Museum militer yang berlokasi di Malang, Jawa Timur ini pendiriannya telah diusahakan sejak tahun 1962 oleh Brigjen TNI Purn Soerachman, mantan Pangdam V Brawijaya pada 1959 – 1962. Pemerintah kota Malang kemudian mendukung pembangunan gedung museum dengan menyediakan tanah seluas 10.500 meter persegi. Dukungan biaya dalam sejarah museum Brawijaya sebagai salah satu museum di Malang juga datang dari Sdr. Martha, pemilik hotel di Tretes, Pandaan. Museum diarsiteki oleh Kapten Soemadi dan dibangun pada 1967 hingga 1968.
Namanya ditetapkan berdasarkan Keputusan Pangdam V Brawijaya tanggal 16 April 1968 dan diresmikan pada tanggal 4 Mei 1968 di Jalan Ijen no.25 A, Gading Kasri, Klojen, Malang, Jawa Timur. Koleksi museum Brawijaya Malang adalah benda – benda bersejarah hasil perjuangan pada masa Agresi Militer I dan II dari Malang dan sekitarnya seperti Surabaya dan Bondowoso, Koleksi museum Brawijaya Malang dipamerkan dalam beberapa lokasi terpisah seperti berikut ini.
Koleksi Museum di Halaman Depan
Halaman depan dari museum berupa taman senjata yang dinamakan Agne Yastra Loka, yang arti bebasnya sebagai tempat atau taman (loka) senjata (yastra) yang didapatkan dari api (agne) pada revolusi 1945. Benda – benda koleksi museum Brawijaya Malang yang dipamerkan di halaman depan yaitu:
- Tank buatan Jepang tipe 97 Chi-Ha/ShinHoTo Chi-Ha yang didapatkan dari rampasan arek – arek Suroboyo pada Oktober 1945, yang dipakai oleh rakyat Surabaya untuk melawan sekutu dalam peristiwa 10 November 1945.
- Senjata Penangkis Serangan Udara (PSU) yang dikenal dengan nama Pompom Double Loop/Tipe 96 25 mm anti pesawat/anti tank yang direbut oleh pemuda BKR dari tentara Jepang dalam pertempuran di bulan September 1945. BKR kemudian menggunakannya untuk mempertahankan kemerdekaan dari serangan sekutu dan Belanda. Pada pertempuran di bagian barat Bangkalan, senjata ini berhasil menembak jatuh dua pesawat tempur Belanda.
- Meriam 3,7 inci / QF 3.7 inch AA bernama si Buang yang dirampas dari Belanda pada 10 Desember 1945 oleh pasukan TKR dan laskar pejuang lainnya di pos pantai Desa Betering. Pertempuran sengit yang berlangsung hampir selama 6 jam tersebut memakan korban jiwa seorang prajurit bernama Kopral Buang. Meriam ini diberi nama Buang untuk mengenang jasa – jasanya.
- Tank amfibi AM Track (LVT) yang pernah digunakan tentara Belanda untuk menduduki Malang pada masa Perang Kemerdekaan I. Perlawanan sengit dari pejuang TRIP di Jalan Salak dan sekitar lapangan pacuan kuda yang sangat minim persenjataannya mengakibatkan 35 orang gugur, dan dikuburkan dalam kuburan massal di sebelah utara ujung timur Jalan Salak. Tempat ini sekarang dikenal sebagai Taman Makam Pahlawan Trip Bandung.
- Patung jenderal Sudirman menjadi salah satu koleksi museum Brawijaya Malang di halaman depan untuk mengenang jasa – jasanya. Ketahui juga mengenai sejarah museum angkut dan macam koleksi museum angkut Malang.
Koleksi Museum di Ruang Lobi dan Tengah
Ruangan ini letaknya berada di antara Ruang Koleksi I dan Ruang Koleksi II, memamerkan dua relief dan dua perangkat lambang – lambang Kodam/Kotama TNI AD di Indonesia.
- Relief yang terletak di sebelah selatan melukiskan wilayah kekuasaan Majapahit dan pahatan perahu Hongi untuk menggambarkan kekuatan armada laut Majapahit sehingga berhasil mempersatukan Nusantara. Ada pula pahatan Raden Wijaya dalam bentuk Harihara.
- Relief di sebelah utara menunjukkan daerah – daerah penugasan pasukan Brawijaya untuk menegakkan kemerdekaan, membasmi gerakan separatis dan gerombolan pengacau keamanan, juga tugas di dunia internasional sebagai pasukan perdamaian dan keamanan PBB di luar negeri.
- Di halaman tengah terdapat koleksi salah satu dari tiga Gerbong Maut seri GR 10152 yang menjadi ikon museum dan Perahu Segigir yang dibuat oleh seorang warga bernama Makiya dan digunakan dalam perjuangan melawan Belanda.
Ruang Koleksi I
Ruangan ini memamerkan benda – benda koleksi dari tahun 1945 – 1949 yaitu:
- Foto – foto panglima Kodam di Jawa Timur sejak 1945 hingga saat ini.
- Burung merpati pos yang pernah menjadi kurir pos di daerah Komando Ronggolawe, Lamongan/Bojonegoro dengan front Surabaya pada 1946.
- Termos yang dibuat dari tempurung kelapa yang pernah digunakan oleh tentara PETA pada masa penjajahan Jepang di Indonesia.
- Pedang samurai sebagai perlengkapan perwira Jepang yang direbut oleh TKR di perkebunan Ngrakah, Sepanon, Kabupaten Kediri. Ada pula meja dan kursi yang digunakan untuk perundingan gencatan senjata antara TKR dengan sekutu di Surabaya pada 29 Oktober 1945. Pada saat itu Indonesia diwakili Bung Karno dan Sekutu oleh Brigjen Havtorn dan Mallaby. Ada pula senjata buatan pabrik senjata di Mrican, Kediri tahun 1945 – 1946.
- Alat komunikasi atau radio yang pernah digunakan oleh Denhub Brawijaya pada 1945 – 1946.
- Lukisan pertempuran Surabaya pada 10 November 1945.
- Senjata hasil rampasan, peta pendudukan musuh, kantong – kantong gerilya, garis pertahanan TKR, peta perang kemerdekaan I pada 21 Juli 1947.
- Peta perang kemerdekaan II pada 19 Desember 1948
- Peralatan yang digunakan oleh Jenderal Sudirman ketika memimpin gerilya di Desa Loceret, Bajulan, Nganjuk.
- Peta rute gerilya Jenderal Sudirman, alat – alat kesehatan yang digunakan dr. Harjono yang gugur dalam pertempuran dengan Belanda di Krian, Mojokerto pada 1948.
- Pakaian dan mantel Letkol dr. Soebandi, dokter Brigade III/Damarwulan yang merangkap Resimen Militer Jember.
- Peralatan Kapten Soemitro dalam perang kemerdekaan di Nongkojajar, Pasuruan pada 1948.
- Mata uang yang berlaku di Indonesia pada masa revolusi.
- Senjata peninggalan TRIP yang digunakan di pertempuran Gunungsari pada 28 November 1945.
- Mobil berjenis sedan buatan pabrik Desoto USA tahun 1941 yang digunakan Kolonel Sungkono, Panglima Divisi I/Jawa Timur pada 1948.
- Panji / lambang kesatuan dari Kodam VIII Brawijaya pada 1945.
Koleksi Berupa Lukisan
Lukisan – lukisan ini terdapat di Ruang Koleksi I museum Brawijaya Malang.
- Lukisan pakaian seragam PETA, HEIHO dan pejuang, lukisan Pamen, Pama, Bintara dan Tamtama dari prajurit PETA.
- Lukisan ketika Jenderal Sudirman mengadakan inspeksi pasukan di Malang dalam rangka persiapan untuk pemulangan tawanan perang Jepang.
- Lukisan pertempuran ketika Brigjen Mallaby terbunuh di depan Gedung Internatio, Jembatan Merah, Surabaya pada 30 Oktober 1945.
- Lukisan pertempuran yang bertempat di depan Gedung Kempetai
- Lukisan pemberangkatan tawanan Jepang di stasiun KA Malang Selatan atau Stasiun Kota Lama pada 1945.
- Lukisan pemberangkatan tawanan Jepang menuju Pulau Galang pada 1945 melalui Pelabuhan Probolinggo.
- Lukisan penyerahan samurai dari Brigjen Wabe Sigewa ke Jenderal Sudirman pada 28 April 1946 di Malang.
Ruang Koleksi II
Koleksi museum Brawijaya Malang di ruangan ini berupa benda – benda yang berasal dari tahun 1950 – 1976.
- Peta kota Malang dan juga perkembangan kota.
- Foto – foto Burgemester dan walikota Malang sejak zaman Belanda hingga sekarang.
- Meriam dan senjata bejana besi yang dirampas dari PRRI/Permesta.
- Komputer pertama yang digunakan oleh Jawatan Keuangan, Kodam V Brawijaya.
- Maket patung Raden Wijaya sebagai Prabu Brawijaya, teks Sapta Marga dan sumpah prajurit yang terbuat dari marmer.
- Peta penugasan pasukan Brawijaya dan alat musik yang pernah digunakan Detasemen Musik Kodam V Brawijaya.
- Peralatan perang yang digunakan untuk merebut Irian Barat melalui Operasi Trikora pada 19 Desember 1961.
- Peralatan tradisional dari Irian Jaya
- Lukisan timbul Mayjen Soeharto sebagai Panglima Mandala pada peristiwa perebutan Irian Barat.
- Atribut kapten dr. Arjoko dari Jawatan Kesehatan Kodam V/Brawijaya yang gugur di Irian Jaya karena pesawatnya jatuh di Ganyem, Papua pada Maret 1964.
- Bendera Katanga dan pakaian seragam tentara Papua yang dibuat oleh Belanda.
- Meja dan lilin yang dulu digunakan oleh sesepuh Brawijaya untuk asas pembinaan keluarga besar Brawijaya pada 1966 di Candi Panataran.
- Peralatan topografi yang digunakan oleh Brigade Topografi Angkatan Darat pada 1945.
- Senjata hasil rampasan dalam Operasi Trisula untuk membasmi sisa – sisa komunis di Blitar pada 1968.
- Senjata hasil rampasan Operasi Seroja di Timor Timur pada 1975 – 1976 oleh Pasukan Brawijaya
- Album berisi nama prajurit Brigif 2 Dharma Yudha yang gugur di operasi Seroja
- Bendera Portugal yang dirampas Brigif Linud 18 pada Operasi Seroja
- Mata uang Jepang yang beredar di Indonesia, patung burung elang sebagai lambang satuan Brigif 10 yang kemudian dilikuidasi pada 1975.
- Piala serta tanda penghargaan dari satuan Kodam Brawijaya yang dilikuidasi.
Untuk melihat koleksi museum Brawijaya Malang bisa dilakukan setiap hari pukul 08.00 – 14.30 WIB kecuali Jumat tutup pukul 11.30, Sabtu dan Minggu tutup lebih awal pukul 13.00. Harga tiket masuk sekitar 3000 rupiah. Lokasi museum berada di pinggir jalan raya sehingga mudah diakses dengan angkutan umum berkode ADL atau AL dari Stasiun Kota Baru Malang. Ketahui juga mengenai candi di Malang seperti sejarah candi Kidal dan sejarah candi Jago.