Cikal bakal dari Tentara Nasional Indonesia atau Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) berawal dari perjuangan kemerdekaan rakyat Indonesia dalam melawan penjajahan Belanda dan juga untuk mempertahankan kemerdekaan yang telah diproklamasikan dari ancaman Belanda yang ingin kembali merebut Indonesia. Pada masa Demokrasi Terpimpin sampai masa Orde Baru, TNI pernah mengalami penggabungan dengan Polri.
Institusi gabungan tersebut dikenal dengan nama ABRI. TNI dan Polri kemudian dipisahkan melalui Ketetapan MPR no.VII/MPR/2000 tentang peran TNI dan Polri. Pada tanggal 30 September 2004 RUU TNI disahkan oleh DPR, lalu ditandatangani oleh Presiden Megawati Soekarnoputri pada 19 Oktober 2004. Hari TNI atau Hari ABRI diperingati setiap tanggal 5 Oktober setiap tahunnya. Dibalik sejarah hari ABRI tersebut, ada cerita panjang mengenai pembentukan TNI yang perlu disimak untuk mengetahui latar belakang terbentuknya angkatan bersenjata negara kita.
Sejarah Hari TNI/ABRI
Untuk mengetahui sejarah hari ABRI harus dirunut sejak sejarah lahirnya TNI pada awalnya. Pada masa perjuangan dan mempertahankan kemerdekaan, rakyat Indonesia membentuk pasukan dan laskar perjuangan sendiri. Karena itu sebelum ditetapkan dengan nama Tentara Nasional Indonesia, ada beberapa tahap pembentukan dan nama yang beragam untuk institusi angkatan bersenjata kita. Sebelum proklamasi kemerdekaan, Hindia Belanda memiliki KNIL sebagai lembaga yang menyelenggarakan otoritas kemiliteran. KNIL saat itu menjadi musuh pejuang Indonesia selama revolusi nasional tahun 1945-1949.
Beberapa perwira militer RI bahkan pernah menjadi anggota dan mendapatkan pelatihan militer dari KNIL yang merekrut relawan Belanda serta pribumi Indonesia ketika mendapat ancaman dari Jepang. Jepang yang mengambil alih kekuasaan kemudian membentuk PETA (Pembela Tanah Air) agar mendapatkan dukungan dari rakyat Indonesia dalam melawan sekutu. PETA kemudian menjadi sumber daya bagi rakyat Indonesia dan memiliki peran dalam pembentukan Tentara Keamanan Rakyat pada tahun 1945. Perjalanan kemiliteran Indonesia hingga menjadi TNI kemudian melalui beberapa fase berikut.
Pembentukan BKR
BKR atau Badan Keamanan Rakyat dibentuk oleh Pemerintah RI pada tanggal 22 Agustus 1945 dalam sidang PPKI, tepat setelah proklamasi kemerdekaan RI. Pembentukan BKR darat, laut dan udara dibentuk secara bertahap setelahnya dengan sejumlah kepengurusan di pusat dan sejumlah daerah di Indonesia dipimpin oleh Moefreni Moekmin di Jakarta. Walaupun demikian, ada beberapa daerah yang membuat lembaga serupa dengan istilahnya sendiri.
Misalnya Pemuda Aceh dengan Angkatan Pemuda Indonesia (API) dan Penjaga Keamanan Rakyat (PKR) di Palembang. Hal itu disebabkan BKR belum menjadi institusi kemiliteran yang resmi pada saat itu dan berada di bawah wewenang Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) dan bukannya di bawah komando Presiden RI atau Menteri Pertahanan. BKR dibentuk untuk menjaga keamanan daerah lokal agar Indonesia tidak terkesan menyiapkan diri untuk melawan sekutu. Ketahui juga makna proklamasi kemerdekaan Indonesia dan sejarah kemerdekaan indonesia.
Pembentukan TKR
Pemerintah mengeluarkan maklumat pada 5 Oktober 1945 yang mengganti nama BKR menjadi Tentara Keamanan Rakyat atau TKR. Hal ini dilakukan untuk memperluas fungsi militer dalam mempertahankan kemerdekaan dan juga menjaga keamanan seluruh rakyat Indonesia. Nama Kementrian Keamanan Rakyat pun juga diganti menjadi Kementrian Pertahanan. Nama TKR diganti kembali pada 7 Januari 1946 menjadi Tentara Keselamatan Rakyat dengan peraturan berupa Penetapan Pemerintah no.2/SD 1946. Maka mulai 8 Januari 1946, nama Tentara Keselamatan Rakyat digunakan. Soeprijadi, seorang komandan peleton PETA sekaligus Menteri Keamanan Rakyat ditunjuk sebagai panglima TKR namun digantikan oleh Jenderal Soedirman pada 18 Desember 1945 setelah Soeprijadi menghilang ketika memimpin pemberontakan PETA terhadap Jepang.
Pembentukan TRI
Sejarah hari ABRI berikutnya memasuki periode pembentukan TRI. Dalam rangka menyempurnakan organisasi ketentaraan agar sesuai dengan standar kemiliteran internasional, pada tanggal 26 Januari 1946 pemerintah kembali mengeluarkan maklumat Penetapan Pemerintah no.4/SD 1946 mengenai penggantian nama Tentara Keselamatan Rakyat menjadi Tentara Republik Indonesia. Kemudian pemerintah membentuk Panitia Besar Penyelenggaraan Organisasi Tentara dengan beberapa anggotanya yaitu Letnan Jenderal Oerip Soemohardjo dan Komodor Suryadarma.
Hasil kerja panitia diumumkan pada 17 Mei 1946 berupa rancangan dan bentuk dari Kementrian Pertahanan dan Ketentaraan, kekuatan serta organisasi, peralihan dari lembaga TKR ke TRI serta mencakup kedudukan laskar, barisan dan badan perjuangan rakyat. Tanggal 25 Mei 1946 para pejabat Markas Besar Umum dan Kementrian Pertahanan dilantik oleh Presiden Soekarno diwakili ucapan sumpah anggota oleh Panglima Besar Jenderal Soedirman. Ketahui sejarah pembentukan PPKI dan sejarah PETA pembela tanah air.
Pembentukan TNI
Perjuangan mempertahankan kemerdekaan memiliki titik lemah dengan banyaknya laskar dan badan perjuangan rakyat yang terpisah sehingga kesalah pahaman antara TRI dengan badan perjuangan lainnya sering terjadi. Pemerintah kemudian berusaha menyatukan TRI dengan badan – badan perjuangan yang lainnya. Penetapan mengenai penyatuan tersebut kemudian dikeluarkan Presiden RI pada 15 Mei 1947.
Peresmian penyatuan TRI dan laskar lainnya dilakukan pada 3 Juni 1947 dalam satu wadah bernama Tentara Nasional Indonesia, bersama dengan susunan tertinggi TNI. Kepala Pucuk Pimpinan TNI adalah Jenderal Soedirman dengan anggotanya Letjen Oerip Soemohardjo, Laksamana Muda Nazir, Komodor Suryadarma, Mayjen Sutomo, Mayjen Ir. Sakirman dan Mayjen Joko Suyono.
Penetapan Hari ABRI
Sejarah hari ABRI yang diperingati setiap tanggal 5 Oktober ditetapkan sejak tahun 1959 sebagai Hari Angkatan Perang dan saat ini lebih dikenal dengan sebutan Hari ABRI atau Hari TNI. Hari ini ditetapkan melalui Keppres no.316 Tahun 1959 tertanggal 16 Desember 1959 dengan tujuan untuk memperingati peristiwa kelahiran angkatan bersenjata RI sebagai hari besar bukan hari libur. Acara yang diadakan untuk peringatan hari ABRI sangat beragam dan bervariasi namun pada umumnya peringatan dilakukan dengan upacara di setiap satuan komando TNI. Selain itu peringatan sejarah hari ABRI dimeriahkan dengan parade, pameran Alutsista, berbagai lomba dan pentas seni di sekolah – sekolah dan demonstrasi kekuatan masing – masing angkatan darat, laut dan udara.
Kejadian pemberontakan peristiwa G 30S PKI juga turut memberi andil pada peringatan hari TNI yang kelabu, karena pada tanggal 5 Oktober 1965 dilaksanakan pemakaman para Jenderal yang tewas terbunuh dalam pemberontakan tersebut. Peringatan hari ABRI di tahun itu dilakukan dengan berurai air mata mengingat para korban pembunuhan yang baru bisa diangkat dari sumur di Lubang Buaya pada 4 Oktober 1965. Acara yang sebelumnya direncanakan berupa parade militer besar – besaran berubah menjadi suasana haru dan khidmat untuk mengantar jenazah para pahlawan yang gugur bagi Republik Indonesia. Simak sejarah lubang buaya dan faktor penyebab runtuhnya orde baru.
Peringatan sejarah hari ABRI berikutnya dilakukan di Cilegon pada tahun 1981 atas perintah dari Menteri Pertahanan dan Keamanan / Panglima ABRI Jenderal M. Jusuf. Pada perayaan tersebut Pangab menginginkan ketiga matra TNI yaitu darat, laut dan udara bisa melakukan demonstrasi dan parade tidak hanya kendaraan tempur darat dan udara tetapi juga kapal – kapal laut, maka acara tersebut harus diadakan di dekat laut. Diperkirakan sekitar 2500 tamu termasuk para menteri dan duta besar dari negara – negara sahabat akan dibawa menggunakan 100 bus besar dari beberapa titik di Jakarta.
Para tamu tidak ada yang diizinkan membawa kendaraan pribadi ke Cilegon, bahkan Presiden Soeharto sebagai inspektur upacara sendiri akan berangkat menggunakan helikopter. Terlepas dari kesuksesan perayaan ini, seorang anggota Kopassandha (cikal bakal Kopassus) meninggal dunia karena kecelakaan terlilit parasutnya sendiri saat atraksi terjun payung sehingga acara peringatan ini kembali menorehkan cerita sedih.