Museum Tsunami Aceh merupakan museum yang dibangun untuk mengingatkan generasi mendatang atas kejadian bencana gempa dan tsunami di Samudera Hindia pada tanggal 26 Desember 2004. Selain itu juga bisa sebagai pusat pendidikan dan tempat perlindungan bencana alam jika daerah ini terkena tsunami lagi serta sebagai simbol kekuatan masyarakat Aceh ketika menghadapi bencana tsunami yang mengguncang lima belas tahun yang lalu.. Pendirian ini dirintis oleh Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Aceh-Nias.
Untuk menuju Museum Tsunami Aceh cukup mudah. Sesuai namanya, museum ini terletak di Banda Aceh. Tepatnya di Lapangan Blang Padang dan berbtasan langsung dengan Kuburan Kerkhoff. Buka setiap hari mulai pukul sepuluh pagi hingga dua belas malam dan pukul tiga sore hingga lima sore.
Museum Tsunami Aceh dinobatkan oleh Komunitas Jejak Langkah Sejarah sebagai museum paling populer di Indonesia. Mengalahkan empat ratus nominasi museum yang berdiri di Indonesia. Enam kategori yang dilombakan yaitu museum lestari, museum cerdas, museum unik, museum bersahabat museum kreatif dan museum populer dan Museum Tsunami Aceh memenangkan semuanya. Selain itu, Museum Tsunami Aceh memiliki frekuensi kunjungan yang tinggi. Di hari kerja biasanya mencapai dua ribu hingga tiga ribu pengunjung. Kalau di hari libur bisa mencapai enam ribu orang. Pengunjung tidak hanya orang Indonesia, tapi juga ada dari mancanegara. Ketahui pula mengenai Sejarah Perang Aceh Melawan Belanda.
Sejarah Museum Tsunami Aceh
Daerah atau wilayah Aceh adalah daerah yang rawan terjadi gempa. Karena area ini berada di tepian benturan antara lempengan Benua Asia dan lempengan Samudera Hindia. Para ahli gempa bumi memiliki catatan atau rekam jejak gempa yang pernah terjadi di wilayah ini magnitude yang besar. Sejarah gempa tidak hanya ratusan tahun yang lalu. Para ahli menduga ada aktivitas gempa beberapa abad yang lalu di wilayah ini. Ini dibuktikan dengan rumah panggung khas Aceh dengan bahan yang bisa menahan goncangan gempa.
Serta Kerajaan Samudra Pasai yang didirikan jauh dari pantai. Ini membuktikan bahwa nenek moyang bangsa Indonesia khususnya di Aceh sudah siap siaga akan terjadinya gempa. Yang terbaru dan yang kita ketahui adalah gempa bumi Samudra Hindia pada tahun 2004. Gempa bumi Samudra Hindia 2004 terjadi pada pukul delapan lebih lima puluh delapan menit. Episenter berada di pesisir barat atau lepas pantai Sumatra. Kekuatan gempa cukup tinggi yaitu mencapai skala 9,1 hingga 9,3 menurut satuan intensitas Mercalli. Gempa terjadi selama 8,3 hingga 10 menit. Ketahui pula mengenai Peninggalan Kerajaan Aceh.
Anda bisa menilai, skala 9,1 hingga 9,3 menjelaskan bahwa gempa bumi sangat besar sehingga tercatat sebagai gempa bumi terbesar ketiga sepanjang sejarah setelah gempa bumi Valdivia di Chili pada tanggal 22 Mei 1960 (kekuatan 9,4 hingga 9,6) dan gempa bumi Alaska di Amerika Serikat pada tanggal 27 Maret 1964. Saking kuatnya, gempa bumi Samudra Hindia ini membuat planet bergetar satu centimeter dan memicu gempa bumi di Alaska. Energi yang dilepaskan sebesar 1,1×1017 Joule atau setara dengan 26 megaton TNT atau setara dengan 1500 kali bom atom Hiroshima.
Gempa bumi yang muncul adalah jenis megathrust bawah laut yang terjadi karena Lempeng Burma mendorong Lempeng Hindia ke bawah. Atau dengan kata lain tumbukan antar lempeng bumi. Dorongan antar dua lempeng ini mengakibatkan tsunami raksasa yang menghantam semua pesisir daratan yang berbatasan langsung dengan Samudra Hindia. Tinggi tsunami mencapai seratus kaki atau tiga puluh meter. Korban total mencapai 230000 hingga 280000 jiwa dari 14 negara dan pemukiman di pesisir tenggelam ditelan tsunami.
14 negara tersebut adalah Indonesia, Sri Lanka, India, Thailand, Maladewa, Malaysia, Myanmar, Madagaskar, Somalia, Kenya, Tanzania dan Afrika Selatan. Tapi dampak yang paling parah adalah Indonesia. Kerugian materiil karena tsunami diperkirakan hampir mencapai tiga milyar dollar. Kejadian ini direspon oleh para dermawan dari seluruh dunia dengan donasi total mencapai 14 miliar dollar. Kalangan peneliti menyebut bencana ini sebagai gempa bumi Sumatra-Andaman. Beberapa kalangan lain juga memberi julukan seperti tsunami Samudra Hindia 2004, tsunami Indonesia, tsunami Asia Selatan, tsunami Natal (karena terjadi setelah hari natal) dan tsunami Boxing Day.
Pembangunan Museum Tsunami Aceh
Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Nanggroe Aceh Darussalam-Nias yang dibantu oleh Ikatan Arsitek Indonesia cabang Nanggroe Aceh Darussalam mengadakan sayembara pembuatan desain museum yang membahas tsunami dengan hadiah sebeasar Rp 275 juta. Dan yang memenangkan sayembara desain Sejarah Museum Aceh dirancang yaitu arsitek Indonesia dari Institut Teknologi Bandung. Kita mengenal arsitek itu sebagai Mantan Walikota Bandung dan sekarang menjabat sebagai Gubernur Jawa Barat yaitu Ridwan Kamil. Pembangunan memakan dana sebanyak 140 milyar rupiah dan berdiri di atas lahan seluas 2500 m2. Anggaran dibantu oleh Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral dan pembangunan dimulai pada tahun 2007. Begitu selesai langsung diresmikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 27 Februari 2009. Pengelolaan museum diurus oleh Pemerintah Kota Banda Aceh dan sebelumnya juga sudah menyediakan lahan.
Koleksi Museum Tsunami Aceh
Museum Tsunami Aceh memiliki beberapa koleksi yang membahas kejadian Tsunami di Samudera Hindia yang terjadi pada tahun 2004. Koleksi total mencapai 55 unit yang terdiri dari 22 alat peraga, 26 foto dan 7 maket. Kejadian ini dijelaskan oleh simulasi elektronik di bioskop mini. Selain itu juga ada foto-foto korban tsunami dan beberapa cerita dari beberapa orang yang berhasil bertahan hidup dari bencana tsunami. Lalu juga ada pembangunan Aceh setelah bencana selesai di ruang pameran temporer. Bagian dalam dihias dengan kolam yang sangat indah, luas dan dihiasi oleh jembatan. Ketahui pula mengenai Sejarah Kerajaan Aceh.
Interior dan eksterior Museum Tsunami Aceh sangat indah dan berseni. Temboknya berkelok dan penuh dengan relief geometrik. Ketika masuk, pengunjung memasuki koridor gelap dan sempit sepanjang 30 meter di antara dua dinding air setinggi 22 meter. Dibentuk seperti ini dengan tujuan agar pengunjung merasakan panik saat tsunami menerjang. Dinding museum dihiasi oleh orang-orang yang melakukan Tari Saman. Tari Saman adalah tarian dari budaya rakyat Aceh yang merupakan simbol dari kekuatan, disiplin dan kepercayaan religius. Di atap museum, atapnya dihias sedemikian rupa agar menyerupai tsunami.
Lantai bawahnya dirancang seperti rumah tradisional Aceh yang sedikit tinggi yang bertujuan untuk menyelamatkan diri dan tempat berlindung dari tsunami. Museum Tsunami Aceh memiliki empat lantai dan lantai tertinggi digunakan untuk penyelamatan. Jika dilihat dari atas, museum ini berbentuk seperti kapal. Kemudian pengunjung masuk ke Ruang Kenangan. Ruang Kenangan ini menampilkan foto dan gambar korban tsunami. Dibantu oleh 26 monitor dan 40 gambar yang ditampilkan dalam slide seperti power point. Ketahui pula mengenai Sejarah Kesultanan Aceh Darussalam.
Museum Tsunami Aceh juga mencatat nama-nama korban dan nama-nama orang yang selamat. Pencatatan dilakukan di dinding Ruang Sumur Doa. Pengunjung akan memasuki Ruang Sumur Doa setelah melalui Ruang Kenangan. Ada sekitar dua ribu nama orang yang menjadi korban tsunami. Esensi ruangan ini adalah kuburan massal bagi korban tsunami.
Memasuki lantai dua, pengunjung akan melewati lorong kebingungan dan jembatan. Di jembatan akan terlihat kondisi lantai satu yang merupakan tempat terbuka dengan kolam di bagian tengah. Serta ada prasasti berbentuk batu bulat yang bertuliskan beberapa negara yang membantu ketika tsunami menenggalamkan Aceh. Coba lihat ke atas jembatan maka terlihatlah bendera dari negara-negara yang membantu Aceh.
Lantai tiga penuh dengan media edukasi. Seperti perpustakaan, alat peraga dan panel edukasi. Pengunjung juga bisa belajar dengan bantuan alat empat dimensi. Selain itu, museum juga memberikan tempat perlindungan atau pengungsian jika sesuatu yang sama terjadi lagi. Seperti bukit penyelamatan untuk pengunjung. Ketahui pula mengenai Silsilah Kerajaan Aceh.
Edukasi Sejarah Museum Tsunami Aceh
Pihak pengelola Museum Tsunami Aceh pernah mengadakan edukasi tentang Smong. Smong adalah istilah tradisional rakyat dari Pulau Simeulue di Aceh yang merujuk ke gelombang laut raksasa yang menghantam tanah Aceh setelah gempa bumi besar menyerang. Kata Smong ini diambil dari Bahasa Devayan yang merupakan bahasa asli milik rakyat Simeulue. Kearifan lokal ini semakin populer ketika diketahui jumlah korban dari Simeulue yang cukup sedikit setelah Aceh dihantam tsunami pada tahun 2004. Padahal titik episentrum cukup dekat dengan rakyat Simeulue. Setelah dipelajari, ternyata Simeulue sudah pernah dihantam tsunami pada 4 Januari 1907. Sehingga istilah Smong sudah diwariskan secara turun- temurun dari generasi ke generasi dalam bentuk syair.
Syair dari leluhur suku Simeulue merupakan peringatan akan datangnya tsunami. Berikut adalah syairnya dalam Bahasa Indonesia:
Dengarkan satu cerita
Di zaman dulu
Satu desa tenggelam
Begitulah cerita mereka
Dimulai oleh gempa
Diikuti oleh gelombang yang sangat besar
Tiba-tiba
Kalau gempanya kuat
Diikuti surutnya air
Cari segera
Tempat yang tinggi
Itu disebut smong
Sejarah leluhur kita
Ingatlah ini selalu
Nasihat dan pesannya
Demikian informasi tentang sejarah Museum Tsunami Aceh. Sejarah Museum Tsunami Aceh perlu diketahui karena penting sebagai pengingat dan pendidik akan bencana alam yang terjadi pada tahun 2004 serta sebagai tempat penyelamatan dan pengungsian jika terjadi bencana serupa di masa depan. Museum ini cocok untuk dikunjungi sebagai wisata edukasi yang menjelaskan bencana alam yang memakan banyak korban. Semoga informasi Museum Tsunami Aceh ini bermanfaat.
Selain museum tsunami aceh, masih banyak museum lain di Indonesia yang cocok sebagai wisata keluarga dan wisata edukasi. Contohnya seperti sejarah Museum Affandi, sejarah Museum Al-Quran di TMII, sejarah Museum Linggarjati Cirebon, sejarah Museum Bajra Sandhi, sejarah Museum Nasional, sejarah Museum Bank Indonesia, sejarah Museum Loka Jala Crana Surabaya, sejarah Museum Sangiran, sejarah Museum Adityawarman dan sejarah Museum Ambarawa. Semua museum tersebut menyajikan banyak edukasi untuk kita.