Sejarah Kota Pontianak adalah ibukota Provinsi Kalimantan Barat, Indonesia. Kota Pontianak juga dikenal sebagai Kota Khatulistiwa. Disebut Kota Khatulistiwa sebab bagian utara Kota Pontianak atau lebih tepatnya daerah Siantan dilalui garis lintang khatulistiwa. Bahkan di daerah Siantan terdapat Tugu Khatulistiwa sebagai tonggak garis ekuator yang dibangun pada tahun 1928 oleh ahli geografi Belanda.
Baca Juga :
Sejarah Kota Pontianak
Dahulu, pada tahun 1963 Kota Pontianak menggunakan zona waktu WITA, namun pada tahun 1988 bersama Kalimantan Tengah dan Kalimantan Barat berdasarkan keputusan presiden, dua wilayah ini menggunkan zona waktu WIB. Sehingga pada tahun 1988 Kota Pontianak merayakan dua kali tahun baru yakni pukul 00:00 WITA (23:00 WIB) dan 00:00 WIB.
Kota Pontianak didirikan oleh Syarif Abdurrahman Alkadrie pada 23 Oktober 1771. Berawal dari perjalanan Syarif Abdurrahman Alkadrie membuka lahan hutan di persimpangan Sungai Landak, Sungai Kapuas Kecil dan Sungai Kapuas Besar untuk dijadikan tempat kekuasaan Beliau. Berdirinya Masjid Jami’ (kini Masjid Sultan Syarif Abdurrahman) dan Istana Kadariah yang berada di Kelurahan Dalam Bugis, Kecamatan Pontianak Timur mengukuhkan Syarif Abdurrahman Alkadrie sebagai Sultan Pontianak pada tahun 1778.
Baca juga:
Sejarah Kota Pontianak Menurut V.J Verth
Menurut sejarahwan Belanda V.J Verth dalam bukunya Borneos Wester Afdeling, yang isinya sedikit berbeda dengan cerita yang beredar di kalangan masyarakat. Ditulis dalam bukunya, Belanda memasuki Kota Pontianak tahun 1773 dari Batavia. Disebutkan bahwa Syarif Abdurrahman Alkadrie merupakan anak dari Al Habib Husin yang meninggalkan Kerajaan Mempawah untuk merantau. Dalam perjalanannya, Syarif Abdurrahman Alkadrie menetap di Banjarmasin dan menikah dengan adik Sultan Banjar Sunan Nata Alam dan berhasil dilantik menjadi seorang pangeran. Menjalankan tugasnya sebagai pangeran, Syarif Abdurrahman berhasil dalam perniagaan dan mengumpulkan cukup uang untuk modal mempersenjatai kapal miliknya yang digunakan untuk melawan penjajahan Belanda.
Dengan bantuan Sultan Pasir, Syarif berhasil membajak kapal Belanda, juga kapal Inggris dan Prancis. Dari hasil pembajakan kapal para penjajah inilah Syarif Abdurrahman berhasil mengumpulkan uang dalam jumlah banyak yang akan digunakan Beliau untuk membangun pemukiman di percabangan Sungai Kapuas. Yang kini derah ini dinamakan Pontianak. (Baca juga: Sejarah Radio)
Kolonialisme Belanda Di Kota Pontianak
Pada tahun 1778, Belanda dari Batavia memasuki Pontianak yang dipimpin oleh Willem Ardinpola. Di Pontianak, Belanda disambut baik bahkan bertempat tinggal di seberang kesultanan (kini disebut Tanah Seribu atau Verkendepaal). Kemudian pada tanggal 5 Juli 1779, Belanda membuat perjanjian dengan Sultan yang berisi bahwa Belanda menginginkan daerah Tanah Seribu sebagai pusat kegiatan bangsa Belanda. Dimana di daerah ini Belanda membuat sistem pemerintahan (daerah kekuasaan yang dipimpin semacam bupati) yang memiliki badan pemerintahan untuk mengelola kekayaan pemerintah dan mengurus pajak. (Baca juga: Sejarah Olahraga di Indonesia)
Sultan Yang Memimpin Kesultanan Pontianak
Pada tahun 1946 Pontianak ditetapkan sebagai Stadsgemeente yang dipimpin oleh R.Soepadan dan berakhir di tahun 1948. pembentukkan stadsgemeente hanya bersifat sementara. Kemudian di tahun 1949 Kerajaan Pontianak membentuk pemerintahan kota dan walikota pertama ialah Rohanan Muthalib yang merupakan perempuan pertama yang menjadi walikota Pontianak.
Baca juga:
1. Versi pertama : Nama Hantu
Banyak cerita menganggap bahwa nama Pontianak berasal dari nama hantu permpuan kuntilanak. Diceritakan bahwa ketika Syarif Abdurrahman bersama rombongan untuk menyisir hutan agar dapat dijadikan tempat pemukiman para rombongan diganggu makhluk astral dari arah hutan. Berada di delta pertemuan Sungai Kapuas Kecil, Sungai Kapuas Besar dan Sungai Landak para rombongan diganggu oleh suara jeritan dan tangisan mengerikan yang datangnya dari arah tengah hutan yang diduga berasal dari makhluk astral, kuntilanak.
Banyak anggota rombongan yang merasa ketakutan ingin segera menyelesaikan pekerjaan kemudian pulang. Karena gangguan yang dialami oleh para rombongan, Syarif Abdurrahman merasa bahwa suara-suara itu sangat mengganggu rombongannya dan menghambat pekerjaan. Dengan inisiatifnya, Syarif Abdurrahman membawa meriam ke hutan dan menembakkan meriam tersebut kearah sumber suara. Dan benar saja, suara-suara mengerikan tersebut berangsur-angsur menghilang sehingga pekerjaan dapat dilakukan dan para rombongan merasa tenang. (Baca juga: Sejarah Jembatan Ampera)
Namun, ada yang mengatakan bahwa suara mengerikan tersebut berasal dari kumpulan perompak yang bersembunyi di dalam hutan agar tidak diketahui oleh siapapun. Sebab daerah tersebut masih tertutup rimbunnya hutan sehingga akan terasa aman bagi mereka.
2. Versi Kedua : Ayunan Anak
Kota Pontianak merupakan suku Melayu, yang diceritakan bahwa Kota Pontianak berasal dari ayunan anak yang berada di sekitar Masjid Jami’ yang biasa digunakan oleh anak-anak yang keluarganya bekerja. (Baca juga: Sejarah Runtuhnya Bani Ummayah)
3. Versi Ketiga : Pohon Punti
Pohon punti atau Pohon Ponti berarti pohon-pohon yang tinggi. Pada jaman itu, Pulau Klimantan dikenal sebagai kepulauan yang memiliki pohon-pohon tinggi yang besar. Penyebutan pohon ponti ini terbukti dari isi surat antara Husein bin Abdul Rahman Al-Aidrus kepada Syarif Yusuf Al-Kadrie.
4. Versi keempat : Pontian
Beawal dari posisi Kota Pontianak yang strategis sebagai Pontian (Pemberhentian atau tempat singgah). Banyak pelaut ataupun pedagang yang menjadikan lokasi ini sebagai tempat singgah sementara. Di Malaysia juga terdapat tempat bernama Pontian yang digunakan untuk tempat singgah sementara atau tempat pemberhentian.
Baca juga:
5. Versi Kelima : Kun Tian
Kun Tian merupakan pelafalan bahasa mandarin yang berarti “tempat pemberhentian”. Logat masyarakat tionghoa biasanya memberikan penambahan lafal di akhir kalimat atau kata namun tidak mengurangi atau menambah arti dari kalimat yang sebenarnya, seperti uang(nga), mobil(aa). Sehingga dalam pelafalan Kun Tian menjadi Kun Tian(na), dan sebagian besar orang tua tionghoa di Pontianak masih menggunakan Kun Tian untuk menyebut Pontianak. (Baca juga: Sejarah Burung Garuda)
6. Versi Keenam : Pintu Anak
Pintu Anak yang dimaksud ialah dua anak sungai yakni Sungai Kapuas dan Sungai Landak. Dimana, lokasi pertama pemukiman di Pontianak berada di delta Sungai Kapuas Besar, Sungai Kapuas Kecil dan Sungai Landak.
Banyak penjelasan mengenai Sejarah Kota Pontianak, mulai dari mitos, cerita rakyat, hingga ilmiah. Namun, apapun ceritanya tetap saja Kota Pontianak menarik untuk dibahas. Banyak keunikan yang dimiliki oleh Kota Pontianak seperti berikut: (Baca juga: Sejarah Alat Musik Angklung)
1. Kota Khatulistiwa
Terletak pada garis lintang 0 derajad bertepatan dengan garis khatulistiwa membuat iklim di Kota Pontianak memiliki iklim tropis dengan curah hujan tinggi pada bulan Mei hingga September. Cuaca yang menguntungkan ini banyak memberikan manfaat bagi masyarakat maupun alam. Seperti curah hujan yang tinggi dapat membuat pepohonan dihutan semakin subur, sedangkan di mata masyarakat dapat membantu pertanian dan perkebunan mereka.
2. Penghasil Lidah Buaya Raksasa
Siapa yang tak tahu tanaman lidah buaya? sering kita lihat lidah buaya pada kemasan produk kecantikan seperti shampo atau lulur mandi. Namun tahukah kalian bahwa terdapat Lidah Buaya raksasa yang dihasilkan oleh Kota Pontianak. Seperti namanya, Lidah Buaya Raksasa memiliki ukuran yang sangat besar daripada umumnya. Lidah buaya raksasa ini biasanya digunakan untuk membuat jeli, puding, keripik dll oleh masyarakat sekitar guna menaikkan harga jual. Lidah buaya raksasa sendiri diperdagangkan ke luar pulau. (Baca juga: Sejarah Gitar)
3. Monumen Kulminasi Matahari
Kulminasi merupakan fenomena alam berkaitan dengan matahari. Dimana matahari berada di atas kepala kita dan membuat bayang bayang menghilang. Hal seperti ini hanya ada di Kota Pontianak yang dilalui garis Khatulistiwa.
4. Dilalui Sungai Kapuas
Sungai Kapuas adalah sungai terpanjang di Kalimantan bahkan di Indonesia. Sungai Kapus menjadi sangat penting bagi penduk sekitar, dimana masih banyak yang menggunakan sungai sebagai tempat melakukan kegiatan sehari-hari serta di bagian hulu sungai dipergunakan sebagai jalur perdagangan. (Baca juga: Sejarah Sepak Bola)
5. Festival Meriam Karbit
Melihat sejarah bahwa Syarif Abdurrahman mengusir gangguan makhluk astral menggunakan meriam ketika akan membuka lahan untuk pemukiman. Masyarakat Pontianak melakukan sebuah festival meriam yang dilaksanakan menjelang bulan Ramadhan. Meriam yang digunakan sangat aman dan mudah dicari hanya menggunakan sebilah bambu, karbit dan api kalian sudah dapat membuat merian kalian sendiri.
6. Pontianak Kota Bersinar
Letak Pontianak yang dilalui garis matahari (khatulistiwa) membuat cuaca di siang hari sangat panas daripada kota lain di Indonesia. Bahkan di malam hari masih terdapat pantulan cahaya matahari hingga membuat langit berwarna kemerahan.
Baca juga:
7. Masjid Mujahidin
Masjid Mujahidin merupakan sebuah bangunan masjid megah yang didedikasikan kepada pejuang muslim yang gugur untuk merebut kenerdekaan. (Baca juga: Sejarah Benua Amerika)
Iklim, Topografi dan Perekonomian Kota Pontianak
Struktur tanah Kota Pontianak berupa lapisan tanah gambut bekas endapan lumpur Sungai Kapuas. Dengan iklim berupa iklim tropis dengan suhu 28-32 derajat celcius. Besarnya curah hujan di Kota Pontianak berkisar 3.000 hingga 4.000 mm per-tahun.
Keadaan iklim yang menguntungkan ini merupakan anugerah bagi masyarakat setempat bagaimana tidak, dengan iklim seperti ini penduduk dapat bercocok tanam. Dengan penghasilan seperti Ubi, Lidah buaya, Pisang, Nanas dan Nangka. (Baca juga: Sejarah Benua Atlantis)
Di sektor perdagangan ditandai dengan banyaknya dan berkembangnya bangunan-bangunan tinggi seperti mall, hotel, dll. Kebanyakan perekonomian Kota Pontianak berasal dari sektor Industri, Pertanian dan Perdagangan. Sedangkan di sektor industri terdapat kurang lebih 34 perusahaan di Kota Pontianak. Produksi tertinggi berasal dari perusahaan penghasil karet. Sedangakan sentra industri kecil pendapatan terbesar dari sektor makanan ringan. (Baca juga: Sejarah Benua Antartika)
Masih ada banyak yang perlu kalian ketahui tentang Kota Pontianak selain sejarahnya yang unik dan historis. Masih banyak sektor di bidang lain yang menarik untuk dibahas seperti bidang pariwisata dan kuliner.
Pariwisata Di Kota Pontianak
Kota Pontianak didominasi oleh suku Dayak, Melayu dan Tionghoa. Dimana ketiga suku yang menetap di Pontianak ini memiliki acara besar entah keagamaan atau adat yang mampu menggaet wisatawan dalam maupun luar negeri. Seperti Suku Dayak memiliki pesta syukur atas kelimpahan panen yang disebut Gawai atau masyarakat Tionghoa memiliki pesta tahun baru Imlek, Cap Go Meh dan perayaan sembahyang kubur. (Baca juga: Sejarah Brunei Darussalam)
Juga terdapat pula lomba dayung hias dan tradisional yang merupakan perlombaan sampan tradisional yang telah dihiasi dan mewakili daerah masing-masing. Atau Festival Budaya Bumi Khatulistiwa yang diadakan dua tahun sekali, dan yang menarik pada festival ini dirangkaikan juga dengan peristiwa alam yang terjadi di Kota Pontianak yaitu kulminasi matahari.
Kuliner Di Kota Pontianak
Ada wisata tentu ada kuliner, tak ketinggalan kuliner khas Pontianak yang wajib kalian coba. Mungkin sebagian kalian pernah mendengar namanya seperti: (Baca juga: Sejarah Gudeg)
Jika diperhatikan, Sejarah Kota Pontianak ini memiliki beberapa versi mulai dari segi mistis, cerita rakyat hingga alamiah. Keunikan yang dimiliki Kota Pontianak yang terkenal ialah kota yang dilalui garis lintang, garis khatulistiwa.
Keunikan utama Kota Pontianak ialah berada di lintang garis khatulistiwa juga fenomena alam yang unik. Namun, dari segala aspek keunikan yang ada, kalian juga sepatutnya mengetahui sejarah yang dilalui Kota Pontianak. (Baca juga: Sejarah Hari Valentine)
[accordion]
[toggle title=”Artikel Terkait” state=”closed”]
[/toggle]
[toggle title=”Artikel Lainnya”]
[/toggle]
[/accordion]
Latar Belakang Hari Kebangkitan Nasional Setiap tanggal 20 Mei rakyat Indonesia memperingati hari kebangkitan nasional…
Latar Belakang Hari Buruh Internasional ( May Day) Demonstrasi dan orasi merupakan hak semua orang…
Mungkin banyak dari kita yang sering membaca atau mendengar istilah kolonialisme dan imperialisme. Selain dari…
Dunia ini memiliki banyak negara. Total ada Negara 193 negara yang ada di dunia ini.…
Kita sering kali mendengar istilah de facto dan de jure. Beberapa di antara kita mungkin…
Kerajaan Demak atau Kesultanan Demak merupakan bagian dari sejarah kerajaan Islam di Indonesia sebagai kerajaan…