Sejarah Candi Cetho adalah satu satu candi unik yang harus Anda kunjungi bila berada di Jawa Tengah. Candi Centho terletak di Desa Gumeng, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Candi ini adalah candi bercorak Hindu yang cukup terkenal di Pulau Jawa. Candi Cetho cukup unik karena terletak di dataran tinggi dengan ketinggian sekitar 1400 mdpl. Situs sejarha ini juga memiliki sejarah yang mirip dengan Candi lainnya yang terletak tidak jauh yakni Candi Sukuh. Kedua candi ini terletak di Kabupaten Karanganyar Jawa Tengah. Artikel ini akan membahas secara detail tentang sejarah dari candi cetho termasuk asal usulnya, penemuannya dan keunikan arsitekturnya.
Baca juga:
Sejarah Candi Cetho
Candi ini dibangun di masa Kerajaan Majapahit Hindu. Keunikan dari candi ini adalah Candi Cetho memiki arsitektur yang berbeda dengan candi candi Hindu lain di Jawa. Candi Cetho memiliki arsitektur seperti punden berundak, berbeda dengan arsitektur candi pada umumnya. Perbedaan arsitektur ini lantaran candi ini dibangun di akhir masa kejayaan Kerajaan Majapahit, dimana saat ini kerajaan ini sudah akan runtuh. Dengan keruntuhuhan Kerajaan Majapahit, maka kebudayaan asli masyarakat sekitar kembali muncul. Oleh karena itu arsitektur Candi Cetho ini merepresentasikan kebudayaan asli masyarakat sekitar Dusun Cetho.
Penemuan Kembali Candi Cetho
Menurut sejarah, penemuan kembali Candi Cetho dilakukan pertama kali oleh sejarahwan Belanda bernama Van de Vlies. Ia menemukan Candi Cetho di tahun 1842. Selain Van de Vlies, terdapat beberapa sejarahwan dan ahli lainnya yang telah melakukan penelitian terhadap Candi Cetho yakni A.J. Bennet Kempers, K.C. Crucq, W.F. Sutterheim, N.J. Krom dan Riboet Darmosoetopo yang berkebangsaan Indonesia.
Setelah penemuan pertama dan penelitian dari para ahli, di tahun 1928 Candi Cetho ini digali kembali. Dari penggalian ini, diketahui bahwa Candi Cetho ini dibangun di masa akhir Majapahit yakni di sekitar abad ke 15. Sejak penemuan kembali Candi Cetho ini, banyak wisatawan yang telah mengunjungi candi ini karena keunikan arsitekturnya bila dibandingkan candi pada umumnya. Selain itu, karena letaknya yang berada di dataran tinggi membuat Candi Cetho memiliki pemandangan pegunungan yang mampu menarik hati para wisatawan.
Baca juga:
Keunikan arsitektur ini membuat perdebatan diantara para ahli sejarah tentang tahun dibuatnya candi ini. Melihat arsitekturnya, bisa jadi Candi Cetho telah dibuat jauh sebelum masa Kerajaan Majapahit. Bahan Andesit yang digunakan di candi Cetho ini berbeda dengan candi Hindu di masa kerajaan Majapahit yang pada saat itu dibangun menggunakan bata merah. Sementara itu, relief yang ada di candi di zaman Kerajaan Majapahit juga lebih kompleks dan detail, berbeda dengan relief yang ditemukan di candi ini yang cenderung lebih sederhana dan sangat mudah dikenali.
Pada awalnya, Candi Cetho memiliki 14 buah teras yang berundak yang berada di sepanjang barat ke timur candi. Namun, hanya tersisa 13 teras setelah penemuan kembalinya. Dan sayangnya lagi, setelah pemugaran, hanya tersisa 9 teras yang kini dapat dilihat oleh para pengunjung Candi. Berikut adalah deskripsi arsitektur teras di Candi Cetho.
Di dalam teras 1 ini, Anda juga akan melihat bangunan seperti pendopo tanpa dinding di bagian selatan teras 1. Bangunan ini memiliki pondasi dengan tinggi 2 meter. Di bagian atas pendopo in terdapat alas batu yang sering digunakan untuk meletakkan sesaji oleh masyarakat yang datang pada saat itu.
Baca juga:
Dalam agama Hindu, burung garuda merupakan kendaraan Dewa Wisnu yang juga melambangkan dunia atas. Di ujung kedua sayap garuda terbentuk sinar matahari. Sinar ini juga akan Anda temukan di bagian kepada Garuda. Di bagian punggungnya, Anda bisa melihat batu yang disusun dengan bentuk kura kura. Kura kura ini melambangkan titisan Dewa Wisnu yang merepresentasikan dunia bawah. Selain itu, ada pula gambar segitiga dan Kalacakra atau alat kelamin laki laki. Karena gambar ini pula, Candi Cetho juga sering disebut dengan Candi Lanang atau Candi Laki Laki. Di dalam gambar gambar ini juga dapat dilihat bentuk hewan lainnya seperti ketam, mimi dan katak. Lambang lambang ini kemungkinan merupakan sengkala angka di tahun Saka 1373 atau tahun 1451 Masehi.
Di meja batu ini terdapat relief orang dan binatang yang cukup sederhana. Sebagaimana yang disebutkan sebelumnya, relief di Candi Cetho ini lebih simpel dibandingkan relief di Candi Hindu lain yang cenderung lebih detail.
Baca juga:
Saat Anda menuju teras 4 Candi Cetho, Anda akan melihat susunan tangga yang terlihat sangat rapih. Dapat terlihat bahwa pembuatan tangga ini sangat rapih. Kemungkinan besar tangga yang ditemukan di teras 4 merupakan hasil pemugaran candi sehingga bentuknya sangat rapih dibandingkan dengan bangunan lain di Candi Cetho Karanganyar ini. Selain tangga, teras 4 ini memilki penampakan yang serupa dengan bagian teras lainnya di candi ini.
Di teras 5 Candi Cetho, Anda akan menemui dua buah arca yang berfungsi sebagai penjaga pintu masuk ke teras 5. Kedua arca di teras 5 ini sebut dengan arca Bima. Sama seperti teras lainnya, teras 5 ini merupakan halaman yang memilki dua buah bangunan serupa pendopo yang dibangun tanpa dinding. Sementara di teras 6, Anda juga akan menemui banguna berupa halaman kecil. Teras 6 ini sama halnya dengan teras lainnya di lingkungan Candi Cetho.
Baca juga:
Di depan teras nomer 7 di Candi Cetho, Anda akan disambut oleh sebuah gapura dengan tangga berbatu yang sangat rapih. Tangga yang disusun sangat rapih ini diapit oleh dua buah patung Ganesha dan satu buah patung Kalacakra. Di teras 7 Candi Cetho ini juga terdapat 2 buah bangunan serupa pendopo dengan tanpa dinding
Di teras 8 Candi ini, Anda juga akan melihat tangga yang terbuat dari batu. Tangga ini diapit pula oleh dua buah arca dengan relief. Relief yang tertulis dalam arca ini adalah tulisan jawa berupa angka tahun pembangunan candi. Dari sinilah diketahui umur dari Candi Cetho ini
Baca juga:
Di teras 9 Candi Cetho, Anda akan menemui dua buah bangunan yang menghadap ke arah timur. Kedua bangunan ini dipakai sebagai sarana penyimpanan benda benda kuno. Di depan kedua bangunan ini, Anda bisa melihat dua buah bangunan. Di bangunan sebelah kiri, terdapat satu patung Sabdapalon. Sementara di sisi kanan bangunan ini terdapat patung Nayagenggong. Kedua patung dalam bangunan ini merupakan tokoh Punakawan yang ada di cerita pewayangan.
Di teras 10 candi ini, Anda akan melihat 6 bangunan dengan sususan tiga bangunan di kanan dan tiga bangunan di kiri yang berhadapan satu sama lain. Di bangunan sebelah kiri terdapat arca Prabu Brawijaya. Sementara di bagian bangunan kanan, Anda bisa melihat arca Kalacakra. Bangunan sisis kanan yang paling ujung digunakan sebagai sarana penyimpanan pusaka Empu Supa. Empu Supa adalah seorang pembuat pusaka yang cukup terkenal pada masa itu.
Di teras 11 Candi Cetho ini, terdapat dinding batu setinggi 1.6 meter yang menyekat teras ini. Di teras 11 ini ada satu bangunan utama berupa ruangan tanpa atap yang dibangun dengan dinding batu. Bangunan ini memiliki tinggi sekitar 2 meter. Bangunan ini memiliki luas kurang lebih 5 meter persegi. Bangunan ini merupakan bangunan yang relatif lebih tinggi dari bangunan lain di Candi Cetho Karanganyar. Bila Anda ada di area teras 11 ini, Anda akan bisa melihat bangunan bangunan lain di Candi Cetho yang letaknya lebih rendah dari bangunan di teras 11 ini.
Baca juga:
Jadi begitulah singkat cerita mengenai sejarah candi cetho yang terletak di kabupaten Karanganyar dan menjadi situs agama yang sangat besar. Untuk menguri-uri kebudayaan jawa, sebagai generasi muda kita wajib mengetahui sejarahnya bahkan jika ada waktu bisa mengunjunginya langsung. Semoga bermanfaat!
[accordion]
[toggle title=”Artikel Terkait” state=”closed”]
[/toggle]
[toggle title=”Artikel Lainnya”]
[/toggle]
[/accordion]
Latar Belakang Hari Kebangkitan Nasional Setiap tanggal 20 Mei rakyat Indonesia memperingati hari kebangkitan nasional…
Latar Belakang Hari Buruh Internasional ( May Day) Demonstrasi dan orasi merupakan hak semua orang…
Mungkin banyak dari kita yang sering membaca atau mendengar istilah kolonialisme dan imperialisme. Selain dari…
Dunia ini memiliki banyak negara. Total ada Negara 193 negara yang ada di dunia ini.…
Kita sering kali mendengar istilah de facto dan de jure. Beberapa di antara kita mungkin…
Kerajaan Demak atau Kesultanan Demak merupakan bagian dari sejarah kerajaan Islam di Indonesia sebagai kerajaan…