Arkeologi merupakan suatu ilmu yang mempelajari kehidupan di masa lalu dan mengetahui kehidupan manusia berdasarkan peninggalan – peninggalan yang ada. Sedangkan arkeologi prasejarah adalah sub bidang ilmu arkeologi yang mempelajari kebudayaan manusia di zaman prasejarah, yang berawal sejak keberadaan manusia di muka bumi dan berakhir pada masa dikenalnya tulisan. Masa berakhirnya prasejarah bagi setiap bangsa tidak sama karena adanya perbedaan masa dalam pengenalan tulisan.
Arkeologi prasejarah mempelajari dua macam peninggalan yaitu peninggalan bergerak seperti alat – alat batu, perhiasan, peralatan dan gerabah, dan peninggalan tidak bergerak seperti bangunan megalitik dan gua – gua purba. Sedangkan peninggalan yang terbuat dari bahan organik tidak banyak jumlahnya karena telah musnah seiring perjalanan waktu. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan para arkeolog, maka kita bisa mengetahui mengenai kehidupan masyarakat prasejarah di Indonesia dan dunia yang terbagi menjadi beberapa zaman prasejarah berdasarkan arkeologi. Selain berdasarkan arkeologi, pembagian prasejarah berdasarkan geologi juga kerap dilakukan para peneliti. Pembagian zaman prasejarah berdasarkan arkeologinya adalah sebagai berikut.
Zaman Batu
Zaman batu terjadi sebelum pengenalan logam dan berbagai alat – alat kebudayaan masih dibuat dari batu selain kayu dan tulang. Zaman batu dibagi lagi menjadi beberapa bagian atau periode yaitu:
1. Zaman Paleolitikum (Zaman Batu Tua)
Zaman Paleolitikum adalah pembagian zaman batu pada masa prasejarah berdasarkan arkeologi. Paleolitikum artinya zaman batu tua yang ditandai dengan penggunaan perkakas atau alat pada manusia zaman batu yang masih berbentuk sederhana serta primitif dan kasar oleh Manusia Pendukung Zaman Paleolitikum (Zaman Batu Tua). Ciri – ciri manusia zaman Paleolitikum adalah sebagai berikut:
- Hidupnya berkelompok dan tinggal di sekitar aliran sungai, gua atau tinggal di atas pohon.
- Mereka mengandalkan makanan dari alam dengan teknik food gathering dan berburu.
- Mereka hidup nomaden yaitu selalu berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain.
- Jenis manusia purba yang hidup di zaman Paleolitikum yaitu pithecanthropus erectus, pithecanthropus robustus, menganthropus palaeojavanicus.
Kebudayaan Pacitan dengan manusia purba pithecanthropus dan kebudayaan Ngandong dengan manusia purba Homo Wajakensis serta Soloensis adalah kedua jenis kebudayaan yang dihasilkan pada zaman ini.
2. Zaman Mesolithikum (Zaman Batu Tengah)
Zaman ini diperkirakan mulai pada akhir zaman es yaitu sekitar 10 ribu tahun yang lalu. Diperkirakan manusia pada zaman ini adalah bangsa Melanoside yang menjadi nenek moyang orang Papua, Semang, Aeta, Sakai dan Aborigin. Masyarakat pada masa prasejarah berdasarkan arkeologi ini masih hidup nomaden dan melakukan food gathering, berburu dan menangkap ikan, tinggal di gua – gua di bawah bukit karang (kebudayaan abris sous roche), menghasilkan artefak manusia purba berupa alat – alat batu kasar, dan terdapat penemuan bukit – bukit kerang setinggi 7 meter di pinggir pantai (Kjokkenmodinger) yang diperkirakan merupakan sampah dapur. Alat – alat yang ditemukan pada zaman ini adalah kapak genggam (pebble), kapak pendek (hache coure), pipisan (batu penggiling), dan kapak – kapak yang terbuat dari batu kali yang dibelah. Ada juga lukisan atau coretan di gua dan alat – alat kesenian. Peninggalan zaman mesolithikum banyak ditemukan di daerah Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Flores.
3. Zaman Neolitikum (Zaman Batu Muda)
Ciri – ciri utama yang terdapat pada zaman prasejarah berdasarkan arkeologi ini adalah peralatan batu yang sudah diperhalus sehingga tidak lagi berupa alat yang kasar. Contohnya kapak persegi seperti beliung, torah dan pacul banyak ditemukan di Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Maluku, Sulawesi, dan Kalimantan. Lalu ada juga artefak di Indonesia berupa kapak batu atau kapak persegi berleher dari Minahasa, perhiasan dari Jawa, pakaian dari kulit kayu, tembikar yang ditemukan di Sumatera, Jawa, Melolo. Zaman batu muda di Indonesia dimulai sekitar tahun 1500 SM. Cara hidup manusia purba di zaman ini sudah beralih ke food producing dengan beternak dan bercocok tanam, mulai menetap di rumah – rumah panggung untuk menghindari bahaya dari binatang buas. Bahkan telah mulai membuat lumbung – lumbung untuk menyimpan padi atau gabah.
4. Zaman Megalitikum (Zaman Batu Besar)
Pada zaman ini ditemukan peralatan manusia yang terbuat dari batu – batu besar yang menunjukkan bahwa pada zaman ini manusia sudah mengenal kepercayaan terhadap roh nenek moyang (animisme) dan kepercayaan pada kekuatan gaib yang ada pada segala sesuatu (dinamisme). Peninggalan bersejarah zaman Megalitikum yang berhubungan dengan kepercayaan tersebut berada dalam bentuk menhir, dolmen, sarkofagus, arca, kubur batu dan punden berundak. Mereka juga sudah belajar untuk memperlakukan orang yang meninggal dengan penuh hormat, terbukti dengan adanya sarkofagus batu dan kubur batu tersebut.
Zaman Logam
Di masa prasejarah berdasarkan arkeologi ini manusia sudah bisa membuat jenis artefak berupa alat – alat dari logam selain peralatan dari batu yang sudah ada. Teknik peleburan logam juga sudah dikenal dengan mencetaknya menjadi bentuk alat yang diinginkan. Ada dua macam teknik pembuatan pada kebudayaan logam yaitu dengan cetakan batu (bivalve) dan menggunakan cetakan tanah liat serta lilin (a cire perdue). Teknik bivalve memiliki kelebihan yaitu dapat digunakan berkali – kali. Zaman logam juga disebut masa perundagian karena muncul golongan undagi yang mahir melakukan pekerjaan tangan. Zaman logam dibagi menjadi beberapa periode lagi yaitu:
1. Zaman Perunggu
Zaman ini dikenal juga dengan nama kebudayaan Dongson-Tonkin Cina , dimana manusia sudah mampu mencampur tembaga dengan timah sehingga mendapatkan logam yang lebih keras lagi. Alat – alat yang ditemukan dari zaman perunggu ini antara lain:
- Kapak corong atau kapak perunggu yang ditemukan di Sumatera Selatan, Jawa – Bali, Sulawesi, Kepulauan Selayar, Irian.
- Nekara perunggu atau moko, yaitu sejenis dandang yang digunakan untuk mas kawin. Moko ditemukan di Sumatera, Jawa – Bali, Sumbawa, Rote, Selayar dan Leti.
- Arca perunggu yang ditemukan di Bangkinang (Riau), Lumajang (Jawa Timur), dan Bogor (Jawa Barat).
2. Zaman Besi
Pada zaman prasejarah berdasarkan arkeologi ini sudah dikenal teknik peleburan besi dari bijinya dan dituang menjadi bentuk alat – alat yang diperlukan. Teknik melebur besi lebih sulit dilakukan daripada teknik peleburan tembaga atau perunggu karena membutuhkan panas yang sangat tinggi hingga kurang lebih 3500 derajat celcius. Alat – alat yang berasal dari masa ini antara lain mata kapak bertangkai kayu, mata pisau, mata sabit, mata pedang dan cangkul yang ditemukan di Gunung Kidul (Yogyakarta), Bogor (Jawa Barat), Besuki dan Punung (Jawa Timur).
Zaman prasejarah di Indonesia berupa zaman logam lebih dikenal dengan zaman perunggu karena didominasi oleh alat – alat dari perunggu. Sedikit dari alat besi yang ditemukan pada zaman prasejarah berdasarkan arkeologi ini. Perkembangan zaman logam yang terjadi di Indonesia berbeda dengan Eropa karena zaman logam di Eropa mengalami tiga periode mulai dari zaman tembaga, perunggu dan besi.
Sedangkan di Indonesia dan Asia Tenggara umumnya tidak mengalami zaman tembaga, namun langsung memasuki zaman perunggu dan besi sekaligus. Hasil penemuan juga lebih banyak berupa alat perunggu. Di kawasan Asia Tenggara, logam mulai digunakan sekitar tahun 3000 – 2000 SM. Zaman perunggu di Indonesia merupakan hasil dari percampuran antara masyarakat Proto Melayu asli Indonesia dengan ras Deutero Melayu (Melayu Muda) atau bangsa Mongoloid.