Museum Sasmitaloka Panglima Besar Jenderal Sudirman merupakan museum yang berisi sejarah perjuangan Jenderal Sudirman di masa lampau untuk mengenang pejuang besar yang lahir pada 24 Januari 1916. Namanya berasal dari bahasa Jawa. Sasmita artinya pengingat atau mengenang, sedangkan Loka artinya tempat. Dengan demikian, nama museum ini berarti ‘tempat untuk mengenang perjuangan Panglima Besar Jenderal Sudirman’. Museum ini terletak di jalan Bintara Wetan 3, Yogyakarta. Bangunan museum berbentuk limasan, yaitu rumah tradisional yang memiliki pendopo, bangunan utama dan bangunan sayap di bagian kanan serta kiri. Tetapi pada bangunan museum tidak terdapat pendopo. Tiang penyangga utamanya dan tiang sayap dihiasi ornamen motif tumbuh – tumbuhan.
Sejarah Museum Sasmitaloka
Sejarah museum biasanya dimulai dari suatu lokasi yang menyimpan banyak cerita masa lampau. Di masa penjajahan Belanda, gedung museum digunakan untuk rumah dinas Mr. Wijnchenk, pejabat keuangan di Pura Pakualaman. Ketika Indonesia diduduki Jepang, rumah dikosongkan dan semua perabotnya disita. Setelah kemerdekaan rumah ini digunakan sebagai markas kompi ‘Tukul’, hingga pada tanggal 18 Desember 1945 hingga 19 Desember 1948 gedung ini digunakan sebagai kediaman resmi Jenderal Sudirman yang telah menjadi Panglima Besar TKR. Ketika terjadi Agresi Militer Belanda II, tempat ini kembali digunakan sebagai markas untuk ‘Informatie Geheimen Brigade T’ milik tentara Belanda.
Setelah Belanda mengakui kedaulatan RI pada 27 Desember 1949, penggunaan gedung kembali beralih menjadi Markas Komando Militer Kota Yogyakarta, Asrama Resimen Infanteri XIII dan Penderita Cacad. Kemudian pada 17 Juni 1968 hingga 30 Agustus 1982 gedung digunakan sebagai Museum Angkatan Darat. Ketika gedung semakin tidak representatif maka museum pindah ke Markas Korem 072/Pamungkas di Jl. Jend. Sudirman 76. Gedung ini kemudian digunakan sebagai museum Sasmitaloka yang diperkuat dengan Surat Keputusan Kasad Skep/574/VII/1982. Bersamaan dengan peresmian Museum Pusat TNI AD Dharma Wiratama, kemudian diresmikan pula Museum Sasmitaloka oleh Kasad Jenderal TNI Poniman. Ketahui juga mengenai museum di Ubud, museum di Bangkok dan museum di Amsterdam.
Ruangan Museum Sasmitaloka
Sejarah museum Sasmitaloka mencakup perjalanan kehidupan jenderal Sudirman, perjuangannya dan juga keluarganya. Di dalam museum terdapat 14 ruangan dengan jumlah koleksi sebanyak 599 benda koleksi terdiri dari logam, kayu, kulit dan kain. Di bagian luar museum terdapat monumen patung Jenderal Sudirman yang sedang mengunggang kuda. Monumen ini diresmikan oleh Kepala Staff AD Jenderal TNI Makmun Murod pada 5 Oktober 1974. Di kiri dan kanan monumen dipajang meriam AT kaliber 37 mm yang pernah digunakan dalam Palagan Ambarawa. Sedangkan di sisi selatan monumen ada relief perjalanan perang gerilya Jenderal Sudirman. Koleksi – koleksi museum disimpan dalam beberapa ruangan seperti berikut:
1. Ruang Tamu
Tempat ini menjadi area dimana Sudirman menerima tamu yang datang, baik itu pejabat, rekan seperjuangan maupun keluarganya. Di ruangan ini terdapat dua buah lampu gantung dan dua set meja dan kursi berbentuk muton beralas babut.
2. Ruang Santai
Selain digunakan untuk menerima tamu, ruangan ini juga digunakan Sudirman sebagai tempat berkumpul dengan keluarganya. Seringkali di ruangan ini terjadi pembicaraan tentang perjuangan kemerdekaan Indonesia. Koleksi di ruangan ini berupa radio kuno, lukisan, barang pecah belah dan seperangkat meja kursi serta lampu gantung.
3. Ruang Kerja
Ruangan ini digunakan dalam sejarah museum Sasmitaloka sebagai tempat kerja Jenderal Sudirman selaku petinggi TNI. Koleksi yang dipamerkan di ruangan ini berupa :
- Pedang samurai pada masa beliau menjadi Daidancho PETA
- Pesawat telepon, meja serta kursi kerja dan meja kursi untuk tamu.
- Replika keris yang selalu digunakan dalam perang gerilya.
- Senapan Lee Enfield (LE), pistol Vickers dan miniatur.
- Piagam penghargaan dan tanda jasa dari Pemerintah RI.
4. Ruang Tidur Tamu
Ruangan ini digunakan sebagai kamar tidur untuk tamu yang menginap atau beristirahat di rumah tersebut. Koleksi ruangan ini berisi tempat tidur, lemari pakaian, kursi tamu, juga foto – foto keluarga yang dipamerkan di ruangan ini.
5. Ruang Tidur Utama
Ini adalah ruangan kamar tidur Jenderal Sudirman yang juga sekaligus menjadi tempat shalat. Di ruangan ini terdapat seperangkat tempat tidur, lemari pakaian, dan juga area sembahyang. Juga ada patung lilin beliau yang sedang duduk, lengkap dengan mantel, ikat kepala dan alas kaki yang pernah digunakannya. Ada pula mesin jahit yang digunakan oleh istrinya dan lukisan beliau dengan istri menggunakan pakaian adat Jawa.
6. Ruang Tidur Anak
Jenderal Sudirman memiliki 9 orang putra dan putri dari pernikahannya dengan Siti Alfiah. Di ruangan yang terletak bersebelahan dengan kamar tidur utama ini dipajang koleksi tempat tidur yang dulu digunakan oleh anak – anak beliau dalam sejarah museum Sasmitaloka.
7. Ruang Pemilihan
Ruangan ini dulu digunakan sebagai ruang sekretariat ketika masih ditinggali oleh jenderal dan keluarganya. Itu sebabnya koleksi yang dipamerkan berkaitan erat dengan pemilihan jabatan Panglima Besar Tentara Keamanan Rakyat. Misalnya meja dan kursi yang digunakan Letnan Kolonel Isdiman untuk mengusulkan pemilihan Kolonel Sudirman sebagai Panglima Besar TKR di hadapan Urip Sumoharjo dan Gatot Subroto. Ada juga koleksi sumpah anggota pimpinan tentara yang diucapkan Sudirman ketika diangkat sebagai panglima.
8. Ruang Palagan Ambarawa
Pertempuran ini terjadi antara TKR dan para pejuang RI lain dipimpin Kolonel Sudirman menghadapi serbuan tentara sekutu dan berhasil mengusir mereka dari kota Magelang. Bukti bersejarah dari pertempuran Ambarawa ini ada sebuah senjata api, maker, dan peta pertempuran Ambarawa yang dipamerkan.
9. Ruang Rumah Sakit
Koleksi yang ada di ruangan ini menggambarkan kisah ketika Sudirman dirawat di RSU Panti Rapih karena sakit pada tahun 1948. Ada sebuah literatur dan foto yang menceritakan ketika beliau harus dioperasi, meja, kursi dan diorama perang gerilya.
10. Ruang Koleksi Kendaraan
Di ruangan ini terdapat berbagai koleksi kendaraan yang pernah membawa Jenderal Sudirman menempuh perjalanan gerilya dari Yogyakarta hingga ke Kediri, Jawa Timur. Kendaraan yang pernah digunakan seperti dokar, mobil, dan tandu ada disini. Dokar tidak ditarik oleh kuda, melainkan ditarik oleh para pengawalnya. Ketika kembali dari perang gerilya pada tanggal 10 Juni 1949, beliau dijemput menggunakan kendaraan dinas buatan Amerika.
11. Ruang Gunung Kidul dan Sobo
Ketika sedang memimpin perang gerilya, Sudirman pernah mampir di Semanu, Kab. Gunung Kidul dan di Sobo Kab. Pacitan. Kemudian ia mendapat Caraka atau utusan yang dikirim oleh Letnan Kolonel Suharto yang melaporkan adanya rencana Serangan Umum 1 Maret 1949. Koleksi yang ada di ruangan ini sebagai bagian dari sejarah museum Sasmitaloka adalah peralatan yang pernah digunakan oleh Jenderal Sudirman.
12. Ruang Diorama
Di ruangan ini terdapat tiga buah diorama yang menggambarkan beberapa hal ini:
- Perjuangan beliau saat agresi Belanda kedua pada tanggal 19 Desember 1948.
- Menggambarkan situasi ketika beliau memimpin perang gerilya.
- Menggambarkan situasi ketika melaksanakan tugas sebagai pemimpin gerilya di markas Sobo, Pacitan. Juga terdapat tandu, peta rute gerilya dan tandu.
13. Ruang Koleksi Pribadi
Sejarah museum Sasmitaloka juga memajang koleksi atau barang – barang pribadi beliau di ruangan ini seperti mantel, ikat kepalanya, pakaian sewaktu menjadi opsir PETA, pakaian tidur, sepatu dan tas. Anda juga dapat mengetahui sejarah museum lain di Indonesia seperti sejarah museum Gajah, sejarah museum Gedung Arca Medan, juga sejarah Museum Kambang Putih Tuban.
14. Ruang Dokumentasi
Ruangan ini berisi biodata atau riwayat hidup Jenderal Sudirman, foto – fotonya semasa menjadi Panglima Besar, ketika sedang bergerilya dan termasuk pemberangkatan serta pemakaman jenazahnya di Taman Makam Pahlawan Semaki setelah wafat pada 29 Januari 1950. Juga ada surat – surat tulisan tangan Ir. Soekarno yang ditujukan kepada Sudirman, surat tulisan tangan beliau kepada adiknya yang bernama Moch. Samingan, beberapa koleksi yang berasal dari Hotel Inna Garuda, Yogyakarta berupa pakaian seragam serta atribut yang pernah digunakan.