Salah satu zaman pada masa prasejarah terjadi pada zaman batu, diantaranya adalah zaman Megalitikum. Nama Megalitikum atau zaman batu besar berasal dari kata Mega yang artinya besar dan Lihikum/Lithos yang berarti batu. Dinamakan zaman batu besar karena dalam sejarah manusia purba, manusia yang hidup pada masa itu menggunakan batu berukuran besar sebagai peralatan kesehariannya. Zaman ini berkembang sejak akhir masa Neolithikum. Ciri – ciri zaman megalitikum terdapat pada fosil – fosil yang ditemukan, yang mengungkap bahwa manusia purba pada zaman itu sudah mengenal pembagian kerja, memiliki pemimpin atau kepala suku, juga telah mengenal dan memanfaatkan logam untuk peralatan sehari – hari, dan sudah menerapkan sistem cocok tanam, memiliki norma – norma dan sistem hukum rimba (primus interprecis) yaitu memilih pemimpin yang terkuat.
Manusia purba yang menghuni zaman ini dan membuat berbagai hasil karya untuk menunjang keperluan hidupnya adalah Meganthopus Paleojavanicus, Pithecanthropus Erectus, Pithecanthropus Mojokertensis, dan Pithecanthropus Soloensis. Bukti – bukti peninggalan prasejarah zaman Megalitikum yang masih dapat dijumpai sampai sekarang turut memberi penegasan mengenai keberadaan zaman ini dan penghuninya.
1. Dolmen
Dolmen adalah bangunan yang terbuat dari batu berbentuk besar, pipih dan horizontal digunakan sebagai tempat untuk sesaji dan tempat pemujaan terhadap nenek moyang yang terkadang juga berfungsi sebagai penutup sarkofagus. Dolmen biasanya diletakkan di lokasi yang dianggap keramat atau di tempat dimana kerap dilakukan upacara pemujaan terhadap leluhur purba. Terkadang di bawah dolmen digunakan sebagai tempat untuk meletakkan mayat agar tidak dimakan oleh binatang buas. Penemuan dolmen sebagai peninggalan prasejarah zaman Megalitikum banyak ditemui di Besuki, Jawa Timur yang dikenal dengan nama pandhusa.
2. Kubur Batu
Peninggalan zaman Megalitikum ini adalah tempat menyimpan jenazah yang terbuat dari batu, biasanya digunakan sebagai tempat penguburan atau stonecists untuk para tetua di lingkungan masyarakat masa megalith. Bentuknya menyerupai bangunan kuburan yang bisa dilihat pada masa sekarang. Sebagian besar dari kubur batu yang ditemukan terletak membujur dari arah timur ke barat. Kubur batu banyak ditemukan di Bali, Pasemah (Sumsel), Wonosari (Yogyakarta), Cepu (Jawa Tengah) dan Cirebon (Jawa Barat). Ketahui juga mengenai kebudayaan zaman neolitikum, hewan prasejarah paling mengerikan, fosil di Indonesia dan zaman kuarter.
3. Sarkofagus
Sarkofagus merupakan peninggalan prasejarah zaman Megalitikum berupa peti jenazah mirip dengan alat kubur batu, hanya saja bentuknya lebih menyerupai palung atau lesung terbuat dari batu utuh dan memiliki penutup. Di dinding muka sarkofagus biasanya terdapat ukiran manusia atau binatang yang dianggap memiliki kekuatan magis pada waktu itu. Penemuan sarkofagus di Indonesia banyak ditemukan di Bali dan Bondowoso (Jawa Timur).
4. Punden Berundak
Bangunan yang disusun secara bertingkat ini dimaksudkan untuk melakukan pemujaan terhadap roh nenek moyang dan kemudian menjadi konsep dasar dari candi – candi pada masa Hindu – Budha. Struktur dasar dari punden berundak ditemukan pada situs – situs purbakala yang berasal dari periode kebudayaan Megalith – Neolitikum pada masa pra Hindu – Buddha masyarakat Astronesia. Juga ditemukan bahhwa punden berundak juga telah digunakan pada bangunan – bangunan dari periode selanjutnya hingga masuknya Islam ke Nusantara. Penyebaran punden berundak tercatat mulai Nusantara hingga Polinesia, walaupun pada kawasan Polinesia berupa struktur yang dikenal dengan nama Marae oleh orang Maori, tidak selalu berupa undakan. Contoh punden berundak digunakan pada Candi Borobudur, Candi Ceto dan kompleks pemakaman raja – raja Mataram di Imogiri.
5. Menhir
Menhir adalah salah satu peninggalan sejarah berupa tugu batu yang tegak dan sengaja ditempatkan di satu lokasi untuk memperingati orang yang sudah meninggal. Batu ini menjadi media penghormatan dan lambang untuk orang – orang yang meninggal tersebut. Batuan menhir serupa dengan dolmen dan cromlech, berasal dari periode Neolitikum yang banyak ditemukan di Perancis, Inggris, Irlandia, Spanyol dan Italia. Menhir juga disebut sebagai megalith atau batu besar karena ukurannya tersebut. Situs menhir dipercaya para ahli digunakan untuk tujuan religius dan bermakna simbolis untuk menyembah nenek moyang.
6. Arca Batu
Di beberapa area wilayah Indonesia banyak ditemukan arca batu, diantaranya di Pasemah, Sumatera Selatan dan Sulawesi Tenggara. Bentuknya dapat menyerupai binatang atau manusia yang berciri negrito. Di Pasemah terdapat arca yang dinamakan Batu Gajah, yaitu sebongkah batu besar bulat yang diatasnya ada pahatan wajah manusia. Kemungkinan pahatan tersebut adalah perwujudan dari nenek moyang yang kerap menjadi objek pemujaan. Arca dalam agama Hindu sama dengan Murti atau Murthi, merujuk pada citra yang menggambarkan roh atau jiwa Ketuhanan (Murta). Murti adalah wujud dari aspek Ketuhanan atau dewa – dewi, yang fungsinya menjadi sarana untuk berkonsentrasi kepada Tuhan dalam kegiatan pemujaan.
7. Waruga
Peninggalan prasejarah zaman Megalitikum ini adalah kubur batu yang tidak bertutup dan banyak ditemukan pada situs di Gilimanuk, Bali. Waruga adalah kubur dari leluhur orang Minahasa yang terbuat dari batu dan terdiri dari dua bagian, yang atas berbentuk seperti segitiga mirip dengan bubungan atap rumah dan bagian bawahnya berbentuk kotak dengan ruang di tengahnya.
8. Batu Lumpang
Peninggalan ini adalah struktur batu yang di tengahnya terdapat cekungan dari hasil kebudayaan Megalitikum. Dikenal juga sebagai batu berlubang, fungsinya sebagai alat upacara untuk arwah para leluhur dan digunakan dalam pembuatan makanan untuk persembahan kepada leluhur. Lokasi penemuan batu lumpang berada di Situs Pasir Lulumpang di Garut dan Situs Patakan di Lamongan, Jawa Tengah.
9. Batu Dakon
Dikenal juga sebagai batu congklak, batu dakon adalah prasasti yang terbuat dari batu. Batu ini memiliki beberapa cekungan pada permukaan bagian atasnya. Batu dakon antara lain ditemukan di Bogor dan Purbalingga. Ketahui juga mengenai jenis – jenis manusia purba di Indonesia dan fungsi artefak.
10. Batu Kenong
Hasil dari kebudayaan Megalitik ini berupa batu berbentuk silinder atau bulat dan memiliki tonjolan di bagian atas. Bentuknya mirip dengan musik gamelan kenong, dan ditemukan di Bondowoso serta Kreongan Jember. Ketahui juga mengenai zaman logam besi.
Situs Megalitikum Indonesia
Beberapa peninggalan prasejarah zaman Megalitikum bisa dilihat dari berbagai situs yang ada di Indonesia, antara lain:
- Situs Pasemah – Lokasi situs ini berada di kawasan Dataran Tinggi Pasemah, Pegunungan Bukit Barisan, Sumatera Selatan. Terdapat dua batu yang mencolok di situs ini, yaitu batu berbentuk manusia bertubuh tambun yang sedang membungkuk, kepalanya menghadap ke depan dengan posisi agak menengadah. Sedangkan batu satunya berbentuk gajah. Ada juga arca batu besar, alat – alat batu, tembikar, bilik batu dan menhir.
- Situs Gunung Padang – Situs ini terletak di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat dan merupakan salah satu situs peninggalan prasejarah zaman Megalitikum terbesar di Asia Tenggara. Tinggi dan luas situs Gunung Padang yang pertama kali ditemukan pada 1914 oleh Belanda diperkirakan melebihi Candi Borobudur dan lebih tua daripada Piramida Giza. Konon dipercaya bahwa situs ini adalah salah satu dari tahta Prabu Siliwangi yang memerintah Pajajaran.
- Situs Kampung Bena, NTT – Kampung Bena terletak di Kabupaten Benawa, Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur adalah daerah permukiman yang sudah ada sejak zaman Megalitikum dan masih bertahan sampai sekarang. Masyarakatnya bahkan masih mempraktikkan tradisi dan budaya yang ada sejak 1200 tahun lalu di kampung yang dikelilingi Gunung Inerie ini. Penduduk yang tinggal di Kampung Bena terbagi menjadi 9 klan yaitu Dizi, Dizi Azi, Wahtu, Deru Lalulea, Deru Solamae, Ngada, Khopa, Ago dan Bena yang menjadi pendiri kampung. Setiap klan hidup di tingkat yang berbeda dengan klan Bena yang dianggap sebagai klan paling tua di tengah. Rumah tradisional penduduk berjumlah 40 buah mengelilingi sebuah struktur dari batu.