Banyak sekali objek wisata di Yogya yang membuat para wisatawan tertarik untuk berkunjung kesana. Tidak hanya terkenal dengan produksi batik dan bakpia, Yogyakarta juga memiliki banyak tempat wisata alam seperti candi di Yogyakarta, sejarah situs Ratu Boko, bahkan sejarah gudeg dan juga wisata ilmu pengetahuan dan sejarah seperti sejarah candi kalasan yang akan berguna bagi para pelajar. Museum Dirgantara di Yogya merupakan bagian dari salah satu tujuan wisata tersebut yang banyak mendapatkan pengunjung terutama pada musim liburan, yang bertujuan untuk memperkenalkan perangkat – perangkat yang dimiliki TNI AU serta sejarahnya.
Tempat ini merupakan museum yang memiliki daya tarik tinggi bagi para wisatawan karena apa yang akan dilihat didalamnya sangat menarik dan sama sekali tidak membosankan seperti dugaan orang awam mengenai sebuah museum. Museum ini sangat cocok untuk dikunjungi oleh Anda yang menyukai dunia penerbangan atau aviasi karena museum ini menampilkan berbagai koleksi lengkap dari dunia penerbangan militer dan dirgantara. Pengunjung akan dapat melihat berbagai pesawat hebat yang digunakan pada masanya dulu, termasuk pesawat tempur dan pesawat angkut yang pernah digunakan dan dimiliki TNI AU.
Sejarah Museum Dirgantara di Yogyakarta
Museum yang sebelumnya berlokasi di Jakarta ini dipindahkan ke kompleks TNI AU Yogya karena Yogya adalah lokasi dimana terjadi peristiwa kelahiran TNI Angkatan Udara. Sejarah museum dirgantara di Yogyakarta dimulai pada 4 April 1969 di jalan Tanah Abang, Bukit, Jakarta ketika didirikan oleh Panglima AU Laksamana Udara Rusmin Nuryadin. Pada November 1977 museum kemudian dipindahkan dan digabung dengan Museum Kesatrian Akademi Angkatan Udara di pangkalan Adi Sucipto Yogya. Museum kemudian diresmikan sebagai Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala pada 29 Juli 1978.
Karena pertimbangan bahwa Alutsista Udara TNI AU akan terus berkembang dan gedung museum lama di Kesatrian AKABRI tidak akan dapat menampung dan sukar dijangkau oleh pengunjung, maka letak museum kemudian dipindahkan. Pada tanggal 17 Desember 1982, Kepala Staf AU Marsekal TNI Ashadi Tjahjadi menandatangani prasasti yang diperkuat dengan Surat Perintah Kepala Staf TNI AU tanggal 11 April 1984 mengenai rehabilitasi gedung bekas pabrik gula dan gudang logistik zaman Jepang untuk disiapkan sebagai gedung museum permanen. Memasuki tahun 1984 museum kemudian dipindahkan kembali ke Wonocatur ke sebuah gedung yang dibangun pada masa penjajahan Belanda. Pada 29 Juli 1984 museum kemudian diresmikan oleh Kepala Staf TNI AU Marsekal TNI Sukardi dengan luas kurang lebih 4,2 hektar dan luas bangunan yang digunakan seluruhnya sebesar 8,765 meter persegi.
Koleksi Museum Dirgantara
Sebagai bagian dari Sejarah Museum Dirgantara di Yogyakarta, koleksi museum ini berjumlah 10 ribu buah berupa 36 pesawat terbang, 1000 foto, 28 macam diorama, lukisan, tanda – tanda kehormatan, pakaian dinas, dan perpustakaan yang menampung sejumlah koleksi buku. Koleksi pesawat tempur dan replikanya yang berada di museum ini kebanyakan berasal dari masa Perang Dunia II dan masa – masa perang kemerdekaan Indonesia, antara lain:
- Pesawat Ki-43 yang dibuat oleh Jepang
- Pesawat PBY-5A Catalina
- Replika pesawat pertama yang diproduksi Indonesia, WEL-I-RI-X
- Pesawat buatan Jepang yaitu A6M5 Zero Sen
- Pesawat pembom jenis B-25 Mitchell, B-26 Invader, TU-16 Badger
- Helikopter buatan Amerika Hillier 360
- Pesawat P51 Mustang dari AS
- Pesawat KY51 Cureng dari Jepang
- Replika pesawat Glider Kampret yang dibuat Indonesia
- Pesawat Lavochkin La-11, Mig-15, Mig -17 dan Mig 21 Rusia.
- Rudal SA 75
- Pesawat TS -8 Dies yang dibuat AS.
Baru – baru ini pada sejarah museum dirgantara di Yogyakarta mendapat tambahan koleksi berupa 9 buah prototipe bom yang dibuat oleh Dislitbang AU bekerjasama dengan PT. Pindad dan PT. Sari Bahari, yaitu bom latih dan bom tajam berdaya ledak tinggi yang bisa digunakan sebagai senjata pada pesawat Sukhoi Su-30, F 16, F5, Sky Hawk, Super Tucano dan lainnya. Ada pula koleksi berupa foto – foto pejuang TNI AU misalnya Agustinus Adisucipto, Prof. Dr. Abdulrahman Saleh, Adi Sumarmo, Abdul Halim Perdanakusuma, dan lainnya yang merupakan pelopor pendirian TNI AU Indonesia.
- Tata Ruang Museum Dirgantara
Gedung museum ini terbagi menjadi beberapa bagian ruangan yang mengakomodir pameran berbagai koleksi yang ada disini. Selain ruang utama yang berisi pajangan foto – foto para mantan petinggi AU, ada beberapa ruangan lain yaitu:
- Ruang Kronologi I dan II
Di dalam ruangan ini pengunjung dapat melihat – lihat susunan diorama sejarah dan dokumen yang berasal dari masa – masa proklamasi kemerdekaan RI tahun 1945. Sejarah keterlibatan TNI AU dalam usahanya membela Merah Putih sejak Agresi Militer Belanda II yang menyerang Lanud Adisucipto yang dulu masih bernama Maguwo. Dalam sebuah diorama diungkapkan bagaimana perjuangan para Pasukan Pertahanan Pangkalan Udara Maguwo, dan juga terdapat pesawat C-47 VTCLA yang dinaiki para perwira TNI AU yang fotonya ada di ruang utama dan jatuh karena ditembak Belanda sehingga para perwira tersebut gugur. Masih ada beberapa diorama lain seperti diorama ketika terjadinya penerbangan pertama pesawat merah putih, peristiwa 29 Juli 1947, peristiwa setelah terjadinya penerbangan pertama, diorama Trikora, dan mengenai SKSD Palapa.
- Ruang ALUTSISTA
Di ruangan ini para pengunjung bisa melihat berbagai peralatan temput TNI AU yang digunakan ketika bertempur melawan para penjajah pada zaman dulu. Selain berbagai jenis pesawat yang telah disebutkan diatas, ada berbagai alat utama sistem senjata (alutsista) TNI AU berupa rudal anti pesawat, senjata penangkis serangan udara (PSU) dan beberapa jenis senapan yang digunakan pasukan Indonesia untuk melawan Belanda. Ada beberapa pesawat yang dapat dinaiki oleh pengunjung secara statis.
Selain itu ada juga studio foto yang memungkinkan anak – anak berfoto ala pilot pesawat tempur dan tempat penjualan suvenir di museum dirgantara yang terletak di dekat pintu keluar museum. Toko ini menjual berbagai aksesoris kedirgantaraan Indonesia mulai dari topi yang bergambar pesawat tempur, kaus, emblem atau pin, miniatur pesawat tempur dan lain sebagainya. Beberapa koleksi pesawat juga ada dipajang di halaman museum, dan satu alutsista bekas buatan Uni Soviet di salah satu sudut museum berupa pesawat TU 16 yang dijuluki Badger oleh Amerika. Pesawat inilah yang turut berjasa memaksa Belanda angkat kaki dari Papua sehingga peristiwa Trikora bisa berakhir dan Papua kembali ke pangkuan RI.
Sejarah museum dirgantara di Yogyakarta tentunya membuat Anda penyuka sejarah akan tertarik pada berbagai koleksi yang ada disini. Harga tiket berkisar empat ribu rupiah per orang dan dibuka mulai pukul 08.00-15.00 setiap harinya. Lokasi museum ini tepatnya adalah bandar udara Adi Sucipto di Jalan Kolonel Sugiono, Kompleks Lapangan Udara Adi Sucipto, Wonocatur, DIY. Lokasinya berada di tengah perkotaan yang mudah dijangkau oleh kendaraan pribadi atau kendaraan umum. Akses kendaraan umum berupa bus umum dan pengunjung bisa turun di SD Angkasa yang letaknya setelah Flyover Janti, lokasi museum sekitar 200 meter dari lokasi turun bus. Pengunjung juga dapat naik trans Jogja dan turun di shelter Janti yang terdekat. Selain itu, ada juga sejarah museum batik yogyakarta, sejarah museum biologi, dan sejarah museum affandi di Yogya.