Kerajaan Singasari merupakan salah satu kerajaan besar yang pernah berdiri di wilayah Jawa Timur. Sejarah Kerajaan Singasari tidak dapat dilepaskan dari sejarah Kerajaan Majapahit yang pada akhirnya menjadi kerajaan terbesar di sepanjang sejarah nusantara. Jadi boleh dibilang Kerajaan Singasari adalah kerajaan awal yang menurunkan banyak raja besar di bumi nusantara ini.
Kisah mengenai sejarah kerajaan Singasari diwarnai peperangan, pengkhianatan dan balas dendam. Sejarah mengenai awal mula berdirinya kerajaan ini diuraikan dalam kitab Pararaton. Meskipun berupa dongeng masyarakat Jawa, Pararaton dibuat berdasarkan apa yang telah terjadi dan dipercaya oleh masyarakat zaman itu. Sehingga masih bisa dipercaya sekalipun banyak ahli sejarah yang tidak menyukai referensi dari kitab Pararaton.
Latar Belakang
- Keluarga Asal Ken Arok
Awal mula pendirian Kerajaan Singasari dimulai oleh seorang laki-laki titisan Dewa Wisnu bernama Ken Arok. Sehingga untuk mengetahui sejarah Singasari secara lengkap, kita harus mengetahui dulu asal usul Ken Arok. Laki-laki desa Pangkur ini tidak dilahirkan dari keluarga bangsawan.
Masa kecil Ken Arok dipenuhi oleh cerita tentang kenakalannya. Semuanya bermula dari lingkungan tempat ia dibesarkan. Ken Arok dibuang oleh Ibunya, Ken Endok di sebuah pemakaman. Bayi yang dibuang tersebut adalah bayi dari Dewa Brahma. Dewa Brahma membuat Ken Endok bercerai dengan suaminya, Gajah Para. Lima hari setelah perceraian tersebut, Gajah Para meninggal di desanya, Campara.
Setelah genap 9 bulan Ken Endok mengandung anak Dewa Brahma, ia melahirkan. Ken Endok bingung dan memutuskan membuang bayinya di pemakaman. Pada malam hari di pemakaman tempat Ken Endok membuang bayinya, seorang pejudi bernama Lembong penasaran dengan pemakaman yang bersinar. Ternyata sinar tersebut bukan berasal dari makam, melainkan dari tubuh seorang bayi laki-laki. Ia pun mengangkat bayi tersebut sebagai anak.
Dibesarkan oleh seorang pejudi membuat Ken Arok sangat gemar berjudi. Ia berjudi hingga tumbuh remaja. Meskipun ia bekerja sebagai penggembala Kerbau, namun kebiasaan menjudinya membuat ketagihan. Ken Arok menghabiskan harta orangtua angkatnya, Lembong sekaligus menjual Kerbau gembalaannya yang sebenarnya menjadi milik kepala desa.
- Kenakalan Ken Arok
Akibat kebiasaannya berjudi Ken Arok diusir oleh Lembong dari rumahnya. Lembong sudah tidak sanggup lagi membiayai hobi Ken Arok yang mengakibatkan dia harus berhutang dan menanggung malu pada kepala desa. Dasar namanya sudah terkenal di perjudian, Ken Arok diajak teman berjudinya bernama Bango Samparan untuk berjudi.
Ketepatan saat Bango Samparan mengajak Ken Arok berjudi ia mendapatkan kemenangan. Bango menganggap kehadiran Ken Arok membawa keberuntungan besar. Kemudian untuk menghormati Ken Arok, Bango menyerahkannya kepada istri tuanya yang mandul agar diangkat sebagai anak.
Keanehan Ken Arok ini selalu saja misterius. Kenakalannya selalu mendapatkan perlindungan dari Dewa Brahma. Pernah suatu ketika ia mencuri buah Jambu milik gurunya. Namun karena tubuhnya yang memunculkan sinar, gurunya tersebut berubah. Dari yang mulanya marah kepada Ken Arok menjadi sangat sayang padanya.
Kenakalan Ken Arok sudah menjadi-jadi karena tanpa rasa bersalah ia melakukan tindak perampokan dan pemerkosaan. Namanya melambung akibat perbuatannya yang buruk tersebut. Semua penguasa di wilayah Tumapel selalu menempatkan namanya dalam daftar buronan paling dicari akibat saking seringnya ia membuat onar yang meresahkan masyarakat.
Pernah Ken Arok hampir dibunuh oleh warga desa yang marah dengan perbuatan Ken Arok. Saat itu ia gagal menahan amarahnya karena tidak dipercayai oleh warga bahwa ia diutus oleh gurunya untuk mengambil emas yang dibawa kepala desa. Akibatnya Ken Arok terpancing dan menusuk salah satu warga desa hingga mati. Anehnya, Dewa Brahma bersuara tanpa rupa untuk melarang warga desa membunuh Ken Arok. Akhirnya ia selamat dari maut.
- Ken Arok Masuk ke Tumapel
Setelah Ken Arok hidup dari satu tempat ke tempat lain untuk berlindung dan menghindari kejaran dari orang-orang di Kerajaan Daha dan daerah lain yang pernah dirusuhinya, ia menetap di sebuah gunung Lejar. Di tempat itulah ia mendapatkan wangsit dari para Dewa bahwa di masa depan ia akan menggenggam kekuasan tanah Jawa.
Di saat bersamaan, Dewa Brahma yang selalu memberi perlindungan pada Ken Arok menyuruh seorang Brahmana dari tanah India untuk mencari Ken Arok. Brahmana yang bernama Lohgawe ini menemui Ken Arok setelah melakukan perjalanan spiritual panjang. Segera ia membawa anak tersebut ke hadapan Akuwu (penguasa) Tumapel.
Akuwu Tumapel pada waktu itu adalah Tunggul Ametung yang beristrikan seorang perempuan cantik bernama Ken Dedes. Lohgawe mengakui Ken Arok sebagai anak angkat dan menyuruh Tunggu Ametung mengangkatnya sebagai abdi di tempat tinggalnya. Karena merupakan perintah dari Brahmana India, Tunggul Ametung mengiyakan perintah tersebut.
Seiring waktu menjadi penghuni rumah Tunggul Ametung, Ken Arok menyukai Ken Dedes secara tidak sengaja. Semuanya berawal waktu Ken Dedes tidak sengaja menyelingkapkan roknya hingga terlihat betis dan pahanya yang bersinar. Timbulah pikiran jahat Ken Arok untuk membalas cara Tunggul Ametung memperistri Ken Dedes yang tidak terpuji.
Perlu diketahui bahwa Ken Dedes adalah anak dari Mpu Purwa yang menjadi pendeta agama Budha. Tunggul Ametung mengambil paksa Ken Dedes ketika ayahnya masih bertapa. Ia melakukan tindakan nekat tersebut karena sudah tidak sanggup menahan syahwatnya melihat kecantikan Ken Dedes. Karenanya tidak salah jika ayah Ken Dedes menyumpahi Tunggul Ametung mati tertikam keris dan menginginkan kehidupan anaknya tetap bahagia.
- Ken Arok Membunuh Tunggul Ametung
Hasrat Ken Arok memperistri Ken Dedes semakin kuat karena ternyata siapapun laki-laki yang menjadi suaminya akan mendapatkan berkah dalam hidupnya. Akhirnya Ken Arok mengonsultasikan maksud tersebut ke ayah angkatnya, Bango Samparan. Pejudi itu merestui Ken Arok membunuh Tunggul Ametung dengan syarat keris yang digunakan harus berasal dari keris Mpu Gandring.
Mpu Gandring adalah seorang pembuat keris yang menjadi sahabah karib Bango Samparan. Seharusnya ia menyelesaikan keris sakti untuk membunuh orang dalam sekali tusuk selama setahun. Namun karena Ken Arok sudah tidak sabar melakukan niatnya, ia kesal dan membunuh Mpu Gandring pada bulan kelima pembuatan kerisnya. Mpu tua itu menyumpahi Ken Arok yang akan mati diakibatkan keris tersebut hingga turunan ketujuhnya.
Di Tumapel, Ken Arok memanfaatkan temannya bernama Kebo Ijo sebagai korban aksi kriminal bernilai besar ini. Kebo Ijo yang sifatnya memang suka pamer memamerkan keris baru kepada seluruh orang yang ditemuinya. Padahal pada saat Kebo Ijo tertidur, ia menggunakan keris yang dipinjamkannya sebagai alat membunuh Tunggul Ametung. Orang-orang pun tahunya Kebo Ijo yang menjadi pembunuh Akuwu Tumapel tersebut.
- Ken Arok Menjadi Raja
Berkat wibawa yang diberikan oleh para Dewa, Ken Arok naik tahta menjadi Akuwu Tumapel dan berhasil memperistri Ken Dedes. Wilayah Tumapel saat diperintah Tunggu Ametung masuk ke dalam wilayah bagian Kerajaan Daha yang saat itu diperintah oleh Raja Kertajaya. Di tahun yang sama, Raja Kertajaya yang ingin dianggap sebagai Dewa mengalami penolakan oleh golongan brahmana dan para pendeta Hindu dan Budha.
Keadaan ini dimanfaatkan Ken Arok untuk memperbesar kekuatan. Ia berhasil menarik hati para brahmana agar bergabung ke dalam pasukannya dan mendapat jaminan perlindungan. Karena merasa sudah menjadi kerajaan sendiri, Tumapel enggan mengirimkan upeti kepada Kerajaan Daha. Akibatnya meletuslah pertempuran di Desa Ganter yang meruntuhkan kekuasaan Daha dan mengawali berdirinya kerajaan Tumapel, pada perkembangannya kerajaan ini berubah nama menjadi Singasari.
Tahun berdirinya Kerajaan Tumapel atau Singasari itu adalah 1222 Masehi. Ken Arok memilih Kutaraja sebagai ibukota kerajaannya. Setelahnya, Ken Arok memerintah kerajaan baru tersebut selama 5 tahun hingga 1227. Akhir kekuasannya berujung di tangan Anusapati, anak Ken Dedes dari Tunggul Ametung.
- Kematian Ken Arok
Anusapati yang merasa diperlakukan berbeda oleh Ken Arok yang menjadi Raja Tumapel bergelar Sri Rajasa Sang Amurwhabumi itu mendesak ibunya untuk menceritakan penyebabnya. Ken Dedes pun memberitahu peristiwa pembunuhan yang dilakukan Ken Arok dan menunjukkan rupa keris yang digunakan ayah angkatnya membunuh ayah kandungnya.
Anusapati berhasil menghabisi pembunuh Tunggul Ametung dengan tangan pesuruhnya. Sumpah Mpu Gandring yang pertama telah menjadi kenyataan dan akan terus memakan korban. Kemudian Anusapati menjadi raja menggantikan ayah angkat yang telah dibunuhnya. Peristiwa ini terjadi di tahun 1297 Masehi. Setelah kejadian tersebut keris dari Mpu Gandring terus membunuh keturunan Ken Arok baik dari Ken Dedes maupun selirnya, Ken Umang. Semuanya beralaskan dendam dan hak milik kekuasaan.
Ada perbedaan pendapat yang diberikan oleh kitab Pararaton dan Negarakertagama. Di dalam Negarakertagama, kekuasan setelah Anusapati jatuh ke tangan Tohjaya di tahun 1249 sampai 1250 Masehi baru kemudian lanjut ke Wisnuwardhana.
Di dalam kitab Negarakertagama, kekuasaan Tohjaya tidak disebutkan. Namun hal bisa dimengerti karena kitab tersebut menganggap nenek moyang Hayam Wuruk tidak boleh disebarkan aibnya. Karena sepeninggal Ken Arok banyak terjadi huru hara di Tumapel. Prasasti Mula Malurung justru menyebutkan Tohjaya sebagai raja di Kerajaan Kadiri.
Masa Kejayaan
- Berpindah Nama Kerajaan
Kerajaan Singasari belum dikenal saat Anusapati menjadi raja. Nama tersebut baru dikenal di tahun 1253 Masehi. Perpindahan nama kerajaan tersebut sebenarnya terjadi secara tidak resmi. Raja Wisnuwardhana yang menyerahkan tahta yuwaraja kepada Raja Kertanegara memperbolehkan Kertanegara memindahkan ibukota kerajaan. Pada awalnya Kerajaan Tumapel yang beribukota di Kutaraja dipindahkan ke Singasari yang sekarang menjadi bagian dari daerah Malang.
Orang lebih senang menyebut kerajaan yang sudah berpindah ibukota tersebut dengan nama Kerajaan Singasari. Hal ini berkaitan juga dengan Raja Kertanegara yang menjadi satu-satunya Raja Singasari yang mendapatkan tampuk kekuasaan tanpa pertumpahan darah dan peperangan. Terlebih lagi di tangan Kertanegara, Singasari berada di titik puncak kekuasaannya.
Kebenaran kekuasaan damai yang didapatkan Kertanegara dibuktikan oleh catatan sejarah di prasasti Kudadu. Ken Arok yang menjadi pendiri Kerajaan Singasari mendirikan wangsa sendiri bernama wangsa rajasa. Wangsa ini menempatkan Kertanegara sebagai raja pamungkas Singasari sekaligus raja pertama yang membuat kerajaan di Jawa Timur terlibat hubungan dengan raja luar negeri. Kekuasaannya berada di sepanjang tahun 1268 hingga 1292.
- Singasari Mengadakan Ekspansi
Pada masa Kertanegara, Singasari mengadakan ekspedisi pamalayu yang berhasil menaklukkan kerajaan-kerajaan di luar pulau Jawa. Keberhasilan penaklukan ini diabadikan dengan adanya arca Amoghapasa yang menunjukkan hubungan erat antara Kertanegara di Jawa dan Dharmasraya di pulau Sumatra. Mereka bekerjasama untuk menolak masuknya Kerajaan Mongol di bumi nusantara.
Kerajaan Singasari di masa jayanya berhasil melakukan ekspansi hingga ke pulau Bali, Sumatra, Kalimantan dan wilayah Indonesia Timur sesuai sumber dari kitab Negarakertagama. Sebuah prasasti yang masih misterius berangka 1292 membeberkan bahwa ternyata Kertanegara juga berhasil menguasai pulau-pulau kecil yang ada di nusantara.
Ternyata kejayaan ini didorong oleh keengganan Raja Kertanegara untuk tunduk pada Kaisar Kubilai Khan dari Tiongkok yang haus kekuasaan. Tahun 1280 dan 1281 Kubilai Khan menyuruh Jawa tunduk di bawah panji dinastinya, namun Singasari tidak mau.
Raja Kertanegaralah yang menggagas perlawanan kepada dinasti Yuan di Cina. Ia mengajak raja-raja di luar Jawa untuk bersatu menolak tunduk pada Kubilai Khan. Ia akhirnya mengadakan hubungan internasional hingga ke Kamboja dan menyediakan wilayah kekuasaannya di Jawa sebagai tempat perlindungan bagi kerajaan yang terserang bangsa Mongol.
Keruntuhan
- Penyebab Keruntuhan
Kerajaan besar ini runtuh karena lemahnya sistem pertahanan di dalam kerajaan. Raja Kertanegara terlalu fokus pada pertahanan di luar kerajaan yang mengirimkan pasukan dalam jumlah besar untuk terlibat dalam ekspedisi pamalayu. Kondisi lemah ini dimanfaatkan oleh pemberontak untuk mengakhiri kekuasaan Kertanegara di Kerajaan Singasari.
Jayakatwang merupakan pemberontak yang berhasil membunuh Raja Kertanegara dan memaksa tahta Singasari jatuh ke tangannya. Kertanegara kemudian dicandikan di Candi Jawi dan Candi Singasari. Selanjutnya, seorang menantu dari Kertanegara bernama Raden Wijaya berhasil menyelamatkan diri ke Madura saat kerusuhan masih meliputi wilayah Singasari.
- Menjadi Cikal Bakal Majapahit
Raden Wijaya diberi perlindungan oleh seorang bupati dari Madura bernama Arya Wiraraja. Dendam yang dimiliki Raden Wijaya akhirnya membawa dia bergabung dengan pasukan Mongol yang disuruh Kubilai Khan menyerah Singasari. Ternyata Kubilai Khan merasa dihina oleh mertuanya. Namun Raden Wijaya merahasiakan kondisi mertuanya yang telah tewas akibat pemberontakan Jayakatwang.
Selanjutnya, Raden Wijaya menyerang Singasari dan Jayakatwang bersama pasukan milik Kubilai Khan. Jayakatwang tewas dalam peperangan gabungan ini dan semenjak itulah tidak ada lagi Kerajaan Singasari. Pemerintahan disana sudah berakhir dan digantikan oleh Raden Wijaya dengan cara mendirikan kekuasan baru di daerah baru dan dengan nama yang baru.
Kemenangan Pasukan Kubilai Khan membuat mereka terlalu senang hingga lupa siapa sebenarnya Raden Wijaya yang bergabung dengan pasukannya. Raden Wijaya kemudian balik menyerang pasukan Mongol dan membuat mereka kembali ke wilayah asalnya. Sementara itu, di Jawa Raden Wijaya menuliskan sejarah baru dengan memulai pendirian sejarah kerajaan majapahit yang legendaris.
[accordion]
[toggle title=”Artikel Terkait”]
- Sejarah Kerajaan Majapahit
- Sejarah 12 Kerajaan Islam Di Indonesia
- Sejarah Minangkabau
- Sejarah Kerajaan Kutai Kartanegara
- Sejarah Kerajaan Samudera Pasai
- Sejarah Kerajaan Tarumanegara
- Sejarah Kerajaan Sriwijaya
[/toggle]
[toggle title=”Artikel Lainnya”]
[one_third]
- Sejarah Pembentukan PPKI
- Biografi W.R. Soepratman
- Pertempuran Medan Area
- Perundingan Hooge Valuwe
- Agresi Militer Belanda 2
- Sejarah PKI
- Sejarah Bahasa Indonesia
- Arti Tut Wuri Handayani
- Sejarah Televisi di Indonesia
- Sejarah Jembatan Ampera
- Sejarah Burung Garuda
- Sejarah Indische Partij
- Sejarah Jakarta
- Pahlawan Nasional Wanita
- Sejarah Gitar
- Sejarah Perjanjian Tordesillas
- Sejarah Kota Tua Jakarta
- Sejarah Brunei Darussalam
- Sejarah Lagu Indonesia Raya
- Sejarah Bank Indonesia
[/one_third]
[one_third]
- Sejarah Sepak Bola Di Dunia
- Sejarah Islam di Indonesia
- Sejarah Danau Toba
- Sejarah Runtuhnya Bani Ummayah
- Sejarah Situs Ratu Boko
- Sejarah Candi Gedong Songo
- Candi Peninggalan Agama Hindu
- Candi Peninggalan Budha
- Perkembangan Nasionalisme Indonesia
- Perang Gerilya Indonesia
- Perjuangan Pembebasan Irian Barat
- Asal Usul Nusantara
- Sejarah Patung Pancoran
- Sejarah Google
- Sejarah Microsoft Word
- Sejarah Benua Antartika
- Sejarah Berdirinya Budi Utomo
- Sejarah Wali Songo
- Sejarah Berdirinya Patung Liberty
[/one_third]
[one_third_last]
- Masa Penjajahan Belanda di Indonesia
- Peristiwa Bandung Lautan Api
- Sejarah Konstantinopel
- Sejarah Rusia
- Peristiwa G30S/PKI
- Sejarah Pengembalian Irian Barat
- Sejarah Sumpah Pemuda
- Sejarah Runtuhnya Uni Soviet
- Penyebab Terjadinya Pertempuran Ambarawa
- Sejarah Timor Timur
- Sejarah Perumusan UUD 1945
- Sejarah 12 Kerajaan Islam Di Indonesia
- Sejarah Alat Musik Angklung
- Sejarah Great Wall China
- Sejarah PETA
- Sejarah Lahirnya TNI
- Sejarah Benua Amerika
- Sejarah Partai Nasional Indonesia
[/one_third_last]
[/toggle]
[/accordion]