Salah satu peninggalan bangunan bersejarah di Indonesia khususnya Yogyakarta ini sebelumnya dikenal sebagai Benteng Rustenburg sebelum menjadi Museum Benteng Vredeburg. Didirikan pada tahun 1760 museum di yogyakarta ini awalnya adalah sebuah benteng, Benteng Rustenburg atau Benteng Peristirahatan. Seiring berjalannya waktu benteng ini kemudian menjadi museum.
Tidak jauh berbeda dengan bangunan bersejarah lainnya yang sarat akan hal-hal mistis, museum ini juga memiliki hal tersebut yang beredar di masyarakat. Selain itu dialih fungsikan menjadi museum, maka ada selain merupakan bangunan bersejarah ada banyak sekali benda-benda sejarah yang disimpan dalam museum ini. Lantas seperti apakah Sejarah Museum Vredeburg hingga benteng ini menjadi museum? Berikut ulasannya. Baca juga sejarah museum gajah, sejarah museum nasional, sejarah museum lampung.
Sejarah Museum Vredeburg
Pembangunan Benteng Rustenburg dimulai pada tahun 1760 atas permintaan pemerintah Belanda, kala itu dipimpin oleh Nicholas Harting selaku Gubernur Pantai Utara Jawa, terhadap Sri Sultan Hamengkubuwono I. Permintaan pembangunan benteng tersebut dimaksudkan untuk menjaga keamanan wilayah keraton. Akan tetapi maksud sebenarnya berawal dari kekhawatiran Belanda, sehingga berniat membuat bangunan agar dapat mengawasi kegiatan di wilayah keraton. Hal ini dapat dilihat dari lokasi benteng yang berhadapan langsung dengan Keraton Kesultanan Jogjakarta.
Ketika pertama kali dibangun, benteng ini memiliki konstruksi yang sangat sederhana. Bahan yang digunakan untuk membuat tiang penopang hanyalah batang pohon kelapa dan pohon aren, temboknya juga terbuat dari tanah, dan hanya beratapkan ilalang. Bangunan benteng sendiri berbentuk bujur sangkar dimana setiap ujungnya diberikan bastion atau seleka. Pada masa pemerintahan Sultan Hamengkubuwono IV, sudut-sudut benteng tersebut diberi nama. Sudut yang berada di barat laut diberi nama Jaya Wisesa, sudut di timur laut disebut Jaya Purusa, sudut di barat daya disebut Prakosaningprang, dan sudut tenggara bernama Jaya Prayitna.
Seiring perkembangannya gubernur Belanda, W.H. Van Ossenberg mencetuskan agar benteng dibuat lebih permanen, sehingga keamanannya menjadi lebih terjamin. Berdasarkan ide tersebut benteng kemudian dibangun di bawah komando arsitek Belanda, Ir. Frans Haak, yang dimulai pada tahun 1767 dan berakhir pada tahun 1867. Tepat setelah itu benteng kemudian diberi nama sebagai “Benteng Rustenburg” atau benteng peristirahatan. Baca juga sejarah museum nasional indonesia, sejarah museum kambang putih tuban, museum di ubud.
Perubahan Status Kepemilikan Museum Vredeburg
Berdasarkan sejarah benteng ini telah berkali-kali mengalami perpindahan status kepemilikan dan fungsi. Berikut adalah alur perubahan yang berlangsung secara perlahan-lahan tersebut.
- Tahun 1760 – 1765
Rentang waktu ini merupakan masa pembangunan benteng yang kala itu masih sangat sederhana. Status kepemilikan tanah benteng saat itu atas nama Keraton, tetapi penggunannya berada di bawah pengawasan Belanda yang dipimpin oleh Gubernur Direktur Pantai Utara Jawa, Nicholas Harting.
- Tahun 1765 – 1788
Pada periode ini status tanah masih atas kepemilikan keraton, tetapi penguasaan benteng dan tanah dipegang oleh pemerintah Belanda. Gubernur yang memerintah saat itu adalah W.H. Ossenberg yang juga mengusulkan agar bangunan benteng dibuat lebih permanen.
- Tahun 1788 – 1799
Secara yuridis status tanah masih milik keraton, tetapi penggunaannya tetap dikuasai Belanda. Pada masa ini benteng secara sempurna dikuasai oleh VOC. Hanya saja pada tahun 1799 VOC bangkrut sehingga benteng dikuasai oleh Bataafsche Republic yaitu pemerintah Belanda.
- Tahun 1799 – 1807
Masih sama status tanah tetap milik keraton, tetapi penggunaannya oleh Pemerintah Belanda yang dipimpin oleh Gubernur Van Den Burg. Fungsi benteng menjadi markas pertahanan.
- Tahun 1807 – 1811
Kepemilikan tanah benteng pada periode ini masih atas nama keraton, tetapi pengelolaannya diambil alih oleh Koinkrijk Holland atau Kerajaan Belanda yang dipimpin Gubernur Herman Willem Daendels.
- Tahun 1811 – 1816
Periode ini merupakan masa ketika Inggris menguasai Indonesia di bawah kepemimpinan Letnan Gubernur Thomas Stamford Raffles. Meskipun begitu status tanah tetap milik keraton.
- Tahun 1816 – 1942
Penguasaan benteng kembali dimiliki Belanda, tetapi status tanah masih atas nama keraton. Pada periode ini terjadi gempa bumi dahsyat yang menhancurkan benteng, sehingga diadakanlah pembenahan kembali. Tepat setelah selesai benteng berubah nama dari “Benteng Rustenburg” menjadi “Benteng Vredeburg” yang berarti benteng perdamaian. Menjelang akhir periode Belanda menyerah terhadap Jepang, sehingga penguasaan benteng secara penuh dimiliki oleh Jepang berdasarkan perjanjian Kalijati di Jawa Barat pada Maret 1942.
- Pada masa pemerintahan Jepang, 1942 -1945
Benteng berfungsi sebagai markas Kampetei, gudang mesiu, serta rumah tahanan untuk orang Belanda, Indo-Belanda, dan politisi Indonesia yang menentang Jepang. Status kepemilikan tanah masih atas nama keraton.
- Tahun 1945 – 1970, masa kemerdekaan
Pada masa kemerdekaan Indonesia, status tanah tetap atas nama keraton, tetapi benteng kemudian diambil alih oleh instansi militer Republik Indonesia. Tidak lama kemudian akibat dari Agresi Militer Belanda II menyebabkan penguasaan benteng kembali kepada Belanda. Hal itu tidak berlangsung lama, karena akibat Serangan Umum I 1949 benteng kembali ke tangan Indonesia dan dikelola oleh APRI.
- Tahun 1977 – 1992
Hankam menyerahkan status pengelolaan benteng kepada pemerintah Jogjakarta. Pada 9 Agustus 1980 diadakan perjanjian untuk pemanfaatan bangunan bekas benteng antara Mendikbud Republik Indonesia dan Sultan Hamengkubuwono IX. Pada masa ini benteng fungsi benteng berubah menjadi museum.
- Tahun 1992 sampai sekarang
Benteng Vredeburg menjadi Museum Khusus Perjuangan Nasional yang diberi nama Museum Benteng Vredeburg.
Misteri Tentang Museum
Ada banyak misteri yang beredar di masyarakat terkait museum ini. Hal tersebut tentunya tidak lepas dari sejarah panjang benteng hingga menjadi museum seperti saat ini. Berikut adalah beberapa misteri tersebut.
- Konon pasukan tentara Belanda masih sering berkeliaran di area museum
Penampakan hantu pasukan tentara memang sudah sering terjadi di tempat bersejarah. Khusus di museum yang dulu bernama Benteng Rustenburg ini masyarakat sering melihat penampakan pasukan Belanda berbaris-baris. Hal yang paling mengerikan adalah pasukan tentara tersebut tidak memiliki kepala. Durasi penampakan tidak terlalu lama, hanya berlangsung beberapa saat kemudian menghilang.
- Suara jeritan beberapa kali terdengar
Pernah satu kali terdengar suara teriakan dari area museum yang mencapai pasar Beringharjo. Warga setempat cukup kaget karena jeritan tersebut, tetapi kemudian dipercaya bahwa yang membuat teriakan seperti itu adalah hantu penghuni museum.
- Noni Belanda berkaki kuda
Siapa yang tidak merinding melihat manusia berkaki kuda? Perpaduan ini mungkin sudah lumrah ditonton dalam film fiksi, tetapi bagaimana jika di dunia nyata juga ada. Sama seperti salah satu hantu yang sering menampakkan diri di museum ini. Banyak masyarakat yang mengaku sering melihat noni Belanda berkeliaran di area sekitar museum dan jika diperhatikan lebih jelas lagi noni tersebut berkaki kuda.
Itulah Sejarah Museum Vredeburg hingga menjadi Museum Benteng Vredeburg yang dikenal saat ini.