Pahlawan – Sejarah Lengkap Sejarahwan Thu, 03 Oct 2019 04:36:13 +0000 en-US hourly 1 https://wordpress.org/?v=5.8.6 8 Nama Pahlawan Nasional Dari Aceh dan Biodatanya /indonesia/pahlawan/pahlawan-nasional-dari-aceh Thu, 03 Oct 2019 04:33:07 +0000 /?p=5271 Julukan Tanah Rencong melekat pada Aceh, yang berasal dari nama senjata tradisional khas Aceh yaitu Rencong. Rakyat Aceh sejak dulu terkenal sangat gagah berani, tidak kalah dengan daerah lainnya di…

The post 8 Nama Pahlawan Nasional Dari Aceh dan Biodatanya appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
Julukan Tanah Rencong melekat pada Aceh, yang berasal dari nama senjata tradisional khas Aceh yaitu Rencong. Rakyat Aceh sejak dulu terkenal sangat gagah berani, tidak kalah dengan daerah lainnya di Nusantara yang terus berjuang melawan penjajahan dan berjuang untuk mencapai kemerdekaan hingga titik darah penghabisan. Atas jasa – jasa para pejuang yang tidak ternilai tersebut, gelar pahlawan nasional kemudian disematkan kepada sebagian dari mereka, yang telah dianggap memenuhi beberapa kriteria tertentu yang ditetapkan oleh pemerintah.

Para pahlawan nasional dari Aceh yang akan dibahas berikut ini berjumlah delapan orang yang kebanyakan berasal dari keturunan Uleebalang. Uleebalang atau Hulubalang dalam bahasa Melayu adalah kepala pemerintahan dalam Kesultanan Aceh yang memimpin suatu daerah atau Sagoe, wilayah setingkat kabupaten. Pemegang jabatannya diberi gelar Teuku untuk pria dan Cut untuk wanita.

1. Teuku Umar

Lahir di Meulaboh pada 1854 dan wafat pada 1899 di Meulaboh juga, ia adalah pahlawan nasional dari Aceh yang terkenal, ditetapkan pada 1973. Ia adalah anak seorang Uleebalang bernama Teuku Achmad Mahmud dengan adik perempuan Raja Meulaboh. Teuku Umar berjuang dengan cara pura – pura bekerjasama dengan Belanda dan menerapkan taktik gerilya. Pada usia 19 tahun ia ikut dalam Perang Aceh tahun 1873. Setelah menikah dengan Nyak Sofiah, anak Uleebalang Glumpang, ia lalu menikah lagi dengan Nyak Malighai, putri Panglima Sagi XXV Mukim.

Pada 1880, ia menikahi Cut Nyak Dhien, janda dari Ibrahim Lamnga yang meninggal karena melawan Belanda. Keduanya kemudian berjuang bersama untuk melawan Belanda. Teuku Umar gugur karena peluru musuh pada pertempuran dengan pasukan Jenderal Van Heutsz yang menghadangnya di Meulaboh. Ketahui juga mengenai nama pahlawan nasional dari Banjarmasin, pahlawan nasional dari Jawa Timur dan pahlawan nasional dari Sumatera Utara.

2. Cut Nyak Dhien

Pahlawan nasional wanita ini lahir pada 1850 dan wafat pada 1908. Ia melanjutkan perjuangan Teuku Umar sepeninggalnya untuk melawan pasukan Belanda di pedalaman Meulaboh, Aceh Barat. Cut Nyak Dhien ditangkap Belanda ketika sudah berusia tua dan rabun karena laporan salah seorang pengikutnya bernama Pang Laot. Konon ia melaporkan Cut Nyak Dhien karena merasa iba dengan kondisinya yang telah digerogoti berbagai penyakit. Cut Nyak Dhien yang dibawa ke Banda Aceh kemudian dirawat hingga sembuh. Karena dianggap masih dapat memberikan pengaruh kuat kepada rakyat Aceh, ia kemudian diasingkan ke Sumedang hingga meninggal pada 6 November 1908. Makamnya berada di daerah Gunung Puyuh, Sumedang. Makamnya baru ditemukan pada 1959 setelah dilakukan pencarian atas permintaan Ali Hasan, Gubernur Aceh. Ia diberikan gelar pahlawan nasional pada tahun 1964.

3. Cut Nyak Meutia

Wanita perkasa yang hidup dari tahun 1870 – 1910 ini memimpin perlawanan terhadap penjajah di Aceh Utara. Ia juga melanjutkan perjuangan suaminya, Teuku Cik Tunong yang meninggal dunia. Ia berjuang bersama suami keduanya yang bernama Pang Nanggroe, yang gugur juga pada 16 September 1910. Pada tanggal 24 Oktober 1910, Cut Meutia terlibat bentrok denan pasukan Marsose di Alue Kurieng dan gugur. Gelar pahlawan nasional dari Aceh didapatkannya bersama Cut Nyak Dhien di tahun 1964. Ketahui juga mengenai nama pahlawan nasional dari Sumatera Barat, pahlawan nasional dari Jawa Tengah dan pahlawan nasional dari Riau.

4. Teuku Cik di Tiro

Lahir tahun 1836, Teuku Cik di Tiro adalah seorang ulama sekaligus panglima besar perang Aceh. Pria bernama asli Teuku Muhammad Saman ini muncul menjadi pemimpin perang ketika perlawanan terhadap Belanda mulai menyurut pada 1881. Delapan tahun setelah Belanda menyatakan perang terhadap Aceh, Teuku Cik di Tiro bersama Teuku Chik Pante Kulu mengobarkan semangat untuk melakukan perang Sabil di jalan Allah. Ia hijrah ke Aceh Besar dari Lamlo, Pidie dan menjadikan basis gerilyawan di Desa Meureu, Indrapuri.

Kontur alam Meureu berupa perpaduan antara dataran rendah dan perbukitan dianggap cocok menjadi benteng pertahanan alami. Satu persatu benteng Belanda direbut oleh pasukannya pada 1881, membuat Belanda kewalahan hingga empat kali mengganti gubernur saat masa perlawanan beliau. Ia meninggal karena diracun oleh seorang perempuan Aceh lewat makanan yang disajikan pada 1891 dan dimakamkan di Desa Meureu, Indrapuri. Gelar pahlawan nasional dianugerahkan pada 1973.

5. Nyak Arif

Teuku Nyak Arif lahir di Ulee Lhee, Banda Aceh pada 1899 dan merupakan residen atau gubernur pertama Aceh. Ia adalah keturunan dari Uleebalang Panglima Sagi 26 Mukim, Aceh Besar. Ia adalah orator ulung yang banyak terlibat pada organisasi pergerakan kemerdekaan. Pernah menjadi Ketua Nasional Indische Partij Kutaraja dan menjadi anggota Volksraad pada 1927 – 1931. Mulai tahun 1932 ia memimpin gerakan bawah tanah menentang Belanda, aktif dalam bidang pendidikan dan politik. Ketika terjadi perang antara sebagian kelompok uleebalang dan ulama, Teuku Nyak Arif yang ingin kedua pihal bersatu malah dituduh berkhianat oleh kaum muda PUSA. Ia ditangkap TKR yang mendukung ulama pada Januari 1946 dan ditawan di Takengon, hingga wafat pada 4 Mei 1946. Ia dimakamkan di Lamreueng, Aceh Besar dan digelari pahlawan nasional pada 1974.

6. Sultan Iskandar Muda

Inilah seorang Raja besar yang membawa Aceh ke zaman keemasannya sewaktu ia berkuasa pada 1607 – 1636. Pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda yang lahir pada 1593, Aceh menguasai Sumatera dan sebagian daerah Malaysia seperti Johor dan Kedah. Aceh juga menyerang Portugis di Malaka pada masa pemerintahannya. Aceh juga mencapai puncak kejayaan sebagai pusat perdagangan dan pembelajaran Islam. Gelar Pahlawan Nasional dari Aceh disematkan pada 1993. Namanya diabadikan sebagai nama bandar udara internasional Sultan Iskandar Muda di Aceh.

7. Teuku Muhammad Hasan

Lahir di Sigli pada 4 April1906, ia seorang aktivis kemerdekaan dan Gubernur pertama Sumatera. Kalangan pergerakan menyebutnya Mr Muhammad Hasan. Ketika bersekolah di Universitas Leiden, Belanda pada usia 25 tahun, ia bergabung dengan sejumlah tokoh pergerakan nasional seperti Muhammad Hatta dan Ali Sastroamidjojo. Pernah juga menjadi salah satu anggota PPKI yang merumuskan dasar – dasar negara Indonesia dengan dipimpin Ir. Soekarno. Ia bersama Syafruddin Prawiranegara membentuk Pemerintah Darurat Republik Indonesia di Bukittinggi, Sumbar ketika terjadi Agresi Militer Belanda II. Ia juga mendirikan Universitas Serambi Mekah yang masih ada hingga sekarang. Teuku Muhammad Hasan meninggal pada 21 September 1997 di usia 91 tahun dan dianugerahi gelar pahlawan nasional pada 2006.

8. Laksamana Malayahati

Salah seorang pejuang perempuan yang berasal dari Kesultanan Aceh, putri dari Laksamana Mahmud Syah. Kakeknya dari ayah adalah Laksamana Muhammad Said Syah, putra Sultan Salahuddin Syah yang memegang kekuasaan sekitar 1530 – 1539 M dan merupakan putra dari Sultan Ibrahim Ali Mughayat Syah (1513 – 1530 M), pendiri Kerajaan Aceh Darussalam. Malahayati pernah menjadi Kepala Barisan Pengawal Istana Panglima Rahasia dan Panglima Protokol Pemerintah dari Sultan Saidil Mukammil Alauddin Riayat Syah IV. Pada 11 September 1599, malahayati memimpin 2000 orang pasukan Inong Balee (janda pahlawan yang gugur) untuk berperang melawan kapal serta benteng Belanda.

Dalam perlawanannya tersebut ia membunuh Cornelis de Houtman dalam pertempuran satu lawan satu di geladak kapal. Gelar Laksamana kemudian disematkan karena keberaniannya ini. Makamnya berada di bukit Krueng Raya, Lamreh, Aceh Besar. Namanya diabadikan dalam banyak hal, antara lain pelabuhan laut di Teluk Krueng Raya, kapal perang jenis Fregat kelas Fatahillah milik TNI AL (KRI Malahayati), Universitas Malahayati di Bandar Lampung, diceritakan kembali dalam film pada 2007, dan dipakai untuk divisi wanita ormas Nasional Demokrat bernama Garda Wanita Malahayati. Gelar pahlawan nasional diberikan pemerintah pada 6 November 2017.

The post 8 Nama Pahlawan Nasional Dari Aceh dan Biodatanya appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
9 Pahlawan Nasional Dari Maluku dan Biodatanya /indonesia/pahlawan/pahlawan-nasional-dari-maluku Thu, 03 Oct 2019 04:14:12 +0000 /?p=5269 Maluku terdiri dari sekelompok pulau di Indonesia yang terletak di Lempeng Australia. Kepulauan Maluku berbatasan dengan Pulau Sulawesi di sebelah Barat, Papua Nugini di sebelah Timur, Timor Leste di sebelah…

The post 9 Pahlawan Nasional Dari Maluku dan Biodatanya appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
Maluku terdiri dari sekelompok pulau di Indonesia yang terletak di Lempeng Australia. Kepulauan Maluku berbatasan dengan Pulau Sulawesi di sebelah Barat, Papua Nugini di sebelah Timur, Timor Leste di sebelah Selatan dan Pulau di sebelah Timur Laut. Nama Maluku berasal dari sebutan yang diberikan oleh para saudagar pada kepulauan ini yaitu Jazirat al-Muluk atau pulau raja – raja.

Bangsa Eropa di zaman dulu menamakannya sebagai Kepulauan Rempah – rempah. Karena kekayaan alamnya inilah Maluku banyak didatangi oleh bangsa asing yang tergiur hendak menguasai dan mengeruk kekayaan alamnya tersebut. Perlawanan terhadap usaha penjajahan dari bangsa asing ini melahirkan para pejuang dan pahlawan nasional dari Maluku. Berikut ini adalah biodata pahlawan kemerdekaan dari Maluku secara singkat.

1. Johannes Leimena

Lahir di Ambon, Maluku pada 6 Maret 1905 dan wafat di Jakarta pada 29 Maret 1977 di usia 72 tahun dan diangkat sebagai pahlawan nasional dari Maluku melalui SK no, 52/TK/2010 tanggal 11 November 2010. Beliau pernah menjabat sebagai Wakil Perdana Menteri, Menteri Sosial, Menteri Distribusi, Menteri Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan, Ketua Umum Partai Kristen Indonesia (Parkinda), Menteri Kesehatan dan pendiri GMKI. Ia dilahirkan dalam keluarga guru dari Desa Ema di Ambon, menempuh pendidikan sebagai dokter di STOVIA Jakarta dan tamat pada 1930. Sejak mahasiswa ia sudah aktif di bidang politik dan masuk organisasi politik bernama Sarekat Ambon, menjadi Ketua Umum Yong Ambon sejak 1925 dan ikut serta dalam persiapan Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928. Ketahui juga mengenai para pahlawan nasional dari Banten dan pahlawan nasional dari Sulawesi.

2. Brigjen Polisi Anumerta Karel Sasuit Tubun

Pahlawan nasional dari Maluku ini lahir di Tual, Maluku Tenggara pada 14 Oktober 1928 dan wafat di Jakarta pada 1 Oktober 1965. Setelah lulus menjadi anggota POLRI, ia ditempatkan di Kesatuan Brimob Ambon berpangkat Agen Polisi Kelas Dua atau Bhayangkara Dua Polisi. Ia ikut serta dalam operasi Trikora untuk menuntut pengembalian Irian Barat pada Indonesia dari Belanda. Setelah keberhasilan mendapatkan kembali Irian Barat, ia kemudian ditugaskan untuk mengawal kediaman dr. J. Leimena sebagai Wakil Perdana Menteri saat itu. K.S. Tubun tewas dalam peristiwa G 30S PKI dan diberi gelar sebagai pahlawan Revolusi. Namanya diabadikan sebagai nama Kapal Perang RI berjenis Fregat kelas Ahmad Yani, yaitu KRI Karel Sasuit Tubun.

3. Kapitan Pattimura

Pahlawan yang paling terkenal dari Maluku ini lahir di Haria, Pulau Saparua, Maluku pada 8 Juni 1783 dan meninggal di Ambon pada 16 Desember 1817. Kapitan Pattimura atau Thomas Matulessy mengkoordinir berbagai pertempuran hebat dalam melawan angkatan perang Belanda di darat dan laut. Ia dibantu oleh Melchior Kesaulya, Anthoni Rebhok, Philip Latumahina dan Ulupaha. Pertempuran yang tercatat adalah pertempuran perebutan Benteng Duurstede, pertempuran di pantai Waisisil dan jasirah Hatawano, Ouw Olath, Jasirah Hitu dan Seram Selatan hingga ia dan pejuang lainnya ditangkap dan dihukum mati oleh Belanda. Kapitan Pattimura menjadi Pahlawan Nasional dari Maluku pada 6 November 1973.

4. Martha Christina Tiahahu

Ia adalah pejuang wanita dari Maluku yang gugur pada usia belia, yaitu 17 tahun. Lahir di Nusa Laut pada 4 Januari 1800 dan meninggal di Laut Banda pada 2 Januari 1818. Martha adalah seorang gadis dari Desa Abubu di Pulau Nusa Laut, putri Kapitan Paulus Tiahahu dari negeri Abubu, seorang pembantu Thomas Matulessy dalam perang Pattimura di tahun 1817. Ia mendampingi ayahnya dalam setiap pertempuran dan memberi semangat pada kaum wanita di seluruh negeri untuk ikut berjuang. Ketika ayahnya ditangkap dan mendapatkan vonis hukuman tembak, Martha Tiahahi berusaha membebaskan ayahnya namun gagal dan memilih bergerilya. Ia akhirnya tertangkap dan menemui ajal di Kapal Perang Eversten. Jasadnya diluncurkan ke Laut Banda dengan penghormatan militer, mendapatkan gelar pahlawan nasional dari Maluku pada 20/5/1969.

5. Nuku Muhammad Amiruddin Kaicil Paparangan

Lahir di Soasiu, Tidore pada 1738 dan wafat di Tidore pada 14 November 1805, ia adalah Sultan dari Kesultanan Tidore yang dinobatkan pada 13 April 1779. Gelarnya adalah Sri Paduka Maha Tuan Sultan Saidul Jehad el Ma’bus Amiruddin Syah Kaicil Paparangan. Ayahnya adalah Sultan Jamaluddin. Pada masa pemerintahannya yang mencakup Pulau Tidore, Halmahera Tengah, pantai Barat dan Utara Irian Barat, Sultan Nuku berjuang dari satu wilayah ke wilayah lain melawan dan berdiplomasi dengan Belanda dan Inggris. Tujuannya hanya  satu yaitu untuk membebaskan rakyat dari penjajahan. Ia diangkat menjadi Pahlawan Nasional pada 7 Agustus 1995 oleh pemerintah RI.

6. Willem Johannes Latumeten

Lahir tanggal 16  April 1916 di Saparua sebagai keturunan keluarga besar Latumetena dari Desa Rutong di Pulau Ambon. Ayahnya adalah Prof. Dr. Y.A. Latumeten, seorang pejuang dan ahli penyakit jiwa. W.J. Latumeten mengenyam sekolah tinggi di Geneeskundige Hogeschool atau Sekolah Tinggi Kedokteran di Jakarta. Pengabdiannya untuk negara dimulai pada zaman revolusi fisik hingga kemerdekaan. Pernah menjabat di Kementerian Penerangan, Departemen Olahraga dan menjadi Pembina Olahraga.

Ia pernah mendirikan Sekolah Tinggi Olahraga di Jakarta, membentuk PERBASI, membina para atlet yang akan terjun ke ASEAN GAMES IV tahun 1962 dan GANEFO pada 1963, juga menjadi Sekretaris Umum Komite Olympiade Indonesia Pusat pada 1955 – 1964. Ia juga sering bertindak sebagai juru bicara delegasi Indonesia dalam perundingan dengan Belanda. Ketika meninggal dunia pada 23 Maret 1965, ia dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata Jakarta dan dianugerahi Lencana Bakti oleh pemerintah.

7. Sultan Babullah

Diangkat sebagai Sultan Ternate pada 1950 menggantikan ayahnya Sultan Hairun yang dibunuh oleh Portugis. Terjadi perang antara Ternate dan Portugis sejak 1570 – 1575 karena sejak kematian ayahnya Sultan Babullah bersumpah tidak akan menghentikan perang hingga semua orang Portugis terusir dari daerah kekuasaannya. Pengepungan Sao Paulo, Benteng Portugis adalah tindakan pertamanya dan berlangsung sampai lima tahun lamanya hingga Portugis menyerah. Setelah wafatnya pada Juli 1583, ia digantikan oleh Sultan Said yang berkuasa sejak 1583 – 1606. Ketahui juga mengenai nama pahlawan nasional dari Madura, nama pahlawan nasional dari Kalimantan , pahlawan nasional dari Yogyakarta dan pahlawan nasional dari Bali.

8. Mr. Johanes Latuharhary

Dilahirkan dalam satu keluarga guru pada 6 Juli 1900 di Desa Ullath, Pulau Saparua, ia adalah keturunan dari keluarga besar Latuharhary dari Desa Haruku, Pulau Haruku. Ia adalah putra Maluku pertama yang berhasil mendapatkan gelar master di Universitas Leiden, Belanda. Sekembalinya ke Indonesia, ia menjadi advokat yang berjuang untuk menolong rakyat kecil dalam penegakan hukum dan keadilan untuk melawan pemerintah Belanda yang sewenang – wenang. Ia juga aktif dalam Sarekat Ambon dan pergerakan nasional, bahkan kemudian memimpin Sarekat Ambon. Setelah kemerdekaan, Mr. J. Latuharhary diangkat menjadi Gubernur Maluku pertama yang berkedudukan di Yogyakarta. Ia kembali ke Ambon setelah pemberontakan RMS ditumpas pada 1950. Ia meninggal dunia pada 8 November 1959 di Jakarta dan dianugerahi Bintang Jasa Mahaputra Pratama.

9. Kapitan Kakiali

Ia adalah seorang putra Tepil yang digelari Kapitan Hitu dan merupakan keturunan Perdana Jamilu ( Nusapati), dan salah seorang dari para pemimpin Hitu di Jasirah Hitu, Ambon. Kakiali adalah pahlawan dalam perang Hitu I tahun 1634 – 1643 melawan VOC. Tahun 1935 Kakiali ditangkap dengan tipu daya Belanda ketika berunding dan dibuang ke Batavia, dan dipulangkan ke Hitu pada 1637 untuk menentramkan rakyat Hitu yang semakin bergolak. Bersamaan dengan itu juga datang Gubernur Jenderal van Diemen yang menjalankan politik adu domba dengan meminta bantuan Sultan Hamzah dari Ternate untuk melawan Hitu.

Ketika Kakiali sedang menyusun encana untuk meminta bantuan Makassar, ia dikhianati oleh teman – temannya sendiri. Ia dibunuh oleh Fransisco de Toire, orang Spanyol yang disogok uang oleh Belanda. Kakiali ditikam dengan keris saat ia sedang tidur dan meninggal seketika. Perjuangannya diteruskan oleh Kapiten Tulukabessy dan Imam Rijali pada Perang Hitu II, 1643 – 1646.

The post 9 Pahlawan Nasional Dari Maluku dan Biodatanya appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
4 Pahlawan Nasional Dari Papua dan Biodata Lengkapnya /indonesia/pahlawan/pahlawan-nasional-dari-papua Thu, 03 Oct 2019 03:17:41 +0000 /?p=5270 Propinsi Papua yang terletak di wilayah Indonesia paling timur sekarang ini adalah bagian dari negara kesatuan RI dan merupakan propinsi terluas yang ada di Indonesia. Papua letaknya berada di bagian…

The post 4 Pahlawan Nasional Dari Papua dan Biodata Lengkapnya appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
Propinsi Papua yang terletak di wilayah Indonesia paling timur sekarang ini adalah bagian dari negara kesatuan RI dan merupakan propinsi terluas yang ada di Indonesia. Papua letaknya berada di bagian tengah Pulau Papua atau bagian paling timur yang menjadi wilayah Indonesia. Sebelumnya Papua bernama Irian Jaya, mencakup seluruh Papua bagian barat. Sejak tahun 2003 Papua dibagi menjadi dua propinsi dengan bagian timur yang tetap menggunakan nama Papua sedangkan di bagian satunya menggunakan nama Papua Barat.

Dengan luas 808.105 kilometer persegi, papua menjadi pulau terbesar kedua di dunia dan terbesar pertama di Indonesia. Hari jadi Papua ditetapkan tanggal 1 Mei 1963, ketika Papua berhasil direbut dari Belanda. Bukan cara yang mudah untuk menjadikan Papua sebagai bagian dari NKRI. Dibutuhkan perjuangan yang sangat keras dari para putra asli Papua untuk merebutnya dari tangan para penjajah dan menyatukan Irian Barat kepada ibu pertiwi. Para putra Papua inilah yang kelak diberi anugerah berupa gelar pahlawan nasional oleh pemerintah RI.

1. Frans Kaisiepo

pahlawan nasional papuaLahir di Wardo, Biak, Papua pada 10 Oktober 1921, ia terlibat sebagai wakil Papua pada Konferensi Malino di tahun 1946 yang membicarakan tentang pembentukan Republik Indonesia Serikat. Nama Irian berasal dari usulnya, satu kata dalam bahasa Biak yang artinya tempat yang panas. Selama tiga hari menjelang proklamasi atau tanggal 14 Agustus 1945, Kaisiepo dan rekan – rekan seperjuangannya memperdengarkan lagu kebangsaan Indonesia Raya di Kampung Harapan Jayapura.

Beberapa hari kemudian setelah proklamasi atau tanggal 31 Agustus 1945, ia dan rekan – rekan juga mengadakan upacara pengibaran bendera merah putih dan bernyanyi lagu kebangsaan. Pernah menjadi Gubernur Irian Barat keempat pada 1964 – 1973. Ia meninggal pada 10 April 1979 dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Cendrawasih, Jayapura. Namanya dijadikan nama bandara Frans Kaisiepo di Biak, juga sebagai nama KRI Frans Kaisiepo. Gelar pahlawan nasional ditetapkan pada 1993 bersama penganugerahan Bintang Mahaputera Adi Pradana kelas dua. Frans Kaisiepo juga diabadikan dalam uang kertas Rupiah cetakan baru pada pecahan 10 ribu rupiah. Ketahui juga mengenai para pahlawan nasional dari jakarta dan pahlawan nasional dari sumatera.

2. Johannes Abraham Dimara

pahlawan nasional papuaMayor TNI Johannes Abraham Dimara adalah putra asli Papua yang lahir di Korem, Biak Utara, Papua pada 16 April 1916. Pada tahun 1946 ia ikut serta dalam peristiwa pengibaran Bendera Merah Putih di Namlea, Pulau Buru, Maluku. Ia juga ikut berjuang untuk mengembalikan Irian Barat ke wilayah Indonesia. Pada tahun 1950 ia diangkat menjadi ketua OPI (Organisasi Pembebasan Irian Barat).

Johannes kemudian menjadi anggota TNI dan melakukan infiltrasi ke Irian Barat di tahun 1954 sehingga ditangkap oleh tentara Belanda dan dibuang ke Digul sampai dibebaskan tahun 1960. Ia ikut menyerukan Trikora bersama Bung Karno di Yogyakarta dan menyerukan seluruh masyarakat Irian Barat agar mendukung penyatuan wilayah Irian Barat ke dalam NKRI. Pada tahun 1962 ketika diadakan perjanjian New York, Johannes menjadi salah satu delegasi bersama Menteri Luar Negeri Indonesia.

Isi perjanjian tersebut pada akhirnya mengharuskan pemerintah kerajaan Belanda untuk menyerahkan wilayah Irian Barat kepada Pemerintah RI. Sejak itulah wilayah Irian Barat menjadi bagian dari NKRI. Johannes wafat pada tanggal 20 Oktober 2000 dan mendapat penghargaan berupa tanda jasa Satyalancana Perang Kemerdekaan Kesatu dan Satyalancana Bhakti. Pemerintah juga menganugerahkan gelar pahlawan nasional dari Papua pada tahun 2011. Ketahui juga mengenai pahlawan nasional non muslim dan penyebab perang antar suku di Papua.

3. Silas Papare

Lahir di Serui, Papua pada 18 Desember 1918, Silas Papare adalah seorang pejuang yang berusaha menyatukan Irian Jaya (Papua) ke dalam wilayah NKRI dalam perjuangan pembebasan Irian Barat. Perjuangan kemerdekaan Papua dilakukannya dengan sangat gigih sehingga kerap berurusan dengan aparat keamanan Belanda. Dalam perlawanannya terhadap kolinialisme Belanda, ia sampai dipenjarakan di Belanda karena mempengaruhi Batalyon Papua untuk memberontak.

Ketika sedang ditahan di Serui, ia bertemu dengan Dr. Sam Ratulangi, Gubernur Sulawesi yang diasingkan oleh Belanda. Dari situ ia semakin berkeyakinan bahwa Papua harus bebas dari penjajah dan bergabung dengan Republik Indonesia. Pada Oktober 1949 di Yogyakarta, ia mendirikan Badan Perjuangan Irian untuk membantu pemerintah RI untuk memasukkan Irian Barat ke dalam wilayah Indonesia. Ketika itu Silas aktif dalam Front Nasional Pembebasan Irian Barat (FNPIB) juga ditunjuk oleh Soekarno untuk menjadi salah seorang utusan Indonesia dalam New York Agreement yang ditandatangani pada 15 Agustus 1962. Perjanjian tersebut mengakhiri konfrontasi Indonesia dengan Belanda mengenai masalah Irian Barat.

Setelah Irian Barat bersatu dengan RI, Silas Papare diangkat menjadi anggota MPRS. Sepeninggalnya pada usia 60 tahun di 7 Maret 1978, namanya diabadikan sebagai salah satu Kapal Perang Korvet kelas Parchim yaitu KRI Silas Papare bernomor lambung 386. Monumen Silas Papare juga didirikan di dekat pantai dan pelabuhan laut Serui. Di Jayapura, namanya digunakan untuk Sekolah Tinggi Ilmu Sosial Politik (STISIPOL) Silas Papare di jalan Diponegoro. Dan di kota Nabire, namanya diabadikan dalam bentuk nama jalan. Gelar pahlawan nasional disematkan pada tahun 1993 bersama dengan Marthen Indey dan Frans Kaisiepo.

4. Marthen Indey

Lahir di Doromena, Papua pada 14 Maret 1912 dan mendapatkan gelar pahlawan nasional dari Papua pada 1993, ia adalah polisi Belanda yang berbalik mendukung Indonesia. Ketika sedang bertugas menjaga para tahanan politik di Digul, ia bertemu dengan tahanan seperti Sugoro Atmoprasojo yang mengubah cara berpikirnya. Marthen kemudian bergabung dengan organisasi politik bernama Komite Indonesia Merdeka (KIM) pada 1946, yang di kemudian hari dikenal dengan nama Partai Indonesia Merdeka (PIM). Ketika menjadi ketua, ia dan beberapa kepala suku Papua lainnya menyampaikan protes kepada Belanda yang berencana untuk memisahkan Irian Barat dari wilayah kesatuan Indonesia.

Ketika mengetahui Marthen membelot, Belanda kemudian menangkapnya dan menahannya selama 3 tahun di Digul. Pada tahun 1962 ia bergerilya untuk menyelamatkan anggota RPKAD yang didaratkan di Papua pada masa Trikora. Ia juga menyampaikan Piagam Kota Baru yang berisi keinginan kuat penduduk Papua untuk tetap setia pada wilayah NKRI. Berkat piagam itu ia dikirim untuk ikut Perundingan New York. Setelah itu ia diangkat sebagai anggota MPRS sejak tahun 1963 – 1968, dan juga diangkat sebagai kontrolir diperbantukan pada Residen Jayapura dengan pangkat Mayor Tituler selama 20 tahun. Marthen wafat di Doromena pada usia 74 tahun tanggal 17 Juli 1986.

Mengetahui nama – nama para pahlawan nasional dari Papua ini sangat penting untuk memahami sejarah Papua yang pada zaman dulu hampir saja lepas dari negara kesatuan kita. Tidak hanya mengetahui nama dan kisah hidup para pahlawan dari Papua saja, ada juga pentingnya untuk mengetahui nama – nama pejuang dari daerah lain untuk mengetahui bagaimana gigihnya perjuangan mereka demi kemerdekaan tanah air kita. Berkat perjuangan mereka yang hingga titik darah penghabisan itulah, sebagai generasi berikutnya kita dapat menikmati kehidupan yang modern dan damai di tanah air tercinta. Karena itu ketahuilah juga nama – nama pahlawan nasional dari Jawa dan pahlawan nasional dari Madura.

The post 4 Pahlawan Nasional Dari Papua dan Biodata Lengkapnya appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
7 Pahlawan Indonesia Non Muslim yang Wajib Diketahui /indonesia/pahlawan/pahlawan-indonesia-non-muslim Tue, 21 May 2019 07:33:03 +0000 /?p=3914 Perjuangan untuk memperoleh kemerdekaan maupun mempertahankan kedaulatan bangsa Indonesia melibatkan seluruh rakyat tanpa pandang bulu. Mulai dari anak-anak, remaja, hingga dewasa semuanya ikut berjuangan demi masa depan bangsa dan negara…

The post 7 Pahlawan Indonesia Non Muslim yang Wajib Diketahui appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
Perjuangan untuk memperoleh kemerdekaan maupun mempertahankan kedaulatan bangsa Indonesia melibatkan seluruh rakyat tanpa pandang bulu. Mulai dari anak-anak, remaja, hingga dewasa semuanya ikut berjuangan demi masa depan bangsa dan negara selama masih merupakan rakyat Indonesia. Latar belakang berbagai etnis, suku, dan agama yang berbeda sudah tidak lagi menjadi halangan untuk bersatu dalam perjuangan.

Itulah mengapa semboyan bangsa Indonesia adalah “Bhinneka Tunggal Ika” dengan artian berbeda-beda tetapi tetap satu. Pahlawan yang namanya telah menggores sejarah juga berasal dari berbagai jenis latar belakan yang berbeda. Pada kenyataannya kebanyakan yang dikenal dalam sejarah perjuangan bangsa adalah pahlawan dengan agama Islam. Lalu sebenarnya siapa saja pahlawan Indonesia non muslim? Berikut adalah ulasan mengenai para pahlawan yang tidak beragama Islam. Meskipun begitu kiprah dan perjuangannya terhadap bangsa dan negara juga tidak main-main. Baca juga Sejarah pkiPeristiwa g30spkiSejarah museum jalesveva jayamahe.

Daftar Pahlawan Indonesia Non Muslim

Selain Islam, agama lain yang sudah berkembangan sejak zaman pra kemerdekaan di Indonesia adalah Kristen, Hindu, dan Buddha. Hal itu cukup wajar mengingat bagaimana perkembangan agama di Indonesia yang tidak serta merta menjadi mayoritas Islam. Agama tersebut juga merupakan keyakinan yang dianut oleh sebagian pahlawan yang namanya pasti sudah sering didengar.

Entah itu dijadikan sebagai pahlawan yang wajib diketahui, tercatat dalam buku sejarah, atau dikenang sebagai nama jalan di kota-kota besar. Berikut adalah daftar pahlawan bergama selain Islam yang banyak memberi sumbangsih baik berupa pemikiran, jasa, dan raganya untuk bangsa dan negara.

  1. Yos Sudarso

Nama lengkap dari pahlawan satu ini adalah Laksamana Madya Yosaphat Sudarso, tetapi lebih dikenal dengan Yos Sudarso. Ia lahir pada tanggal 24 Nivember 1925 di Salatiga. Namanya diabadikan dalam sebuah KRI. Adapun tanda penghormatannya adalah Pahlawan Pembela Kemerdekaan. Yos Sudarso gugur dalam pertempuran pada tanggal 13 Januari 1963 tepat di atas KRI Macan Tutul. Pertempuran tersebut terjadi di laut Aru yang terjadi pada masa kampanye Trikora.

  1. Jenderal Urip Sumoharjo

Jenderal Urip Sumoharjo lahir pada tanggal 22 Februari 1893 di Purworejo, Jawa Tengah. Sebelumnya ia memiliki nama Muhammad Siddik, karena terlahir dalam keluarga yang beragama Islam. Tetapi setelah beranjak dewasa ia kemudian berpindah keyakinan menjadi seorang Kristiani. Dalam sejarahnya ia berhenti sekolah dan memilih untuk mengikuti pelatihan militer di Batavia yang kini adalah Jakarta. Ketika lulus pada tahun 1914 ia menjadi seorang Letnan sebagai tentara pemerintah kolonial Belanda. Lalu pada tahun 1938 ia mengundurkan diri dari jabatan tersebut setelah berselisih paham dengan Bupati Purworejo.

Perjuangannya cukup panjang setelah mengundurkan diri, ia kemudian dipanggil untuk kembali bertugas. Lalu pasca kemerdekaan Indonesia ia diangkat sebagai kepala staff dan pemimpin sementara angkatan perang. Ketika itu ia berupaya untuk menyatukan kelompok militer yang terpecah di Indonesia.

Ia kemudian wafat pada tanggal 17 November 1948 akibat serangan jantung di kamarnya. Jenazahnya dikebumikan di Taman Makam Pahlawan Semaki, Yogyakarta. Pada saat itu pemakamannya berlangsung secara anumerta dipromosikan sebagai Jenderal. Ada banyak tanda kehormatan yang diperolehnya seperti Bintang Sakti (1960), Bintang Kartika Eka Pakci Utama (1968), dan Bintang Republik Indonesia Adipurna (1967). Ia juga ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional pada tahun 1964. Baca juga Sejarah patung pancoranSejarah berdirinya tugu monasSejarah masjid agung semarang, dan Sejarah ham di dunia.

  1. Laksamana Muda Udara Agustinus Adisutjipto

Agustinus Adisutjipto adalah seorang Marsekal Muda Anumerta yang lahir pada tanggal 3 Juli 1916 di Salatiga, Jawa Tengah. Ia merupakan seorang komodor udara Indonesia yang sebelumnya sekolah di Geneeskundigie Hoge School atau Sekolah Tinggi Kedokteran serta Sekolah Penerbangan Militaire Luchtvaart di Kalijati. Pada tanggal 15 November 1945 ia mendirikan Sekolah Penerbang di Yogyakarta yang berlokasi di Lapangan Udara Maguwo. Lapangan tersebut kemudian berganti nama menjadi Bandara Adisutjipto sebagai bentuk penghargaan untuk mengenang jasa-jasanya. Ia wafat pada tanggal 24 Juli 1947 di Bantul dalam usia 31 tahun dan dikenang sebagai salah satu  Pahlawan Nasional.

  1. Thomas Matulesy

Nama Thomas Matulesy mungkin sedikit asing di telinga, tetapi kalau melihat pahlawan yang tertera di dalam pecahan uang seribu rupiah tentu sudah tidak asing lagi. Pahlawan yang memgang parang tersebut dikenal sebagai Kapitan Pattimura yang sebenarnya memiliki nama asli Thomas Matulesy. Ia lahir pada tahun 1783 di Negeri Haria, Saparua, Maluku. Perjuangannya melawan Belanda bahkan berhasil merebut benteng Belanda yang berada di Saparua pada tahun 1817. Sebelumnya ia juga sempat melumpuhkan semua tentara Belanda yang berada di dalam benteng tersebut. Sayangnya ia kemudian tertangkap dan dijatuhi hukuman gantung. Eksekusinya berlangsung pada tanggal 16 Desember 1817 yang menjadi akhir hayatnya. Kini ia dikenal sebagai salah satu Pahlawan Nasional.

  1. Wage Rudolf Supratman

Siapa yang tidak kenal nama satu ini? Wage Rudolf Supratman terkenal karena sumbangishnya dalam menggubah lagu kebangsaan Indonesia Raya. Ia lahir pada tanggal 9 Maret 1903 di Jatineragara, Jakarta. Ia menyelesaikan pendidikan dasar di Jakarta, kemudian hijrah ke Makassar yang saat itu masih dikenal sebagai Ujung Pandang dan menyelesaikan Normaal School di sana. Ia masih sempat tinggal di kota tersebut, lalu menjadi guru SD, dan terjun dalam dunia perusahaan dagang.

Kemampuannya dalam bermain biola dan menggubah lagu diperoleh dari sang kakak yang kala itu tinggal di Ujungpandang. Sebenarnya hal wajar jika Supratman memiliki kebolehan dalam urusan musik, karena sebagai seorang Kristiani tentu saja kemampuannya sudah termasuk cukup mumpuni. Ia kemudian wafat pada tahun 1938 dalam usia yang termasuk muda.

  1. Igantius Slamet Rijadi

Ignatius Slamet Rijadi lahir pada hari Rabu, 28 Mei 1926 di kampung Danukusuman, Solo. Ketika lahir namanya adalah Soekamto, tetapi semasa kecil ia sering mengalami sakit, akhirnya namanya diganti menjadi Slamet. Seiring perjalanannya hingga masa SMP namanya kembali ditambah menjadi Slamet Rijadi, karena ada banyak anak sepantarannya yang juga bernama Slamet. Baca juga Macam macam artefakPeninggalan zaman praaksaraSejarah hari cuci tangan sedunia.

  1. A. Kartini

Siapa sangka Raden Ajeng Kartini sebenarnya adalah seorang penganut agama Buddha. Hal ini diketahui lewat surat-suratnya dengan para sahabatnya di luar negeri. ia kerap menggunakan berbagai istilah tentang Buddha seperti Boeddhakindje, Boeddhisme, dan bahkan menyebut dirinya sebagai anak buddha. Sebagai seorang wanita Jepara yang banyak memberikan perjuangan terhadap emansipasi wanita, Kartini menjadi salah satu bukti bahwa perbedaan tidak menjadi halangan untuk memberi manfaat bagi orang lain. Ia kemudian wafat pada usia yang ke-70 tahun dan sekarang dikenal sebagai salah Satu Pahlawan Nasional.

Itulah beberapa daftar Pahlawan Indonesia Non Muslim. Sebenarnya masih ada banyak sekali pahlawan non muslim seperti Robert Wolter Monginsidi, Letnan Jenderal T.B. Simatupang, dan sebagainya. Semoga bermanfaat!

The post 7 Pahlawan Indonesia Non Muslim yang Wajib Diketahui appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
Zainuddin Abdul Madjid, Pahlawan Nasional Dari NTB /indonesia/pahlawan/pahlawan-nasional-dari-ntb Mon, 06 May 2019 02:27:10 +0000 /?p=3577 NTB atau Nusa Tenggara Barat adalah propinsi di Indonesia yang letaknya ada di bagian barat Kepulauan Nusa Tenggara. Ibukota propinsi berada di Mataram dan terdiri dari 10 kabupaten serta kota.…

The post Zainuddin Abdul Madjid, Pahlawan Nasional Dari NTB appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
NTB atau Nusa Tenggara Barat adalah propinsi di Indonesia yang letaknya ada di bagian barat Kepulauan Nusa Tenggara. Ibukota propinsi berada di Mataram dan terdiri dari 10 kabupaten serta kota. NTB memiliki dua pulau terbesar yaitu Lombok dan Sumbawa. Kendati Lombok memiliki banyak tokoh pejuang dan ulama terkemuka, namun belum semuanya mendapatkan pengenalan dan pengakuan berupa gelar dari pemerintah sebagai pahlawan nasional. Pahlawan nasional dari Lombok hingga kini baru tercatat seorang saja, yaitu TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid atau yang juga dikenal sebagai Tuan Guru Bajang. Berikut ini adalah riwayat TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid sejak kelahirannya.

Kelahiran dan Masa Kecil

Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid lahir di Kampung Bermi, Desa Pancor, Kecamatan Rarang Timur, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat pada tanggal 19 April 1908 atau 17 Rabiul Awal 1316 H. Orang tuanya adalah Tuan Guru Haji Abdul Majid dan Hajjah Halimah al-Sa’diyyah. Beliau diberi nama kecil Muhammad Saggaf berdasarkan peristiwa yang terjadi tiga hari sebelum kelahirannya. Kala itu ayahnya didatangi oleh dua waliyullah dari Hadramaut dan Maghrabi. Kebetulan keduanya memiliki nama yang sama, yaitu ‘Saqqaf’. Pemberian nama itu merupakan pesan mereka kepada sang ayah,  artinya ‘ atapnya para wali pada zamannya’ atau ‘Saggaf’ dalam bahasa Indonesia, atau ‘Segep’ dalam dialek bahasa Sasak.

Asal usul keturunan Muhammad Zainuddin Abdul Madjid tidak dapat diungkapkan secara jelas karena catatan dan dokumen keluarga musnah ketika mengalami kebakaran. Namun ada informasi dari sejumlah kalangan bahwa asal usul TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid yang kini menjadi pahlawan nasional dari NTB, konon ia adalah keturunan Sultan – sultan Kerajaan Selaparang yang ke 17, kerajaan Islam yang pernah berkuasa di Lombok. Hal ini sesuai dengan penelitian seorang antropolog berkebangsaan Swedia yaitu Sven Cederroth. Ia merujuk pada kegiatan ziarah Tuan Guru ke makam Selaparang pada tahun 1971 sebelum pemilihan umum. Selain itu, ia tidak pernah menolak secara terbuka mengenai asumsi akan asal usul keturunannya sebagai keturunan Selaparang.

Sejak kecil ia sudah menunjukkan sifat jujur dan cerdas, belajar mengaji dan berbagai ilmu agama sejak usia 5 tahun. Setelah usia 9 tahun, ia masuk ke pendidikan formal Sekolah Rakyat Negara sampai tahun 1919. Kemudian melanjutkan belajar dari beberapa Tuan Guru setempat, seperti TGH Syarafuddin dan TGH Muhammad Said dari Pancor, TG Abdullah dari desa Kelayu, Lombok Timur. Mereka mengajarkan ilmu agama menggunakan sistem Halaqah, yaitu dengan duduk bersila di atas tikar dan mendengarkan guru  membaca Kitab, lalu kembali dibaca bergantian oleh para murid. Ketahui juga nama pahlawan nasional dari Kalimantan, nama pahlawan nasional dari Jawa Tengah dan pahlawan nasional dari Bali.

Belajar di Mekkah

Setelah remaja ia kembali berangkat ke Mekkah untuk memperdalam ilmu agama di usia 15 tahun, menjelang musim haji tahun 1341 H atau tahun 1923. Setelah musim haji usai, ia belajar pada Syaikh Marzuqi, keturunan Arab kelahiran Palembang yang sudah lama belajar mengaji di Masjidil Haram. Ia juga sempat belajar ilmu sastra pada Syaikh Muhammad Amin al-Quthbi. Dua tahun setelah terjadinya perang saudara antara Syarif Husain dan kaum Wahabi, ia mulai belajar di Madrasah al-Shaulatiyah. Sekolah ini adalah madrasah pertama yang menjadi permulaan sejarah baru dalam pendidikan di Arab Saudi, yang sangat legendaris dan telah menghasilkan banyak ulama besar di seluruh dunia. Dengan kecerdasannya, ia berhasil menyelesaikan pendidikan hanya dalam waktu 6 tahun saja dari 9 tahun dengan predikat ‘Mumtaz’ atau Summa Cum Laude. Itulah sebabnya pahlawan nasional dari NTB ini dikenal dengan julukan Santri Jenius.

Setelah tamat, ia bermukim di Mekah selama dua tahun menunggu adiknya yang masih belajar disana, yaitu TGH Muhammad Faisal. Setelah kembali ke Indonesia, ia langsung melakukan safari dakwah keliling pulau Lombok sehingga ia dikenal luas oleh masyarakat yang menyebutnya sebagai ‘Tuan Guru Bajang’. Pada tahun 1934 ia mendirikan pesantren al-Mujahidin bagi para pemuda Sasak  dan mendirikan Nadhlatul Wathan Diniyah Islamiyah (NWDI) tahun 1937. Kemudian pada 1943 mendirikan Madrasah Nadhlatul Banat Diniyah Islamiyah (NBDI) khusus untuk wanita. Keduanya menjadi madrasah pertama di Pulau Lombok dan menjadi cikal bakal semua madrasah yang bernaung di bawah organisasi Nadhlatul Wathan yang didirikan pada 1953. Ketahui juga pahlawan nasional dari Banten dan pahlawan nasional dari Yogyakarta.

Keterlibatan Zaman Perang Kemerdekaan

TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid menjadikan kedua madrasah sebagai pusat pergerakan kemerdekaan. Secara khusus ia bersama guru  – guru yang lain mendirikan Gerakan al-Mujahidin lalu bergabung bersama gerakan rakyat lain di Pulau Lombok untuk membela dan mempertahankan keutuhan bangsa. Pada tanggal 7 Juli 1946, adik kandungnya TGH Muhammad Faisal memimpin penyerbuan ke tangki militer NICA di Selong, namun gugur dalam pertempuran bersama dua orang santri NWDI.

Setelah kemerdekaan, beliau beberapa kali kembali mendirikan madrasah, sekolah tinggi dan yayasan pendidikan serta universitas, juga terlibat di politik sebagai Ketua Badan Penasihat Masyumi untuk Lombok, anggota Konstituante RI pada 1955, peserta KIAA (Konferensi Islam Asia Afrika) pada 1964, anggota MPR hasil pemilu II dan III pada tahun 1972 – 1982, dan masih banyak lagi. Atas jasa – jasanya, pemerintah dianugerahi Piagam Penghargaan dan Medali Pejuang Pembangunan. Beliau juga selalu berusaha untuk melakukan inovasi dalam bidang pendidikan dan pengajaran agama Islam di NTB. Beliau juga memiliki berbagai karya sebagai pengarang berupa beberapa kitab, kumpulan doa, lagu – lagu perjuangan berbahasa Arab, Indonesia dan Sasak.

Pada 21 Oktober 1997 beliau meninggal di kediamannya di Desa Pancor, Lombok Timur meninggalkan ribuan ulama, puluhan ribu santri, dan kurang lebih seribu kelembagaan Nadhlatul Wathan tersebar di seluruh Indonesia dan luar negeri. Beliau sangat berjasa dalam mengubah keyakinan masyarakat NTB yang semula kebanyakan menganut animisme dan dinamisme sehingga menjadi masyarakat yang islami, dan membuat Lombok dikenal sebagai Pulau Seribu Masjid. Berkat semua perjuangan dan dedikasinya, sejumlah tokoh masyarakat memperjuangkan agar beliau bisa diakui sebagai pahlawan nasional dari NTB. Akhirnya gelar pahlawan nasional diberikan pemerintah pada tanggal 9 November 2017 untuk bidang Pendidikan dan Gerakan Kepemudaan. Anda juga dapat menyimak pahlawan nasional dari Jawa dan pahlawan nasional dari Sulawesi.

Ulama NTB Pada Zaman Penjajahan

Tokoh – tokoh ulama Islam yang berasal dari NTB di zaman penjajahan masih banyak selain dari TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid, yang memang seorang ulama terkemuka karena kejeniusannya. Tokoh ulama Islam lainnya dan pejuang yang belum mendapatkan gelar pahlawan nasional dari NTB antara lain:

  • TGH Umar (Kelayu) – Beliau belajar di Mekah sejak usia 14 tahun dan kembali ke kampung halaman setelah 15 tahun untuk mulai menyebarkan berbagai ilmu yang didapatkan di Mekah. Murid – muridnya banyak menjadi ulama besar dari luar Lombok.
  • TGH Muhammad Saleh (Lopan) – Beliau sangat berjasa dalam perkembangan Islam dalam menyebarkan ajarah ushul fiqh, mengembangkan ajaran sufi di Padamara, Sakra, Mesanggoh Gerung, Karang Kelok dan lainnya.
  • TGH Ali Batu – Terkenal sangat alim dan gigih dalam memberikan pengajian dan memimpin peperangan antara suku Sasak dan kekuasaan Bali. Meninggal dalam peperangan tersebut.
  • TGH Mustafa – Ia adalah penyebar agama di masa penjajahan Belanda, ketika banyak orang Bali yang bermukim di Kotaraja.
  • TGH Badarul Islam – Salah satu tokoh yang sangat kharismatik dan banyak memiliki murid dari Gumi Sasak.
  • TGH M.Shaleh Hambali – Menghasilkan beberapa karya berupa kitab – kitab agama Islam, nasehat tentang anak, puasa dan berbagai masalah lainnya.
  • TGH Muhammad Mutawalli Yahya al Kalimi – Berkiprah dalam dunia pendidikan dengan membuka majlis taklim, lembaga pendidikan dasar, pondok pesantren, dan membuat jalan raya, jembatan, dan panti sosial, pasar rakyat dan membuka lahan pertanian. Juga terlibat dalam Masyumi dan Golkar.
  • TGH Mahsun – Banyak melakukan pembinaan dan pengembangan agama Islam hampir di seluruh Lombok Timur, mendirikan berbagai lembaga pendidikan dan bergabung dalam pasukan Banteng Hitam, memimpin Masbagik ketika Belanda menyerang kota Selong, ikut dalam pasukan Lendang Nangka dan Pringgasela.

The post Zainuddin Abdul Madjid, Pahlawan Nasional Dari NTB appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
7 Pahlawan Nasional Dari Madura Pra Kemerdekaan /indonesia/pahlawan/pahlawan-nasional-dari-madura Thu, 25 Apr 2019 02:19:25 +0000 /?p=3608 Pahlawan nasional adalah gelar pemberian pemerintah RI kepada warga negara yang telah melakukan suatu tindakan kepahlawanan dan berjasa besar bagi bangsa serta negara semasa hidupnya. Perbuatan tersebut adalah nyata dan…

The post 7 Pahlawan Nasional Dari Madura Pra Kemerdekaan appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
Pahlawan nasional adalah gelar pemberian pemerintah RI kepada warga negara yang telah melakukan suatu tindakan kepahlawanan dan berjasa besar bagi bangsa serta negara semasa hidupnya. Perbuatan tersebut adalah nyata dan dapat diteladani oleh masyarakat sepanjang masa. Gelar ini adalah gelar anumerta, yaitu gelar atau penghargaan tingkat tertinggi yang diberikan setelah seseorang meninggal dunia.

Kriteria pemilihan yang ditetapkan Kementrian Sosial Indonesia yaitu merupakan WNI yang semasa hidup telah melakukan perjuangan bersenjata atau perjuangan dalam bidang lain untuk mencapai kemerdekaan, melahirkan pemikiran besar yang menunjang pembangunan bangsa serta negara, menghasilkan karya besar yang bermanfaat bagi masyarakat luas, berlangsung hampir sepanjang hidup, jangkauannya luas dan berdampak nasional, konsisten serta semangat nasionalisme tinggi, akhlak dan moral yang tinggi, pantang menyerah dan tidak pernah melakukan perbuatan tercela selama hidup.

Pahlawan Dari Madura

Madura, pulau yang terletak di sebelah timur laut dari Jawa Timur. Suku Madura termasuk etnis yang berpopulasi besar di Indonesia berjumlah sekitar 7 juta jiwa lebih yang berasal dari Pulau Madura dan pulau – pulau di sekitarnya. Madura pernah menjadi salah satu negara boneka yang dibentuk Belanda pada zaman Republik Indonesia Serikat. Ini berarti, Madura pun tidak luput dari kisah sejarah perjuangan kemerdekaan, namun hingga saat ini pahlawan nasional dari Madura yang diakui baru tercatat sejumlah dua orang. Nama – nama pahlawan nasional dari Madura tersebut antara lain:

1. Pangeran Trunojoyo

Pahlawan nasional dari Madura ini lahir di Sampang, pada tahun 1649 dengan nama kecil Raden Nila Prawata. Beliau adalah cucu dari Pangeran Cakraningrat I, Raja Madura, keturunan dari Kraton Arosbaya Madura yang ditaklukkan oleh Kerajaan Mataram. Ayahnya adalah putra ke 3 Cakraningrat bernama R. Demang Melayakusuma yang memimpin pemerintahan sehari – hari di Madura Barat. Semasa kecil Pangeran Trunojoyo dididik dan dibesarkan di lingkungan Kraton Mataram yang dipimpin oleh putra Sultan Agung yaitu Amangkurat I. Pada tahun 1656 terjadi perselisihan di Mataram yang dipicu oleh pemberontakan Pangeran Alit hingga jatuh korban jiwa. Mereka adalah Pangeran Cakraningrat I dan R. Demang Melayakusuma, ayah Trunojoyo, yang diutus untuk meredakan pemberontakan.

Korban lain adalah Raden Ario Atmojonegoro (putra pertama Cakraningrat I), dan Pangeran Ario/Pangeran Alit (adik Amangkurat I). Pemberontakan terjadi karena pemerintahan Amangkurat yang keras dan bersekutu dengan VOC. Madura kemudian dipimpin oleh Raden Undagan, paman Trunojoyo yang bergelar Panembahan Cakraningrat II. Akan tetapi ia juga lebih banyak berada di Mataram daripada di Madura seperti ayahnya. Putra Mahkota Amangkurat I bernama Adipati Anom ternyata juga menyimpan ketidak puasan kepada ayahnya, namun tidak berani memberontak secara terang – terangan.

Ia meminta bantuan Raden Kajoran/Panembahan Rama, seorang kerabat Mataram dan seorang ulama, yang merupakan mertua Trunojoyo. Pada tahun 1974 Trunojoyo berhasil merebut kekuasaan di Madura dan menyatakan diri sebagai Raja merdeka di Madura Barat, sejajar dengan penguasa Mataram. Rakyat mendukung karena Cakraningrat dianggap mengabaikan pemerintahan. Trunojoyo juga mendapat dukungan dari Panembahan Giri, Surabaya, dan Karaeng Galesong, pemimpin pelarian warga Makassar pendukung Sultan Hasanuddin. Mereka berhasil mendesak pasukan Amangkurat I, tetapi kemudian timbul perselisihan dengan Adipati Anom karena Trunojoyo tidak mau menyerahkan kepemimpinannya dan berhasil mengalahkan pasukan Adipati pada 1676.

Kemudian ia menyerbu Plered, ibukota Mataram dan berhasil mendesak Amangkurat I hingga ke Wonoyoso dan meninggal di Tegal. Trunojoyo lalu mendirikan pemerintahan sendiri dengan gelar Panembahan Maduretno. Adipati Anom yang diangkat menjadi Amangkurat II bersama VOC sepakat melawan Trunojoyo melalui Perjanjian Jepara (September 1677). VOC yang memusatkan kekuatannya bersama Mataram akhirnya berhasil menyudutkan Trunojoyo dan menguasai bentengnya. Amangkurat II menghukum mati Trunojoyo pada 2 Januari 1680. Sejak itu VOC berhasil menancapkan cakarnya pada Mataram dan Madura. Mataram kemudian terpecah belah dalam sejarah perjanjian Giyanti. Ketahui pula nama pahlawan nasional dari Jawa Tengah, pahlawan nasional dari Jawa Timur, dan pahlawan nasional dari Jawa.

2. Abdul Halim Perdana Kusuma

Pada zaman penjajahan tidak banyak putra Indonesia yang ahli menerbangkan pesawat. Saat itu Indonesia juga belum memiliki pesawat terbang. Tetapi sudah ada seorang putra Madura yang tercatat sebagai anggota Royal Canadian Air Force dan Royal Air Force. Ia adalah Abdul Halim Perdana Kusuma, yang lahir di Sampang pada 18 November 1922 yang ahli dalam navigasi dan mengemudikan pesawat terbang. Putra dari Patih Sumenep itu berpangkat Wing Commander dan terlibat dalam 44 tugas penerbangan menggunakan pesawat jenis Lancaster atau Liberator sebagai navigator tempur pada Perang Dunia II di Eropa dan Asia. Jenjang pendidikannya dimulai dari HIS di tahun 1928, lalu MULO pada 1935, dan Sekolah Pamong Praja di Magelang.

Sesudah selesai ia menjadi calon Mantri di kantor Kabupaten Probolinggo, lalu diperintah oleh Bupati untuk mengikuti pendidikan Perwira AL Belanda di Surabaya. Dari sini ia mengikuti pendidikan di Royal Canadian Air Force jurusan Navigasi. Ia dijuluki The Black Mascot karena di setiap peperangan yang ia ikuti, semua kru berhasil kembali dengan selamat. Selesai bertugas di Eropa, ia kembali ke Indonesia untuk membantu membangun kekuatan Angkatan Udara Indonesia sebagai pelatih penerbangan dan instruktur navigasi walaupun dengan keterbatasan fasilitas dan sarana. Selain itu, ia juga sering diberi berbagai tugas penting seperti terlibat dalam pendirian pangkalan udara AURI sebagai Perwira Operasi berpangkat Komodor Udara.

Ia mempersiapkan penyerangan terhadap kota – kota yang diduduki Belanda seperti Ambarawa, Salatiga, Semarang dan kota lainnya. bersama rekannya yang lain seperti Agustinus Adisucipto, Abdulrachman Saleh dan Iswahyudi kemudian memperbaiki pesawat – pesawat tua bekas Jepang hingga dapat digunakan kembali. Sayangnya ia tewas ketika pesawatnya jatuh di Pantai Tanjung Hantu, Perak, Malaysia. Pangkatnya dinaikkan secara anumerta menjadi Laksamana Muda Udara (Marsekal Muda Udara), serta diangkat sebagai pahlawan nasional pada tahun 1975. Ketahui juga nama pahlawan nasional dari Sumatera, pahlawan nasional dari Jakarta, dan sejarah para pahlawan nasional dari Yogyakarta.

Pahlawan Nasional Dari Madura lainnya

Beberapa tokoh Madura yang berjasa dalam perjuangan kemerdekaan dari penjajahan Belanda dan ulama antara lain:

  1. Sunan Cendana – Beliau adalah putra Sunan Ampel dan Keturunan ke 25 dari Nabi Muhammad SAW. Julukan Cendana didapatkan ketika ia bertapa di dalam sebuah pohon cendana.
  2. Nyai Cendana – Dikenal juga sebagai Ratu Cendana, ia adalah istri pertama dari Sunan Cendana, bernama kecil Nyai Selase. Mereka memiliki anak bernama Kiai Putromenggolo yang menjadi waiyullah besar di masanya di Madura Barat.
  3. Kiai Angabei Mangundireja – Ia adalah Patih dari Panembahan Natakusuma I atau Panembahan Sumolo, penguasa Sumenep. Beliau memimpin upaya pengusiran kepada serdadu Inggris yang mendarat di Pantai Saroka pada 1810. Ia gugur bersama putranya di Loji demi membela bumi Songennep.
  4. Ahmad Basyir – Seorang pejuang kemerdekaan yang pernah bergabung dalam barisan Sabilillah untuk melawan penjajah Belanda.
  5. Kiai Abdullah Sajjad – Ia adalah putra Kiai Moh. Syarqawi dan adik kandung Kiai Moh. Ilyas. Ia meninggal saat sujud, ditembak oleh Belanda.

Kurangnya pejuang yang mendapatkan gelar pahlawan nasional dari Madura sebenarnya sangat patut disayangkan, karena dengan sejarah panjangnya Madura pasti memiliki banyak tokoh yang sangat berjasa dalam perjuangan kemerdekaan. Kekurangan tokoh pahlawan nasional juga akan membuat para generasi muda yang saat ini hidup nyaman tidak tahu dan tidak dapat menghargai kerja keras serta pengorbanan mereka untuk tercapainya pendirian Republik Indonesia.

The post 7 Pahlawan Nasional Dari Madura Pra Kemerdekaan appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
5 Pahlawan Nasional Dari Jakarta Pada Zaman Kemerdekaan /indonesia/pahlawan/pahlawan-nasional-dari-jakarta Tue, 23 Apr 2019 10:27:44 +0000 /?p=3604 Sebagai ibukota negara sejak proklamasi kemerdekaan di tahun 1945, tentunya Jakarta memiliki sejarah panjang dalam perjuangan kemerdekaan. Jakarta telah menjadi pusat perjuangan para pahlawan kemerdekaan dan para perintis kemerdekaan kita…

The post 5 Pahlawan Nasional Dari Jakarta Pada Zaman Kemerdekaan appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
Sebagai ibukota negara sejak proklamasi kemerdekaan di tahun 1945, tentunya Jakarta memiliki sejarah panjang dalam perjuangan kemerdekaan. Jakarta telah menjadi pusat perjuangan para pahlawan kemerdekaan dan para perintis kemerdekaan kita sejak lama. Pahlawan nasional adalah gelar yang diberikan oleh Pemerintah RI kepada warga negara yang melakukan tindakan heroik dan jasanya sangat besar bagi kepentingan bangsa serta negara.

Gelar ini adalah penghargaan tingkat tertinggi untuk seorang pejuang, berupa gelar anumerta yang diberikan pemerintah atas perbuatan nyata yang dapat dikenang dan menjadi teladan sepanjang masa oleh warga masyarakat lainnya. Beberapa pahlawan nasional dari Jakarta yang sudah memenuhi kriteria yang ditetapkan pemerintah untuk diberi gelar tersebut adalah para pejuang berikut ini.

1. Mohammad Husni Thamrin

Ia lahir pada 16 Februari 1894 dan wafat pada 11 Januari 1941 di Jakarta, sebagai anak dari ayah orang Belanda dan ibu yang berasal dari Betawi. Husni Thamrin tidak menyandang nama Belanda karena ayahnya meninggal sejak masih kecil dan ia diasuh oleh paman dari pihak ibunya. Sedangkan kakeknya dari pihak ibu yang bernama Ort berkebangsaan Inggris, pemilik hotel di area Petojo menikah dengan wanita Betawi yang bernama Noeraini. Beliau pernah menjadi Ketua Parindra, bekerja di kantor residen Batavia, di perusahaan pelayaran Konnkiijke Paketvaari Maatschappij (KPM), menjadi anggota dewan Batavia, dan mendirikan Persatuan Kaum Betawi untuk kemajuan warga Jakarta pada 1923. Diangkat sebagai pahlawan nasional pada 28-7-1960. Beliau dimakamkan di TPU Karet, Jakarta.

2. Ismail Marzuki

Lahir di Kwitang pada 11 Mei 1914 dan wafat pada 25 Mei 1958 di Jakarta, ia adalah putra Betawi asli. Bersekolah di HIS Menteng hingga tamat di kelas 7 dan MULO Jakarta. Ayahnya membelikan berbagai alat musik seperti harmonika, mandolin dan lainnya, maka ia mulai bermain musik dan menciptakan lagu. Ia lancar berbahasa Inggris dan Belanda, dan merupakan orang pertama yang memperkenalkan akordeon ke dalam langgam melayu untuk menggantikan harmonium pompa. Lagu pertamanya berjudul O sarinah saat berusia 17 tahun.

Sejak itu ia banyak menciptakan lagu termasuk lagu – lagu perjuangan Indonesia, tampil dalam siaran Nederlands Indische Omroap Maatschapij dan sejak itu tidak pernah meninggalkan dunia siaran radio. Selain bergabung dengan perkumpulan Lief Java yang dipimpin Hugo Dumas pada 1936, ia juga membentuk band yang memainkan lagu Hawaiian bernama Street Java Islander yang beranggotakan Ismail, Victor Tobing, Hasan Basri, Pek De Rosario dan Hardjomuljo. Daftar lagu – lagu ciptaannya antara lain Sarinah, Ali Baba Rumba, Olhe Lheu, Bisikan Tanah Air, Indonesia Pusaka, mars Gagah Perwira, dan yang paling terkenal adalah Rayuan Pulau Kelapa pada tahun 1944. Ismail Marzuki diangkat menjadi pahlawan nasional dari Jakarta pada 5-11-2004.

3. W.R Supratman

Tanggal dan tempat lahir WR Supratman ada dua versi, yaitu 9 Maret di Jatinegara Jakarta atau 19 Maret 1903 di Dukuh Trembelang, Desa Somongari, Kab, Purworejo, Jateng.Ia adalah pengarang lagu kebangsaan Indonesia Raya. Secara singkat pada biografi WR Soepratman, ia awalnya disekolahkan di Makassar oleh kakak iparnya, Willem van Eldik. Dua tahun setelah menjadi guru ketika berusia 20 tahun ia mendapatkan ijazah Klein Ambtenaar. Ia mulai tertarik pada pergerakan nasional ketika bekerja sebagai wartawan, lalu menulis buku berjudul Perawan Desa yang kemudian disita dan dilarang beredar oleh Pemerintah Belanda.

Ia menggemari musik berkat kakaknya Roekijem hingga menguasai biola. Juga menguasai cara membuat lagu hingga tercipta lagu Indonesia Raya di Bandung dalam usia 21 tahun. Lagu itu diperdengarkan secara instrumental dengan biola pada malam penutupan kongres Pemuda II tanggal 28 Oktober 1928. Sejak itu lagu tersebut kerap dinyanyikan pada kongres partai – partai politik hingga setelah kemerdekaan menjadi lagu kebangsaan.

Namun ia selalu dikejar – kejar oleh polisi Belanda hingga jatuh sakit di Surabaya karenanya. Akhirnya ia ditangkap ketika menyiarkan lagu ciptaan terakhir berjudul Matahari Terbit pada awal bulan Agustus 1938 bersama para pandu di NIROM, lalu ditahan di Penjara Kalisosok Surabaya dan meninggal karena sakit pada 1938. W.R Supratman ditetapkan sebagai pahlawan nasional dari Jakarta pada tahun 1971.

4. Kapten CZI Anumerta Pierre Tendean

Pierre Andreas Tendean lahir di Jakarta pada 21 Februari 1939 dan meninggal pada usia muda yaitu 26 tahun pada 1 Oktober 1965 pada peristiwa G30SPKI. Ayahnya adalah seorang dokter bernama dr. A.L Tendean berdarah Minahasa dan bunya bernama Cornet M.E, wanita Indo berdarah Prancis. Ia bergabung dengan Akademi Teknik Angkatan Darat (ATEKAD) di Bandung pada tahun 1958. Lulus dengan pangkat Letnan Dua, ia kemudian menjadi Komandan Batalyon Zeni Tempur 2 Kodam II/ Bukit Barisan di Medan.

Kemudian mengikuti pendidikan intelijen di Bogor pada tahun 1963, lalu ditugaskan di Dinas Pusat Intelijen Angkatan Darat (DIPIAD) untuk menjadi mata – mata memimpin sekelompok relawan di beberapa daerah untuk menyusup ke Malaysia pada saat terjadinya konfrontasi antara Indonesia dan Malaysia. Pada 15 April 1965 ia kemudian dipromosikan sebagai Letnan Satu dan ditugaskan menjadi ajudan Jenderal Abdul Haris Nasution. Pada 30 September 1965 malam, pasukan Peristiwa G30S PKI mendatangi rumah Jenderal Nasution untuk menculiknya. Pierre yang tidur di belakang rumah terbangun karena suara tembakan dan kegaduhan tersebut, lalu segera berlari ke bagian depan rumah.

Ia ditangkap oleh gerombolan tersebut dan mereka mengiranya sebagai Sang Jenderal karena kondisi gelap. Pada saat itu Jenderal Nasution sudah melarikan diri dengan melompati pagar rumah. Pierre lalu dibawa ke Lubang Buaya bersama keenam perwira tinggi lain yang juga diculik, mereka lalu ditembak mati dan dibuang ke dalam sumur tua. Pierre Tendean diangkat sebagai pahlawan nasional dari Jakarta pada 5 Oktober 1965.

5. Marsda TNI Anm. Prof. dr. Abdulrachman Saleh

Lahir di Jakarta pada 1 Juli 1909 dan wafat di Maguwoharjo, Sleman pada 29 Juli 1947. Ia bersekolah di HIS, MULO, AMS dan STOVIA. Karena STOVIA bubar sebelum studinya sempat selesai, ia meneruskan sekolah di GHS (Geneeskundige Hoge School) yang merupakan semacam sekolah tinggi dalam bidang kesehatan dan kedokteran. Semasa mahasiswa, ia giat dalam berbagai organisasi seperti Jong Java, Indonesia Muda, dan KBI (Kepanduan Bangsa Indonesia). Setelah lulus kedokteran, ia mendalami ilmu faal sehingga dikenal sebagai Bapak Fisiologi Indonesia berkat jasanya mengembangkan ilmu faal di Indonesia yang ditetapkan Universitas Indonesia pada 5 Desember 1958.

Ia juga bergabung dalam perkumpulan olah raga terbang dan mendapat izin terbang dari sana, lalu memimpin VORO (Vereniging voor Oosterse Radio Omroep) yaitu sebuah perkumpulan di bidang radio, menyiapkan pemancar yang diberi nama Siaran Radio Indonesia Merdeka, dan turut mendirikan Radio Republik Indonesia pada 11 September 1945. Kemudian ia pindah ke bidang militer dengan memasuki dinas Angkatan Udara, diangkat menjadi Komandan Pangkalan Udara Madiun pada 1946, mendirikan Sekolah Teknik Udara dan Sekolah Radio Udara di Malang sambil tetap memberikan kuliah di Perguruan Tinggi Dokter di Klaten.

Ia tewas dalam misi  penerbangan ke India dan hendak mampir ke Singapura untuk mengambil bantuan obat – obatan dari Palang Merah Malaya. Misi yang dilakukan saat agresi Belanda pertama itu dikabarkan sudah mendapat persetujuan Belanda dan Inggris. Akan tetapi, pesawat yang dibawanya ditembak oleh Belanda, hilang keseimbangan hingga patah menjadi dua bagian dan terbakar. Peristiwa ini diperingati sebagai Hari Bakti TNI AU sejak tahun 1962. Penetapannya sebagai pahlawan nasional dari Jakarta dilakukan pada 9 November 1974. Namanya diabadikan sebagai nama Pangkalan TNI AU dan Bandara di Malang.

The post 5 Pahlawan Nasional Dari Jakarta Pada Zaman Kemerdekaan appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
12 Pahlawan Nasional Dari Sumatera dan Penjelasannya /indonesia/pahlawan/pahlawan-nasional-dari-sumatera Tue, 23 Apr 2019 02:27:10 +0000 /?p=3595 Sumatera merupakan pulau di Indonesia yang juga menjadi pulau keenam terbesar di dunia dengan luas 443.065,8 kilometer persegi. Sumatera juga dikenal dengan nama Pulau Percha, Andalas, atau Suwarnadwipa yang artinya…

The post 12 Pahlawan Nasional Dari Sumatera dan Penjelasannya appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
Sumatera merupakan pulau di Indonesia yang juga menjadi pulau keenam terbesar di dunia dengan luas 443.065,8 kilometer persegi. Sumatera juga dikenal dengan nama Pulau Percha, Andalas, atau Suwarnadwipa yang artinya Pulau Emas. Sumatera memiliki peranan yang tidak kecil dalam sejarah kemerdekaan Indonesia. Sangat banyak pejuang kemerdekaan dari Sumatera yang turut andil dalam membebaskan Indonesia dari cengkeraman penjajah hingga mencapai proklamasi kemerdekaan, juga mereka yang melanjutkan perjuangan setelah kemerdekaan.

Saat ini Sumatera terdiri dari 10 propinsi, yaitu NAD, Sumut, Riau, Kepri, Jambi, Sumbar, Sumsel, Babel, Bengkulu dan Lampung. Berikut ini adalah nama – nama pahlawan nasional dari Sumatera yang berasal dari berbagai propinsi.

1. Sisingamangaraja XII

Raja dari Sumatera Utara ini ditetapkan menjadi pahlawan nasional dari Sumatera Utara sejak 9 November 1961. Ia adalah seorang pemimpin yang sangat populer di antara para masyarakat Batak. Beliau  mulai memerintah pada tahun 1876 menggantikan ayahnya yang bergelar Sisingamangaraja XI. Penobatannya sebagai Raja ke 12 dilakukan bersamaan dengan masuknya Belanda ke Sumatera Utara, yang kemudian berusaha memonopoli perdagangan di Bakkara. Serangan Belanda ini kemudian memicu perang yang berlangsung selama puluhan tahun. Setelah Bakkara jatuh ke tangan Belanda, Sisingamangaraja XII gugur ditembak Belanda di Dairi.

2. Tuanku Imam Bonjol

Nama asli tokoh yang sangat terkenal sebagai pahlawan nasional dari Sumatera ini adalah Muhammad Shahab. Juga dikenal sebagai Peto Syarif dan Malim Basa. Ia lahir di Bonjol, Pasaman pada tahun 1772 dan meninggal di Lotak, Pineleng, Minahasa pada 6 November 1864. Keluarganya datang dari Sungai Rimbang, Suliki, Limapupuh Koto. Beliau adalah pemimpin dalam sejarah Perang Padri (1803-1838) yang paling populer hingga berhasil ditangkap oleh Belanda dan kemudian dibuang ke beragam tempat pengasingan di Indonesia. Gelar pahlawan nasional disematkan pada tanggal 6 November 1973 oleh pemerintah RI.

3. Mohammad Hatta

Tokoh proklamator kemerdekaan Indonesia yang menjadi pendamping Soekarno sebagai wakilnya dalam memerintah RI setelah kemerdekaan ini lahir di Fort de Kock, Bukittinggi pada 12 Agustus 1902. Ayahnya bernama Muhammad Djamil dan ibunya bernama Siti Saleha. Ia adalah pahlawan nasional dari Sumatera Barat. Mohammad Hatta juga seorang ekonom yang sangat handal dan juga dikenal hingga sekarang sebagai Bapak Koperasi Indonesia. Beliau sangat senang membaca walaupun sedang dalam pengasingan dan selalu membawa buku – bukunya kemanapun.

4. Tuanku Tambusai

Pahlawan nasional dari Sumatera lainnya adalah Harimau Paderi Dari Rokan yaitu Tuanku Tambusai. Berasal dari Riau, ia lahir di Rokan Hulu pada 5 November 1784, dan berjuang di daerah Rokan Hulu dan sekitarnya selama 15 tahun untuk melawan Belanda. Seorang yang sulit dikalahkan, pantang menyerah dan tidak mau berdamai sedikitpun dengan Belanda. Karena tidak mau berdamai, ia menolak ajakan damai Kolonel Elout. Hingga pada 28 Desember 1838 benteng Dalu – Dalu akhirnya jatuh ke tangan Belanda. Ia melarikan diri lewat pintu rahasia ke Saremban, Negeri Sembilan, Malaysia dan wafat disana.

5. Raja Ali Haji (RAH)

RAH yang berasal merupakan pahlawan nasional dari Riau dikenal sebagai Bapak Bahasa Indonesia dengan karya sastranya yang berjudul Gurindam Dua Belas. Gelar pahlawan nasional diberikan pemerintah RI oleh Presiden SBY pada 10 November 2004. Lahir pada tahun 1808 di Selangor, ia adalah putra Raja Ahmad dan cucu dari Raja Haji Fisabilillah, juga saudara Raja Lumu, Sultan pertama Selangor. Ia juga keturunan prajurit Bugis yang datang pada abad ke 16 di Riau. Ia mendapatkan ilmu bahasa di tahun 1822 ketika ikut ayahnya ke Betawi, kemudian mempelajari ilmu bahasa arab dan agama di Mekkah pada 1828.

Pada 1845 menjadi penasehat agama di Kesultanan Riau Lingga dan sangat produktif dalam bidang sastra, pendidikan serta kebudayaan. Gurindam Dua Belas tercipta tahun 1846 lalu dipublikasikan oleh E.Netscher tahun 1854. Bustan al-Kathibin, karya berikutnya, ditulis pada tahun 1857 di Betawi. Kitab Pengetahuan Bahasa karyanya menjadi acuan bahasa Melayu yaitu Kamus Loghat Melayu Johor Pahang Riau Lingga. Itu adalah kamus bahasa pertama di Indonesia waktu itu dan ditetapkan sebagai pedoman untuk bahasa Indonesia pada Kongres Pemuda 28 Oktober 1928. Ia wafat antara tahun 1872-1873, kemudian dimakamkan di pemakaman Engku Putri Raja Hamidah.

6. Sultan Mahmud Badaruddin II

Lahir di Palembang pada 1767 dan wafat di Ternate pada 26 September 1852, beliau adalah pemimpin Kesultanan Palembang Darussalam yang berkuasa selama dua periode yaitu 1803 – 1813 dan 1818 – 1821. Ia memerintah setelah ayahnya yaitu Sultan Muhammad Bahauddin (1776-1803). Mempunyai nama kecil Raden Hasan Pangeran Ratu, ia beberapa kali memimpin pertempuran untuk melawan Inggris dan Belanda. Salah satu yang terkenal adalah Perang Menteng. Ia ditangkap pada 14 Juli 1821 ketika Belanda menguasai Palembang dan diasingkan ke Ternate.  Gelar pahlawan nasional diberikan pemerintah RI pada tanggal 29 Oktober 1984.

7. A.M Thalib

Mantan tokoh militer Indonesia dan pengusaha yang lahir di Palembang, 23 Februari 1922 hingga wafat di Jakarta pada 17 Juni 2000 ini pernah menjadi jurnalis dan wirausaha. Ia bersama rakyat dan pejuang Sumatera Selatan mengangkat senjata melawan pasukan Belanda yang sedang melakukan agresi militer di tahun 1949. Ketika itu ia dan jajaran militer Sumsel melakukan gerakan bumi hangus. Artinya semua fasilitas yang dapat dimanfaatkan Belanda akan dihancurkan total termasuk gedung, jalan raya, jembatan, bahkan kebun – kebun. Ia juga menolak ajakan Dewan Banteng untuk memutuskan hubungan dengan pemerintah pusat di Jakarta. Setelah kemerdekaan, ia banyak terlibat dalam bidang politik dan sosial di pemerintahan.

8. Raden Inten II

Pahlawan nasional dari Sumatera ini lahir di Negara Ratu, Lampung pada 1834 dan wafat pada 5 Oktober 1856 di usia 22 tahun. Ia adalah Raja di Negara Ratu yang sekarang dikenal dengan Provinsi Lampung yang selalu berjuang untuk kemakmuran rakyat Lampung dan melawan penjajah Belanda. Ia masih termasuk dalam garis keturunan Fatahillah atau Sunan Gunung Jati. Ditetapkan sebagai pahlawan nasional pada 23 November 1986.

9. Depati Amir

Salah satu pahlawan nasional dari Sumatera  dan pejuang Bangka yang heroik ini dikenal sebagai ahli strategi perang melawan Belanda. Penobatannya sebagai pahlawan nasional dilakukan baru – baru ini yaitu pada tahun 2018. Ia adalah putra dari Depati Bahrin, dan tercatat ikut menentang Belanda selama tahun 1820 – 1828 dengan Depati Hamzah, saudaranya di bawah komando ayah mereka. Jabatan depati yang diberikan Belanda ia tinggalkan dan memilih bergerilya di hutan – hutan Bangka Belitung untuk menentang monopoli perdagangan timah yang menyimpang dan menyengsarakan rakyat. Ia juga menumpas perompak di perairan Pulau Bangka bersama 30 pengikutnya. Ia kemudian tertangkap dan diasingkan ke NTT.

10. Fatmawati

Wanita ini adalah pahlawan nasional dari Sumatera, tepatnya Bengkulu dan merupakan istri Soekarno, Presiden RI pertama. Lahir di Bengkulu pada 5 Februari 1923 dan wafat di Kuala Lumpur, Malaysia pada usia 57 tahun. Ia adalah ibu negara pertama sejak 1945 hingga 1967 dan sangat dikenal akan jasanya menjahit bendera Merah Putih yang dikibarkan pada upacara Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945. Gelar pahlawan nasional wanita diberikan oleh pemerintah RI pada 4 November 2000.

11. Cut Nyak Dhien

Ia adalah istri Teuku Umar, juga pahlawan nasional dari Aceh. Sepeninggal suaminya, Cut Nyak Dhien melanjutkan perjuangan untuk melawan Belanda di pedalaman Meulaboh, Aceh Barat. Ketika sudah tua renta dan rabun, ia ditangkap Belanda karena pengkhianatan salah seorang pengikutnya dan diasingkan ke Sumedang, Jawa Barat. Cut Nyak Dhien meninggal pada 6 November 1908 dan diberikan gelar pahlawan nasional dari Pulau Sumatera pada 1964. Ketahuilah sejarah perang aceh melawan belanda dan sejarah kerajaan aceh.

12. Sultan Thaha Syaifuddin

Lahir di Jambi pada 1816 di Keraton Tanah Pilih, Jambi dan wafat di Betung, 26 April 1904, ia adalah Sultan yang terakhir dari Kesultanan Jambi. Ia adalah pahlawan nasional dari Pulau Sumatera bernama asli Sultan Raden Toha Jayadiningrat. Perlawanannya terhadap Belanda semakin gencar sejak naik tahta sebagai Raja Jambi pada 1855 dengan menghimpun kekuatan masyarakat, juga bekerja sama dengan Sisingamangaraja.

The post 12 Pahlawan Nasional Dari Sumatera dan Penjelasannya appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
4 Pahlawan Nasional Dari Banjarmasin Kalimantan Selatan /indonesia/pahlawan/pahlawan-nasional-dari-banjarmasin Thu, 18 Apr 2019 09:29:35 +0000 /?p=3552 Penjajahan Belanda dan Jepang yang menyiksa membuat rakyat Indonesia bangkit semangat berjuangnya dan melawan kelaliman para penjajah tersebut untuk merdeka dan memiliki tanah air sendiri. Banjarmasin yang terletak di propinsi…

The post 4 Pahlawan Nasional Dari Banjarmasin Kalimantan Selatan appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
Penjajahan Belanda dan Jepang yang menyiksa membuat rakyat Indonesia bangkit semangat berjuangnya dan melawan kelaliman para penjajah tersebut untuk merdeka dan memiliki tanah air sendiri. Banjarmasin yang terletak di propinsi Kalimantan Selatan menjadi salah satu kota yang memiliki peranan besar dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Banyak pejuang yang berasal dari Banjar yang turut serta dalam pengusiran para penjajah dari Nusantara.

Sebagai hasilnya, beberapa dari para pahlawan tersebut mendapatkan gelar pahlawan nasional dari Pemerintah Republik Indonesia. Tetapi, masih banyak juga yang belum dikenali dan dikukuhkan sebagai pahlawan nasional. Siapa saja para pejuang kebanggaan Banjar tersebut akan Anda ketahui dari pembahasan berikut ini.

1. Pangeran Antasari

Pangeran Antasari lahir di Kayu Tangi, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan pada 1797 atau 1809 dan wafat di Bayan Begok pada 11 Oktober 1862. Antasari adalah seorang Sultan Banjar dan pemimpin dalam Perang Banjar yang dilakukan untuk melawan pasukan kolonial Belanda. Nama kecilnya adalah Gusti Inu Kertapati, dari ibuu Gusti Hadijah binti Sultan Sulaiman dan ayahnya Pangeran Masohut bin Pangeran Amir. Ayahnya adalah cucu dari Sultan Muhammad Aliuddin Aminullah yang tidak dapat naik tahta pada 1785 karena diusir oleh Pangeran Nata, Walinya yang kemudian mengangkat dirinya menjadi Sultan Tahmidullah II dengan bantuan Belanda.

Antasari tidak hanya dianggap sebagai pemimpin suku Banjar tetapi juga dianggap sebagai pemimpin oleh suku Sihong, Kutai, Pasir, Murung, Ngaju, Maanyan, Siang, Bakumpai dan suku – suku lain yang mendiami kawasan pedalaman dan sepanjang sungai Barito. Pangeran melanjutkan perlawanan terhadap Belanda setelah Sultan Hidayatullah ditipu dengan menyandera ibundanya dan diasingkan ke Cianjur.

Perang Banjar pecah pada 25 April 1859 ketika Pangeran dan 300 orang prajurit menyerang tambang batu bara Belanda di Pengaron dan berlanjut di seluruh wilayah kerajaan Banjar seperti Martapura, Hulu Sungai, Riam Kanan, Tanah Laut, Tabalong, sepanjang Sungai Barito hingga ke Puruk Cahu. Beliau meninggal karena terkena penyakit paru – paru dan cacar pada usia 75 tahun sehingga perlawanan dilanjutkan oleh Muhammad Seman, putranya. Antasari diangkat sebagai pahlawan nasional pada 27 Maret 1968. Simak juga mengenai penyebab perang banjarmasin, sejarah perang banjar, pahlawan nasional dari banten dan pahlawan nasional dari riau.

2. Brigjen Hasan Basri

Lahir di Kandangan, Hulu Sungai Selatan pada 17 Juni 1923 dan wafat dn Jakarta pada 15 Juli 1984. Ia merupakan salah seorang tokoh militer yang berjasa dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia terutama di Kalimantan Selatan. Ia adalah pendiri Batalyon ALRI Divisi IV di Kalsel, dan disebut sebagai Bapak Gerilya Kalimantan oleh Ketetapan DPRGR Tingkat II Hulu Sungai Utara pada 20 Mei 1962. Pendidikan awalnya adalah HIS, Tsanawiyah al-Wathaniah di Kandangan, Kweekschool Islam Pondok Modern Ponorogo, Jatim. Setelah kemerdekaan, ia aktif dalam organisasi pemuda Kalimantan  yang pusatnya di Surabaya. Karier sebagai seorang tentara dan pejuang dimulai dari situ, ketika ia menyusup pulang ke Kalsel dan menjadi pemimpin Laskar Syaifullah.

Ketika banyak anggota dari Laskar ditangkap Belanda, Hasan Basri membentuk Banteng Indonesia hingga mendirikan Batalyon ALRI. Walaupun hasil perjanjian Linggarjati dan Renville membuat Kalimantan berada di bawah kekuasaan Belanda, Hasan Basri tetap melanjutkan perjuangannya. Puncaknya, ia berhasil memproklamasikan kedudukan Kalimantan sebagai bagian dari RI pada 17 Mei 1949. ALRI kemudian dilebur ke dalam TNI AD Divisi Lambung Mangkurat dan ia diangkat sebagai Letnan Kolonel. Pada 3 November 2001 beliau diberikan gelar pahlawan nasional dari Banjarmasin oleh pemerintah. Ketahui juga mengenai nama pahlawan nasional dari Sumatera Utara dan nama pahlawan nasional dari Sumatera Barat.

3. Idham Chalid

Salah satu politisi Indonesia yang berpengaruh pada zamannya, Idham Chalid lahir di Satui, Kalsel pada 27 Agustus 1921 dan meninggal pada 11 Juli 2010 di Jakarta. Ia pernah menjabat sebagai Wakil Perdana Menteri Indonesia di Kabinet Ali Sastroamidjojo dan di Kabinet Djuanda, Ketua MPR dan DPR pada 1972 – 1977, juga aktif dalam kegiatan keagamaan dan pernah menjabat sebagai Ketua Tanfidziyah Nadhlatul Ulama sejak 1956 – 1984. Ia sudah aktif di PBNU sejak remaja dan pernah menjadi Ketua Umum Partai Bulan Bintang Kalsel ketika NU masih menjadi bagian dari Masyumi.

Juga pernah menjadi anggota DPR RIS (1949 – 1950), Ketua Lembaga Pendidikan Ma’arif NU (1952 – 1956) sebelum menjadi Ketua Umum NU pada 1956 dan merupakan orang terlama yang pernah menjabat sebagai ketua NU. Gelar pahlawan nasional dari Banjarmasin dianugerahkan oleh pemerintah pada 7 November 2011 sebagai putra Banjar ketiga yang diangkat sebagai pahlawan nasional. Pada masa setelah Orde Lama, Ia juga menjabat sebagai Menteri Utama Bidang Kesejahteraan Rakyat pada Kabinet Ampera I, Menteri Negara Kesejahteraan pada Kabinet Ampera II dan Kabinet Pembangunan I. Ketahui juga mengenai sejarah partai masyumi dan sejarah partai pkb.

4. Ir. Pangeran H. Mohammad Noor

Lahir pada 24 Juni 1901 di Martapura dari keluarga bangsawan Banjar, ia adalah cicit dari Ratu Anom Mangkubumi Kentjana bin Sultan Adam al-Watsik Billah. Pada saat itu Kesultanan Banjar sudah dihapuskan secara sepihak oleh Belanda dan menjelang akhir Perang Banjar. Sehingga keluarga Kesultanan yang tidak lagi memiliki hak – hak istimewa terpencar dimana – mana dan jatuh miskin. Ia dapat bersekolah di HIS, MULO, HBS  lalu Techniche HoogeSchool (ITB) hingga mendapatkan gelar Insinyur pada 1927, setahun setelah Soekarno.

Ia tidak bekerja untuk Belanda melainkan memilih berjuang untuk rakyat dengan menggantikan ayahnya dalam Volksraad sebagai wakil Kalimantan pada 1935 – 1939. Lalu ia aktif sebagai anggota PPKI dan ikut melawan tentara sekutu pada pertempuran Surabaya Oktober – November 1945. Pada masa revolusi tahun 1945 – 1949 ia mendirikan pasukan MN 1001 untuk beroperasi di Kalsel dengan pimpinan Hassan Basri dan juga di Kalteng dengan dipimpin Tjilik Riwut.

Ia kemudian diangkat menjadi Gubernur Kalimantan pertama berkedudukan di Yogyakarta saat Agresi Militer Belanda I dan II, kemudian membantu Idham Chalid serta rekan – rekannya untuk bertemu dengan Mohammad Hatta yang meminta agar Kalimantan terus berjuang secara militer dan politik walaupun belum dapat dibantu oleh Pusat. Beliau kemudian diangkat menjadi Menteri PU dan berhasil menyelesaikan proyek Sungai Barito, pembukaan pesawahan pasang surut atau P4S, membangun PLTA Riam Kanan dan sebagian kanal di Banjarmasin – Sampit, juga mengeruk ambang Barito yang dapat meningkatkan kemakmuran di lembah sungai Barito. Beliau diakui sebagai pahlawan nasional dari Banjarmasin pada tahun 2018.

Masih banyak tokoh pejuang yang belum mendapatkan pengakuan sebagai pahlawan nasional dari Banjarmasin atau pahlawan nasional dari Kalimantan. Padahal, bangsa kita memiliki sangat banyak pejuang yang telah mengorbankan segalanya demi kemerdekaan yang kita kecap sekarang ini. Sudah sepantasnya sebagai bangsa yang pernah berjuang mati – matian untuk merdeka kita memiliki lebih banyak pahlawan nasional dari berbagai daerah termasuk pahlawan nasional dari Bali yang masih sedikit.

Tetapi banyak faktor yang membuat hal tersebut belum memungkinkan, salah satunya adalah karena prosedur yang lumayan rumit sehingga tidak mudah untuk mengusulkan nama seorang pahlawan nasional, terlebih lagi hingga benar – benar ditetapkan terkadang harus melalui beberapa kali usulan dan proses panjang sebelumnya.

The post 4 Pahlawan Nasional Dari Banjarmasin Kalimantan Selatan appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
7 Pahlawan Nasional Dari Jawa yang Paling Dikenal Orang /indonesia/pahlawan/pahlawan-nasional-dari-jawa Thu, 18 Apr 2019 08:37:06 +0000 /?p=3576 Jawa sebagai pulau utama di Indonesia sejak zaman lampau sudah menjadi pusat pemerintahan dan juga sekaligus menjadi pusat perlawanan rakyat terhadap penjajah. Karena itu tidak mengherankan apabila sangat banyak tokoh…

The post 7 Pahlawan Nasional Dari Jawa yang Paling Dikenal Orang appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
Jawa sebagai pulau utama di Indonesia sejak zaman lampau sudah menjadi pusat pemerintahan dan juga sekaligus menjadi pusat perlawanan rakyat terhadap penjajah. Karena itu tidak mengherankan apabila sangat banyak tokoh berpengaruh, pejuang dan pahlawan yang berasal dari tanah Jawa. Karena sangat banyak tokoh pahlawan nasional yang berasal dari seluruh bagian Jawa yaitu Jawa Tengah, Timur dan Barat, maka pembahasan kali ini tidak dapat mencakup semuanya. Berikut ini adalah nama – nama pahlawan nasional dari Jawa dan biodata pahlawan kemerdekaan yang paling terkenal oleh khalayak umum.

1. Jendral TNI Purn. Gatot Soebroto

Lahir di Sumpiuh, Banyumas, Jawa Tengah pada 10 Oktober 1907 dan meninggal di Jakarta pada 11 Juni 1962. Ia adalah salah seorang tokoh perjuangan militerdalam merebut kemerdekaan Indonesia dan juga merupakan pahlawan nasional dari Jawa pada tahun 1962 yang menggagas akademi militer gabungan  (Akademi ABRI). Ia adalah ayah angkat dari Bob Hasan, pengusaha terkenal sekaligus mantan menteri di era pemerintahan Soeharto. Setelah tamat dari HIS, ia tidak melanjutkan sekolah dan langsung bekerja.

Tetapi tidak lama kemudian ia masuk sekolah militer KNIL di Magelang pada 1923, juga masuk PETA pada masa penjajahan Jepang di Indonesia. Walaupun telah menjadi tentara kependudukan Belanda dan Jepang, ia adalah tentara yang solider terhadap rakyat kecil. Lulus dari PETA ia masuk TKR hingga menjadi Panglima Divisi II, Panglima Korps Polisi Militer dan Gubernur Militer Daerah Surakarta dan sekitarnya. Ia berhasil mengatasi pemberontakan Madiun PKI pada tahun 1948 dan pemberontakan Kahar Muzakar pada 1952, juga pemberontakan PRRI/Permesta di Sumatera dan Sulawesi Utara.

2. Ki Hajar Dewantara

Bernama kecil Raden Mas Soewardi Soerjaningrat dan dikenal sebagai Ki Hajar sejak tahun 1922, ia lahir di Pakualaman pada 2 Mei 1889 dan meninggal di Yogyakarta pada 26 April 1959. Ia adalah aktivis pergerakan kemerdekaan, seorang kolumnis, politisi dan pelopor pendidikan kaum pribumi Indonesia pada zaman penjajahan Belanda. Ia mendirikan Perguruan Taman Siswa yang memberi peluang bagi para pribumi untuk mengecap pendidikan yang sama seperti para bangsawan ataupun orang Belanda. Ia menjadi Menteri Pengajaran Indonesia ke I pada masa Presiden Soekarno sejak 2 September hingga 14 November 1945. Tanggal kelahirannya kini diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional dengan semboyannya yang terkenal yaitu ‘Tut Wuri Handayani’ yang menjadi slogan dari Kementrian Pendidikan Indonesia. Beliau diangkat sebagai pahlawan nasional dari Jawa pada 28 November 1959.

3. KH. Fakhruddin

Juga dikenal sebagai Muhammad Jazuli, ia lahir di Yogyakarta pada 1890 hingga wafat pada 28 Februari 1929. Ia adalah pejuang kemerdekaan sekaligus tokoh dari Muhammadiyah yang menjadi pahlawan nasional dari Yogyakarta. Tidak pernah merasakan pendidikan di sekolah – sekolah umum dan hanya belajar agama dari ayahnya serta beberapa tokoh ulama terkenal di Jateng dan Jatim. Ia dianggap sebagai seorang tokoh serba bisa hingga kerap diserahi berbagai tugas penting di Muhammadiyah, seperti mengurus bagian dakwah, taman pustaka dan bagian pengajaran. Ia juga pernah diutus ke Mekkah pada 1921 selama 8 tahun untuk menyelidiki mengapa para jamaah haji Indonesia sering mendapatkan perlakuan kurang bak dari pejabaat di Mekah. Ketika kembali, ia mempelopori pembentukan Badan Penolong Haji.

4. Raden Ajeng Kartini

RA Kartini lahir di Jepara, pada 21 April 1879 dan meninggal di Rembang pada 17 september 1904. Ia adalah pahlawan nasional wanita dan pelopor dari kebangkitan perempuan pribumi yang berasal dari kalangan priyayi Jawa, putri seorang bupati Jepara yaitu Raden Mas Adipati Ario Sosoningrat dari istri pertama. Walaupun ibunya adalah istri pertama, tetapi ia bukan istri utama. Garis keturunan Kartini dari sisi ayah bisa dirunut hingga Hamengkubuwana VI bahkan hingga ke Kerajaan Majapahit. Kartini diperbolehkan bersekolah hingga usia 12 tahun di ELS. Setelah itu, ia dipingit di rumah.

Untuk mengisi waktu ia mulai belajar sendiri dan berkorespondensi dengan teman – teman dari Belanda, salah satunya adalah Rosa Abendanon. Ia mempelajari kemajuan berpikir para wanita Eropa dan mulai berkeinginan untuk memajukan perempuan pribumi berdasarkan pengalamannya sendiri. Ia kerap mengirim tulisan – tulisannya untuk dimuat di majalah wanita Belanda bernama De Hollandsche Lelie. Setelah menikah dengan Bupati Rembang KRM Adipati Ario Singgih Djojoadiningrat, ia dibolehkan mendirikan sekolah wanita yang letaknya di sebelah timur pintu gerbang kompleks kantor Kabupaten Rembang. Setelah wafat, tulisan – tulisan Kartini dalam bentuk surat dikumpulkan oleh Mr. J. Abendanon dan diberi judul ‘Dari Kegelapan Menuju Cahaya’ yang diterbitkan pada 1911.

5. Brigjen TNI Anm. Katamso Darmokusumo

Lahir di Sragen, Jateng pada 5 Februari 1923 dan meninggal di Yogyakarta pada 1 Oktober 1965. Ia adalah salah satu pahlawan nasional dari Jawa yang berasal dari kalangan militer. Ia adalah mantan Komandan Korem 072/Pamungkas berdinas sejak tahun 1945 – 1965 di satuan Infanteri yang terbunuh dalam peristiwa G30S PKI, maka ia juga dianugerahi gelar sebagai pahlawan revolusi. Makamnya berada di Taman Makam Pahlawan Kusuma Negara, Yogyakarta. Ketahui juga beberapa nama pahlawan nasional dari Jawa Timur dan siapa saja tokoh proklamator kemerdekaan Indonesia.

6. Siti Hartinah

Raden Ayu Siti Hartinah atau yang kita kenal sebagai Ibu Tien Soeharto lahir di Desa Jaten, Surakarta, Jawa Tengah pada tanggal 23 Agustus 1923 dan meninggal di Jakarta pada 28 April 1996 adalah istri Presiden Soeharto, presiden kedua RI. Ia adalah keturunan Mangkunagara II dari garis ibu dan diberi gelar pahlawan nasional dari Jawa Tengah tidak lama setelah meninggal dunia pada 1996. Ia belajar hingga tingkat HIS Siswo tahun 1933 sambil belajar membatik dan mengetik, lalu ikut menjadi anggota Barisan Pemuda Putri di bawah Fujinkai yang berubah nama menjadi Laskar Putri Indonesia sebagai salah satu pelopornya.

Ia juga ikut membantu perang kemerdekaan di dapur umum dan Palang Merah. Siti Hartinah memiliki peran besar dalam karir suaminya Soeharto dan sebagai ibu negara. Ia mendesak larangan poligami sewaktu menjadi penggerak Kongres Wanita Indonesia yang akhirnya terwujud melalui Perpu no. 10 Tahun 1983 yang dengan tegas melarang PNS berpoligami, juga tercantum dalam UU no.1 tahun 1974 tentang perkawinan.

7. Wage Rudolf Soepratman

Lahir pada 9 Maret 1903 di Jatinegara, Purworejo, Jawa Tengah dan wafat pada 17 Agustus 1938 di Surabaya, ia adalah pengarang lagu kebangsaan Indonesia Raya. Secara singkat, biografi WR Soepratman, pahlawan nasional dari Jawa ini awalnya disekolahkan di Makassar oleh kakak iparnya, Willem van Eldik dan menjadi guru ketika berusia 20 tahun. Dua tahun setelahnya ia mendapatkan ijazah Klein Ambtenaar. Ketika bekerja sebagai wartawan ia mulai tertarik pada pergerakan nasional dan menulis buku berjudul Perawan Desa yang disita dan dilarang peredarannya oleh Pemerintah Belanda.

Karena kakaknya Roekijem menggemari musik dan sandiwara, ia juga turut menyenangi bidang  tersebut hingga menguasai biola dan cara membuat lagu hingga lahir Indonesia Raya ketika ia berada di Bandung dalam usia 21 tahun. Lagu itu ia perdengarkan pada malam penutupan kongres Pemuda II tanggal 28 Oktober 1928 secara instrumental dengan biola. Sejak itu lagu tersebut kerap dinyanyikan ketika diadakan kongres partai – partai politik hingga menjadi lagu kebangsaan setelah kemerdekaan. Namun karena menciptakan lagu tersebut, ia selalu dikejar – kejar oleh polisi Belanda hingga jatuh sakit di Surabaya. Ia ditangkap ketika menyiarkan lagu ciptaannya yang terakhir berjudul Matahari Terbit pada awal bulan Agustus 1938 bersama para pandu di NIROM, kemudian ditahan di Penjara Kalisosok Surabaya dan meninggal karena sakit.

The post 7 Pahlawan Nasional Dari Jawa yang Paling Dikenal Orang appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>