Devita Retno – Sejarah Lengkap Sejarahwan Sat, 18 Jan 2020 05:40:43 +0000 en-US hourly 1 https://wordpress.org/?v=5.8.3 Silsilah Kerajaan Demak Sebagai Kerajaan Islam Pertama /indonesia/kerajaan/silsilah-kerajaan-demak Sat, 18 Jan 2020 05:38:16 +0000 /?p=5483 Kerajaan Demak atau Kesultanan Demak merupakan bagian dari sejarah kerajaan Islam di Indonesia sebagai kerajaan Islam yang pertama dan terbesar di pantai utara Jawa. Sesuai dengan tradisi Jawa, sebelumnya Demak…

The post Silsilah Kerajaan Demak Sebagai Kerajaan Islam Pertama appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
Kerajaan Demak atau Kesultanan Demak merupakan bagian dari sejarah kerajaan Islam di Indonesia sebagai kerajaan Islam yang pertama dan terbesar di pantai utara Jawa. Sesuai dengan tradisi Jawa, sebelumnya Demak adalah kadipaten dari Majapahit sebagai kerajaan hindu- budha yang muncul sebagai kekuatan baru yang mewarisi kekuatan Kerajaan Majapahit.

Demak tercatat sebagai pelopor penyebaran agama Islam di pulau Jawa dan Indonesia pada umumnya. Para Wali Songo disebut – sebut berjasa dalam pendirian Kerajaan Demak, karena dalam upaya menyiarkan agama Islam mereka menjadikan Demak sebagai pusatnya.

Atas dukungan para wali songo khususnya Sunan Ampel, Raden Patah ditunjuk sebagai penyiar agama Islam di Demak. Ia adalah keturunan Majapahit yang menikah dengan putri dari Campa.

Raden Patah juga membuka pesantren yang berlokasi di Glagah Wangi, yang segera saja mengundang minat masyarakat. Perlahan desa tersebut berubah menjadi pusat perdagangan, dan berkembang menjadi Kerajaan Demak.

Secara resmi Kerajaan Demak resmi berdiri beberapa waktu setelah kerajaan Majapahit runtuh, yaitu pada tahun 1481 M atau 1403 Saka. Daerah kekuasaannya mencakup kota Banjar, Palembang, Maluku dan bagian utara pantai pulau Jawa.

Silsilah Raja – Raja Kerajaan Demak

Pada awalnya Kerajaan Demak hanya terdiri dari wilayah seperti Glogoh atau Bintoro yang masih menjadi bagian dari Kerajaan Majapahit. Setelah kekuasaan Majapahit runtuh, Kerajaan Demak perlahan – lahan mulai menampakkan potensinya sehingga tidak membutuhkan waktu lama untuk berkembang menjadi kota besar dan pusat perdagangan berkat usaha para Wali Songo dan menjadi bagian dari sejarah Islam di Indonesia.

Pada saat itu wilayah – wilayah Majapahit yang tersebar atas kadipaten bahkan saling serang demi klaim sebagai pewaris tahta Majapahit. Sementara pada saat itu Demak adalah wilayah yang mandiri, dan dianggap sebagai penerus langsung Majapahit melalui Raden Patah yang menjadi putra terakhir Majapahit.

Demak juga menjadi kerajaan di Indonesia yang menjadi pusat penyebaran agama Islam di Jawa dan wilayah timur nusantara. Silsilah kerajaan Demak dimulai dari pendirinya, yaitu Raden Patah.

1. Raden Patah

Raden Patah adalah putra dari Raja Brawijaya dari Majapahit dan seorang putri dari Campa. Ia memiliki lima orang anak yaitu Pati Unus, Pangeran Sekar Seda Lepen, Sultan Trenggana, Raden Kanduwuran dan Raden Pamekas.

Raden Patah menjabat sebagai Raja Demak dengan gelar Sultan Alam Akbar al Fatah atau Senapati Jumbung Ngabdurrahman Panembahan Palembang Sayidin Panatagama selama 18 tahun sejak tahun 1500 – 1518. Selama masa pemerintahannya, Raden Patah membangun masjid agung Demak dan alun – alun di tengah kota Demak.

Setelah Malaka jatuh ke tangan Portugis, kedudukan Demak sebagai pusat penyebaran agama Islam semakin meningkat. Kekuasaan Demak melebar hingga ke Sukadana (Kalimantan Selatan), dan Jambi hingga Palembang. Kebesaran Demak yang bertambah menyebabkan ancaman terhadapnya juga semakin besar.

Raden Patah kemudian mengutus Pati Unus untuk merebut Malaka dari tangan Portugis, dibantu oleh Aceh dan Palembang. Penyerbuan itu dilakukan pada tahun 1512 dan 1513 dengan 90 buah jung dan 12000 tentara. Namun upaya tersebut gagal karena kekurangan persenjataan.

2. Pati Unus

Anak dari Raden Patah ini adalah Raja Demak yang masa pemerintahannya paling singkat yaitu mulai 1518 – 1521. Namun demikian, ia tetap mampu menggertak Portugis dengan upayanya tersebut.

Gelar Pangeran Sabrang Lor (Pangeran yang pernah menyeberang ke Utara) diberikan kepadanya karena keberanian dalam melawan Portugis untuk merebut Malaka. Pati Unus juga dikenal dengan nama Yat Sun atau Adipati Unus, selain nama aslinya yaitu Raden Surya.

Pada tahun 1521 Pati Unus memimpin penyerbuan kedua ke Malaka untuk melawan Portugis dan gugur dalam pertempuran tersebut. Ia digantikan oleh Sultan Trenggana, adik kandungnya karena tidak memiliki keturunan. Peninggalan kerajaan demak ada pada peninggalan kerajaan Islam di Indonesia dalam sejarah kerajaan Banten.

3. Sultan Trenggana

Sultan Trenggana dalam silsilah Kerajaan Demak dikenal sebagai pemimpin yang bijaksana dan membawa Demak mengalami masa kejayaan dibawah pemerintahannya. Wilayah kekuasaan Demak juga meluas hingga ke Jawa Barat dan Jawa Timur.

Ia mengirimkan pasukan di bawah pimpinan Fatahillah pada 1522 untuk mengusir Portugis dari Sunda Kelapa. Pada saat itu Portugis sedang berusaha menjalin hubungan dengan Kerajaan Sunda, dan Sultan Trenggono berusaha mencegah agar Portugis tidak menguasai wilayah Sunda Kelapa dan Banten yang menjadi wilayah kekuasaan Kerajaan Sunda.

Keberhasilan mengusir orang – orang Portugis juga membuat Fatahillah berhasil mengusasai Banten dan Cirebon. Setelah itu, satu persatu daerah kerajaan Hindu dan Buddha di Jawa Timur juga ditaklukkan seperti Wirosari pada 1528, Tuban pada 1528, Madiun pada 1529, Lamongan, Blitar dan Pasuruan serta Wirosobo pada 1541 – 1542.

Mataram, Madura , Blambangan dan Pajang akhirnya juga jatuh kepada kekuasaan Demak. Untuk memperkuat kedudukannya, Sultan Trenggana akhirnya menikahkan putrinya dengan Pangeran Langgar yang menjadi Bupati Madura.

Kemudian putra dari Bupati Pengging yang bernama Tingkir juga dijadikan menantunya dan diangkat sebagai Bupati Pajang. Fatahillah juga dinikahkan dengan adiknya, dan Pangeran Pasarehan (Raja Cirebon) dinikahkan dengan salah satu putrinya yang lain. Masa kekuasaannya dalam silsilah Kerajaan Demak berakhir ketika Sultan Trenggana meninggal pada 1546 ketika sedang bertempur di Pasuruan.

4. Sunan Prawoto

Setelah wafatnya terjadi perselisihan mengenai penerus kerajaan Demak. Perseteruan ini dimulai sejak wafatnya Pati Unus yang tidak memiliki keturunan dan digantikan oleh Trenggana. Walaupun setelah Pati Unus ada Pangeran Seda Lepen (Raden Kikin), ia bukanlah putra dari permaisuri Raden Patah.

Seda Lepen adalah putra dari selir, putri dari Bupati Jipang. Perebutan tahta dimenangkan oleh Trenggana. Prawoto membunuh Raden Kikin untuk mendukung ayahnya.

Oleh karena itu dalam silsilah Kerajaan Demak seharusnya yang menggantikan Sultan Trenggana adalah Pangeran Mukmin atau Pangeran Prawoto sebagai putra tertuanya karena ia adalah keturunan permaisuri. Sunan Prawoto sempat memerintah selama beberapa saat, namun ia lebih nyaman hidup sebagai ulama daripada sebagai raja.

Karena kesibukannya sebagai ulama, satu persatu daerah kekuasaan Demak berhasil berkembang bebas tanpa bisa dihalangi. Dibawah pemerintahannya, pusat pemerintahan Demak dipindahkan ke Prawoto dari Bintoro. Ia bercita – cita untuk mengislamkan seluruh Jawa dan ingin memiliki kekuasaan seperti Sultan Turki, menutup jalur beras ke Malaka.

5. Arya Penangsang

Masa pemerintahan Sunan Prawoto berjalan singkat karena ia dibunuh oleh suruhan  Arya Penangsang. Arya Penangsang yang merupakan putra Pangeran Sekar Seda Lepen, saudara Sultan Trenggono kemudian mengambil alih tahta.

Ia juga membunuh putra Pangeran Prawoto, Pangeran Hadiri dan istri Sunan Prawoto melalui orang suruhannya, Rungkud. Pusat pemerintahan dipindahkan oleh Arya Penangsang ke Jipang, dekat Cepu. Walaupun Arya Penangsang yang sudah menjadi Bupati Jipang didukung Sunan Kudus, namun keluarga kerajaan tidak merestuinya.

Ia dikalahkan oleh Ratu Kalinyamat dan Aria Pangiri berkat bantuan dari Jaka Tingkir (Hadiwijaya). Hadiwijaya bersama Ki Gede Pamanahan dan Ki Penjawi berhasil menaklukkan Arya Penangsang. Arya Penangsang dibunuh oleh Danang Sutawijaya, anak angkat Hadiwijaya pada 1549 berkat taktik dari Ki Juru Martani.

Sejak itu wilayah kerajaan Demak dipindahkan ke Pajang pada 1586. Ini adalah akhir dari kekuasaan Kerajaan Demak dan akhir dari silsilah Kerajaan Demak. Sebagai gantinya, mulailah sejarah dari Kerajaan Pajang pimpinan Joko Tingkir. Kerajaan Demak juga masuk pada sejarah berdirinya Banten yang menjadi salah satu kerajaan Islam terkuat di Nusantara.

The post Silsilah Kerajaan Demak Sebagai Kerajaan Islam Pertama appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
Sejarah Berdirinya Dinasti Abbasiyah Dalam Islam /agama/islam/sejarah-berdirinya-dinasti-abbasiyah-dalam-islam Sat, 18 Jan 2020 05:28:41 +0000 /?p=5484 Kekhalifahan Abbasiyah atau Bani Abbasiyah merupakan kekhalifahan kedua Islam yang berkuasa di Baghdad, Irak. Pada masanya kekhalifahan Abbasiyah berkembang pesat dan menjadikan Islam sebagai pusat pengetahuan dunia. Kekuasaannya dimulai setelah…

The post Sejarah Berdirinya Dinasti Abbasiyah Dalam Islam appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
Kekhalifahan Abbasiyah atau Bani Abbasiyah merupakan kekhalifahan kedua Islam yang berkuasa di Baghdad, Irak. Pada masanya kekhalifahan Abbasiyah berkembang pesat dan menjadikan Islam sebagai pusat pengetahuan dunia.

Kekuasaannya dimulai setelah merebutnya dari Bani Umayyah dan menaklukkan semua wilayahnya kecuali Andalusia. Bani Abbasiyah merujuk kepada keturunan paman termuda Nabi Muhammad seperti yang diceritakan dalam sejarah peristiwa isra miraj, Abbas bin Abdul Muthalib (566 – 652) dan itu sebabnya juga masih termasuk kepada Bani Hasyim.

Anggota dari bani Umayyah yang selamat melarikan diri dari Damaskus dan menuju Spanyol dengan menyeberangi Laut Tengah lalu mendirikan Kekhalifahan Umayyah. Keturunan bani Umayyah yang selamat memerintah Spanyol untuk waktu yang lama.

Bani Abbasiyah menjadi dinasti kekhalifahan terlama sepanjang sejarah berdirinya agama Islam yang berkuasa mulai tahun 750 M – 1258 M (132 H – 656 H), dan ibukota pemerintahan dipindahkan ke Baghdad dari Damaskus pada 762 M. Dalam sejarah berdirinya dinasti Abbasiyah, mereka memerintah seluruh Asia Barat dan Afrika Utara.

Bani Abbasiyah lebih fokus kepada dataran Irak dan Iran daripada wilayah pesisir seperti Israel, Suriah, Lebanon dan Mesir. Baghdad dengan cepat berkembang menjadi kota besar dan maju dihuni oleh sekitar hampir setengah juta orang pada tahun 800-an masehi.

Banyak kelompok bangsa berbeda yang tinggal di Baghdad seperti Arab, Persia, Yahudi dan Yunani, dengan bahasa Arab, Aram dan Persia. Selain Islam yang menjadi agama mayoritas, ada juga penganut agama lain seperti Kristen, Yahudi dan Zoroaster.

Pemerintahan Abbasiyah berkembang selama tiga abad dan mulai meredup setelah bangsa Turki yang sebelumnya menjadi bagian dari tentara kekhalifahan bernama Mamluk mulai naik daun. Hingga sekarang, keturunan dari Bani Abbasiyah termasuk suku al – Abbasi banyak tinggal di timur laut Tikrit, Irak.

Awal Berdirinya Dinasti Abbasiyah

Dinasti Abbasiyah berdiri setelah mereka berhasil menaklukkan Dinasti Umayyah. Keturunan Al-Abbas menjadi pendiri dinasti Abbasiyah, yaitu Abdullah al-Saffah bin Muhammad bin Ali bin Abdullah bin al-Abbas.

Kelompok Abbasiyah merasa lebih layak memegang tonggak kekuasaan daripada Bani Umayyah karena mereka berasal dari Bani Hasyim yang lebih dekat garis keturunannya dengan Nabi Muhammad. Saat itulah sejarah runtuhnya bani Umayyah.

Sejarah berdirinya dinasti Abbasiyah tidak dapat dilepaskan dari peperangan yang berdarah dan bergejolak. Pada awalnya, cicit dari Abbas bernama Muhammad bin Ali berkampanye untuk mengembalikan kekuasaan pemerintahan kepada keluarga Bani Hasyim di Parsi ketika Umar bin Abdul Aziz masih memerintah. Pertentangan semakin memuncak pada masa pemerintahan khalifah Marwan II.

Menjelang berakhirnya dinasti Umayyah, ada kelompok dari Bani Hasyim yang teraniaya sehingga melakukan perlawanan. Kelompok Bani Hasyim keturunan Ali dipimpin oleh Abu Salamah dan keturunan Abbas dipimpin oleh Ibrahim Al- Iman.

Selain itu juga ikut kelompok keturunan bangsa Persia, pimpinan Abu Musli al-Khurasany bekerja sama menaklukkan dinasti Umayyah. Pada akhirnya kaum Abbasiyah berhasil menaklukkan pemimpin terakhir Umayyah, yaitu Marwan bin Muhammad. Abu Abbas al-Saffah berhasil meruntuhkan Bani Umayyah dan diangkat sebagai khalifah.

Selama tiga abad bani Abbasiyah memegang kekuasaan kekhalifahan, mengusung kepemimpinan gaya Islam dan menyuburkan kembali ilmu pengetahuan dan pengembangan budaya di Timur Tengah.

Masa Kejayaan Dinasti Abbasiyah

Sejarah berdirinya dinasti Abbasiyah memasuki masa kejayaannya dengan menerapkan pola pemerintahan yang berbeda – beda sesuai dengan perubahan politik, sosial dan budaya. Pusat pemerintahan saat itu terletak di Kuffah. Kepemimpinan kemudian digantikan oleh Abu Jafar al-Mansur mulai 750 – 775 M, saudara dari Abu Abbas.

Ia membangun kota baru yang diberi nama Baghdad, dimana terdapat istana bernama Madinat as-Salam. Pada periode awal sekitar 750 – 847 M, kegiatan perluasan wilayah masih diutamakan dinasti Abbasiyah dan membuat pondasi sistem pemerintahan yang akan menjadi panduan bagi kepemimpinan selanjutnya.

Setelah Abu Jafar, Abbasiyah dipimpin oleh Harun al-Rasyid mulai 789 – 809 M. Ia mendirikan perpustakaan terbesar pada zamannya bernama Baitul Hikmah, sehingga orang – orang terpelajar dari kalangan Barat dan Muslim datang ke Baghdad untuk mendalami ilmu pengetahuan.

Setelah itu Abbasiyah dipimpin oleh al-Amin dan al-Makmun al-Rasyid, putra Harun al-Rasyid. Al Makmun memimpin sejak 813 – 833 M dan memperluas Baitul Hikmah menjadi akademi ilmu pengetahuan pertama di dunia.

Ia juga mendirikan Majalis al-Munazharah yang mengadakan pengajian di rumah, masjid dan istana khalifah, dan menjadi tanda akan bangkitnya kekuatan penuh dari Timur dengan Baghdad sebagai pusat kebudayaan dan puncak keemasan Islam.

Pada masa ini juga banyak diterjemahkan buku – buku karya kuno dari Yunani dan Syria kuno ke dalam bahasa Arab. Paham Muktazilah dianut al-Makmun sebagai mazhab negara, yaitu menggunakan akal sebagai dasar untuk memahami dan menyelesaikan persoalan teologi, yang merintis pembahasan teologi Islam secara detil dan filosofis sehingga muncul filsafat Islam.

Selanjutnya dalam sejarah berdirinya dinasti Abbasiyah dipimpin oleh Khalifah al-Mutawakkil mulai 847 – 861 M. Ia berbeda dengan khalifah sebelumnya karena lebih cenderung ke cara berpikir ahlun sunnah.

Dalam sejarah berdirinya dinasti Abbasiyah, ia hidup pada satu zaman dengan para tokoh besar Islam seperti Abdul Malik bin Habib (imam Mazhab Maliki), Abdul Azis bin Yahya al-Ghul(murid Imam Syafi’i), Abu Utsman bin Manzini (pakar ilmu nahwu) dan Ibnu Kullab, seorang tokoh dalam bidang ilmu kalam.

Terjadi perselisihan mengenai penerus kekhalifahan setelah al-Mutawakkil karena sebelum dirinya wafat, ia hendak menurunkan mandat kepada anak – anaknya yaitu al-Muntashir, al-Mu’taz dan al-Muayyad. Tetapi ia kemudian mengubah susunan penerusnya menjadi al-Mu’taz lebih dulu , namun al- Muntashir tidak menerimanya.

Akibatnya posisi al-Muntashir langsung diturunkan dengan paksa, bersamaan dengan berlangsungnya ketidak senangan orang – orang Turki kepada al-Mutawakkil karena beberapa sebab. Al-Muntashir dan orang – orang Turki kemudian sepakat untuk membunuh al-Mutawakkil. Setelah ayahnya dibunuh, al-Muntashir menjadi pemimpin khalifah namun hanya selama enam bulan karena ia justru berbalik menjelekkan orang Turki dan dibunuh oleh mereka.

Sejarah berdirinya dinasti Abbasiyah kemudian mengalami kemunduran sejak saat itu. Banyak pula faktor lain yang mempengaruhinya karena kurangnya perhatian pada persoalan politik, seperti pemisahan diri Afrika Utara untuk membentuk pemerintahan merdeka bernama Kekhalifahan Fathimiyah.

Para gubernur di berbagai propinsi seperti dinasti Samaniyah mulai bertindak lebih bebas, dan para jenderal Turki di pasukan Abbasiyah juga semakin lama semakin sulit dikendalikan oleh para khalifah.

Kesulitan komunikasi antara pusat pemerintahan sulit dilakukan pada masa itu karena wilayah kekuasaan yang sangat luas, bahkan tingkat kepercayaan antara penguasa dan para pelaksana pemerintahan sangat rendah.

Begitu juga keuangan negara yang sulit karena negara perlu mengeluarkan biaya yang sangat besar untuk angkatan bersenjata. Pemisahan – pemisahan wilayah pun mulai terjadi, sebagian besar karena perbedaan cara mengelola daerah kekuasaan yang berbeda dengan Bani Umayyah.

Pada masa Bani Umayyah, wilayah kekuasaannya tetap sejajar dengan batas – batas wilayah kekuasaan Islam. Namun pada masa pemerintahan Abbasiyah, kekuasaan mereka tidak pernah diakui di Spanyol dan seluruh Afrika Utara kecuali sebagian kecil Mesir.

Dalam kenyataannya banyak wilayah berada dalam kekuasaan khalifah hanya dalam bentuk pengiriman upeti pajak dari gubernurnya masing – masing. Pada saat kekhalifahan Abbasiyah mulai menunjukkan kemunduran, propinsi – propinsi tersebut mulai melepaskan diri dan tidak lagi membayar pajak, bahkan berusaha menguasai kekhalifahan itu sendiri.

Sejarah perang uhud juga terjadi setelah kekhalifahan abbasiyah selesai, dan menjadikan kekuasaan bercampur tangan serta menimpulkan berbagai perang seperti dalam sejarah perang badar.

The post Sejarah Berdirinya Dinasti Abbasiyah Dalam Islam appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
9 Prasasti Hindu Peninggalan Kerajaan di Indonesia /agama/hindu/9-prasasti-hindu-peninggalan-kerajaan-di-indonesia Sat, 18 Jan 2020 05:11:28 +0000 /?p=5481 Prasasti adalah sebuah piagam atau dokumen yang ditulis pada bahan yang berpermukaan keras dan dapat bertahan lama. Prasasti merupakan benda peninggalan sejarah yang isinya adalah tulisan dari masa lampau. Tulisan…

The post 9 Prasasti Hindu Peninggalan Kerajaan di Indonesia appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>

Prasasti adalah sebuah piagam atau dokumen yang ditulis pada bahan yang berpermukaan keras dan dapat bertahan lama. Prasasti merupakan benda peninggalan sejarah yang isinya adalah tulisan dari masa lampau. Tulisan tersebut bisa dicatat di atas batu, tanah liat, logam atau tanduk binatang.

Prasasti dianggap sebagai sumber sejarah terpenting diantara berbagai sumber sejarah kuno yang ada karena mampu memberikan kronologis dari suatu peristiwa di masa lalu. Selain memiliki unsur penanggalan, prasasti juga kerap mengungkap sejumlah nama serta alasan dibuatnya prasasti tersebut.

Kata Prasasti berasal dari bahasa Sansekerta yang arti sebenarnya adalah “pujian” kemudian mengalami pergeseran arti menjadi “piagam, maklumat, surat keputusan, undang – undang atau tulisan”.

Isi prasasti tidak selalu mengenai pujian terhadap para raja, melainkan mengenai penetapan status tanah perdikan, keputusan pengadilan, tanda kemenangan, utang piutang, juga tentang kutukan atau sumpah, juga asal usul tokoh lampau atau genealogi raja – raja. Sejarah masa lampau dari peninggalan agama Hindu juga bisa dilihat dari candi Hindu di Indonesia, candi peninggalan agama HIndu yang berasal dari kerajaan di Indonesia

Prasasti Peninggalan Agama Hindu

Prasasti peninggalan agama Hindu umumnya ditulis menggunakan huruf Pallawa dan dengan bahasa Sansekerta. Penemuan prasasti di sejumlah situs arkeologi kerap menandakan berakhirnya zaman prasejarah dan mulainya zaman sejarah ketika masyarakatnya sudah mengenal tulisan. Berikut ini adalah beberapa prasasti yang berasal dari corak agama Hindu di Indonesia.

1. Prasasti Kutai (Kalimantan Timur)

Prasasti Kutai dikenal juga dengan nama Prasasti Mulawarman adalah peninggalan sejarah dari Kerajaan Kutai. Ada tujuh buah yupa yang berisi prasasti, akan tetapi baru empat buah yang berhasil dibaca dan diterjemahkan. Prasasti ini ditulis menggunakan huruf Pallawa pra-nagari dan bahasa Sansekerta.

Diperkirakan bentuk dan jenisnya berasal dari masa kurang lebih sekitar 400 M, yang ditulis dalam bentuk puisi anustub. Isi prasasti ini menceritakan mengenai Raja Mulawarman yang menyumbang banyak sapi kepada kaum Brahmana.

Disini juga disebutkan bahwa Mulawarman adalah cucu dari Kudungga dan anak Aswawarman. Prasasti Hindu ini adalah yang tertua dari kerajaan Hindu di Indonesia dan ditemukan di Kabupaten Kutai, Kalimantan Timur tepatnya di hulu sungai Mahakam.

2. Prasasti Ciaruteun (Bogor)

Prasasti Ciampea atau Ciaruteun ditemukan di tepi sungai Ciaruteun, dekat muara sungai Cisadane, Bogor, Jawa Barat. Prasasti Hindu ini adalah peninggalan kerajaan Tarumanegara.

Lokasi penemuan prasasti adalah sebuah bukit yang dalam bahasa Sunda disebut pasir, dimana bukit tersebut diapit oleh tiga sungai yaitu Cisadane, Cianten dan Ciaruteun. Tempat ini hingga abad ke 19 masih termasuk wilayah Ciampea dan masih disebut Pasir Muara.

Sekarang wilayah penemuan prasasti ini masuk ke dalam wilayaj Kecamatan Cibungbulang. Prasasti ini ditulis menggunakan aksara Pallawa dan bentuk seloka bahasa Sansekerta, menggunakan metrum anustubh yang terdiri dari tiga baris dan terdapat pahatan gambar ubi serta sulur – suluran atau pilin, sepasang telapak kaki dan gambar laba – laba.

3. Prasasti Canggal (Magelang)

Prasasti Hindu ini disebut juga sebagai Prasasti Gunung Wukir atau Prasasti Sanjaya, berbentuk candra sengkala dengan angka tahun 654 saka atau 732 M. Ditemukan di halaman candi Gunung Wukir di desa Kadiluwih, Kecamatan Salam, Magelang, Jawa Tengah dan ditulis pada stela batu. Isi prasasti ini diperkirakan sebagai pernyataan diri Raja Sanjaya pada tahun 732 sebagai penguasa universal dari Mataram Kuno.

4. Prasasti Dinoyo (Malang)

Penemuan prasasti Hindu ini terjadi di Desa Dinoyo, bagian barat laut Kota Malang. Dengan angka tahun 760 M, prasasti ini bertuliskan huruf Kawi dan bahasa Sansekerta. Isinya menceritakan bahwa pada abad ke 8 ada suatu kerajaan yang berpusat di Kanjuruhan atau sekarang Desa Kejuron, dan rajanya bernama Dewasimha.

Dewasimha memiliki putra bernama Limwa yang mengganti namanya menjadi Gajayana setelah menggantikan ayahnya sebagai raja. Gajayana mendirikan tempat pemujaan untuk Dewa Agastya. Arca yang melukiskan Agastya diganti dengan arca batu berwarna hitam.

5. Prasasti Jambu (Bogor)

Ditemukan di daerah perkebunan sekitar 30 km sebelah barat Bogor, prasasti Jambu atau Pasir Kolengkak berasal dari Kerajaan Tarumanegara. Persisnya di wilayah kampung Pasir Gintung, desa Parakanmuncang, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor.

Pada masa Belanda wilayah ini menjadi bagian dari perkebunan karet Sadeng – Djamboe, sekarang dikenal dengan PT. Perkebunan XI Cikasungka, Cigudeg, Bogor. Penemunya adalah Jonathan Rigg pada 1854 dan dilaporkan kepada Dinas Purbakala tahun 1947, dan pertama kali diteliti pada tahun 1954.

Isinya adalah dua baris aksara Pallawa, berbentuk seloka Sansekerta dan metrum Sragdhara. Menyebutkan nama Raja Purnawarman yang memerintah di negara Taruma, tanpa angka tahun namun diperkirakan berasal dari abad ke 5 M berdasarkan analisis palaeographis.

6. Prasasti Kebon Kopi (Bogor)

Prasasti Tapak Gajah atau Kebonkopi I juga peninggalan kerajaan Tarumanegara. Pada prasasti ini terdapat ukiran tapak kaki gajah yang diperkirakan sebagai tunggangan raja Purnawarman. Gajah itu disamakan dengan Airawata, tunggangan Dewa Indra.

Letak prasasti Hindu ini adalah di Kampung Muara, Desa Ciaruteun Ilir, Cibungbulang, Bogor. Ditemukan pada abad ke 19 ketika penebangan hutan dilakukan untuk lahan perkebunan kopi.

Kemudian prasasti Pasir Muara atau prasasti Kebonkopi II merupakan prasasti tertua yang menyebutkan angka tahun pada 854 Saka (932 M), menjadi sejarah kerajaan Pajajaran di tanah Sunda.

7. Prasasti Cidanghiang (Pandeglang)

Salah satu prasasti Hindu yang berasal dari kerajaan Tarumanegara lagi. Letaknya di tepi sungai Ci Danghiyang di Desa Lebak, Kecamatan Munjul, Kabupaten Pandeglang. Toebagus Roesjan pertama kali melaporkannya kepada Dinas Purbakala pada 1947.

Isinya ditulis dalam bahasa Sansekerta menggunakan aksara Pallawa dan metrum anustubh yang menggambarkan keagungan Raja Purnawarman. Dari prasasti ini bisa diketahui bahwa Banten dulunya pernah menjadi wilayah kekuasaan Tarumanegara yang beragama Hindu Wisnu.

8. Prasasti Pasir Awi

Satu lagi prasasti Hindu peninggalan bersejarah di Indonesia dari kerajaan Tarumanegara adalah prasasti Pasir Awi atau Prasasti Cemperai. Lokasi ditemukannya ada di lereng selatan bukit pasir awi, di kawasan hutan perbukitan Cipamingkis, desa Sukamakmur, kecamatan Sukamakmur, kab. Bogor.

Peninggalan bersejarah di Jawa Barat ini ditemukan pada 1864 oleh N.W. Hoopermans dan berisi gambar pahatan telapak kaki menghadap ke utara dan timur. Isinya belum bisa dibaca karena menggunakan huruf ikal. 

9. Prasasti Tugu (Cilincing)

Prasasti Tugu juga berasal dari Kerajaan Tarumanegara. Isinya menerangkan mengenai penggalian sungai Candrabaga oleh Rajadirajaguru dan penggalian sungai Gomati oleh Purnawarman di tahun ke 22 pemerintahannya untuk membuat saluran di kedua sungai tersebut.

Penggalian dilakukan untuk menghindari bencana alam seperti banjir yang sering terjadi di masa pemerintahan Purnawarman, juga menghindari kekeringan yang terjadi pada musim kemarau. Lokasi ditemukannya berada di Kampung Batutumbuh, Desa Tugu.

Sekarang lokasi ini menjadi Kelurahan Tugu Selatan, Kecamatan Koja, Jakarta Utara. Prasasti ini adalah prasasti terpanjang dalam peninggalan Tarumanegara dan sebagaimana peninggalan Tarumanegara lainnya tidak memiliki angka tahun yang pasti. Melalui analisis Palaeographis, prasasti diperkirakan berasal dari abad 5 M.

Kebanyakan prasasti Hindu ditemukan memang berasal dari Kerajaan Tarumanegara yang pernah berkuasa di barat pulau Jawa pada abad ke empat hingga tujuh Masehi. Sebagai salah satu kerajaan tertua di Nusantara, Tarumanegara banyak meninggalkan catatan sejarah yang menunjukkan bahwa aliran kerajaan tersebut adalah Hindu Wisnu melalui peninggalan benda bersejarah di Indonesia berupa prasasti.

The post 9 Prasasti Hindu Peninggalan Kerajaan di Indonesia appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
Sejarah Perang Bali Melawan Belanda /indonesia/kerajaan/sejarah-perang-bali-melawan-belanda Sat, 18 Jan 2020 05:03:10 +0000 /?p=5479 Bali merupakan salah satu pulau di Kepulauan Sunda yang terletak di bagian Timur pulau Jawa. Jarak bentang pulau Bali sepanjang 105 mil. Pulau Bali pernah dikunjungi oleh Cornelis de Houtman…

The post Sejarah Perang Bali Melawan Belanda appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
Bali merupakan salah satu pulau di Kepulauan Sunda yang terletak di bagian Timur pulau Jawa. Jarak bentang pulau Bali sepanjang 105 mil. Pulau Bali pernah dikunjungi oleh Cornelis de Houtman secara baik – baik, namun dalam perkembangannya hubungan dengan Bali justru memburuk.

Pemerintah Hindia Belanda dan kerajaan setempat di Bali mengadakan perjanjian pada 1841 dan 1843 namun tidak berjalan dengan baik. Raja Buleleng berkali – kali melanggar perjanjian dan pemerintah Hindia Belanda mempersoalkan tradisi tawan karang, yaitu tradisi Bali yang mengklaim kapal beserta isinya yang karam dan terdampar di pesisir Bali.

Pemerintah Hindia Belanda menganggapnya tidak dapat diterima dalam hukum internasional dan tidak dapat membiarkan perlawanan yang dilakukan rakyat Bali karena akan memancing wilayah lain juga ikut melawan.

Latar Belakang Perang Puputan Bali

Pada masa lampau, berbagai kerajaan di Bali masing – masing memiliki kekuasaan sendiri atas wilayahnya. Terdapat Kerajaan Buleleng dan Karangasem di daerah pantai utara yang memanjang sampai timur laut.

Sedangkan Kerajaan Klungkung dan Gianyar berada di pantai sebelah timur, Kerajaan Badung berkuasa di ujung selatan pulau Bali, Jembrana dan Mengwi berada di sepanjang pantai barat dan barat daya. Masih ada Kerajaan Bangli yang terletak di tengah – tengah pulau Bali.

Kontak antara kerajaan Bali dengan Belanda sebenarnya sudah terjadi sejak abad ke 17, ketika para pedagang Belanda telah berusaha untuk mengadakan perjanjian dengan raja – raja Bali. Usaha itu tidak berhasil.

Belanda pada waktu itu mendekati para raja Bali dengan motif perdagangan. Usaha Belanda untuk mengikat perjanjian dengan raja – raja Bali baru mengalami keberhasilan pada 1841. Raja Klungkung, Badung, Buleleng, dan Karangasem mengikuti perjanjian tersebut.

Melalui isi perjanjian, tampak jelas bahwa VOC sedang berusaha memperluas daerah kekuasaannya berdasarkan PAX Netherlandica. Perjanjian tersebut menyatakan bahwa para raja Bali mengakui bahwa mereka berada di bawah kekuasaan Belanda, mereka tidak akan menyerahkan kerajaannya kepada bangsa Eropa yang lain, dan bendera Belanda diizinkan untuk dikibarkan di wilayah – wilayah kerajaan tersebut.

Belanda terutama keberatan dengan hukum tawan karang yang telah menimpa armadanya yang menjadi penyebab perang Bali. Pada tahun 1843 raja – raja Bali kemudian menandatangani perjanjian untuk menghapus tawan karang, namun mereka tidak sungguh – sungguh menepatinya sehingga perselisihan dengan Belanda mulai muncul.

Pada tahun 1845 Belanda menekan Raja Buleleng, Klungkung dan Karangasem untuk menghapus tawan karang namun ditolak. Raja Buleleng merasa gelisah karena Belanda menuntut penggantian atas kapal – kapal yang dirampas, biaya perang dan mengakui kerajaannya menjadi bagian dari wilayah Belanda.

Patih Buleleng I Gusti Ketut Jelantik mengatakan bahwa tuntutan tersebut tidak dapat diterima. Ia kemudian menggalang kekuatan pasukan kerajaan, melatih prajuritnya berperang dengan lebih intensif dan menambah perlengkapan serta persenjataan.

Begitu pula dengan kerajaan lain yang diam – diam menggiatkan kegiatan pasukannya. Belanda kemudian mengultimatum pada 14 Juni 1846 yang berlaku selama 3 x 24 jam agar Bali memenuhi semua tuntutan. Sekarang peninggalan belanda ada pada candi di Bali, museum di Bali dan koleksi museum Bali.

Perang Buleleng (Ekspedisi Belanda Pertama)

Pada Juni 1846 Belanda mengerahkan pasukan dan kapal yang dipimpin oleh Engelbertus Batavus van den Bosch. Pasukan Belanda terdiri dari 1700 prajurit, diantaranya ada 400 prajurit Eropa dipimpin oleh Letkol Gerhardus Bakker. Ultimatum kepada Raja Buleleng berakhir pada 17 Juni dan pada hari berikutnya pasukan Belanda dibawah Abraham Johannes de Smit van den Broecke tiba dengan perlindungan senapan laut.

Prajurit Bali sejumlah lebih dari 10000 orang mencegah pendaratan tersebut namun mereka mengalami kegagalan. Pasukan Belanda dapat maju ke pesawahan yang dikelilingi oleh pasukan Buleleng. Walaupun mendapatkan perlawanan sengit, pada hari berikutnya ibu kota Buleleng yaitu Singaraja berhasil dikuasai Belanda.

Pantai Buleleng diblokade dan Belanda menembaki istana raja dengan meriam dari arah pantai. Satu persatu wilayah berhasil diduduki dan istana jatuh ke tangan Belanda. Raja Buleleng berpura – pura mengalah dan sebagai patih, I Gusti Ketut Jelantik melanjutkan perlawanannya.

Perang Jagaraga I (Ekspedisi Belanda Kedua)

Dalam sejarah perang Bali, perang ini juga dikenal sebagai Perang Jagaraga yang berlangsung di tahun 1848. Pasukan Belanda berjumlah 2400 prajurit yang sepertiganya adalah orang Eropa sementara sisanya adalah orang Jawa dan Madura.

Pasukan ditambahkan lagi dengan satu kompi prajurit kulit hitam Afrika yang kemungkinan berasal dari koloni Belanda di Ghana (Pantai Emas). Mereka mendarat di Sangsit, Buleleng pada 7 Mei 1848 dengan dipimpin Mayjen van der Wijck. Orang Bali kemudian menarik diri ke Jagaraga setelah orang Belanda mendarat.

Benteng Jagaraga terletak di atas bukit, bentuknya merupakan “Supit Urang” yang dikelilingi parit dan ranjau untuk menghambat gerakan musuh. Selain laskar Buleleng yang ada disana, kerajaan lain seperti Karangasem, Mengwi, Gianyar dan Klungkung juga mengirim bala bantuan sehingga pasukan Bali seluruhnya berjumlah 15000 orang.

Istri patih Jelantik bernama Jero Jempiring juga menggerakkan para wanita untuk menyediakan makanan bagi para prajurit yang berperang. Dalam serangan tersebut Belanda mengalami kekalahan.

Perang Jagaraga II (Ekspedisi Belanda Ketiga)

Pada tahun 1849 dalam sejarah perang Bali, Belanda kembali mengerahkan pasukan yang lebih besar lagi yaitu sebanyak 4.177 orang sehingga terjadi perang Jagaraga II. Perang antara rakyat Bali dan Belanda berlangsung selama dua hari dua malam yaitu pada 15  – 16 April 1849.

Belanda mengerahkan pasukan darat dan laut yang dibagi menjadi tiga kolone. Kolone 1 dipimpin Van Swieten, kolone kedua dipimpin La Bron de Vexela, dan kolone 3 dipimpin Poland. Benteng Jagaraga jatuh ke tangan Belanda setelah terjadi pertempuran sengit.

Belanda kemudian berlayar ke Bali Selatan dan mendarat di Padang Bai untuk menyerang Klungkung. Sementara itu Belanda juga bersekutu dengan Kerajaan Lombok untuk melawan Karangasem yang sudah lama bermusuhan dengan Lombok.

Pasukan Lombok ikut ke kapal Belanda dan turut menyerang para pemimpin kerajaan Buleleng. Raja Buleleng dan I Gusti Ketut Jelantik terbunuh dalam pertempuran ini, sedangkan penguasa Karangasem melakukan ritual bunuh diri. I Gusti Ketut Jelantik menjadi salah satu dari para pahlawan nasional dari Bali.

Belanda melanjutkan serangan ke Klungkung, menduduki Goa Lawah dan Kusamba. Disana pasukan Belanda terkena wabah disentri sehingga kekuatan pasukan menurun. Mayjen Michiels tewas ketika Dewa Agung Istri Kanya memimpin serangan pada malam hari terhadap Belanda di Kusamba.

Belanda mundur ke kapal mereka ketika menghadapi kekuatan 33.000 orang dari Badung, Gianyar, Tabanan dan Klungkung. Kerajaan Karangasem dan Buleleng menawarkan penyerahan diri sehingga akan disepakati perjanjian baru. Van Swieten kemudian kembali ke Padang Cove dan pada tanggal 12 Juni tercapai persetujuan dimana Jembrana dinyatakan sebagai bagian dari Hindia Belanda dan Kerajaan Bangli digabung dengan Buleleng.

Perjanjian tersebut kemudian menjadi dasar dari kekuasaan Belanda atas Bali. Setelah itu masih terjadi berbagai perlawanan dalam sejarah perang Bali. Tahun 1858 I Nyoman Gempol mengangkat senjata untuk berperang melawan Belanda, dan tahun 1868 terjadi perlawanan yang dipimpin oleh Ida Made Rai, tetapi keduanya gagal.

The post Sejarah Perang Bali Melawan Belanda appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
Sejarah Perang Badar – Latar Belakang – Akibat /agama/islam/sejarah-perang-badar-2 Sat, 18 Jan 2020 04:49:51 +0000 /?p=5478 Terdapat beberapa perang besar dalam sejarah umat Islam yang terjadi pada masa Nabi Muhammad SAW, Perang Badar adalah salah satunya. Perang Badar dalam bahasa Arab disebut Ghazwat Badr terjadi pada…

The post Sejarah Perang Badar – Latar Belakang – Akibat appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
Terdapat beberapa perang besar dalam sejarah umat Islam yang terjadi pada masa Nabi Muhammad SAW, Perang Badar adalah salah satunya. Perang Badar dalam bahasa Arab disebut Ghazwat Badr terjadi pada 13 Maret tahun 624 M atau 17 Ramadhan Tahun 2 Hijriah.

Perang ini merupakan pertempuran besar pertama antara umat Islam melawan musuh – musuhnya. Lokasi pertempuran terletak di Kota Badar berjarak 80 mil barat daya Kota Madinah, di area Hijaz Arabia Barat yang sekarang dikenal sebagai Arab Saudi. Pihak – pihak yang terlibat dalam sejarah perang badar lengkap adalah umat muslim dari Madinah dan kaum Quraisy dari Mekkah.

Nabi Muhammad, Hamzah bin Abdul Muthalib serta Ali bin Abi Thalib adalah para pemimpin Muslim, sementara Abu Jahal adalah pemimpin dari kaum Quraisy. Pertempuran Badar merupakan pertempuran kunci yang berlangsung di awal Islam dan merupakan titik balik dari perjuangan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad untuk melawan kaum Quraisy.

Sejarah perang badar lengkap merupakan pertempuran yang menjadi bagian dari sejarah Islam sebagai suatu kemenangan yang didapatkan melalui bantuan langsung dari Allah, dan salah satu dari beberapa pertempuran yang dikisahkan dalam Al Qur’an.

Latar Belakang

Mekah pada masa itu adalah salah satu kota paling kaya dan paling kuat di jazirah Arabia. Mereka mampu membangun pasukan berjumlah tiga kali lebih besar daripada pasukan yang dimiliki pihak muslim.

Penyebab perang Badar kubra menjadi pertempuran besar pertama antara pasukan Muslim dan pasukan pimpinan Abu Jahal, walaupun di sepanjang akhir tahun 623 dan awal tahun 624 banyak juga terjadi beberapa pertempuran kecil antara keduanya. Beberapa masalah yang menjadi pemicu dalam sejarah perang badar singkat lengkap yaitu:

 Rasa Benci Abu Jahal

Penyebab perang Badar pertama adalah kebencian Abu Jahal kepada Nabi Muhammad yang berasal dari keluarga Bani Hasyim dan suku Quraisy. Pamannya, pemimpin Bani Hasyim dan suku Quraisy yaitu Abu Thalib kemudian melindungi perjalanan dakwah Nabi Muhammad sejak menerima wahyu di usia 40 tahun.

Abu Thalib meninggal pada tahun 619 M, setelah itu sayangnya kepemimpinan Bani Hasyim diteruskan oleh Amr bin Hisyam atau Abu Jahal. Ia adalah salah satu musuh Muhammad.

Posisi Abu Jahal sebagai penguasa Mekah terancam oleh kemunculan Nabi Muhammad dan kegiatan berdakwahnya. Sama halnya dengan kaum Quraisy lainnya yang melihat kaum muslim sebagai ancaman terhadap lingkungan dan kewibawaan mereka.

Perampasan dan pengusiran kaum muslim

Sejak Nabi Muhammad gencar berdakwah, orang – orang musyrik Mekah sudah menyatakan peperangan dengan menghalalkan darah kaum muhajirin, juga merebut paksa harta benda mereka. Perlindungan Abu Thalib yang hilang kemudian turut meningkatkan kekerasan terhadap kaum muslim di Mekkah.

Teror dan gangguan inilah lalu memaksa umat Islam untuk hijrah ke Madinah pada tahun 622 M. Namun mereka meninggalkan harta bendanya untuk hijrah sehingga harta benda tersebut menjadi sasaran untuk dirampas kaum kafir Quraisy seperti penyebab perang uhud, sejarah perang aleppo, sejarah perang uhud dan sejarah perang ain jalut.

Penindasan umat Islam

Perlakuan buruk terhadap kaum muslim tidak hanya berlangsung di Mekkah saja namun hingga ke Madinah. Kaum Quraisy meneror dengan menyerang dan menguasai harta benda kaum muslimin. Mereka takut banyak hasil perdagangan yang akan berpindah kepada kaum muslim.

Bahkan kaum Quraisy yang masuk agama Islam dikeluarkan dari sukunya, yang mana pada masa itu hal tersebut merupakan suatu penghinaan yang amat serius bagi seseorang sehingga memicu dari sejarah perang badar lengkap.

Memberi pelajaran kaum kafir

Dalam sejarah perang badar lengkap terjadi sebagai pemberi pelajaran kepada kaum kafir Quraisy. Pertempuran juga dilakukan untuk mengembalikan harta benda kaum muslim yang dirampas Quraisy. Hubungan antara kelompok masyarakat yang ada di Mekkah dan Madinah semakin tegang setelah hijrah.

Pada tahun 623 terjadi pertikaian ketika kaum muslimin memulai beberapa gerakan serangan yang disebut Ghazwat kepada rombongan dagang kaum Quraisy dari Mekkah. Serangan – serangan kecil terhadap kaum kafir Quraisy yang gagal biasanya berakibat kepada aksi balasan berupa perampasan harta benda kaum Muslim.

Penyerbuan ke Nakhlah

Pemicu sejarah perang badar lengkap juga berasal dari penyebuan di Nakhlah. Badar terletak diantara Madinah dan Laut Merah, dimana terdapat hamparan sebuah waduk besar dan beberapa sumur galian di tepiannya. Waduk yang ada juga dikeruk untuk menahan air dari sisa banjir yang terjadi ketika musim dingin.

Wilayah ini kemudian menjadi tempat persediaan air utama terutama ketika kafilah – kafilah dari Mekah menggunakannya sebagai tempat pemberhentian ketika pulang dari Damaskus.

Kaum muslimin menyerang kafilah Mekah pada Januari tahun 624 di dekat Nakhlah, sekitar 40 kilometer di luar kota Mekah sehingga membuat kaum kafir Quraisy sangat mendendam.

Mereka dendam karena penyerangan tersebut dilakukan pada bulan Rajab, bulan yang menurut kaum kafir Quraisy adalah bulan suci dimana seharusnya melakukan gencatan senjata dan tidak seharusnya berperang.

Akibat Perang Badar

Pasukan Abu Jahal mengalami kekalahan walaupun membawa jumlah pasukan yang sangat besar sekitar 1000 orang dan perlengkapannya. Mereka kalah dari pasukan muslimin yang hanya berjumlah 313 orang. Kekalahan tersebut terjadi karena para klan dalam pasukan Abu Jahal bertempur menggunakan taktik dan motivasi sendiri – sendiri, sedangkan pasukan muslim berada dalam satu komando disiplin bertempur dan dengan kemampuan yang terlatih.

Pasukan Quraisy kemudian melarikan diri setelah kalah, meninggalkan Abu Jahal dan Umayyah yang tewas. Kaum Quraisy yang tersisa dijadikan tawanan perang namun di bawah perintah Nabi Muhammad diperlakukan dengan baik.

Mereka kemudian dilepaskan dengan cara membayar tebusan seharga 120 dinar, sedangkan yang tidak mampu membayar diwajibkan mengajar baca dan tulis kepada penduduk Madinah. Kemenangan yang didapatkan Muslim pada pertempuran Badar memberikan berbagai akibat tersendiri bagi umat Islam maupun kaum kafir Quraisy di Mekah yaitu:

  • Kekuatan Islam di Madinah semakin solid dan telah muncul tokoh pemimpin baru yaitu Nabi Muhammad. Sebelumnya Nabi dianggap sebagai orang buangan dari Mekah.
  • Suku – suku Arab lainnya harus menganggap serius kekuatan Islam sebagai salah satu kekuatan baru selain kekuatan dominasi kaum Quraisy.
  • Nabi Muhammad memperkuat dan memantapkan posisinya sendiri di Madinah sehingga mampu mengeluarkan klan Bani Qainuqa dari Madinah, salah satu klan Yahudi yang sering mengancam kelancaran perjalanan dakwahnya di Madinah.
  • Para penentang Nabi Muhammad dalam berdakwah kehilangan pengaruhnya karena posisi politik mereka sudah melemah akibat kekalahan perang. Bahkan Abu Sufyan, pemimpin kaum Quraisy setelah Abu Jahal tewas, diangkat sebagai pejabat berpangkat tinggi dalam Kekalifahan Islam enam tahun kemudian ketika pasukan Nabi Muhammad memasuki Mekah. Anak Abu Sufyan kemudian melanjutkan dengan mendirikan Kekalifahan Umayyah.

Sejarah perang badar lengkap yang terjadi selama bertahun – tahun menjadi jalan bagi Nabi Muhammad untuk memantapkan kepemimpinan dan pemerintahannya di Madinah. Kemenangan dalam Perang Badar merupakan kemenangan militer pertama umat Islam, dan semangat jihad yang dikobarkan pada masa itu sangat memberi pengaruh besar terhadap berjalannya dakwah Islam di masa berikutnya.

Al Qur’an telah menggambarkan kekuatan serangan dan kekuatan kaum Muslim dalam banyak ayat yang diturunkan sesudahnya, termasuk ribuan malaikat yang berperan untuk membantu perjuangan kaum Muslim.

The post Sejarah Perang Badar – Latar Belakang – Akibat appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
Sejarah Perang Aceh Melawan Belanda /indonesia/kemerdekaan/sejarah-perang-aceh-melawan-belanda-2 Sat, 18 Jan 2020 04:27:14 +0000 /?p=5476 Perang Aceh adalah salah satu dari banyaknya perlawanan bangsa Indonesia terhadap penjajahan Belanda yang terjadi jauh sebelum kemerdekaan Indonesia. Perang Aceh yang terjadi pada tahun 1873 – 1904 adalah perang…

The post Sejarah Perang Aceh Melawan Belanda appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
Perang Aceh adalah salah satu dari banyaknya perlawanan bangsa Indonesia terhadap penjajahan Belanda yang terjadi jauh sebelum kemerdekaan Indonesia. Perang Aceh yang terjadi pada tahun 1873 – 1904 adalah perang antara Kesultanan Aceh melawan Belanda.

Pernyataan perang Belanda terhadap Aceh terjadi pada 26 Maret 1873 dan mulai menembakkan meriam dari kapal perang Citadel van Antwerpen ke daratan Aceh. Sejarah perang Aceh menjadi peperangan yang paling lama dan besar yang pernah dilakukan bangsa Indonesia.

Bahkan setelah Kesultanan Aceh menyatakan menyerah pada 1904, perlawanan secara gerilya dan acak masih dilakukan oleh rakyat Aceh sehingga total waktu peperangan sebenarnya memakan waktu 69 tahun sejak 1873 – 1942.

Konon dalam sejarah perang Aceh menelan korban hingga 100 ribu orang dari kedua pihak sejak penyerbuan Belanda di Pantai Ceureumen pada April 1873.

Pada penyerbuan yang dipimpin oleh Johan Harmen Rudolf Kohler yang langsung menguasai Masjid Raya Baiturrahman tersebut, konon sekitar 37.500 orang dari pihak Belanda tewas, 70.000 orang dari Aceh tewas dan 500.000 orang mengalami luka – luka.

Perjanjian Belanda dan Inggris Raya

Pada tahun 1824 Belanda dan Britania Raya mengadakan perjanjian London mengenai batas – batas kekuasaan di Asia Tenggara mengacu pada garis lintang Singapura. Kedua negara tersebut mengakui kedaulatan Aceh dalam perjanjian.

Namun pada 1858 Sultan Ismail menyerahkan wilayah Deli, Langkat, Asahan dan Serdang kepada Belanda. Padahal semua daerah tersebut telah menjadi wilayah kekuasaan Aceh sejak Sultan Iskandar Muda berkuasa.

Aceh kemudian menuduh Belanda tidak menepati janji sehingga menenggelamkan kapal – kapal Belanda yang lewat perairan wilayah Aceh. Perairan Aceh menjadi sangat penting untuk lalu lintas perdagangan sejak dibukanya Terusan Suez oleh Ferdinand de Lesseps.

Kemudian perjanjian London 1871 kembali disepakati antara Inggris dan Belanda. Isi perjanjian tersebut bahwa Britania tidak keberatan pada tindakan Belanda untuk memperluas dominasinya di Sumatera dan membatalkan perjanjian tahun 1824.

Belanda harus menjaga keamanan lalu lintas di Selat Malaka, dan mengizinkan Britania bebas untuk berdagang di Siak, juga menyerahkan wilayah Guyana Barat kepada Britania. Aceh kemudian menjalin hubungan diplomatik dengan konsul Amerika Serikat, Kerajaan Italia, dan Kesultanan Usmaniyah di Singapura, dan mengirim utusan ke Turki Utsmani pada 1871.

Kegiatan diplomatik Aceh tersebut justru dijadikan alasan bagi Belanda untuk melakukan penyerangan ke Aceh. Walaupun Presiden Dewan Hindia Frederik Nicolaas Nieuwenhuijzen datang ke Aceh dengan membawa dua kapal perang, Sultan Mahmud Syah menolak menghentikan usaha diplomatiknya sehingga memicu pernyataan perang yang pada akhirnya menjadi penyebab perang Aceh dari Nieuwenhuijzen.

Terjadinya Perang Aceh

Perang Aceh terjadi dalam beberapa fase sepanjang puluhan tahun tersebut seperti berikut ini:

  • Perang Aceh Pertama (1873 – 1874)

Perang ini dipimpin oleh Panglima Polim dan Sultan Mahmud Syah, melawan Belanda yang berada di bawah kepemimpinan Mayr Jenderal Kohler. Mereka dapat mengalahkan Kohler dan 3000 orang prajuritnya, bahkan Kohler tewas pada 14 April 1873. Perang lalu berkecamuk di mana – mana sepuluh hari setelahnya.

Perang paling besar terjadi untuk merebut kembali Masjid Raya Baiturrahman bersama bantuan dari beberapa kelompok pasukan dari Peukan Aceh, Lambhuk, Lampu’uk, Peukan Bada, Lambada, Krueng Raya. Pasukan Belanda lalu dipimpin oleh Mayor Jenderal Van Swieten.

  • Perang Aceh Kedua (1874 – 1880)

Sejarah perang Aceh memasuki babak kedua dimana Belanda dibawah pimpinan Jenderal Jan van Swieten berhasil menduduki Keraton Sultan pada 26 Januari 1874. Keraton dijadikan sebagai pusat pertahanan Belanda, untungnya sebelum itu Sultan dan keluarganya sudah melarikan diri ke Lheungbata.

KNIL mengumumkan perang kedua pada 20 November 1873 sesudah kegagalan pada perang pertama. Belanda pada saat itu sedang mencoba menguasai seluruh Indonesia, bergerak pada November 1873 – April 1874. Pada bulan Januari 1874 Belanda berpikir bahwa mereka sudah menang perang sehingga mengumumkan pembubaran Kesultanan Aceh.

Namun pihak Aceh masih melawan, walaupun Sultan Mahmud Syah dan pengikutnya telah melarikan diri ke bukit dan Sultan meninggal akibat kolera pada 26 Januari 1874. Para ulama Aceh membentuk pasukan Jihad dipimpin Teuku Cik Di Tiro, sedangkan rakyat membentuk pasukan besar dibawah pimpinan Teuku Umar dan Cut Nyak Dhien.

Ketiganya kemudian diangkat sebagai pahlawan nasional dari Aceh. Tuanku Muhammad Daud Syah yang masih belia kemudian diumumkan sebagai Sultan Ibrahim Mansyur Syah (1874 – 1903) dalam sejarah Kesultanan Aceh Darussalam.

Perang Aceh Ketiga (1881 – 1899)

Dalam sejarah perang Aceh ketiga, perang dilanjutkan melalui cara gerilya berupa perang fisabilillah. Perang gerilya berlangsung hingga 1903, yang dipimpin Teuku Umar, Panglima Polim dan Sultan Aceh. Teuku Umar terus memimpin serangan ke pos – pos Belanda hingga dapat menguasai Meulaboh pada 1882.

Belanda sampai menggunakan pasukan khusus bernama Korps Marechaussee te Voet, tentara kerajaan Hindia Belanda. Mereka bukan tentara Belanda asli melainkan para serdadu bayaran Indonesia yang berasal dari Jawa serta Maluku yang sudah dilatih oleh Belanda.

Penyerbuan terus dilakukan ke daerah – daerah kekuasaan Belanda. Pada tahun 1899 pasukan Aceh diserang mendadak oleh pihak Van der Dussen di Meulaboh dan Teuku Umar gugur. Cut Nyak Dhien kemudian melanjutkan perjuangan sebagai komandan gerilya, seperti penyebab peristiwa Aceh 1990 dan bangunan bersejarah di Aceh.

Siasat Curang Belanda

Dr. Christiaan Snouck Hurgronje diutus oleh Belanda untuk menyusup ke masyarakat Aceh dan menyamar selama 2 tahun. Sebelumnya ia diharuskan mempelajari tentang Islam selama beberapa waktu sehingga fasih berbahasa Arab. Hasil pengamatannya ia gunakan untuk memberi rekomendasi kepada pasukan Belanda mengenai bagaimana cara mengalahkan rakyat Aceh.

Ia mengusulkan kepada Gubernur Militer Belanda Joannes Benedictus van Heutsz (1898 – 1904) agar Sultan dan pengikutnya yang berkedudukan di Keumala diabaikan dulu dan memfokuskan siasat dengan menyerang kaum ulama.

Ia juga mengatakan agar jangan berunding dengan para pemimpin gerilya, mendirikan pangkalan di Aceh Raya, dan menunjukkan niat baik dengan mendirikan mushala, langgar, masjid, memperbaiki sistem pengairan, dan membantu pekerjaan sosial rakyat Aceh. Usulan ini diterima oleh Van Heutz yang mengangkat Snouck sebagai penasihatnya.

Van Heutz meniru taktik perang rakyat Aceh secara gerilya dan pasukan Marechaussee pimpinan Hans Christoffel hingga mereka menguasai pegunungan dan hutan rimba raya Aceh selagi mencari para gerilyawan Aceh. Berikutnya Belanda menculik salah satu anggota keluarga pejuang Aceh, seperti penculikan permaisuri Sultan dan Tengku Putroe pada 1902.

Putera Sultan Tuanku Ibrahim ditawan oleh Van der Maaten hingga Sultan menyerah pada 5 Januari 1902. Belanda juga menangkap putra Panglima Polim, Cut Po Radeu, dan beberapa keluarga terdekat Panglima Polim sampai menyerah pada Desember 1903. Setelah itu, banyak para pemimpin rakyat yang ikut menyerah.

Taktik Belanda yang paling kejam dalam sejarah perang Aceh terjadi ketika dilakukan pembunuhan rakyat Aceh yang dipimpin Gotfried Coenraad Ernst van Daalen, pengganti Van Heutz. Terjadi pembunuhan terhadap 2.922 orang di Kuta Reh dengan rincian 1.773 lelaki dan 1.149 wanita.

Cut Nyak Dhien juga berhasil ditangkap dan diasingkan ke Sumedang. Van Heutz sebelumnya telah menyiapkan traktat pendek yang harus ditandatangani oleh para pemimpin Aceh yang menyerah.

Dalam perjanjian tersebut, Sultan Aceh mengakui bahwa daerahnya menjadi bagian dari Hindia Belanda, tidak akan mengadakan hubungan dengan kekuasaan lain di luar negeri, mematuhi seluruh perintah Belanda. Sultan Muhammad Dawood Syah kemudian diasingkan ke Batavia dan meninggal 6 Februari 1939, dimakamkan di TPU Utan Kayu, Rawamangun, Jakarta Timur.

Sejarah perang Aceh melawan Belanda menurut sejumlah sumber berlangsung hingga tahun 1904, yaitu hingga runtuhnya sejarah kerajaan Aceh. Namun berbagai perlawanan masih tetap dilakukan rakyat Aceh secara kelompok dan perorangan hingga menjelang kedatangan Jepang ke Indonesia.

The post Sejarah Perang Aceh Melawan Belanda appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
Sejarah Perang Ambarawa Setelah Kemerdekaan /indonesia/kemerdekaan/pasca-kemerdekaan/sejarah-perang-ambarawa-setelah-kemerdekaan Sat, 18 Jan 2020 04:17:35 +0000 /?p=5477 Sejak zaman kolonial, Ambarawa sudah menjadi kota militer untuk pemerintah Hindia Belanda. Benteng Willem I yang juga disebut sebagai Benteng Pendem didirikan di sana, tidak jauh dari museum kereta api…

The post Sejarah Perang Ambarawa Setelah Kemerdekaan appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
Sejak zaman kolonial, Ambarawa sudah menjadi kota militer untuk pemerintah Hindia Belanda. Benteng Willem I yang juga disebut sebagai Benteng Pendem didirikan di sana, tidak jauh dari museum kereta api Ambarawa yang dulu adalah stasiun kereta.

Di Ambarawa ada kamp khusus untuk perempuan dan anak – anak Belanda ketika masa penjajahan Jepang di Indonesia. Sebagai kota yang memiliki kamp tawanan perang Ambarawa sudah pasti akan didatangi oleh pasukan sekutu.

Setelah Jepang kalah, Pasukan sekutu atas nama Rehabilitation of Allied Prisoers of War and Internees (RAPWI) mendatangi Ambarawa untuk merehabilitasi tawanan perang dan internir.

Ternyata tidak hanya tim rehabilitasi yang datang pada 19 Oktober 1945, turut serta dalam rombongan itu juga tentara sekutu pimpinan Brigadir Bethell, Komandan Satuan Artileri Divisi 23 militer Inggris.

Pasukan itu sebuah brigade campuran dari satuan – satuan infanteri yang dinamakan CRA’s Brigade. Mereka mendapatkan izin oleh pemerintah RI untuk mengurus tawanan perang di penjara Magelang serta Ambarawa.

Peristiwa di Ambarawa

Sejarah perang Ambarawa atau Palagan Ambarawa adalah suatu peristiwa perlawanan yang dilakukan rakyat kepada sekutu di Ambarawa, Semarang bagian Selatan, Jawa Tengah.

Latar belakang pertempuran Ambarawa diawali dari orang – orang Indonesia yang menyambut baik kedatangan sekutu terutama oleh pemerintah Jawa Tengah pimpinan Gubernur Mr. Wongsonegoro.

Tetapi diketahui kemudian bahwa NICA (Netherlands Indies Civil Administration) ikut masuk dengan sekutu dan menjadi penyebab terjadinya pertempuran Ambarawa. Bangsa Indonesia mengetahui bahwa NICA berniat merebut kekuasaan kembali. Situasi memburuk ketika para mantan anggota KNIL yang menjadi tahanan dipersenjatai oleh NICA.

Belanda merasa masih mempunyai hak berdasarkan perjanjian antara Inggris dan Belanda yang disebut Civil Affairs Agreement pada 24 Agustus 1945. Perjanjian itu mengatur mengenai pemindahan kekuasaan dari British Military Administration kepada NICA di Indonesia.

Pada 26 Oktober 1945 terjadi insiden di Magelang yang dipicu oleh tentara yang tiba di Magelang. Mereka berdalih akan mengevakuasi tahanan perang, namun justru menduduki Magelang. Kemudian terjadi pertempuan antara pasukan TKR resimen Magelang pimpinan Letkol M. Sarbini dengan sekutu yang mencoba melucuti senjata TKR.

Pertikaian tersebut reda Ir. Soekarno dan Brigjen Bethell berunding di Magelang pada 2 November 1945 untuk membahas gencatan senjata kesepakatan penyelesaian pertikaian pada sejarah perang Ambarawa. Isi perjanjian tersebut adalah:

  • Sekutu tetap menempatkan pasukan di Magelang untuk melindungi dan mengurus evakuasi para tahanan tawanan Jepang.
  • Gencatan senjata dilakukan sesegera mungkin.
  • Jumlah pasukan Sekutu akan dibatasi sesuai dengan tugasnya masing – masing.
  • Sekutu tidak mengakui aktivitas NICA dan organisasi di bawahnya dan NICA dilarang melakukan kegiatan apapun.
  • Jalan raya Ambarawa dan Magelang terbuka sebagai jalur lalu lintas Indonesia dan Sekutu.
  • Pembentukan badan penghubung di Semarang, Ambarawa dan Magelang untuk mengatasi kesulitan yang timbul.

Pada 20 November 1945 pertempuran kembali terjadi antara TKR pimpinan Mayor Sumarto, rakyat dan tentara Inggris karena perjanjian yang tidak disepakati. Perjanjian justru dimanfaatkan untuk memperkuat posisi sekutu dan mendatangkan bala bantuan.

Berita akan peristiwa agresi militer di Surabaya pada 10 November, juga insiden tembak menembak yang menewaskan tiga perwira Inggris di Jawa Tengah membuat Brigadir Bethell menyalahkan RI. Pada 18 Oktober 1945 ia kemudian memerintahkan penangkapan Gubernur Wongsonegoro.

Pasukan sekutu di Magelang ditarik untuk memperkuat pertahanan ke Ambarawa pada tanggal 21 November dengan dilindungi pesawat tempur. Pertempuran kemudian pecah di dalam kota  dan kampung – kampung di sekitar Ambarawa yang dibom sekutu.

Pasukan TKR bertahan di kuburan Belanda bersama pasukan pemuda dari Boyolali, Salatiga, dan Kartasura. Mereka membentuk garis pertempuran di sepanjang rel kereta Ambarawa.

Dari arah Magelang datang pasukan TKR Divisi V/Purwokerto pimpinan Imam Androngi pada melakukan serangan fajar 21 November 1945. Tujuan serangan tersebut adalah untuk memukul mundur pasukan Inggris di desa Pingit.

Mereka berhasil menduduki desa Pingit dan merebut desa – desa lainnya, kemudian meneruskan pengejaran terhadap sekutu. Pasukan mendapatkan tambahan tiga batalion dari Yogyakarta, yaitu Batalion Sugeng 10 dipimpin Mayor Soeharto dan Batalion 8 dipimpin Mayor Sardjono.

Sekutu yang terkepung mencoba menerobos dengan menggunakan tank dari arah belakang. Pasukan TKR kemudian mundur ke Bedono agar tidak ada korban jiwa.

Tanggal 21 November 1945 sekutu diam – diam mundur ke Ambarawa dan dikejar oleh resimen Kedu Tengah pimpinan Kolonel M. Sarbini setelah sejarah museum Jenderal Sudirman Magelang dan sejarah museum Jenderal Sudirman Yogyakarta.

Sekutu karena kembali dihadang oleh pasukan Angkatan Muda pimpinan Oni Sastrofihardjo dan tertahan di Desa Jambu. Pasukan Oni diperkuat oleh tambahan pasukan gabungan dari Ambarawa, Suruh dan Surakarta. Batalyon I Sorjosoempeno kembali menghadang sekutu di Ngipik.

Para komandan pasukan kemudian melakukan rapat koordinasi dengan pimpinan Kolonel Holland Iskandar dan membentuk komando bernama Markas Pimpinan Pertempuran di Magelang. Ambarawa dibagi menjadi empat sektor yaitu utara, selatan, timur dan barat.

Kekuatan pasukan tempur akan disiagakan bergantian. Sekutu mencoba menduduki dua desa di sekitar Ambarawa. Pasukan pimpinan Letkol Isdiman berusaha membebaskan desa tersebut tetapi sang Letkol tewas.

Setelah gugurnya Letkol Isdiman pada 26 November 1945, Kolonel Soedirman langsung turun ke lapangan dan memimpin strategi pertempuran sejarah perang Ambarawa.

Kehadiran Kolonel Soedirman di lapangan memberikan semangat baru bagi pejuang RI. Bala bantuan kemudian terus berdatangan dari Yogyakarta, Solo, Salatiga,  Purwokerto, Magelang, Semarang dan lainnya.

Puncak Pertempuran

Sejarah perang Ambarawa berlangsung dari 12 sampai 15 Desember 1945. Pada akhirnya sekutu terdesak dan terusir dari Banyubiru tanggal 5 Desember 1945.

Kolonel Sudirman mempelajari situasi medan pertempuran dan mengumpulkan semua komandan sektor pada 11 Desember 1945. Disimpulkan bahwa sekutu sudah terdesak dan perlu dilakukan serangan terakhir dengan rencana yaitu:

  • Serangan dilakukan secara serentak dan mendadak dari semua sektor.
  • Setiap komandan sektor memimpin pelaksanaan serangan.
  • Pasukan badan perjuangan atau laskar menjadi tenaga cadangan.
  • Waktu serangan pada perang Ambarawa akan dilangsungkan pukul 04.30 pagi pada 12 Desember 1945.

Pasukan TKR mulai bergerak menuju pos masing – masing dan dalam waktu setengah jam berhasil mengepung pasukan musuh di dalam kota. Benteng Willem yang terletak di tengah kota Ambarawa diperkirakan sebagai tempat pertahanan terkuat sekutu.

Satu setengah jam pasukan TKR berhasil menguasai jalan raya Semarang – Ambarawa. Kolonel Sudirman segera memerintahkan penggunaan taktik Supit Urang berupa pengepungan ganda di kedua sisi musuh. Tujuan pengepungan tersebut untuk memutus komunikasi dan pasokan musuh dari pusat.

Pada tanggal 14 Desember 1945 pasukan sekutu mulai mundur karena terus disudutkan oleh pasukan RI sehingga persediaan logistik dan amunisi menipis.

Tanggal 15 Desember 1945 pukul 17.30 dalam sejarah perang Ambarawa, dampak pertempuran Ambarawa dirasakan oleh sekutu ketika Indonesia berhasil merebut Ambarawa dan memukul mereka mundur ke Semarang.

Sejarah Monumen Palagan Ambarawa dan sejarah museum Ambarawa berawal dari keinginan mengenang sejarah perang Ambarawa dan sejak itu ditetapkan peringatan Hari Jadi TNI AD atau Hari Juang Kartika.

The post Sejarah Perang Ambarawa Setelah Kemerdekaan appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
Sejarah Museum Listrik Dan Energi Baru di TMII /bangunan/sejarah-museum-listrik-dan-energi-baru-di-tmii Sat, 18 Jan 2020 04:08:43 +0000 /?p=5473 Museum Listrik dan Energi Baru (Museum LEB) merupakan salah satu museum sains yang memamerkan koleksi peragaan mengenai energi dan listrik dan terletak di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) tepatnya di…

The post Sejarah Museum Listrik Dan Energi Baru di TMII appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
Museum Listrik dan Energi Baru (Museum LEB) merupakan salah satu museum sains yang memamerkan koleksi peragaan mengenai energi dan listrik dan terletak di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) tepatnya di Jl. TMII, Kramat Jati, Cipayung, Pinang Ranti, Jakarta Timur 13560.

Letak museum berada di sebelah timur Taman Budaya Tionghoa Indonesia dan sebelah selatan Museum Minyak dan Gas Bumi. Di sebelah selatan museum terdapat Pemancingan Telaga Mina. Museum ini menjadi salah satu dari 19 buah museum di Taman Mini.

Ini adalah satu – satunya museum ilmu pengetahuan dan teknologi yang memperagakan berbagai koleksi tentang Ketenagalistrikan serta Energi Terbarukan.

Sebagai wahana pendidikan dan rekreasi, Museum LEB berfungsi untuk menyampaikan informasi mengenai teknologi kelistrikan dan energi, mulai dari sejarah perkembangan teknologi, aplikasi energi di Indonesia dari waktu ke waktu dan inovasi yang dilakukan pada masa mendatang.

Museum LEB dibuat dengan konsep rekreatif, edukatif dan inovatif. Di Taman Mini Indonesia Indah juga banyak terdapat museum seperti sejarah Museum PP IPTEK, sejarah museum Al-Qur’an di TMII, dan sejarah museum keprajuritan.

Sejarah Pendirian Museum

Pencetus gagasan pembangunan pada sejarah Museum Listrik dan Energi Baru adalah Menteri Pertambangan dan Energi Ginanjar Kartasasmita pada bulan Oktober 1990. Ide tersebut muncul bersamaan dengan ulang tahun OPEC ke-30 dan peringatan 100 tahun ketenagalistrikan di Indonesia.

Museum mulai dibangun sejak tahun 1992 dengan arsitektur berdesain modern di atas tanah seluas kurang lebih dua hektar. Luas lantai bangunan sebesar kurang lebih 6500 meter persegi. Desainnya mengacu pada bentuk tapak struktur atom, yaitu satu proton yang dikelilingi oleh tiga elektron.

Desain diaplikasikan dalam bentuk Anjungan Listrik yang dikelilingi tiga bangunan lainnya seperti Anjungan Energi Baru, Anjungan Energi Fosil dan Anjungan Energi Konvensional. Pada tahun 2012, yang baru direalisasikan pembangunannya adalah bangunan Anjungan Listrik dan Anjungan Energi Baru sejak diresmikan pada 20 April 1995 oleh Presiden Soeharto.

Penataan pameran koleksi dalam sejarah Museum Listrik dan Energi Baru diatur dengan mengajak pengunjung untuk mengenal segala aspek dari tenaga listrik dengan alur yang runut dan jelas.

Berbagai koleksinya diperagakan dengan menggunakan teknologi interaktif modern sehingga para pengunjung dapat mencoba mempraktekkannya sendiri seperti peragaan pada seri paralel, peragaan untuk menghasilkan arus listrik dari buah – buahan, pensil, koin dan magnet. Sebanyak  619 buah koleksi peraga dipamerkan di dalam dan di luar gedung.

Pameran di dalam gedung meliputi koleksi pengenalan energi, teori, sejarah, pemanfaatan listrik dan energi. Berbagai alat peragaan yang menarik bisa dicoba secara interaktif seperti kompor surya, sepeda dan harpa ajaib. Museum memiliki dua area pameran yaitu outdoor dan indoor.

Area Pameran Outdoor

Peragaan pertama yang akan dilihat pengunjung di luar ruangan adalah berbagai macam sumber energi pembangkit listrik. Alat pertama adalah kincir air yang memanfaatkan tenaga yang dihasilkan menjadi energi.

Bersebelahan dengan kincir air, ada sebuah Pusat Listrik Tenaga Diesel (PLTD), transformator 3 phase dan Governor di PLTA. Ada pula penerangan jalan energi listrik bertenaga matahari, kompor tenaga matahari, panel surya, Pembangkit Listrik Tenaga Angin, mobil listrik yang dibuat oleh Institut Teknologi Surabaya, genset yang pernah digunakan di Istana Negara dan rumah energi baru. Di area luar ruangan ini juga terdapat area bermain anak – anak.

Area Pameran Indoor

Area pameran di dalam ruangan milik museum ini terbagi dalam dua lantai. Anjungan pertama yaitu Anjungan Listrik, di lantai pertamanya berisi pameran yang menjelaskan mengenai apa itu listrik, sejarah penemuan listrik, berbagai bentuk energi primer dan berbagai percobaan dalam bidang penemuan listrik.

Di lantai ini ada bola dunia yang bisa diputar dan penjelasannya, alat untuk mengukur energi potensial, generator van de Graff, elektromagnet, prinsip kerja transformator, motor listrik, generator gelombang sinus, berbagai alat untuk percoban kelistrikan dan lainnya.

Di tengah – tengah gedung juga terdapat tabung raksasa berwarna biru sebagai contoh dari Reaktor Nuklir PWR (Pressurized Water Reactor) sebagai alat peragaan utama yang dibuat dengan skala 1:1 sesuai ukuran aslinya dan menjulang dari lantai 1 hingga lantai 3.

Sejarah Museum Listrik dan Energi Baru bisa kembali dilihat pada lantai dua bangunan yang terbagi lagi menjadi dua area. Area pertama adalah area komponen transmisi dan distribusi listrik. Disini pengunjung bisa mempelajari bagaimana proses memproduksi listrik dan penyalurannya untuk kehidupan masyarakat.

Selain itu juga dipaparkan mengenai bahaya listrik, tata cara pemasangan instalasi listrik yang benar, dan pentingnya listrik dalam berbagai bidang kehidupan. Area berikut adalah area pembangkit listrik dan sejarahnya.

Di area ini bisa disaksikan berbagai macam maket pembangkit listrik yang tersebar di seluruh Indonesia seperti pembangkit listrik tenaga gas, uap, air hingga contoh pembangkit listrik tenaga nuklir sekaligus berbagai komponen yang menunjang pembangkit listrik tersebut.

Anjungan Energi Baru

Koleksi yang terletak dalam ruangan berikutnya dalam sejarah Museum Listrik dan Energi Baru berada di Anjungan Energi Baru, dimana pengunjung bisa menyaksikan bagaimana upaya yang dilakukan manusia dalam mencari energi listrik baru melalui berbagai macam sumber.

Di anjungan ini juga terdapat dua lantai. Pada lantai pertama terdapat berbagai alat – alat percobaan yang dapat menghasilkan listrik seperti Microcomputer Induction Cooker atau kompor induksi, Magneto Hidro Dinamik yaitu pembangkit listrik tanpa bagian yang dapat bergerak, generator van de Graff yang dapat dipegang, mesin Wimhurst, tesla coil dan lainnya.

di ruangan ini juga terdapat peta potensi energi baru di kepulauan Indonesia, juga kids corner untuk anak – anak berusia di bawah 7 tahun. Berpindah ke lantai dua dan tiga anjungan terdapat pameran mengenai upaya manusia dalam pencarian sumber energi baru.

Seiring dengan perkembangan dan kemajuan teknologi, kebutuhan energi juga akan semakin besar. Karena itulah ada kemungkinan persediaan bahan bakar fosil akan semakin menipis sehingga manusia akan selalu mencari cara untuk menemukan sumber energi baru.

Disini dijelaskan berbagai upaya tersebut mulai dari aplikasi untuk energi surya, energi samudra seperti OTEC, gelombang dan pasang surut, energi angin, energi biomassa, mikrohydro, energi panas bumi, energi nuklir dan lainnya.

Ruang Cerdas Energi

Dalam salah satu ruangan yang menjadi bagian dari sejarah Museum Listrik dan Energi Baru ini para pengunjung dapat memainkan berbagai macam peragaan secara interaktif sehingga dapat memahami beberapa fenomena berkaitan dengan energi listrik.

Contohnya seperti komputer interaktif berisi kuis dan game, pemutaran film dokumenter harpa ajaib, permainan kawat listrik, permainan adu cepat, simulasi konsumsi listrik rumah tangga, generator mini, plasma ball dan elektro statis, juga sejarah museum IPTEK TMII, sejarah televisi di Indonesia dan koleksi museum Bayt Al-Qur’an.

Saat ini dalam sejarah Museum Listrik dan Energi Baru terdapat teater empat dimensi dan beberapa koleksi tambahan lagi. Pemutaran film di teater 4D bertujuan untuk edukasi bagi para pengunjung terutama para pelajar mengenai industri kelistrikan dan pengelolaan energi.

Ada dua judul  film 4D yang diputar untuk 60 orang yaitu Green Man 1 dan Green Man 2, bertema kampanye hemat energi agar dapat mengurangi pemanasan global. Dengan keragaman koleksi dan informasinya, museum LEB memungkinkan para pengunjung memanfaatkan informasi tersebut sebagai pengetahuan yang berharga.

The post Sejarah Museum Listrik Dan Energi Baru di TMII appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
Sejarah Perang Sampit di Kalimantan Tengah /indonesia/sejarah-perang-sampit-di-kalimantan-tengah Sat, 18 Jan 2020 03:58:29 +0000 /?p=5475 Perang Sampit atau Konflik Sampit adalah peristiwa pecahnya kerusuhan antar etnis Indonesia yang berawal pada bulan Februari 2001 dan berlanjut sepanjang tahun. Konflik dimulai di ibukota Sampit, Kalimantan Tengah dan…

The post Sejarah Perang Sampit di Kalimantan Tengah appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
Perang Sampit atau Konflik Sampit adalah peristiwa pecahnya kerusuhan antar etnis Indonesia yang berawal pada bulan Februari 2001 dan berlanjut sepanjang tahun.

Konflik dimulai di ibukota Sampit, Kalimantan Tengah dan meluas ke seluruh propinsi termasuk ibukota Palangkaraya bahkan ke seluruh Kalimantan Tengah antara suku Dayak asli dan warga migran dari pulau Madura.

Setelah terjadi konflik antara etnis Dayak dan Madura pada 1999 di Kalimantan Barat, kembali terjadi konflik serupa di Sampit, ibukota Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah.

Konflik pecah pada 18 Februari 2001 ketika dua orang warga Madura diserang oleh sejumlah warga Dayak, mengakibatkan lebih dari 500 korban jiwa, dan lebih dari 100 ribu orang Madura kehilangan tempat tinggal mereka.

Bahkan banyak warga Madura yang kepalanya dipenggal oleh suku Dayak. Hingga sekarang, nama Sampit masih membuat orang banyak langsung teringat kepada tragedi yang menyedihkan tersebut.

Pada bulan Februari 2001 menjadi masa – masa paling mencekam dalam sejarah kota Sampit dengan berbagai kekacauan dan kengerian, mayat bergelimpangan, rumah – rumah yang dibakar, listrik yang mati total dan teriakan – teriakan perang yang menakutkan. Hingga saat ini, konflik Sampit menjadi konflik antar etnis yang paling parah sepanjang sejarahnya di Indonesia.

Peristiwa Perang Sampit

Sejarah perang Sampit tahun 2001 merupakan bagian dari beberapa insiden yang sudah terjadi sebelumnya antara warga Dayak dan Madura.

Konflik besar terakhir terjadi dalam kurun waktu Desember 1996 hingga Januari 2007 yang menewaskan 600 orang. Awal mula bibit konflik pada Peristiwa Sampit terjadi sejak diadakannya proses transmigrasi oleh pemerintah kolonial Belanda.

Warga Madura tiba di Kalimantan pertama kali pada tahun 1930 dalam program transmigrasi pemerintah Belanda yang dilanjutkan oleh pemerintah RI. Hingga tahun 2000, para transmigran mencapai 21 persen populasi di Kalimantan Tengah.

Warga Madura kian hari semakin agresif dalam persaingan dengan suku Dayak sehingga suku Dayak tidak puas akan hal tersebut. Sejak kedatangannya di Kalimantan, warga Madura telah berhasil menguasai banyak bidang perekonomian dan industri komersial seperti perkayuan, penambangan dan perkebunan.

Banyak versi yang beredar mengenai pemicu sejarah perang Sampit tahun 2001. Salah satunya konon disebabkan oleh pembakaran sebuah rumah warga Dayak yang disebabkan oleh warga Madura dan memicu sejumlah anggota suku Dayak membalas membakar rumah – rumah warga Madura.

Versi lain yang dikemukakan oleh Prof. Usop dari Asosiasi Masyarakat Dayak bahwa suku Dayak mempertahankan diri setelah beberapa anggotanya diserang. Lalu ada versi bahwa seorang warga Dayak dibunuh setelah disiksa sekelompok warga Madura akibat sengketa judi di desa Kerengpangi pada 17 Desember 2001.

Sekelompok warga Dayak kemudian menyerang rumah warga Madura yang bernama Matayo untuk balas dendam atas kejadian di Kerengpangi keesokan harinya dan menewaskan empat penghuni rumah. Serangan itu juga memicu keinginan balas dendam dari sekelompok warga Madura lainnya.

Mereka mendatangi rumah seorang warga Dayak bernama Timil yang konon menyembunyikan salah seorang pelaku penyerangan. Timil berhasil diamankan oleh polisi, namun warga Madura membakar rumahnya dan juga rumah kerabatnya, mengakibatkan penghuninya tewas.

Peristiwa inilah yang banyak dijadikan acuan mengenai penyebab konflik lebih besar antara etnis Dayak dan Madura dalam sejarah perang Sampit. Warga Madura berhasil bertahan selama dua hari sejak penyerangan ke rumah Matayo, mereka bahkan berani menyisir pemukiman – pemukiman warga Dayak karena merasa sedang diatas angin.

Pada 20 Februari 2001 situasi berbalik arah dengan kedatangan sejumlah besar orang Dayak dari luar kota ke Sampit. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Richi Andika Marry dalam skripsinya, warga Dayak menggunakan berbagai jenis senjata tradisional seperti mandau, lunju atau tombak, sumpit, senjata api yang disebut dum – dum seperti pahlawan nasional dari Madura, tetapi ada juga yang menggunakan celurit dan sejumlah bom rakitan.

Selama terjadinya sejarah perang Sampit, diperkirakan sekira 500 hingga hampir 1500 orang tewas versi Garry van Klinken, dan ribuan hingga ratusan ribu orang Madura yang selamat terpaksa mengungsi keluar dari Sampit. Kerusuhan bahkan meluas hingga Kualakayan yang jaraknya sekitar 100 km di sebelah utara Sampit dan ke Palangkaraya.

Pembersihan etnis yang dilakukan oleh warga Dayak terus berlanjut selama beberapa minggu ke seluruh Kalimantan Tengah hingga ke wilayah ujung jalan raya Trans Kalimantan bahkan hingga ke Kuala Kapuas di sebelah Tenggara, bahkan hingga ke Pangkalan Bun di sebelah Barat.

Besarnya jumlah korban tewas yang terjadi dalam sejarah perang Sampit terjadi karena suku Dayak dalam puncak kemurkaannya mempraktekkan ritual perburuan kepala (Ngayau atau Kayau). Ritual ini sebenarnya sudah dihentikan melalui perjanjian Tumbang Anoy pada tahun 1884.

Konon ketika pemenggalan kepala itu terjadi sebelumnya didahului dengan ritual adat yang membuat pelakunya berada di alam bawah sadar. Mereka diberikan ilmu yang membuatnya dapat membedakan mana etnis Madura dan yang bukan untuk menentukan sasarannya.

Akhir Konflik Sampit

Besarnya skala pembantaian dan konflik menyulitkan militer dan polisi untuk mengontrol situasi di Kalimantan Tengah sehingga dikirim pasukan bantuan dari Wagub Kalteng berupa 276 personel TNI dari Yonif 631/ATG ke Sampit. Tidak hanya pembunuhan, pembakaran rumah dan harta benda lainnya seperti kendaraan juga terjadi.

Versi Ditintel Polda Kalteng, ada sekitar 1192 rumah yang dibakar, 16 mobil dan 43 motor dan 114 becak dirusak. Polisi akhirnya menangkap seorang pejabat lokal yang diduga menjadi otak dibalik konflik besar ini. Ia diduga membayar enam orang provokator untuk memulai kerusuhan di Sampit. Begitu juga setelah pembantaian besar pertama yang mengakibatkan sejumlah perusuh ditahan oleh polisi.

Penyebab utama dalam sejarah perang Sampit adalah perbedaan karakter antara suku Dayak dan Madura. Salah satu penyebabnya adalah bahwa suku Dayak sebagai penduduk yang menirukan adat pahlawan nasional dari Kalimantan kerap tersisihkan oleh sepak terjang orang Madura sebagai pendatang, yang seringkali dikatakan tidak menyesuaikan diri dengan bumi tempatnya berpijak.

Suku Dayak berulangkali harus berpindah tempat karena desakan para penebang kayu yang masuk semakin dalam ke hutan, belum lagi adanya larangan untuk menambang di tanah asli mereka, juga berbagai sektor perekonomian dan kehidupan yang dikuasai orang Madura, dan lemahnya penegakan hukum terhadap orang Madura yang melakukan kejahatan terhadap orang Dayak sehingga terkesan berat sebelah.

Tidak adanya pihak ketiga yang berusaha menjembatani dengan baik pada konflik kedua etnis ini juga turut memperburuk situasi. Bukti bahwa perekonomian dikuasai etnis Madura yang menjadi salah satu penyebab perang Sampit bisa dilihat bahwa setelah mereka mengungsi, warga Sampit lainnya kesulitan mencari sembako karena toko – toko eceran tutup.

Untuk mencegah kondisi semacam ini terulang kembali, diperlukan adanya semacam perlindungan berdasar hukum terhadap komunitas etnis dari pemerintah daerah setempat sesuai rekomendasi Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN). Saat ini Sampit dikenal sebagai kota yang damai, sejahtera dan penduduk yang rukun.

Tidak sampai setahun setelah sejarah perang Sampit terbongkar, penduduk mulai berbenah. Warga Madura kembali berdatangan dan sejak itu Sampit mengalami perkembangan serta kemajuan pesat di bidang ekonomi dan industri.

Kerusuhan besar yang terjadi pada tahun 2001 tentunya telah mengajarkan bahwa pertikaian antar warga apapun etnisnya hanya akan mendatangkan akibat berupa kekalahan kedua pihak dan tidak ada pemenang sebenarnya dari tragedi tersebut.

Selain perang sampit, Sejarah g30s pki juga merupakan tragedi di indonesia yang menyimpan banyak cerita karena peristiwa nya yang sangat memilukan hati, maka dari itu persatuan dan kesatuan bangsa sangatlah penting.

The post Sejarah Perang Sampit di Kalimantan Tengah appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
Sejarah G30S PKI Secara Kronologis /indonesia/kemerdekaan/pasca-kemerdekaan/sejarah-g30s-pki-secara-kronologis Sat, 18 Jan 2020 03:13:48 +0000 /?p=5480 Bangsa Indonesia masih harus menghadapi kemelut di dalam negerinya sendiri setelah selama ratusan tahun melewati era penjajahan dan berhasil merebut kemerdekaan dari para penjajah tersebut. Berlangsungnya peristiwa G30S PKI pada…

The post Sejarah G30S PKI Secara Kronologis appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
Bangsa Indonesia masih harus menghadapi kemelut di dalam negerinya sendiri setelah selama ratusan tahun melewati era penjajahan dan berhasil merebut kemerdekaan dari para penjajah tersebut. Berlangsungnya peristiwa G30S PKI pada 30 September 1965 membuat bangsa Indonesia memiliki sejarah kelam setelah kemerdekaan.

Pemberontakan yang dilakukan oleh Partai Komunis Indonesia tersebut memakan korban para perwira Angkatan Darat dan seorang anak tidak berdosa. Kejadian ini adalah sebuah peristiwa yang sangat memilukan karena kekejaman PKI. Pengkhianatan yang dilakukan oleh PKI terhadap pihak – pihak yang berseberangan atau bertentangan dengan pandangan mereka secara politik berlangsung dengan sangat brutal.

Peristiwa G30S PKI terjadi pada malam hari, pada saat pergantian waktu dari 30 September 1965 ke tanggal 1 Oktober 1965. D.N. Aidit memimpin pemberontakan tersebut untuk menggulingkan Soekarno dan menjadikan komunis sebagai ideologi dasar negara Indonesia menggantikan Pancasila.

Sudah sejak lama dalam sejarah PKI melakukan provokasi dan menghasut rakyat Indonesia agar mendapatkan dukungan penuh bagi tujuan organisasi PKI untuk menjadikan Indonesia sebagai negara komunis. Selain menghasuk rakyat, PKI juga mengecam kinerja kabinet dan tentara.

Pki bahkan menciptakan istilah NASAKOM (Nasionalis, Agama dan Komunis). DN. Aidit dinyatakan sebagai dalang atau otak dari G30S PKI oleh Pemerintah RI era Presiden Soeharto. Bibit pemberontakan sejarah G30S PKI sudah berlangsung jauh sebelum hari naas itu tiba.

Dibubarkannya Masyumi dan Partai Sosialis Indonesia (PSI)

Pembubaran Masyumi dan PSI yang menjadi pesaing PKI pada Agustus 1960 oleh pemerintah membuat PKI semakin giat melakukan mobilisasi massa, menyebarkan pengaruh dan merekrut anggota lebih banyak. Kegiatan ini dalam sejarah G30S PKI bisa terjadi karena beberapa partai lain seperti NU dan PNI juga tidak berdaya.

Pada tahun 1963 dalam PKI mulai berusaha untuk duduk di dalam kabinet, berbeda dari tahun – tahun sebelumnya yang hanya memosisikan diri untuk mengkritik pemerintah khususnya para menteri yang berbeda pandangan politik. Hubungan antara PKI dan TNI AD juga semakin memanas dan tegang yang diakibatkan oleh berbagai sindiran serta kritik PKI terhadap para petinggi TNI.

PKI juga menyerang para pejabat anti PKI dengan tuduhan bahwa mereka adalah Kapitalis Birokrat Korup, mengusulkan adanya pembentukan Angkatan Kelima selain AD, AL, AU, dan Polisi. PKI mengusulkan Angkatan Kelima itu terdiri dari petani dan buruh yang diberi hak menggunakan senjata.

Isu Dewan Jenderal

Kronologi G30S PKI berlanjut kemudian dalam sejarah G30S PKI berhembus isu tentang Dewan Jenderal Angkatan Darat yang sedang menyiapkan kudeta terhadap pemerintahan yang sah. Menurut PKI bukti dari rencana itu terletak pada sebuah dokumen yang ditandatangani oleh Dubes Inggris di Indonesia Andrew Gilchrist, yang isinya bisa ditafsirkan sebagai adanya operasi dari pihak Inggris.

Subandrio membawa informasi ini dari Mesir pada tanggal 15 Mei 1965 dengan bukti dokumen Gilchrist. Soekarno menanggapi sangat serius dengan memanggil para Menteri Panglima AD pada tanggal 25 Mei 1965 untuk meminta kejelasan mengenai Dewan Jenderal.

Jenderal Ahmad Yani selaku Menteri Panglima AD ketika dikonfrontasi oleh Soekarno menolak dengan tegas bahwa isu tersebut tidak benar. Ia menyatakan bahwa tidak ada Dewan Jenderal, yang ada hanya Dewan Kepangkatan Tinggi (Wanjakti) yang tugasnya memberi masukan atau pendapat kepada Menpangad mengenai kepangkatan dan jabatan perwira tinggi AD.

Perselisihan antara Angkatan Darat dan PKI mencapai puncaknya ketika Pelda Soejono yang hendak menghentikan penyerobotan tanah perkebunan dibunuh sekelompok orang dari BPI yang merupakan organisasi di bawah PKI. Peristiwa itu adalah Peristiwa Bandar Betsy Surabaya.

Jenderal Ahmad Yani menuntut agar mereka yang terlibat segera diadili, sementara kalangan Islam semakin marah karena di Mangpingan tanah wakaf Pondok Modern Gontor seluas 160 hektar berusaha diambil alih paksa oleh PKI dalam rangkaian peristiwa G30S PKI.

Konflik antara Angkatan Darat dan PKI semakin memanas terlebih dengan sakitnya Soekarno secara mendadak pada bulan Juli. Tim dokter dari Cina yang didatangkan DN. Aidit menyimpulkan bahwa ada kemungkinan Presiden akan mengalami kelumpuhan atau meninggal dunia. Pimpinan PKI memutuskan untuk bergerak pada rapat politik biro PKI tertanggal 28 September 1965.

Pergerakan dipimpin oleh Letkol Untung, seorang tokoh G30S PKI, perwira AD yang dekat dengan PKI. Letkol Untung menggunakan Pasukan Cakrabirawa, yaitu pasukan pengawal khusus Presiden Soekarno. Mereka diberi perintah untuk menangkap para Jenderal dalam keadaan hidup atau mati, dan mereka berhasil membunuh tujuh orang dalam penyerbuan tanggal 30 September tersebut yaitu:

  • Letjen Ahmad Yani (Kastaf Komando AD)
  • Mayjen TNI Raden Suprapto (Deputi II Menteri)
  • Mayjen TNI Mas Tirtodarmo Haryono (Deputi III Menteri)
  • Mayjen TNI Siswondo Parman (Asisten I Menteri)
  • Brigjen TNI Donald Isaac Panjaitan (Asisten IV Menteri)
  • Brigjen TNI Sutoyo Siswomiharjo (Inspektur Kehakiman)
  • Lettu CZI Pierre Andreas Tendean (ajudan Jendral Nasution).

Pemberontakan tersebut juga menewaskan Bripka Karel Sasuit Tubun (pengawal di kediaman resmi Wakil PM II dr. J. Leimena) dan Ade Irma Suryani, putri dari Jendral Abdul Harris Nasution. Jendral Nasution menjadi satu – satunya petinggi TNI yang selamat karena dapat melarikan diri. Jenazah para korban dimasukkan ke dalam sumur tua di daerah Lubang Buaya di Jakarta.

Setelah itu, PKI menguasai dua sarana komunikasi penting yaitu studio RRI di Jalan Merdeka Barat dan Kantor Telekomunikasi di Jalan Merdeka Selatan. Mereka menyiarkan pengumuman mengenai sejarah G30S PKI melalui RRI. Pengumuman ditujukan kepada para perwira tinggi lainnya dari “Dewan Jenderal” yang akan mengkudeta pemerintah, PKI mengumumkan pembentukan Dewan Revolusi yang diketuai Letkol Untung Sutopo.

Pembunuhan di Jawa Tengah dan DI Yogyakarta juga dilakukan PKI terhadap Kolonel Katamso Darmokusumo (Komandan Korem 072/Pamungkas, Yogyakarta) dan Letkol Sugiyono Mangunwiyoto (Kastaf Korem 072/Pamungkas, Yogyakarta). Keduanya dibunuh setelah diculik PKI pada sore hari 1 Oktober 1965 karena menolak untuk bergabung dengan Dewan Revolusi PKI.

Situasi Setelah Sejarah G30S PKI

Tanggal 1 Oktober 1965 sore hari dimulai operasi penumpasan latar belakang G30S PKI dengan merebut kembali Gedung RRI Pusat dan Kantor Pusat Telekomunikasi. Operasi penumpasan sejarah G30S PKI dilakukan oleh kesatuan RPKAD yang pimpinan Kolonel Sarwo Edhi Wibowo, pasukan Para Kujang/328 Siliwangi yang dibantu pasukan kavaleri. Basis PKI di daerah Halim Perdanakusuma diserang pada 2 Oktober 1965 atas perintah Mayjen Soeharto.

Pasukan RPKAD dipimpin Mayor C.I. Santoso pada tanggal 3 Oktober 1965 berhasil menguasai Lubang Buaya dan menemukan lokasi pembuangan mayat para korban yaitu dalam sebuah sumur di daerah tersebut. Sumur tersebut bergaris tengah ¾ meter dan kedalaman sekitar 12 meter. Pada tanggal 4 Oktober penggalian dilanjutkan oleh pasukan Para Amfibi KKO-AL , disaksikan oleh pimpinan sementara TNI AD Mayjen Soeharto.

Jenazah para jenderal yang berhasil diangkat dari dalam sumur kemudian dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata. Sebelumnya jenazah disemayamkan lebih dulu di Mabes TNI AD, dan mereka diangkat sebagai Pahlawan Revolusi pada tanggal 6 Oktober dalam Sidang Kabinet Dwikora melalui surat keputusan pemerintah. Dampak G30S PKI yang terjadi saat itu sangat luas hingga menyusutnya kepercayaan masyarakat terhadap pemerintahan Presiden Soekarno.

The post Sejarah G30S PKI Secara Kronologis appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>