, namun kedatangan sekutu di Semarang pada 19 Oktober 1945 mengakhiri latar belakang pertempurandi Semarang.

Pembangunan Tugu Muda

Latar belakang pertempuran 5 hari di Semarang mengilhami pendirian sebuah tugu untuk mengenang peristiwa tersebut sebagai salah satu monumen di Indonesia. Peletakan batu pertama dilakukan pada tanggal 28 Oktober 1945 oleh Mr. Wongsonegoro, Gubernur Jateng pada saat itu. Semula lokasi direncanakan di dekat alun – alun Semarang, namun karena perang melawan sekutu dan Jepang pada November 1945 maka proyek ini tidak terurus. Pada tahun 1949 ide pembangunan kembali dicetuskan oleh Badan Koordinasi Pemuda Indonesia (BKPI) tetapi belum dapat terlaksana karena masalah dana.

Pada tahun 1951, Hadi Soebeno Sosro Woedoyo sebagai walikota Semarang membentuk Panitia Tugu Muda dan mengalihkan rencana pembangunan pada lokasi pertempuran lima hari yaitu pada pertemuan jalan Pemuda, jalan Imam Bonjol, jalan dr.Sutomo dan jalan Pandanaran dengan gedung Lawang Sewu. Batu pertama kemudian diletakkan para 10 November 1951 oleh Gubernur Jateng saat itu, Boediono. Peresmian Tugu Muda dilakukan pada 20 Mei 1953 bersamaan dengan Hari Kebangkitan Nasional oleh Presiden Soekarno. Ketahui juga apa saja museum di Semarang yang bisa menjadi sumber sejarah bangsa yang bisa dikunjungi, sejarah pelabuhan di Semarang dan juga sejarah Masjid Agung Semarang.

The post 3 Latar Belakang Pertempuran 5 Hari Di Semarang Singkat appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
5 Latar Belakang Peristiwa Bom Bali Tahun 2002 /indonesia/latar-belakang-peristiwa-bom-bali Tue, 03 Sep 2019 03:08:24 +0000 /?p=5104 Peristiwa terorisme paling parah dalam sejarah Indonesia terjadi pada tanggal 12 Oktober 2002 dan merupakan suatu tragedi kemanusiaan besar di Pulau Bali. Hampir 17 tahun lalu terjadi tiga rangkaian ledakan…

The post 5 Latar Belakang Peristiwa Bom Bali Tahun 2002 appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
Peristiwa terorisme paling parah dalam sejarah Indonesia terjadi pada tanggal 12 Oktober 2002 dan merupakan suatu tragedi kemanusiaan besar di Pulau Bali. Hampir 17 tahun lalu terjadi tiga rangkaian ledakan bom pada malam hari yang meluluh lantahkan area di jantung pariwisata Indonesia tersebut. Sejarah peristiwa  bom bali mencatat adanya dua ledakan pertama terjadi di Paddy’s Club dan Sari Club di Jalan Legian, Kuta, Bali. Ledakan terakhir terjadi di kantor Konsulat Amerika Serikat yang jaraknya cukup jauh. Peristiwa itu menyebabkan 202 korban jiwa dan 209 korban luka atau cedera, kebanyakan korban adalah wisatawan asing yang sedang mengunjungi kedua klub populer tersebut.

Latar Belakang Peristiwa Bom Bali

Dua bom meledak dalam waktu yang hampir bersamaan yaitu pada pukul 23.05 WITA di Paddy’s Club dan Sari Club. Kurang lebih 10 menit kemudian, ledakan yang mengguncang Bali kembali terjadi. Ledakan tersebut terjadi di Renon, dekat kantor Konsulat Amerika Serikat, namun tidak ada korban jiwa dalam ledakan ini. Bom yang meledak di diskotek Paddy’s disimpan dalam tas punggung dan merupakan bom bunuh diri. Bom kedua disimpan di dalam mobil Mitsubishi Colt L300 yang diparkir di depan Sari Club, meledak beberapa belas detik kemudian dengan pemicu jarak jauh. Ledakan di depan Sari Club meninggalkan sisa berupa lubang sedalam 3 kaki.

  1. Latar belakang peristiwa bom di bali yang dilakukan oleh teroris menggunakan bom bunuh diri adalah untuk memberikan efek yang lebih menyeramkan kepada masyarakat. Dengan bom bunuh diri diharapkan masyarakat lebih merasakan efek ketakutan yang seharusnya sesuai dengan tujuan peledakan bom tersebut. Latar belakang peristiwa bom bali berawal dari beberapa kejadian sebelumnya.
  2. Bali dipilih sebagai lokasi bom karena Bali adalah simbol yang banyak dikenal oleh masyarakat internasional. Dengan memilih Bali sebagai lokasi pengeboman, diharapkan efek yang diinginkan akan lebih mendunia daripada jika bom diledakkan di lokasi lainnya. Banyak orang asing yang berada di Bali sehingga sasaran para teroris ditujukan kepada orang – orang asing tersebut terutama orang Amerika.
  3. Latar belakang peristiwa bom bali pertama juga berasal dari peristiwa di Poso dan Ambon. Bom bali adalah balas dendam para teroris karena dalam kedua peristiwa tersebut banyak umat muslim terbunuh akibat konflik yang terjadi. Selain itu, bom bali dilakukan untuk membela rakyat dalam sejarah perang Afghanistan atas penindasan yang dilakukan Amerika Serikat karena para teroris menganggap penyebab perang Afganistan telah sangat menindas rakyat disana.
  4. Latar belakang peristiwa bom bali terjadi juga karena para teroris menganggap bahwa Bali adalah pusat maksiat dan lokasi yang tidak sesuai dengan ajaran Islam. Para teroris secara umum memang menargetkan lokasi – lokasi yang dianggapnya menjadi pusat kemaksiatan. Walaupun mungkin memang benar banyak terjadi kegiatan maksiat di satu tempat, tapi cara pengeboman tetap tidak dapat dibenarkan karena memakan banyak korban yang tidak bersalah.
  5. Teroris memiliki paham radikal untuk menciptakan negara yang sesuai dengan yang mereka inginkan. Ketika ada kondisi yang menyimpang dari tujuan tersebut maka mereka tidak akan segan untuk menggunakan kekerasan demi mencapai tujuannya termasuk mengorbankan banyak orang dengan bom. Mereka juga menggunakan istilah jihad sebagai pembenaran akan aksi – aksi kekerasan tersebut dan menghalalkan jatuhnya korban untuk tercapainya kebaikan yang lebih besar. Ketahui juga mengenai penyebab perang Israel dan Palestina, juga mengenai penyebab perang Aleppo.

Penyusunan Rencana Pengeboman

Para pelaku pengeboman di Bali bergabung dalam Darul Islam (DI) suatu organisasi penerus Negara Islam Indonesia (NII). Pada tahun 2002, DI memisahkan diri dan mengganti namanya menjadi Jamaah Islamiyah (JI), namun mereka tetap meneruskan tujuan dari NII.Menurut Ali Imron, salah satu terpidana seumur hidup kasus bom bali I, rencananya bom akan diledakkan pada tanggal 11 September 2002 persis setahun setelah peristiwa WTC di Amerika Serikat. Pada saat perencanaan latar belakang peristiwa bom di bali di Solo tahun 2002, Imam Samudera menginginkan bom bali menjadi peringatan akan peristiwa WTC tersebut. Namun Amrozi dan Dulmatin memprotesnya karena tidak sanggup melakukan aksi dalam waktu satu bulan saja. Rapat persiapan di Jawa Barat dipimpin oleh Mukhlas dan Imam Samudra selama bulan Agustus dan September.

Latar belakang peristiwa bom bali berawal dari Ali Ghufron / Mukhlas yang pergi ke Afghanistan selama enam tahun sejak tahun 1984 – 1990. Sepulangnya dari sana, ia mengajak Amrozi saudaranya untuk melakukan aksi teror di Bali tersebut. Ali Imron, adik Amrozi juga diajak ke Solo untuk merencanakan aksi tersebut. Ada tiga bom yang akan diledakkan sesuai dengan rencana awal. Pertama adalah bom mobil yang dirakit dan berbobot mencapai satu ton, lalu bom motor seberat 50 kilogram dan bom rompi. Imam Samudera diangkat sebagai pemimpin lapangan.

Ali Imron dan yang lainnya berangkat ke Denpasar, Bali pada 8 September 2002 untuk mencari lokasi peledakan bom. Kawasan Kuta disurvei untuk mencari lokasi mana yang paling banyak dikunjungi oleh turis asing, dan Sari Club dipilih sebagai lokasi pertama dengan persetujuan Imam Samudera. Bahan peledak dikirim dari Jawa menuju Denpasar pada tanggal 8 – 16 September 2002 sehingga terkumpul satu ton lebih. Bom mulai diracik pada taggal 17 – 20 September 2002. Ali Imron membeli mobil dari rekannya di Lamongan dan mobil tersebut dibawa ke Bali untuk diisi bom.

Amrozi bin Nurhasyim sebagai salah satu tersangka kunci ditangkap pada 5 November 2002 di rumahnya di Desa Tenggulun, Lamongan, Jawa Timur. Begitu pula dengan 10 orang lainnya yang diduga juga terlibat ditangkap di sejumlah lokasi berbeda di Pulau Jawa. Pada tanggal 10 Novemner 2002 lima orang tim inti pengeboman akhirnya dibeberkan oleh Amrozi. Mereka adalah Ali Imron (adik Amrozi), Ali Fauzi (saudara Amrozi lain ibu), Qomaruddin yang menjadi eksekutor di Sari Club dan Paddy’s. M. Gufron, kakak Amrozi dan Mubarok membantu menyiapkan peledakan sedangkan kakak tiri Amrozi bernama Tafsir juga diburu polisi. Imam Samudra ditangkap pada 26 November 2002 di dalam bus Kurnia yang berada di kapal Pelabuhan Merak, hendak melarikan diri ke Sumatera. Ali Gufron ditangkap pada 3 Desember 2002 di Klaten, Jawa Tengah. Ketahui juga mengenai penyebab perang arab saudi dan yaman serta penyebab perang ambon.

Tim investigasi gabungan polisi RI dan Australia pada 18 Desember 2002 membuka dan membeberkan Dokumen Solo milik Ali Gufron yang isinya mengenai tata cara membuat senjata, racun, dan perakitan bom. Selain itu juga memuat buku – buku mengenai Jamaah Islamiyah (JI), topografi suatu daerah dan sejumlah rencana aksi teroris. Amrozi divonis mati pada 7 Juli 2003, menyusul Imam Samudra pada 10 September 2003, dan Ali Gufron pada 2 Oktober 2003. Ketiganya dipindahkan ke Nusakambangan pada 11 Oktober 2005, dan eksekusi mati dilakukan pada 8 November 2008  dini hari dengan cara ditembak.

Saat ini perekonomian Bali yang terpuruk akibat peristiwa tersebut telah kembali pulih dan mulai meroket. Di lokasi ledakan dibangun monumen untuk mengenang latar belakang peristiwa bom bali tersebut dan kini kerap dijadikan lokasi selfie para wisatawan, yang tidak sepenuhnya mengerti akan efek yang masih tersisa hingga saat ini dari peristiwa tersebut. Para korban selamat ada yang masih mengalami trauma psikis dan bahkan cacat fisik akibat peristiwa tersebut. Masih ada korban yang hingga kini masih bergulat dengan keterbatasan fisik karena peristiwa itu tanpa adanya bantuan yang memadai untuk dapat melanjutkan masa depannya secara mandiri.

The post 5 Latar Belakang Peristiwa Bom Bali Tahun 2002 appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>