Kabupaten Tuban memiliki sejarah yang menarik. Sebagai tanah yang di atasnya pernah berdiri berbagai kerajaan dan merupakan saksi bisu sejarah wali songo Sunan Bonang, maka tidak asyik jika mengunjungi daerah ini tanpa mendatangi museumnya. Ya, di Tuban, terdapat Museum Kambang Putih yang memiliki berbagai koleksi sejarah tentang Tuban dan daerah sekitarnya.
Untuk mengunjungi museum ini, silahkan ke JL. Kartini No.03, Kutorejo, Kec. Tuban, Kabupaten Tuban, Jawa Timur. Museum ini menempati lokasi yang sangat strategis, yakni di dekat Kantor Bupati Tuban dan alun-alun kota. Di sebelah Museum Kambang Putih, anda akan menemui makam Sunan Bonang, sosok penyebar agama Islam di Tanah Jawa.
Sebelum mengunjungi museum ini, ada baiknya anda mengetahui beberapa info menarik mengenai Museum Kambang Putih berikut.
Sejarah Museum Kambang Putih Tuban
Saat pertama kali mendengar namanya, mungkin anda akan kebingungan mengapa museum ini dinamakan Kambang Putih. Anda mungkin akan bertanya-tanya apa arti dari kambang putih sebenarnya. Tenang, pada artikel kali ini, kita juga akan membahas asal-usul nama Kambang Putih.
Kata “Kambang Putih” berasal dari sebuah prasasti yang dibuat oleh Raja Sri Mapanji Garasakan. Kambang Putih merujuk pada sebuah wilayah yang sekarang merupakan Kabupaten Tuban. Di dalam prasasti yang bertanda tahun 1050 M tersebut, Raja Sri Mapanji Garasakan menyebutkan bahwa Kambang Putih merupakan kota pelabuhan pada masanya. Pada abad ke-XI, Kambang Putih juga menjadi tempat berlangsungnya perniagaan antar pulau, bahkan benua. Wah, keren sekali, ya!
Nah, mungkin anda penasaran dengan sosok Raja Sri Mapanji Garasakan yang disebutkan pada paragraf sebelumnya. Jadi, beliau merupakan raja pertama dari Kerajaan Janggala yang memerintah dari tahun 1042 hingga 1052. Kerajaan ini merupakan hasil ‘pecahan’ dari Kerajaan Kahuripan yang dirajai oleh Airlangga. Wilayah barat dijadikan Kerajaan Kadiri, sedangkan wilayah timur dijadikan Kerajan Janggala.
Kambang Putih merupakan wilayah kekuasaan Kerajaan Panjalu yang berperang dengan Kerajaan Janggala ini. Dalam prasasti Kambang Putih tersebutlah, Raja Sri Mapanji Garasakan menceritakan tentang kejadian Kambang Putih yang menyerang Istana Kerajaan Janggala. Wah, meski diserang, kerajaan ini masih memberikan pujian “kota pelabuhan” kepada Kambang Putih di prasastinya, lho. Ada pula riwayat sejarah lain mengenai asal-usul nama Kambang Putih. Jadi, pada zaman dahulu kala, wilayah ini terlihat seperti gundukan pasir putih yang mengambang di lautan. Hal ini dikatakan oleh para pendatang dari Cina saat melihat wilayah ini dari jauh. Oleh karena itu, dapat kita artikan bahwa Kambang Putih berarti pasir putih yang mengambang. Ada-ada saja, ya.
Koleksi Museum Kambang Putih Tuban
Saat memasuki Sejarah Museum Kambang Putih Tuban ini, anda akan terkaget dengan padatnya museum ini. Pasalnya, Museum Kambang Putih hanya memiliki 1 lantai dengan luas sekitar 150 m2 saja. Namun, koleksinya mencapai 600 buah, lho. Jadi, dapat dikatakan bahwa Museum Kambang Putih kurang nyaman untuk ruang bergerak. Meskipun begitu, kita berharap saja agar pemerintah memperluas museum yang sangat kaya akan nilai historis ini. Lantas, ada apa saja di Museum Kambang Putih Tuban?
1. Fosil
Di museum ini, anda dapat melihat fosil badak purba, lho. Fosil yang sudah berumur lebih dari 300.000 tahun ini ditemukan di Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban. Saat pertama kali ditemukan, fosil badak purba ini sudah membatu dan mengalami silifikasi.
2. Kapak Perunggu
Tahukah anda bahwa kapak perunggu merupakan ‘warisan’ dari zaman perundagian? Zaman ini erat kaitannya dengan keahlian (undagi) manusia membuat peralatan dari perunggu. Serunya lagi, menurut Soejono, zaman perundagian merupakan fase terakhir dari zaman prasejarah, lho. Ya, dapat dikatakan bahwa zaman ini merupakan transisi dari prasejarah menuju sejarah.
3. Nekara
Tidak hanya kapak perunggu, nekara juga merupakan warisan dari zaman perundagian. Sederhananya, nekara adalah gendang yang terbuat dari logam perunggu. Pada masa itu, nekara digunakan untuk kebutuhan musik manusia dan acara-acara ritual khusus. Sangat keren, bukan?
4. Arca-arca kuno
Di museum ini, anda dapat menemukan berbagai koleksi arca-arca kuno. Namun, ada beberapa arca yang sudah tidak utuh, tidak lagi memiliki kepala ataupun kaki. Selain itu, di sini anda dapat melihat arca nandi. Dalam mitologi Agama Hindu, Nandi merupakan lembu yang menjadi kendaraan Dewa Siwa. Jika di dalam candi terdapat arca nandi. Maka dapat dipastikan bahwa candi tersebut merupakan tempat pemujaan Agama Hindu aliran Siwa.
5. Lingga dan Yoni
Ada artefak menarik lagi di Museum Kambang Putih, yakni artefak lingga dan yoni. Dalam mitologi Hindu, Lingga merupakan perwujudan laki-laki. Ini dapat dilihat dari bentuk artefak lingga yang mirip dengan alat vital laki-laki. Sebaliknya, Yoni merupakan perwujudan perempuan. Hal ini dapat kita lihat dari bentuk yoni yang mirip dengan alat vital perempuan. Dalam agama Hindu, Lingga juga digambarkan sebagai simbol Dewa Siwa.
6. Jangkar pasukan Tar-tar
Pada masa lalu, pasukan Tar-Tar dari Mongol pernah mendatangi Tuban atas perintah Kaisar Khubilai Khan. Kedatangan mereka untuk menyerang Raja Kertanegara (Kerajaan Singasari) yang tidak ingin memberi upeti dan melukai telinga utusan Khubilai Khan. Atas serangan tersebut, Raja Kertanegara tewas dan menjadi akhir sejarah kerajaan Singasari. Kemudian, Raden Wijaya (Pendiri Kerajaan Majapahit) melakukan tipu muslihat pada pasukan Tar-Tar sehingga ia berhasil mengusirnya dari Tanah Jawa.
7. Kalpaltaru Sunan Bonang
Pohon kalpaltaru Sunan Bonang terbilang unik. Pasalnya, anda dapat melihat ornamen-ornamen pahatan yang memiliki filosofi mendalam. Misalnya, ada 5 cabang yang menggambarkan rukun islam. Selain itu, ada juga pahatan yang membentuk mesjid, pura, dan kepala naga. Ini menjadi bukti bahwa Sunan Bonang menjunjung tinggi toleransi terhadap keberagaman agama. Sebagai pendatang baru pada masa itu, Islam disebarkan dengan menyelaraskannya pada tradisi hindu-budha. Hal ini pun membentuk akulturasi budaya. Andai saja toleransi dalam beragama juga diterapkan pada masa sekarang ini.
8. Ongkek
Kata ongkek memiliki arti yang berbeda-beda di berbagai daerah, seperti di Sunda, Magelang, Sekitar Bromo, dan Tuban. Untuk daerah Tuban sendiri, Ongkek berarti wadah bambu yang di dalamnya berisi tuak. Namun, keberadaan ongkek sekarang jarang ditemui. Pasalnya, minuman tuak sudah diisikan ke dalam wadah botol plastik ataupun jerigen. Jadi, di sini, anda akan menemukan ongkek yang sudah langka itu.
Setelah mengetahui berbagai hal menarik dari Sejarah Museum Kambang Putih Tuban ini, pastinya anda ‘ngebet’ mengunjunginya. Nah, untuk memasuki Museum Kambang Putih, anda tidak perlu merogoh kocek alias gratis, dan anda sudah bisa menikmati wisata edukasi sejarah ini. Oh ya, anda juga dapat menikmati sejarah museum Affandi Yogyakarta, sejarah museum nasional, dan sejarah museum Le Mayeur Bali di website ini.