Hindu – Sejarah Lengkap Sejarahwan Sat, 18 Jan 2020 05:11:30 +0000 en-US hourly 1 https://wordpress.org/?v=5.8.6 9 Prasasti Hindu Peninggalan Kerajaan di Indonesia /agama/hindu/9-prasasti-hindu-peninggalan-kerajaan-di-indonesia Sat, 18 Jan 2020 05:11:28 +0000 /?p=5481 Prasasti adalah sebuah piagam atau dokumen yang ditulis pada bahan yang berpermukaan keras dan dapat bertahan lama. Prasasti merupakan benda peninggalan sejarah yang isinya adalah tulisan dari masa lampau. Tulisan…

The post 9 Prasasti Hindu Peninggalan Kerajaan di Indonesia appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>

Prasasti adalah sebuah piagam atau dokumen yang ditulis pada bahan yang berpermukaan keras dan dapat bertahan lama. Prasasti merupakan benda peninggalan sejarah yang isinya adalah tulisan dari masa lampau. Tulisan tersebut bisa dicatat di atas batu, tanah liat, logam atau tanduk binatang.

Prasasti dianggap sebagai sumber sejarah terpenting diantara berbagai sumber sejarah kuno yang ada karena mampu memberikan kronologis dari suatu peristiwa di masa lalu. Selain memiliki unsur penanggalan, prasasti juga kerap mengungkap sejumlah nama serta alasan dibuatnya prasasti tersebut.

Kata Prasasti berasal dari bahasa Sansekerta yang arti sebenarnya adalah “pujian” kemudian mengalami pergeseran arti menjadi “piagam, maklumat, surat keputusan, undang – undang atau tulisan”.

Isi prasasti tidak selalu mengenai pujian terhadap para raja, melainkan mengenai penetapan status tanah perdikan, keputusan pengadilan, tanda kemenangan, utang piutang, juga tentang kutukan atau sumpah, juga asal usul tokoh lampau atau genealogi raja – raja. Sejarah masa lampau dari peninggalan agama Hindu juga bisa dilihat dari candi Hindu di Indonesia, candi peninggalan agama HIndu yang berasal dari kerajaan di Indonesia

Prasasti Peninggalan Agama Hindu

Prasasti peninggalan agama Hindu umumnya ditulis menggunakan huruf Pallawa dan dengan bahasa Sansekerta. Penemuan prasasti di sejumlah situs arkeologi kerap menandakan berakhirnya zaman prasejarah dan mulainya zaman sejarah ketika masyarakatnya sudah mengenal tulisan. Berikut ini adalah beberapa prasasti yang berasal dari corak agama Hindu di Indonesia.

1. Prasasti Kutai (Kalimantan Timur)

Prasasti Kutai dikenal juga dengan nama Prasasti Mulawarman adalah peninggalan sejarah dari Kerajaan Kutai. Ada tujuh buah yupa yang berisi prasasti, akan tetapi baru empat buah yang berhasil dibaca dan diterjemahkan. Prasasti ini ditulis menggunakan huruf Pallawa pra-nagari dan bahasa Sansekerta.

Diperkirakan bentuk dan jenisnya berasal dari masa kurang lebih sekitar 400 M, yang ditulis dalam bentuk puisi anustub. Isi prasasti ini menceritakan mengenai Raja Mulawarman yang menyumbang banyak sapi kepada kaum Brahmana.

Disini juga disebutkan bahwa Mulawarman adalah cucu dari Kudungga dan anak Aswawarman. Prasasti Hindu ini adalah yang tertua dari kerajaan Hindu di Indonesia dan ditemukan di Kabupaten Kutai, Kalimantan Timur tepatnya di hulu sungai Mahakam.

2. Prasasti Ciaruteun (Bogor)

Prasasti Ciampea atau Ciaruteun ditemukan di tepi sungai Ciaruteun, dekat muara sungai Cisadane, Bogor, Jawa Barat. Prasasti Hindu ini adalah peninggalan kerajaan Tarumanegara.

Lokasi penemuan prasasti adalah sebuah bukit yang dalam bahasa Sunda disebut pasir, dimana bukit tersebut diapit oleh tiga sungai yaitu Cisadane, Cianten dan Ciaruteun. Tempat ini hingga abad ke 19 masih termasuk wilayah Ciampea dan masih disebut Pasir Muara.

Sekarang wilayah penemuan prasasti ini masuk ke dalam wilayaj Kecamatan Cibungbulang. Prasasti ini ditulis menggunakan aksara Pallawa dan bentuk seloka bahasa Sansekerta, menggunakan metrum anustubh yang terdiri dari tiga baris dan terdapat pahatan gambar ubi serta sulur – suluran atau pilin, sepasang telapak kaki dan gambar laba – laba.

3. Prasasti Canggal (Magelang)

Prasasti Hindu ini disebut juga sebagai Prasasti Gunung Wukir atau Prasasti Sanjaya, berbentuk candra sengkala dengan angka tahun 654 saka atau 732 M. Ditemukan di halaman candi Gunung Wukir di desa Kadiluwih, Kecamatan Salam, Magelang, Jawa Tengah dan ditulis pada stela batu. Isi prasasti ini diperkirakan sebagai pernyataan diri Raja Sanjaya pada tahun 732 sebagai penguasa universal dari Mataram Kuno.

4. Prasasti Dinoyo (Malang)

Penemuan prasasti Hindu ini terjadi di Desa Dinoyo, bagian barat laut Kota Malang. Dengan angka tahun 760 M, prasasti ini bertuliskan huruf Kawi dan bahasa Sansekerta. Isinya menceritakan bahwa pada abad ke 8 ada suatu kerajaan yang berpusat di Kanjuruhan atau sekarang Desa Kejuron, dan rajanya bernama Dewasimha.

Dewasimha memiliki putra bernama Limwa yang mengganti namanya menjadi Gajayana setelah menggantikan ayahnya sebagai raja. Gajayana mendirikan tempat pemujaan untuk Dewa Agastya. Arca yang melukiskan Agastya diganti dengan arca batu berwarna hitam.

5. Prasasti Jambu (Bogor)

Ditemukan di daerah perkebunan sekitar 30 km sebelah barat Bogor, prasasti Jambu atau Pasir Kolengkak berasal dari Kerajaan Tarumanegara. Persisnya di wilayah kampung Pasir Gintung, desa Parakanmuncang, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor.

Pada masa Belanda wilayah ini menjadi bagian dari perkebunan karet Sadeng – Djamboe, sekarang dikenal dengan PT. Perkebunan XI Cikasungka, Cigudeg, Bogor. Penemunya adalah Jonathan Rigg pada 1854 dan dilaporkan kepada Dinas Purbakala tahun 1947, dan pertama kali diteliti pada tahun 1954.

Isinya adalah dua baris aksara Pallawa, berbentuk seloka Sansekerta dan metrum Sragdhara. Menyebutkan nama Raja Purnawarman yang memerintah di negara Taruma, tanpa angka tahun namun diperkirakan berasal dari abad ke 5 M berdasarkan analisis palaeographis.

6. Prasasti Kebon Kopi (Bogor)

Prasasti Tapak Gajah atau Kebonkopi I juga peninggalan kerajaan Tarumanegara. Pada prasasti ini terdapat ukiran tapak kaki gajah yang diperkirakan sebagai tunggangan raja Purnawarman. Gajah itu disamakan dengan Airawata, tunggangan Dewa Indra.

Letak prasasti Hindu ini adalah di Kampung Muara, Desa Ciaruteun Ilir, Cibungbulang, Bogor. Ditemukan pada abad ke 19 ketika penebangan hutan dilakukan untuk lahan perkebunan kopi.

Kemudian prasasti Pasir Muara atau prasasti Kebonkopi II merupakan prasasti tertua yang menyebutkan angka tahun pada 854 Saka (932 M), menjadi sejarah kerajaan Pajajaran di tanah Sunda.

7. Prasasti Cidanghiang (Pandeglang)

Salah satu prasasti Hindu yang berasal dari kerajaan Tarumanegara lagi. Letaknya di tepi sungai Ci Danghiyang di Desa Lebak, Kecamatan Munjul, Kabupaten Pandeglang. Toebagus Roesjan pertama kali melaporkannya kepada Dinas Purbakala pada 1947.

Isinya ditulis dalam bahasa Sansekerta menggunakan aksara Pallawa dan metrum anustubh yang menggambarkan keagungan Raja Purnawarman. Dari prasasti ini bisa diketahui bahwa Banten dulunya pernah menjadi wilayah kekuasaan Tarumanegara yang beragama Hindu Wisnu.

8. Prasasti Pasir Awi

Satu lagi prasasti Hindu peninggalan bersejarah di Indonesia dari kerajaan Tarumanegara adalah prasasti Pasir Awi atau Prasasti Cemperai. Lokasi ditemukannya ada di lereng selatan bukit pasir awi, di kawasan hutan perbukitan Cipamingkis, desa Sukamakmur, kecamatan Sukamakmur, kab. Bogor.

Peninggalan bersejarah di Jawa Barat ini ditemukan pada 1864 oleh N.W. Hoopermans dan berisi gambar pahatan telapak kaki menghadap ke utara dan timur. Isinya belum bisa dibaca karena menggunakan huruf ikal. 

9. Prasasti Tugu (Cilincing)

Prasasti Tugu juga berasal dari Kerajaan Tarumanegara. Isinya menerangkan mengenai penggalian sungai Candrabaga oleh Rajadirajaguru dan penggalian sungai Gomati oleh Purnawarman di tahun ke 22 pemerintahannya untuk membuat saluran di kedua sungai tersebut.

Penggalian dilakukan untuk menghindari bencana alam seperti banjir yang sering terjadi di masa pemerintahan Purnawarman, juga menghindari kekeringan yang terjadi pada musim kemarau. Lokasi ditemukannya berada di Kampung Batutumbuh, Desa Tugu.

Sekarang lokasi ini menjadi Kelurahan Tugu Selatan, Kecamatan Koja, Jakarta Utara. Prasasti ini adalah prasasti terpanjang dalam peninggalan Tarumanegara dan sebagaimana peninggalan Tarumanegara lainnya tidak memiliki angka tahun yang pasti. Melalui analisis Palaeographis, prasasti diperkirakan berasal dari abad 5 M.

Kebanyakan prasasti Hindu ditemukan memang berasal dari Kerajaan Tarumanegara yang pernah berkuasa di barat pulau Jawa pada abad ke empat hingga tujuh Masehi. Sebagai salah satu kerajaan tertua di Nusantara, Tarumanegara banyak meninggalkan catatan sejarah yang menunjukkan bahwa aliran kerajaan tersebut adalah Hindu Wisnu melalui peninggalan benda bersejarah di Indonesia berupa prasasti.

The post 9 Prasasti Hindu Peninggalan Kerajaan di Indonesia appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
6 Penyebab Perang Baratayuda Pada Kisah Mahabharata /agama/hindu/penyebab-perang-baratayuda Tue, 29 Jan 2019 08:13:49 +0000 /?p=2474 Baratayuda adalah puncak dari kisah Mahabharata yang berasal dari India mengenai perseteruan dua kubu yang masih bersaudara, yaitu Pandawa dan Kurawa. Mahabharata adalah karya sastra kuno hasil tulisan Begawan Byasa…

The post 6 Penyebab Perang Baratayuda Pada Kisah Mahabharata appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
Baratayuda adalah puncak dari kisah Mahabharata yang berasal dari India mengenai perseteruan dua kubu yang masih bersaudara, yaitu Pandawa dan Kurawa. Mahabharata adalah karya sastra kuno hasil tulisan Begawan Byasa atau yang dikenal juga sebagai Vyasa dari India, dan terdiri dari delapan belas kitab. Ada pula pihak yang meyakini bahwa Mahabharata sebenarnya adalah kumpulan dari banyak cerita yang terpisah – pisah dan dikumpulkan sejak abad ke 4 sebelum Masehi. Cerita Mahabharata mengenai konflik Pandawa yang berjumlah lima orang dan sepupunya Kurawa yang berjumlah seratus orang mengenai perebutan tahta Astinapura.

Kedua pihak sama – sama merasa memiliki hak untuk menguasai Astinapura. Pertikaian kedua kelompok bersaudara ini sebagai bagian dari sejarah perang baratayudha telah terjadi sejak mereka lahir. Kisah ini bahkan diadaptasi ke dalam berbagai bahasa, termasuk kisah versi pewayangan Jawa oleh Mpu Sedah pada tahun 1157 atas perintah Jayabaya, yang tercantum dalam silsilah kerajaan Kediri sebagai salah satu Raja Kediri. Istilah Baratayuda diambil dari judul naskah ini dan menjadi bagian dari sejarah kerajaan Kediri, yaitu Bharatayuddha yang berbahasa Jawa kuno. Dalam versi Jawa, kisah perang ini mengalami beberapa perubahan disesuaikan dengan setting yang lebih cocok dengan latar belakang Jawa sehingga dianggap terjadi di pulau Jawa.

Penyebab Perang Baratayuda

Untuk mengetahui dan memahami penyebab perang Baratayuda, kita perlu menelusuri sejarah asal muasal kelompok Pandawa dan Kurawa terlebih dulu. Karena banyaknya tokoh dan faktor yang terlibat, penyebab perang Baratayuda tidak bisa digambarkan dengan satu kalimat sederhana saja. yang Asal usul masalah yang menjadi akar dan penyebab dari perang ini antara lain:

1. Persyaratan Satyawati

Awal mulanya harus kita lihat dari kisah Raja Sentanu, yang ingin mempersunting Satyawati , istri keduanya yang memberi syarat agar keturunannya yang memegang hak atas tahta Astinapura. Sentanu tidak dapat memenuhi hal tersebut karena ia telah memiliki Bisma, putranya dengan Dewi Gangga. Bisma kemudian berjanji kepada Satyawati bahwa ia tidak akan mengklaim tahta bahkan tidak akan menikah selamanya asalkan Satyawati mau menikah dengan ayahnya. Maka dari Sentanu dan Satyawati lahir dua putra, Citranggada yang menggantikan Sentanu menjadi Raja Kuru dan adiknya Wicitrawirya.

Citranggada tewas dalam pertempuran dengan raja Gendarwa licik yang memiliki nama sama dengannya, yang menantangnya karena tidak mau tersaingi dengan raja lain bernama sama. Wicitrawirya kemudian menggantikan kakaknya sebagai Raja Kuru karena Citranggada tidak memiliki istri atau keturunan. Wicitrawirya kemudian menikah dengan Ambika dan Ambalika lalu mati dalam usia muda karena penyakit paru – paru tanpa memiliki anak. Kedua jandanya kemudian memiliki anak dalam ritual dengan Resi Byasa, yaitu Dretarastra putra Ambika dan Pandu putra Ambalika.

2. Dendam Gendari

Kisah ini bermula dari Pandu, yang membawa tiga orang wanita ke Astinapura, yaitu Kunti, Gendari dan Madrim. Pandu kemudian mempersilakan kakaknya Dretarastra yang buta untuk memilih salah satu wanita tersebut. Dretarastra memilih dengan menimbang berat ketiganya, lalu ia memilih Gendari karena memiliki bobot paling berat. Menurutnya, wanita yang berbobot berat akan mudah melahitkan banyak anak sesuai keinginannya. Hal ini menyebabkan Gendari sakit hati kepada Pandu sehingga bersumpah bahwa keturunannya akan menjadi musuh bagi anak – anak Pandu kelak.

3. Konflik Di Masa Kanak – Kanak

Anak – anak Pandu dari Kunti dan Madri yang berjumlah lima orang disebut Pandawa, dan anak – anak Dretarastra dan Gendari yang berjumlah seratus orang tepatnya 99 putra dan 1 putri disebut Kurawa. Persaingan sudah terjadi sejak mereka semua masih kanak – kanak. Semuanya tinggal bersama – sama di dalam satu kerajaan di Astinapura. Konflik dimulai ketika Duryudana, putra tertua Kurawa menginginkan tahta Dinasti Kuru untuk dirinya dan merasa tidak mungkin mendapatkannya jika masih ada anak – anak Pandawa. Mulailah berbagai niat jahat timbul dalam diri  Duryudana untuk menyingkirkan Pandawa dan ibunya, yang ia lakukan bersama Sangkuni, adik dari Gendari.

4. Percobaan Pembunuhan Pandawa

Duryudana dan pamannya berusaha menyingkirkan Yudhistira yang berhak menjadi Raja dan juga semua Pandawa lainnya dengan berbagai cara, termasuk melalui percobaan pembunuhan. Duryudana membuat alat pesta yang mudah terbakar dan mengundang Pandawa serta Kunti untuk berpesta. Disana mereka akan diminta untuk mengonsumsi minuman yang sudah dicampur obat tidur. Walaupun demikian, Pandawa dilindungi oleh pamannya Widura dan Kresna, sepupu mereka sehingga selalu selamat dari upaya pembunuhan tersebut. Widura membocorkan rencana Duryudana.  Pandawa dan ibunya kemudian melarikan diri ke hutan dan mengembara.

5. Keberadaan Drupadi dan Kesalahan Yudistira

Kedatangan Drupadi juga turut menjadi salah satu penyebab perang Baratayuda. Dalam pelariannya, Pandawa mendengar akan diadakannya sayembara di Kerajaan Panchala, dan siapapun pemenangnya akan menikahi putri Raja Panchala yaitu Drupadi. Sayembara berupa pertandingan memanah tersebut diikuti oleh Arjuna yang kemudian memenangkannya. Ketika Arjuna dan Bima membawa Drupadi pulang, mereka berkata telah mendapatkan hadiah yang terbaik. Kunti yang tidak mengetahui apa yang dibawa pulang lalu menyuruh mereka membagi rata sehingga Drupadi menjadi istri dari kelima Pandawa.

Setelah pernikahan dengan Drupadi, Pandawa kembali ke kerajaan. Agar tidak terjadi lagi pertikaian maka kerajaan Kuru dibagi menjadi dua. Kurawa mendapatkan kerajaan utama di Astinapura sedangkan Pandawa mendapatkan Kurujanggala yang beribukota Indraprastha. Duryudana yang berkunjung ke istana Indraprastha yang megah tercebur ke kolam yang dikiranya lantai, lalu ditertawakan oleh Drupadi.

Duryudana yang dendam kepada Drupadi mencoba membalas dengan mengajak Yudistira yang sangat suka bermain dadu. Ia menyusun siasat licik agar Yudistira kalah dengan berbagai taruhan yang dimulai dari hal kecil sampai membuat Pandawa kehilangan harta dan kerajaannya. Pada akhirnya, Drupadi juga menjadi bahan taruhan. Kekalahan Pandawa membuat Duryudana bebas untuk mempermalukan Drupadi dengan mencoba menelanjanginya di depan umum. Namun berkat bantuan Kresna, selalu ada lapisan pakaian dibawah pakaian Drupadi yang dibuka oleh Dursasana, adik Duryudana. Bima yang marah bersumpah akan membunuh Dursasana dan meminum darahnya.

6. Pengasingan Pandawa

Setelah semua usaha yang gagal, maka Kurawa mencoba menipu para Pandawa dengan permainan dadu lagi. Syaratnya siapapun yang kalah harus meninggalkan istana selama 13 tahun. Yudistira kembali terkecoh. Kelicikan permainan menyebabkan Pandawa kalah sehingga mereka harus angkat kaki dari istana ke hutan. Dretarastra berjanji bahwa ia akan menyerahkan tahta kepada Yudistira setelah ia kembali kelak. Namun setelah masa pengasingan berakhir, Duryudana tidak mau menyerahkan tahtanya.

Maka Pandawa yang masih bersabar hanya meminta bagian sebanyak lima buah desa, namun itu pun ditolak mentah – mentah oleh Duryudana. Perilaku Duryudana tersebut akhirnya membuat Pandawa tidak bisa lagi menahan diri untuk berperang dan menjadi penyebab perang Baratayuda. Perang yang terjadi di Padang Kurusetra tersebut amat dahsyat dan luar biasa juga menimbulkan banyak sekali korban jiwa. Penyebab perang Baratayuda tersebut berakhir dengan sepuluh ksatria yang bertahan hidup, yaitu kelima Pandawa, Yuyutsu, Satyaki, Aswatama, Krepa dan Kertawarma. Yudhistira pada akhirnya dinobatkan sebagai Raja Kuru, dan menyerahkan tahta setelah beberapa lama kepada Parikesit, cucu Arjuna.

Kelima Pandawa dan Drupadi kemudian mendaki gunung Himalaya untuk menjadi tujuan akhir perjalanan hidup mereka. Keempat Pandawa dan Drupadi meninggal di perjalanan, tinggal Yudistira sendiri yang berhasil mencapai puncak Himalaya dan diizinkan oleh Dewa Dharma untuk masuk surga sebagai manusia. Kisah Mahabharata ini memiliki unsur – unsur agama Hindu, sebagaimana sejarah candi arjuna, sejarah candi dieng, dan beberapa candi Hindu di Indonesia serta Candi peninggalan agama Hindu yang juga ada di negara kita.

The post 6 Penyebab Perang Baratayuda Pada Kisah Mahabharata appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
40 Candi Hindu di Indonesia dan Letaknya (#Paling Lengkap) /agama/hindu/candi-hindu-di-indonesia Tue, 22 May 2018 08:19:20 +0000 /?p=968 Indonesia punya banyak bagunan candi bersejarah peninggalan Kerajaan Kediri, Mataram, Singosari, dan Majapahit. Mereka dipenuhi relief dan ukiran yang terpahat apik, berdiri megah, terlihat gagah. Pada zaman kerajaan saat itu, mayoritas agama yang…

The post 40 Candi Hindu di Indonesia dan Letaknya (#Paling Lengkap) appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
Indonesia punya banyak bagunan candi bersejarah peninggalan Kerajaan Kediri, Mataram, Singosari, dan Majapahit. Mereka dipenuhi relief dan ukiran yang terpahat apik, berdiri megah, terlihat gagah. Pada zaman kerajaan saat itu, mayoritas agama yang mereka anut adalah agama hindu. Itu mengapa tercipta candi hindu seperti berikut.

1. Candi Prambanan

Datang ke Sleman, Yogyakarta. Lagian candi bercorak hindu ini sudah terkenal sampai ke luar negeri. Ini karena arsitekturnya tampak menjulang indah dan ramping. Ketinggiannya sampai 47 meter. Ini adalah Candi Hindu di Indonesia terbesar sekaligus terindah di Asia Tenggara.

2. Candi Cetho

Letaknya di Karanganyar, Jawa Tengah. Tepatnya di bagian barat pegunungan Lawu. Sekitar abad ke-15 lah candi hindu yang melegenda ini berdiri. Saat itu pada era zaman Majapahit. sampai sekarang Sejarah Candi Cetho masih dijadikan tempat pemujaan bagi pemeluk agama hindu di kawasan Jawa Tengah.

3. Candi Sukuh

Candi hindu ini juga berada di Karanganyar, Jawa Tengah. Lokasinya nggak jauh kok dari Candi Cetho yaitu candi sukuh. Candi bercorak hindu hasil peninggalan kerajaan Majapahit ini punya halaman yang terdiri tiga teras yang kalau dilewati. Selain itu, di candi hindu ini juga terkenal dengan tempat pemujaan yang dinamai Lingga dan Yoni.

4. Candi Dieng

Candi hindu ini berada di dataran tinggi Dieng, Wonosobo, Jawa Tengah. Menurut sebagian penduduk sekitar, candi hindu ini dianggap juga sebagai tempat arwah leluhur pada zaman Mataram Hindu. Sejarah Candi Dieng sudah banyak didengar oleh masyarakat.

5. Candi Gedong Songo

Masih di Jawa Tengah, tepatnya di ibu kota, yaitu Semarang. Sejarah Candi Gedong Songo kalau diartikan dalam bahasa Indonesia yaitu artinya sembilan bangunan. Di situ ada sembilan candi yang tersebar di berbagai kawasan. Meskipun lokasi sembilan candi ini nggak berdekatan.

6. Candi Pringapus

Candi Hindu di Indonesia selanjutnya adalah Candi Pringapus. Lokasinya di Temanggung, Jawa Tengah. Diperkirakan Candi Pringapus dibangun sekitar tahun 850 Masehi. Melalui tangan arsitek, candi ini diperkirakan sebagai candi hindu Siwaistik. Digunakna untuk tempat pemujaan Dewa Siwa.

7. Candi Arca Gupolo

yang berlokasi perbatasan Jawa Tengah dan Yogyakarta. Di candi hindu ini terdapat kumpulan dari tujuh buah arca bercorak agama hindu. Tujuh buah arca itu adalah Dewa Hindu. Mereka berbentuk dalam posisi tanpa kepala.

8. Candi Gunung Sari

Lokasinya di Magelang, Jawa Tengah tidak begitu jauh dari Gunung Wukir Magelang. Diperkirakan candi hindu ini dibangun pada abad ke-6, yang artinya lebih tua daripada Candi Borobudur atau Candi Prambanan.

9. Candi Asu

Candi Asu yang lokasinya tepat di kaki Gunung Merapi. Candi Asu ini yang menamakan warga setempat. Karena salah satu patung yang menjadi iconic di dalam candi mirip anjing, atau asu kalau dalam bahasa Jawa. Padahal patung itu adalah patung Anandi, hewan lembu betina milik Dewa Siwa.

10. Candi Sambisari

Lokasinya di Sleman, Yogyakarta. Candi hindu ini berada di dalam tanah, karena terkubur material vulkanik Gunung Merapi. candi hindu ini ditemukan tanpa sengaja oleh seorang petani setempat di tahun 1996.

11. Candi Penataran

Yang khusus memuja dewa Siwa ini dibangun pada masa raja Srengga dari kerjaan kediri. Candi ini juga masih digunakan pada masa raja Wirakramawardhana di era sejarah kerajaan majapahit sekitar 1415 masehi. Candi ini Masih digunakan untuk upacara keagamaan.

12. Candi Cangkung

Candi Hindu di Indonesia selanjutnya adalah candi Cangkung. Candi ini ditemukan oleh tim peneliti Harsoyo dan Uka Tjandrasasmita. Candi ini dipercaya berdiri pada abah ke 8 masehi pada masa Purnawarman dari Tarumahegara dan awal kerajaan Pajajaran. Candi ini merupakan candi untuk sekte Siwaistik, atau pemuja dewa Siwa.

13. Candi Sari

Candi yang terletak di gunung Wukir, Kecamatan Salam, Magelang. Terletak di dataran tinggi dan candi ini khusus menyembah Dewa Siwa atau masuk dalam golongan Siwaistik. Candi ini berumur lebih tua dari candi Gunung Wukir yang terletak tidak jauh dari kompleks candi ini.

14. Candi Gunung Wukir

Candi yang terletak di lokasi yang sama dengan candi Gunung Sari ini berusia lebih muda. Hal ini ditandai dengan usia batu andesit yang diperkirakan berusia 732 tahun. Luas area candi 50 x 50 m ditemukan  prasasti canggal, altar yoni, ptung lingga dan patung Andini (lembu betina).

15. Candi Jago

Candi yang menurut penelitian dibangun abad ke 13 masehi pada masa kerajaan Singosari ini. candi ini terdapat di daerah Tumpang, Malang Jawa timur. Di Candi Jago terdapat dua cerita relief yang menjadi dasar pendirian candi, yakni relief Kunjakarna dan Pancatantra.

16. Candi Kedulan

Candi yang ditemukan oleh penambang pasi pada tahun 1993 ini terletak di daerah kedulan, Kecamatan Kalasan Yogyakarta. Candi yang memiliki arsitektur dengan berciri khas mulut kala bertaring bawah. Candi ini diperkirakan berdiri sekitar abad ke-9 yaitu pada zaman Kerajaan mataram Kuno.

17. Candi Kimpulan

Candi dengan arsitek Siwaistik ini diperkirakan dibangun pada kurun waktu antar abad ke-9 sampai abad ke-10. Pada zaman kerajaan Mataram kuno. Masyarakat sekitar menyebutnya sebagai Candi UII tapi pihak yayasan kampus menamainya Pustakasala dalam bahasa sansekerta berarti perpustakaan.

18. Candi Barong

Candi Hindu di Indonesia selanjutnya adalah candi barong. Yang dinamakan barong karena banyak arsitektur relief yang mirip barong ini berada didaerah prambanan. Candi ini merupakan peninggalan Kerajaan Medang pada abad ke-9. Berbeda daripada candi-candi lain di Yogyakarta yang bersifat siwaistik.

19. Candi Ijo

Candi yang kira-kira berlokasi 4 kilometer arah tenggara dari Candi Ratu Boko. Candi yang ditemukan dengan luas sekitar 0.8 hektare ini diperkirakan memiliki luas yang lbih besar. Dinamakan Candi Ijo karena berada di daerah Gumuk atau dalam bahasa Indonesia disebut Bukit Hijau.

20. Candi Gebang

Candi yang ditemukan pada tahun 1936 ditemukan oleh arkeolog Belanda Van Remondt. Setahun setelah ditemukan dilakukan pemugaran dari tahun 1937-1939. Candi ini terletak di daerah Wedomartani, di dusun Gebang, Sleman.

21. Candi Jawi

Candi Jawi atau nama asalnya Candi Jajawa di bangun pada masa kerajaang Singosari yaitu pada abad ke-13. Candi yang dibangun untuk peribadatan Raja Kertanegara ini merupakan candi siwaistik.

22. Candi Singasari

Candi yang didirikan oleh kerajaan Singosari ini sering disebut juga Candi Singosari. Terletak di Desa Candirenggo, Kecamatan Singasari, Malang, Jawa Timur. Candi ini terletak diantara dua lembah di pegununggan Tengger dan gunung Arjuna.

23. Candi Surawana

Candi yang aslinya bernama Candi Wishnubhawanapura ini dibangun untuk menghormati Bhre Wengker pada abad ke-14. Bhre Wengker adalah raja kerajaan Wengker dalam Sejarah Kerajaan Majapahit.

24. Candi Brahu

Menurut prasasti mpu sendok, candi ini dibangun untuk melakukan kremasi terhadap raja-raja. Tapi tidak pernah ditemukan bekas abu pembakaran. Candi ini dibangun menggunakan bata merah dan telah dilakukan pemugaran dari tahun 1990-1995

25. Candi Gentong

Saat ini hanya berupa tumpukan batu bata merah. menurut Verbeek pada tahun 1889, Candi Gentong masih terlihat sebagai bangunan. Namun tahun 1907 candi gentong sudah tidak berbentuk lagi. Candi Gentong pernah di lakukan pemugaran dari tahun 1995 sampai tahun 2000.

26. Candi Bajang Ratu

Candi Hindu di Indonesia selanjutnya yaitu Candi Bajang Ratu. Candi ini berberntuk seperti gapura. Dibangun pada masa kerjaan Majapahit yaitu abad ke-14. Pembangunan candi ini yang dikenal sebagai Gapura Bajang Ratu, untuk memperingati wafatnya Raja kedua Majapahit pada tahun 1328.

26. Candi Tikus

Terletak di kompleks trowulan. Candi yang ditemukan kembali pada tahun 1914. Penemuan diinisiasi oleh Bupati  Mojokerto saat itu R.A.A Kromojoyo adinegoro. Candi ini dipugar 1984 sampai 1985. Penamaan candi ini dikarenakan awal penemuannya sebagai sarang Tikus.

27. Candi Mojongmende

Candi ini diperkirakan dibangun pada abad ke-7 lebih muda dari pada Candi Dieng. Candi ini berumur lebih tua dibandingkan candi yang terdapat di daerah Jawa Tengah dan jawa Timur. Candi ini terdapat di Dusun Bojongmende, Rancaekek, Bandung, Jawa Barat.

28. Candi Losari

Candi unik ini di temukan di Dusun Losari Desa Salam, magelang Jawa Tengah. Candi ini ditemukan oleh petani salak pada tanggal 11 Mei 2004. Menurut Badri sang penemu candi.

29. Candi Liyangan

ini ditemukan pada tahun 2008 di lereng Gunung Sundoro di Dusun Liyangan, Ngadirejo, Kecamatan Temanggung, Jawa Tengah. Candi Liyanga diindikasi sebagai kompleks pemukiman, ritual, sekaligus pertanian.

30. Candi Morangan

yang dibangun pada zaman Mataram Kuno. Ditemukan pada tahun1884 di kedalaman 6.5 meter dibawah permukaan tanah. Candi ini terletak di Dusun Morangan, Ngemplak, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.

31. Candi Abang

ini terletak di Kelurahan Jogotirto, Sleman. Candi ini berbentuk piramida. Dinamakan candi abang karena menggunakan  bata merah. Keunikan candi ini karena terdapat yoni atau arca dewa Siwa yang berbentuk segidelapan.

32. Candi Jabung

Candi Jabung terdapat di Desa Jabung, Probolinggo, Jawa Timur. Candi yang dibangun pasa masa sejarah kerajaan majapahit. Candi ini mengalami pemugaran pada tahun 1983-1987.

33. Candi Lor

Candi ini dianggap sebagai candi cikal bakal berdirinya Kabupaten nganjuk. Dalam areal candi ini terdapat dua makam abdi dalem Mpu Sendok.

34. Candi Merapi

Candi ini memiliki luas 50m x 48m ini dibangun di daerah Purwomartani, Sleman, Yogyakarta. Pada abad ke-11 candi ini tertutup tanah vulkanis akibat letusan Gunung Merapi.

35. Candi Wukir

Luas area candi 50 x 50 m ditemukan  prasasti canggal, altar yoni, ptung lingga dan patung Andini (lembu betina). Candi ini tidak banyak mendapat pemugaran sejak ditemukan. Itu dibuktikan masih banyaknya bebatuan candi yang berserakan.

36. Candi Kidal

Masih di Jawa Timur, tepatnya di Malang. Candi hindu bekas peninggalan kerajaan Singasari ini berdiri tegak dan gagah. Kamu akan merasakan betapa orang zaman dulu punya kekuatan maha hebat. Sejarah Candi Kidal dibangun sekitar 1248 masehi. Artinya usia candi hindu ini udah sekitar 768 tahun. terakhir pemugaran pada tahun 1990.

37. Candi Pringapus

Candi Pringapus dibangun berdasarkan bentuk Gunung Mahameru. Gunung Mahameru dipercaya oleh masyarakat Hindu Kuno sebagai tempat berdiamnya para dewa.

38. Candi Songo

Candi Hindu di Indonesia selanjutnya adalah candi songo. Candi ini baru ditemukan pada tahun 1840 oleh Stamford raffles ketika melakukan penelitian di gunung Ungaran. Tepatnya di desa Candi, Kecamatan Ambarawa, Semarang Jawa Tengah.

39. Candi Arca

Terdapat 7 arca yang memiliki aksen candi agama hindu pada umumnya. Seperti arca agastya yang besarnya mencapai 2 meter. Arca agastya ini identik dengan trisula. Dimana trisula adalah simbol dewa Siwa.

40. Candi Sewu

Kompleks Candi sewu merupakan kompleks Candi Peninggalan Agama Hindu cukup besar di Indonesia yang dibangun pada abad ke-9 Masehi. Berdasarkan prasasti Siwagrha, diketahui bahwa candi ini mulai dibangun sekitar tahun 850 masehi oleh Rakai Pikatan.

The post 40 Candi Hindu di Indonesia dan Letaknya (#Paling Lengkap) appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
Sejarah Candi Arjuna Dieng Wonosobo (Jawa Tengah) Terlengkap /agama/hindu/sejarah-candi-arjuna Tue, 15 May 2018 08:53:04 +0000 /?p=943 Candi Arjuna merupakan salah satu candi di kompleks Sejarah Candi Dieng yang terletak di dataran tinggi dieng, perbatasan antara Kabupaten Wonosobo dan Banjarnegara. Candi dieng juga masuk ke dalam kelompok candi…

The post Sejarah Candi Arjuna Dieng Wonosobo (Jawa Tengah) Terlengkap appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
Candi Arjuna merupakan salah satu candi di kompleks Sejarah Candi Dieng yang terletak di dataran tinggi dieng, perbatasan antara Kabupaten Wonosobo dan Banjarnegara. Candi dieng juga masuk ke dalam kelompok candi Arjuna, dimana terdapat candi – candi lain selain candi Arjuna, Seperti candi Semar, candi srikandi, Candi Sembrada, dan Candi Puntadewa. Kelompok candi Arjuna merupakan kelompok candi yang memiliki bentuk paling utuh jika dibandingkan dengan kelompok candi lain di kompleks Candi di dieng.

Sejarah Candi Arjuna

Sejarah Candi ArjunaCandi Arjuna sendiri merupakan salah satu candi peninggalan agama hindu yang beraliran Syiwa. Candi ini juga diperkirakan merupakan candi Hindu pertama di Jawa, yang dibanguna pada sekitar Abad ke-7 pada masa pemerintahan kerajaan Mataram Kuno. Selain candi Arjuna banyak sekali peninggalan agama Hindu di Indonesia seperti Candi Prambanan, Sejarah Candi Penataran, Sejarah Candi Cetho, Candi Jago, Candi Cangkuang, Candi Kidal dan masih banyak lagi candi-candi agama Hindu.

Candi Arjuna berada di paling ujung dari kompleks candi Arjuna, tepatnya di sebelah utara dan di depanya terdapat candi Semar yang diperkirakan sebagai candi pelengkap atau candi perwara dari Candi Arjuna. Hingga saat ini Candi Arjuna juga masih digunakan sebagai tempat peribadatan bagi masyarakat Dieng. Bahkan di kompleks candi dieng juga diadakan upacara potong rambut anak-anak gimbal yang dipercaya sebagai anak-anak spesial di dataran tinggi dieng. Dimana ruwatan dari upacara ini berada di depan candi Arjuna.

Candi Arjuna diyakini didirikan sekitar Abad ke-7 Masehi hingga abad ke-9 Masehi. Dimana pembangunan candi Arjuna dilaksanakan pada pemerintahan dinasti Sanjaya dari kerajaan Mataram Kuno, atau bahkan dari kerajaan Kalingga. Dan juga, Candi Arjuna diperkirakan sebagai candi tertua di Jawa. Hal ini ditunjukkan dengan penemuan salah satu prasati di sekitar Candi Arjuna. Dimana dalam prasasti tersebut tertulis tahun 731 Caka atau sekitar tahun 808 Masehi dengan menggunakan aksara Jawa Kuno. Prasasti ini sekarang di simpan di Jakarta, yaitu di Galeri Museum Nasional Jakarta.

Sejarah Penemuan Candi Arjuna

Kompleks candi di dieng terutama candi Arjuna  ditemukan pertama kali pada abad ke 19 tepatnya di tahun 1814. Dimana ditemukan oleh seorang tentara Belanda yang bernama Thedorf Van Elf. Ketika itu, candi Arjuna masih tergenang air saat Elf menemukanya. Kemudian baru 40 tahun kemudian upaya pemeliharaan candi Arjuna di lakukan, Pemeliharaan ini dimulai dengan mengeringkan air telaga di dieng oleh HC Cornelius yang berkebangsaan inggris, tepatnya pada tahun 1856.

Kemudian dilanjutkan lagi oleh J Van Kirnsberg yang berkebangsaan Belanda dengan dibantu oleh pemerintahan Hindia-Belanda saat itu. Setelah upaya pengeringan telaga dan juga pembersihan selesai,Kemudian Van Kirnsberg mengambil beberapa gambar dan juga catatan mengenai candi Arjuna pada awal penemuan.

Sejarah Pembangunan Candi Arjuna

Sejarah pembangunan candi Arjuna masih belum bisa dipastikan secara detail, karena sangat minimnya sumber – sumber valid yang menjelaskan mengenai asal mula dari candi arjuna ini. Sejarah Candi Arjuna diawali dengan penemuan sebuah prasasti yang berangka tahun 731 Caka atau tahun 808 Masehi. Prasasti tersebut merupakan prasasti tertua dengan tulisan Jawa Kuno. Dari situ, para ilmuwan menyimpulkan bahwa Candi Arjuna dibangun pada pemerintahan raja-raja Wangsa Sanjaya. Di sekitar kawasan candi arjuna juga ditemukan arca dewa Syiwa yang saat ini di simpan di Museum Nasional Jakarta.

Meskipun begitu, Candi Arjuna diperkirakan dibangun sekitar  pertengahan abad ke-7 masehi hingga awal abad ke 9 Masehi. Dimana selain candi Arjuna juga membangunan candi disebelahnya yaitu Candi Srikandi, Candi Semar,  dan Candi Gatutkaca. Kemudian, barulah dibangun candi-candi lain di kompleks candi dieng seperti candi Gatutkaca, candi Dwarawati dan Candi Bima yang dilaksanakan pada akhir abad ke-8 Masehi yaitu sekitar tahun 780 Masehi. Dan juga di sekitar candi dieng juga terdapat pemukiman penduduk sekitar abad ke-9 Masehi.

Lokasi Candi Arjuna

Candi Arjuna terletak di dataran tinggi dieng yaitu berada di ketinggian sekitar 2.093 meter diatas permukaan laut (mdpl). Dimana Dieng merupakan dataran tinggi yang berada di antara dua kabupaten yaitu Kabupaten Wonosobo dan Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah. Namun, Candi Arjuna sendiri masuk ke dalam wilayah administratif Kabupaten Banjarnegara, tepatnya di desa dieng Kulon, Kecamatan Batur, kabupaten Banjarnegara . Untuk menuju ke kompleks candi Arjuna, anda bisa mengikuti petunjuk jalan menuju candi arjuna yang terpasang hampir di setiap persimpangan jalan. Dan Berikut adalah rute menuju candi Arjuna.

1. Rute dari Jogjakata

Rute ini merupakan rute terpopuler untuk anda yang ingin mengunjungi candi Arjuna dari Kota-kota besar di  Indonesia seperti Jakarta dan Surabaya. Karena banyak transportasi dari dan menuju ke jogja mulai dengan menggunkana kereta, bus, ataupun pesawat terbang.

  • Jika anda ingin pergi dari Yogyakarta dengan menggunakan Bus, Carilah bus dengan jurusan menuju Semarang / Magelang.
  • Turun di Terminal Magelang, perjalanan memakan watu sekitar 1.5 jam
  • Di terminal magelang, anda bisa mencari Bus menuju Wonosobo
  • Turun di Terminal Wonosobo,dimana perjalanan memakan waktu sekitar 2 jam
  • Cari Angkutan umum menuju terminal bus dieng-batur
  • Dari Terminal Dieng Batur anda bisa mencari ojek untuk mencapai Candi arjuna

2. Rute dari Semarang

Selain Yogyakarta, anda bisa dari semarang yang juga mudah diakses dari Jakarta maupun Surabaya

  • Anda bisa langsung mencari Bus dengan jurusan Semarang – Wonosobo – Purwokerto
  • Dari terminal wonosobo, anda bisa langsung mencari terminal Dieng-Batur

3. Rute dari Surakarta

Jika dengan menggunakan angkutan umum dari kta Surakarta memang cukup sulit. Termudah adalah anda bisa menuju stasiun yogya dulu. Kemudian baru mengikuti rute dari Yogya menuju Candi arjuna. Jika anda ingin menggunakan kendaraan pribadi jalur kota yang bisa anda lalui adalah Solo ke Boyolali, Salatiga, Ambarawa, Secang, Temanggung, Parakan, Wonosbo, dieng. Untuk kemudian menuju candi Arjuan

4. Rute dari Purwokerto

Untuk menuju ke purwoketo, anda bisa menggunakan kereta api. Jika anda dari Jakarta rute dari purwokerto merupakan rute tercepat yang bisa dipilih. Setalah di Purwokert, anda bisa menggunakan bus umum jurusan purwokerto-wonosobo untuk selanjutnya setelah di terminal wonosobo, anda bisa naik bus menuju terminal dieng-batur

Arsitektur Candi Arjuna

arsitektur candi arjunaPada dasarnya candi-candi yang terdapat di kompleks candi arjuna memiliki banyak kemiripan, kecuali candi Semar yang memang diperkirakan sebagai candi perwara dari candi arjuna. Sebelum membahas mengenai arsitektur dari candi Arjuna, ada beberapa istilah yang biasa digunakan dalam arsitektur candi, diantaranya sebagai berikut:

  • Penil, Bentuk Ornamen yang digunakan pegangan yang biasanya terdapat di tangga.
  • Kala, merupakan makhluk raksasa dengan mata melotot dan juga taring atau juga disebut buto dalam kepercayaan jawa. Ukiran kala di candi biasanya hanya sebatas rahang atas hingga ke atas.
  • Makara, merupakan binatang-binatang mitos dalam agama hindu
  • Jalamatra, merupakan saluran air yang berfungsi untuk mengalirkan air yang berada di dalam candi menuju luar candi.
  • Istadewata, bagian candi dimana dipercaya sebagai jalan masuk dari Sang dewa, terletak di bagian atas candi
  • Antefik, Ornamen candi yang berada di bagian ujung dari setiap sisi/ujung candi
  • Diksa, Jalur peribadatan yang digunakan untuk mengelilingi candi sebelum memasuki candi utama.
  • Batur, Alas candi dimana biasanya bagian pintu candi terletak lebih tinggi daripada tanah. Dan bagian paling bawah dari candi biasa disebut batur
  • Bilik Penampil, Bagian yang sedikit menjorok dibandingkan dengan dinding lainya, biasnya terdapat pada pintu ataupun jendela

Bangunan keseleruhan dari candi Arjuna juga memiliki kesamaan dengan sejarah candi gedong songo di semarang, Jawa Tengah.  Candi Arjuna merupakan candi utama di  kompleks candi Arjuna, dimana candi ini memiliki bangunan utama berbentuk persegi dengan ukuran sekitar 4 meter persegi. Bangunan candi Arjuna memilliki Batur dengan tinggi sekitar 1 meter.

1. Arsitektur Bagian depan Candi Arjuna

Arsitektur Bagian depan Candi ArjunaCandi Arjuna menghadap ke Barat dimana terdapat tangga menuju pintu masuk candi yang berada di bagian barat candi. Terdapat 8 anak tangga menuju bagian pintu candi dimana di pinggir tangga terdapat penil dengan ujung berkepala naga. Bagian pintu candi terdapat bilik penampil selebar 1 meter. Diatas pintu terdapat ukiran kalamakara. Dan di bagian atap dari ruang penampil  berbentuk lancip seperti rumah limas an pada umumnya.

Disamping ruang penampil terdapat bilik penampil yang berada di kedua sisi bagian depan candi. Dimana biasanya diletakkan arca dibagian bilik penampil. Namun saat ini arca-arca tersebut sudah tidak ada. Kemungkinan arca-arca di Candi Arjuna dipindahkan di museum kalilasa, yang berada tidak jauh dari komplesk candi Arjuna. Diatas bilik penampil juga terdapat ukiran kalamakara tanpa rahang yang terlihat melotot. Dibagian samping bilik penampil terdapat bingkai dengan ukiran bunga kertas khas india, sedangkan pada bagian bawah bingkai terdapat ukirn kepala naga.

Di bagian utara, timur dan selatan  dinding candi terdapat relung yang biasanya digunakan untuk menaruh arca. Namun saat ini arca-arca tersebut juga sudah tidak ada. Diatas relung ini juga teradapat ukiran kalamakara. Serta di bagian sekitar relung teradapat bingkai yang menglilingi relung. Bagian samping relung terdapat ukiran berbentuk bunga kertas. Sedangakna dibagian bawah relung dibingkai dengan ukiran naga dengan mulut menganga. Sedangakan dibawah relung, terdapat jalawara yang terletak di tengah bagian bawah candi Arjuna.

2. Arsitekur Bagian atap candi Arjuna

Atap candi Arjuna memiliki bentuk seperti pyramid dengan membentuk kerucut tetapi lebih tinggi. Dan semaik ke atas memiliki ukuran semaikin kecil. Terdapat 3 tingkat dimana setiap tingkat memiliki bilik penampil dengan ukuran yang lebih kecil jika dibandingkan dengan bilik penampil di bagian dinding candi. Semakin keatas bilik penampil juga semakin kecil yang berada tepat di tengah-tengah setiap sisi candi. Disetiap sudut bagian atap candi terdapat hiasan  yang memiliki bentuk mahkota bulat dengan ujung runcing. Namun, saat ini hiasan disetiap ujung atap banyak yang sudah rusak.

3. Arsitektur Bagian dalam candi Arjuna

Di bagian dalam candi candi arjuna terdapat ruang untuk menaruh sesaji, atau yang biasa disebut dengan yoni. Yoni tersebut berbentuk segi emapt dengan bentuk mirip seperti meja dimana dibagian atas lebih menjorok keluar. Di bagian atas terdapat lubang yang juga berbentuk segi empat dimana lubang ini berfungsi untuk menampug air dari atap candi. Apabila air di lubang ini sudah penuh, air akan mengalir melalui jalur yang sudah disediakan yang dialirkan menuju bagian lingga yang kemudian dialirkan menuju bagian luar candi.

Jadi itulah penjelasan mengenai sejarah candi arjuna yang berada di dieng. Mengenai sejarah penemuannya, sejarah pembangunannya, arsitektur, hingga lokasinya.

The post Sejarah Candi Arjuna Dieng Wonosobo (Jawa Tengah) Terlengkap appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
Sejarah Candi Bajang Ratu Trowulan Mojokerto (Jawa Timur) /agama/hindu/sejarah-candi-bajang-ratu Mon, 23 Apr 2018 06:22:02 +0000 /?p=923 Candi Bajang Ratu merupakan salah satu candi peninggalan kerajaan Majapahit, yang tepatnya berada di desa Temon, Kecamatan Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur. Berdasarkan namanya, Bajang Ratu diambil dari bahasa jawa yaitu…

The post Sejarah Candi Bajang Ratu Trowulan Mojokerto (Jawa Timur) appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
Candi Bajang Ratu merupakan salah satu candi peninggalan kerajaan Majapahit, yang tepatnya berada di desa Temon, Kecamatan Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur. Berdasarkan namanya, Bajang Ratu diambil dari bahasa jawa yaitu asal kata bajang dan ratu, bajang sendiri artinya kerdil, jadi bajang ratu maksudnya adalah bahwa Raja Jayanegara dinobatkan sebagai raja kerajaan Majapahit ketika masih kecil.

Candi ini berbentuk gapura yang terbuat dari batu bata merah, dimana pada jaman dahulu difungsikan sebagai pintu utama menuju kerajaan Majapahit. Namun, kini candi Bajang Ratu difungsikan sebagai pintu pasuk para peziarah yang berkunjung. Lebih lengkapnya simak penjelasan berikut ini yaitu sejarah candi bajang ratu lengkap dengan arsitekturnya. Selain candi bajang ratu, ada beberapa sejarah candi hindu yang bisa dipelajari yaitu sejarah candi kidal dan sejarah candi dieng.

Sejarah Candi Bajang Ratu

Sejarah Candi Bajang RatuCandi Bajang Ratu atau sering disebut gapura bajang ratu merupakan sebuah candi peninggalan kerajaan Majapahit yang dibangun pada abad ke-14. Disebut dengan gapura bajang ratu, dikarenakan candi ini memiliki bentuk berupa gapura besar. Gapura ini difungsikan sebagai pintu belakang kerajaan sekaligus sebagai bangunan suci untuk memperingati wafatnya Raja Jayanegara. Hingga saat ini menjadi sebuah budaya bagi para peziarah untuk melewati candi atau gapura ini ketika melayat orang meninggal.

Pada tahun 1915, Oudheidkonding Verslag (OV) pertama kli mencetuskan penamaan bajang ratu. Dimana menurut arkeolog penamaan bajang ratu ini berhubungan dengan Raja Jayanegara yang merupakan Raja kerajaan Majapahit. Pada kitab Pararaton disebutkan bahwa Raja Jayanegara dinobatkan atau diangkat sebagai raja ketika masil kecil, sehingga kata bajang yang artinya kerdil dan digabung dengan kata ratu sehingga menjadi sebutan gelar ratu bajang atau bajang ratu bagi Raja Jayanegara.

Oleh karena itu, candi ini dibangun sebagai bentuk penghormatan kepada sang bajang ratu atau Raja Jayaneggara. Hal ini terlihat pada bagian kaki candi terdapat relief sri tanjung yang berisi cerita tentang peruwatan. Raja Jayanegara sendiri telah wafat pada tahun saka 1250 (penanggalan jawa) atau sekitar tahun 1328 masehi, yang disebutkan pula dalam kitab Pararaton. Sepeninggalannya, di dalam kedaton dibuatkan sebuah tempat suci dan arca dalam bentuk wisnu di Shila Petak dan Bubat. Selain itu, juga dibuat sebuah arca dalam bentuk Amoghasidhi di Sukalila.

Disitulah disebutkan bahwa setelah Raja Jayanegara wafat, tempat tersebut dipersembahkan untuk arwah Raja Jayanegara. Dimana Raja Jayanegara ini didharmakan di Kapopongan dan juga dikukuhkan di Antawulan atau Trowulan. Sehingga, sejarawan mengaitkan candi yang berbentuk gapuran ini dengan Crenggapura atau Cri Rangga pura atau disebut juga Kakopongan di Antawulan yang merupakan sebuah tempat suci yang disebutkan dalam kitab Negarakertagama.

Arsitektur Candi Bajang Ratu

relief Candi Bajang RatuMenurut buku Drs. I.G. Bagus L Arnawa, dilihat dari bentuknya Sejarah Candi Bajang Ratu ini merupakan bangunan pintu gerbang tipe “paduraksa” (gapura beratap). Seluruh bagian candi ini terbuat dari batu bata merah, kecuali pada bagian lantai tangga serta ambang pintu bawah dan atas yang terbuat dari batu andesit. Berdiri pada ketinggian 41,49 m dpl, dengan orientasi mengarah ke timur laut-tenggara. Denah candi ini berbentuk segiempat, yang berukuran sekitar 11,5 m (p) x 10,5 m (l), dan tinggi 16,5 meter, sedangkan lorong pintu masuk memiliki lebar sekitar 1,4 meter.

Secara vertikal candi ini meiliki 3 bagian: kaki, tubuh, dan atap. Mempunyai semacam sayap dan pagar tembok di kedua sisi. Dengan kaki gapura sepanjang sekitar 2,48 meter dan sttruktur kaki tersebut terdiri dari bingkai bawah, bingkai atas, dan badan kaki. Namun, bingkai-bingkai ini hanya tersusun dari sejumlah pelipit rata dan berbingkai berbentuk genta. Sedangkan, pada sudut-sudut kaki terdapat hiasan sederhana, kecuali pada bagian sudut kiri depan yang dihias relief menggambarkan cerita “Sri Tanjung“.

Di bagian tubuh atas ambang pintu terdapat pula relief hiasan “kala” dan relief hiasan sulur suluran, serta bagian atapnya terdapat relief hiasan rumit, yaitu berupa kepala “kala” yang diapit singa, naga berkaki, kepala garuda, relief matahari dan relief bermata satu atau monocle cyclops. Dalam kepercayaan budaya Majapahit, relief-relief tersebut memiliki fungsi yaitu sebagai pelindung dan penolak mara bahaya. Pada sayap kanan ada relief cerita Ramayana dan pahatan binatang bertelinga panjang.

Pada zaman Belanda, bangunan candi bajang ratu ini telah mengalami pemuggaran, namun tidak ada data yang diperoleh mengenai kapan tepatnya pelaksanaan pemugaran tersebut. Proses perbaikan yang telah dilakukan meliputi penguatan pada bagian sudut dengan cara mengisikan adonan pengeras ke dalam nat-nat yang renggang dan juga mengganti balok-balok kayu dengan semen cor. Selanjutnya, batu-batu yang hilang dari susunan anak tangga juga sudah diganti.

Situs Di Sekitar Candi Bajang Ratu

Candi merupakan salah satu ciri khas peninggalan bangunan monumen kerajaan-kerajaan yang ada di Asia Tenggera selama periode klasik, keberadaannya tersebar di hampir setiap kepulauan di Nusantara termasuk kawasan-kawasan di sekitarnya, sebut saja Candi Borobudur dan Prambanan di Jawa Tengah, Angkor di Kamboja dan masih banyak lagi candi yang lebih kecil dengan jumlah ribuan.

Situs peninggalan kerajaan majapahit di Trowulan memiliki banyak candi yang tersebar di beberapa lokasi, diantaranya Candi Tikus, Candi Bajang Ratu, Candi Kedaton, Candi Brahu, Gapura Wringin Lawang yang bentuknya berupa Candi. Banyak pula bangunan candi yang sengaja tidak direnovasi karena tidak diketahui bagaimana bentuk konstruksi aslinya seperti Candi Gentong. Bangunan candi bajang ratu ini memiliki struktur yang kokoh dan kuat, sehingga bangunan candi ini bisa bertahan lebih lama dari pada tipe bangunan lainnya. Pada umumnya, candi dibangun sebagai monumen simbolik peristiwa-peristiwa tertentu, atau ada juga untuk tujuan fungsional.

Lokasi Candi Bajang Ratu

Lokasi Candi Bajang Ratu terletak relatif jauh yaitu sekitar 2 km dari dari pusat kanal perairan majapahit di sebelah timur, yang saat ini berada di Dusun Kraton, Desa Temon, dengan jarak hanya sekitar 0,7 km dengan Candi Tikus. Lokasi ini dipilih karena bertujuan untuk memperoleh ketenangan serta kedekatan dengan alam yang masih terkontrol.

Kedekatan tersebut memiliki hubungan erat dengan daerah pusat kota Majapahit, dengan bukti adanya kanal melintang di sebelah depan candi berjarak kurang lebih 200 meter yang langsung menuju bagian tengah sistem kanal Majapahit. Pengunjung harus mengendara sejauh 200 meter dari jalan raya Mojokerto – Jombang, untuk mencapai lokasi Gapura Bajang Ratu. Kemudian sampai di perempatan Dukuh Ngliguk, berbelok ke arak timur sejauh 3 km, di Dukuh Kraton, Desa Temon, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto.

Di sekitar lokasi Gapura Bajang Ratu di Trowulan ini merupakan bekas ibukota kerajaan Majapahit. Bekas ibukota kerajaan Majapahit ini menyimpan berbagai peninggalan sejarah lainnya dari aman keemasan saat kerajaan Majapahit adalah salah satu kerajaan yang disegani di muka bumi. Apabila Anda sedang berkunjung ke Mojokerto tak ada salahnya mencoba wisata candi bajang ratu ini, Anda bisa berfoto-foto sepuasnya di candi bajang ratu dan situ-situs sekitarnya dengan biaya masuk hanya Rp. 3.000 setiap candinya.

The post Sejarah Candi Bajang Ratu Trowulan Mojokerto (Jawa Timur) appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
Sejarah Candi Kidal di Malang Lengkap dengan Arsitektur /agama/hindu/sejarah-candi-kidal Wed, 11 Apr 2018 04:12:14 +0000 /?p=910 Candi Kidal merupakan salah satu candi peninggalan kerajaan Singasari, dan diperkirakan dibangun pada tahun 1248 Masehi. Dibangun untuk menghormati Raja kedua kerajaan singasari yaitu Raja Anusapati dan juga candi tersebut…

The post Sejarah Candi Kidal di Malang Lengkap dengan Arsitektur appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
Candi Kidal merupakan salah satu candi peninggalan kerajaan Singasari, dan diperkirakan dibangun pada tahun 1248 Masehi. Dibangun untuk menghormati Raja kedua kerajaan singasari yaitu Raja Anusapati dan juga candi tersebut sebagai tempat doa kepada Ken Dedes Ibu dari Anusapati Anusapati memerintah pada tahun 1227 Masehi hingga 1248 Masehi, hingga akhirnya Anusapati meninggal dan diduga dibunuh oleh Panji tohjaya yang ingin menguasai kerajaan singasari pada masa itu. Hal ini, juga berhubungan dengan keris Empu Gandring dan kutukanya.

Sejarah Candi Kidal

Sejarah Candi KidalCandi Kidal juga merupakan salah satu candi peninggalan agama Hindu yang masih berdiri kokoh hingga sekarang, Selain Candi Kidal, anda juga bisa mempelajari sejarah candi-candi kerajaan Hindu lainya seperti:

Candi ini terletak 20 kilometer di sebelah timur kota Malang, tepatnya di desa Rejokidul, kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang Jawa timur. Aristektur candi Kidal juga khas candi-candi kerajaan di Jawa Timur. Candi ini pernah dipugar pada tahun 1990, guna untuk menjaga salah satu warisan nenek moyang yang bersejarah. Candi ini juga menceritakan sebuah mitologi agama Hindu, Garudeya. Dimana menceritakan mengenai pembebasan perbudakan dan dari cerita itu kita bisa mengambil pesan moral yang bisa kita jadikan pelajaran. Hingga saat ini Candi Kidal masih cukup terjaga dan terawat.

Lokasi Candi Kidal

Candi Kidal terletak 20 kilometer di sebelah timur kota malang, tepatnya di desa rejokidal, kecamatan tumpang, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa timur. Berdiri pada tahun 1248, bersama dengan tahun kedua belas setelah pemakaman Raja kedua singasari yaitu Anusapati yang telah meninggal. Candi Kidal dipugar kembali pada tahun 1990 dan akses menuju candi ini sudah diperbaiki sehingga anda bisa dengan mudah menuju candi ini.

Disekitar candi kidal masih banyak pohon-pohon rindang dan besar, dan juga terdapat taman disekitar candi yang terawat terawat dengan baik. Selain itu, disekitar candi ini juga terdapat rumah-rumah penduduk yang menghuni desa sekitar. Karena Candi Kidal terletak di pedesaan, candi ini tidak terlalu popular seperti candi Singosari, Candi Jago, ataupun candi Jawi. Dan Candi ini juga tidak terlalu banyak diulas oleh tokoh-tokoh sejarah maupun dalam catalog wisata. Karena candi ini memang tidak terlalu banyak fasilitas dari pemerintah.

Sejarah Candi Kidal Menurut Kitab

Sejarah Candi Kidal juga tidak terlepas dari kematian dan jasa-jasa Anusapati terhadap kerajaan Singasari. Hal ini juga tercantum dalam Kitab Pararaton dan juga Kitab Negarakertagama.

1. Dari Kitab NagaraKertagama

Kitab Negarakertagama merupakan kitab karya empu prapanca yang ditulis pada tahun 1365 Masehi. Dimana Kitab ini ditulis pada masa kejayaan Majapahit. Dalam Kitab negarakertagama Anusapati merupakan anak dari Ranggah Rajasa Sang Girinathaputra, pendiri kerajaan Tumapel/ Singasari. Anusapati diangkat menjadi raja menggantikan ayahnya pada tahun 1227. Pada masa pemerintahan Anusapati, Kerajaan Singasari diliputi dengan kemakmuran dan tenang dibawah kekuasanaya, hingga Anusapati wafat pada tahun 1248 dan digantikan putranya Wisnuwardhana. Untuk menghormati ayahnya Wisnuwardhana membuatkan Candi Kidal dimana Anusapati dipuja sebagai dewa Syiwa.

2. Dari Kitab Pararaton

Di Kitab Pararaton ditulis sekitar tahun 1481 hingga 1600, dimana dikisahkan Anusapati merupakan putra dari seorang akuwu di Tumapel yaitu Tunggul Ametung dan Ken Dedes, hingga akhirnya Tunggul Ametung dibunuh oleh Ken Arok, dimana pada saat itu Anusapati masih di dalam kandungan Ken Dedes. Kemudian Ken Arok mempersunting Ken Dedes yang telah ditinggal oleh suaminya, dan secara tidak langsung menjadi ayah angkat dari Anusapati.

Ken Arok kemudian mengumumkan Tumapel menjadi kerajaan pada tahun 1222 dan bergelar Ranggah Rajasa Sang Girinathaputra. Bahkan Kerajaan Tumapel berhasil menghancurkan kerajaan Kediri yang saat itu sebagai Kerjaan besar. Anusapati merasa diperlakukan tidak adil oleh Ken Arok, Kamudian Dia bertanya kepada Ibunya, hinga Anusapati mengetahui bahwa dia bukanlah anak kandung dari Ken Arok, dan Sebenarnya Ken Arok lah yang membunuh ayah dari Anusapati. Anusapatipun merasa marah, hingga pada akhirnya Anusapati bisa mendapatkan keris Empu Gandring yang digunakan Ken Arok untuk membunuh Ayahnya. Anusapati tidak menggunakan tanganya sendiri untuk membunuh Ken Arok, dia menyuruh pembantunya untuk membunuh Ken Arok pada acara makan malam kerajaan.

Pembantu Anusapati akhirnya bisa membunuh Ken Arok pada saat makan malam tepatnya pada tahun 1247. Untuk menghilangkan jejak bahwa pembunuhan tersebut di rencanakan oleh Anusapati, akhirnya pembantunya dibunuh sendiri oleh Anusapati dan mengumumkan bahwa pembantunya gila dan mengamuk hingga menyebabkan kematian raja.

Setelah Ken Arok meninggal, Anusapati diangkat menjadi raja pada tahun 1248 Masehi. Namun, pada masa anusapati menjadi raja, Beliau was-was dengan ancaman dari anak-anak Ken Arok yang mencurigai Anusapati lah dalang dibalik terbunuhnya Ayah mereka. Dan isatana kerajaan dijaga ketat oleh banyak pengawal untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.

Hingga suatu hari, salah seorang putra dari Ken Arok yang bernama Tohjaya, mengajak Anusapati untuk pergi beradu ayam. Dimana kegiatan tersebut merupakan kegemaran dari Anusapati. Tanpa menaruh curiga Anusapati menuruti ajakan dari Tohjaya. Tanpa disangka-sangka Tohjaya, menusukkan keris Empu Gandring yang dia bawa, hingga menewaskan Anusapati pada sekitar tahun 1171 Masehi. Lalu Tohjaya diangkat sebagai raja, dan pemerintahan Tohjaya tidak berlangusng lama, hingga terjadi pemberontakan Ranggawuni, yang merupakan anak dari Anusapati. Pada tahun 1172 Masehi.

3. Kesimpulan

Dari kedua kitab tersebut perjalanan Anusapati diceritakan sangat berbeda. Di Kitab negarakertagama Anusapati mati secara wajar dan damai sedangkan pada kitab Pararaton Anusapati tewas di tangan Tohjaya, yang tidak lain merupakan anak dari ayahnya yang dibunuh oleh Anusapati.

Jika kita merunut dari kedua kitab tersebut, maka kita tidak bisa benar-benar menyimpulkan bagaimana sebenarnya kematian dari Anusapati. Nama Anusapati hanya terdapat dalam kedua kitab tersebut. Namun, salah satu sumber dimana ditemukan nama Tohjaya, yaitu dalam prasasti Mula Malurung yang ditulis pada tahun 1255. Dimana pada prasasti tersebut Tohjaya merupaka raja dari kerajaan Kediri menggantikan Guningbhaya yang merupakan adiknya. Dan dari Prasasti tersebut tidak disebutkan Tohjaya membunuh Anusapati, dan jika benar-benar Tohjaya melakukan kudeta, maka yang dikudeta adalah Guningbhaya bukan Anusapatai.

Dari sini sejarah berdirinya candi Kidal dapat disimpulkan. Candi Kidal dibangun oleh Wisnuwardhana atau Ranggawuni pada tahun 1248 masehi. Dimana pembangunan candi Kidal ditujukan untuk menghormati Anusapati. Dan menjadikan Anusapati dipuja sebagai dewa Siwa.

Arsitektur Candi Kidal

Arsitektur Candi KidalCandi ini memiliki keunikan tersendiri, jika dibandingkan peninggalan candi-candi lain di Indonesia. Dibuat dari batuan andesit. Dimana di sekeliling candi kidal terdapat pagar yang terdiri dari susunan batu. Candi ini memiliki tinggi sekitar 2 meter diatas kaki candi (batur). Didepan pintu candi terdapat tangga yang jika dilihat dari kejauhan seperti bukan tangga masuk karena anak tangganya dibuat pendek-pendek. Disamping pintu terdapat ukel yang menghiasi pipi candi seperti candi-candi lainnya. Sedangkan pada samping tangga terdapat tembok rendah (badug) yang menutupi sisi samping yang berbentuk siku. Badug ini hanya bisa ditemukan pada candi kidal saja.

Candi Kidal memiliki pintu yang berada di arah barat. Terdapat penampil dimana pada bingkai atasnya terdapat ukiran kalamakara. Kalamakara di Candi Kidal memiliki mata yang melotot, mulut terbuka lebar dengan taring dimulutnya. Taring ini merupakan ciri Kalamkara yang berada di candi-candi di Jawa Timur. Disamping kanan kiri penampil terdapat tangan yang mengancam. Sehingga menambah kesan seram representasi makhluk penjaga candi kidal ini. Di samping pintu di pipi candi juga terdapat ruang penampil yang biasanya digunakan untuk menaruh arca didalamnya. Dan di bingkai atas ruang penampil juga terdapat ukiran Kalamakara.

Arsitektur Candi Kidal Jawa TengahDesain atap dari candi kidal memiliki bentuk persegi dengan tiga tingkat, dimana semakin kearaas semakin mengecil seperti tugu berundak. Di setiap tepi atap terdapat ukiran bunga dengan sulurnya. Sedangkan di samping bagian candi terdapat ukiran bunga-bunga dan sulurnya. Dan patung yang berbrntuk seperti singa yang mengangkat tanganya keatas seolah-olah mengangkat bagian atap candi.

Masuk keruangan candi terdapat ruangan yang tidak terlalu luas, dinding candi dihiasi dengan bunga dan juga medallion. Dibagian belakang dan samping juga terdapat lekukan yang digunakan sebagai penampil untuk menaruh arca. Namun saat ini anda tidak akan menemukan arca-arca tersebut. Karena sekarang hilang entah kemana. Ada yang mengatakan bahwa arca-arca tersebut dibawa ke Museum Leiden sana.

Dan yang paling menarik dari arsitektur candi ini adalah reliefnya yang menceritakan Garudeya. Dimana dalam kisah tersebut terdapat garuda yang membebaskan ibunya dari kesengsaraan dengan air kehidupan. Relief ini di perkirakan merupakan salah satu permintaan dari Anusapati yang ingin mendoakan Ken Dedes yang merupakan ibu kandung dari Anusapati. Cerita Garudeya ini bisa anda lihat di bagian kaki candi dengan membaca dari selatan dan dilanjutkan dengan beralawanan dengan jarum jam atau biasa disebut teknik Prasawiya. Dibagian pertama relief seperti sedang menggendong ular, dan direlief kedua seekor garda dengan membawa kendi diatasanya. Dan di relief ketiga seekor garuda yang sedang menggedong wanita. Relirf tersebut sampai saat ini masih bisa dilihat di dinding candi kidal.

Fungsi Candi Kidal

Candi-candi di Jawa Timur biasanya digunakan sebagai tempat dharma atau kuburan dari seorang Raja. Hal ini juga bisa anda lihat di kitab Negarakertagama dimana Candi Kidal digunakan untuk mendharmakan Raja Anusapati, candi Jago digunakan untuk mendharmakan Raja Wisnuwardhana atau Ranggawuni, Candi Jawi dan Candi Singasari untuk mendharmakan Raja Kertanegara, Candi Ngenthos digunakan untuk mendharmakan Hayam Wuruk dan beberapa candi yang lain.

Namun, selain untuk mendoakan Anusapati, penggambaran relief Garudeya juga digunakan sebagai perawatan kepada ibunda sang Raja, yaitu Ken Dedes. Dimana Anusapati sangat menyanyangi ibunya yang selalu hidup dalam penderitaan. Dalam kepercayaan Jawa, ruwatan berfungsi agar raja yang diruwat kembali suci dan menjadi dewa.

The post Sejarah Candi Kidal di Malang Lengkap dengan Arsitektur appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
Sejarah Candi Dieng (Wonosobo, Jawa Tengah) Paling Lengkap /agama/hindu/sejarah-candi-dieng Mon, 09 Apr 2018 03:39:23 +0000 /?p=889 Candi Dieng merupakan sebuah kompleks Candi yang berada di dataran tinggi dieng yang berada pada ketinggian 2000 meter diatas permukaan laut. Kompleks Candi ini juga merupakan salah satu candi tertua…

The post Sejarah Candi Dieng (Wonosobo, Jawa Tengah) Paling Lengkap appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
Candi Dieng merupakan sebuah kompleks Candi yang berada di dataran tinggi dieng yang berada pada ketinggian 2000 meter diatas permukaan laut. Kompleks Candi ini juga merupakan salah satu candi tertua di Jawa yang dibangun sekitar abad ke 7 hingga abad ke-9 Masehi. Area kompleks candi ini juga memiliki wilayah yang cukup luas, memiliki panjang hampir 1900 meter dan lebar sekitar 800 meter.

Candi Dieng merupakan candi peninggalan agama hindu  yang beraliran Syiwa,  diperkirakan dibangun pada masa pemerintahan kerajaan Kalingga pada masa dinasti Wangsa Sanjaya. Selain Candi Dieng beberapa candi Hindu di Indonesia diantaranya yaitu Sejarah candi cetho, Sejarah Candi Penataran.

Candi dieng terdiri dari delapan candi yang berukuran kecil. Hingga saat ini, nama candi dan sejarah berdirinya candi-candi di Dieng masih menjadi misteri, karena minimnya sumber dan masih sedikitnya penemuan prasasti-prasasti yang mengungkap sejarah di balik berdirinya candi tersebut. Namun, masyarakat lokal menamainya dengan tokoh-tokoh pewayangan yang terkenal, seperti Arjuna, Gatutkaca, Dwarawati, dan Bima.

Sejarah Candi Dieng

Sejarah Candi DiengSejarah Candi Dieng diawali dengan penemuan sebuah prasasti yang berangka tahun 808. Prasasti tersebut merupakan prasasti tertua dengan tulisan Jawa Kuno. Jadi para ilmuwan menyimpulkan Candi Dieng dibangun pada pemerintahan raja-raja Wangsa Sanjaya. Di kawasan candi dieng juga ditemukan arca dewa Syiwa yang saat ini di simpan di Museum Nasional Jakarta.

Candi Ini diperkirakan dibangun dalam dua tahap, dimana tahap pertama pembangunan dilakukan pada sekitar  pertengahan abad ke-7 hingga awal abad ke 8. Dimana pembangunanya meliputi candi Arjuna, Candi Srikandi, Candi Semar,  dan Candi Gatutkaca. Kemudian, pembangunan candi dilanjutkan pada akhir abad ke-8 yaitu sekitar tahun 780 M. Diperkirakan juga semula Candi Dieng berjumlah 400 buah, namun sekarang hanya tersisa 8 candi  yang bisa kita lihat. Candi Dieng juga dihuni pada kisaran awal abad ke 7 hingga awal abad ke-9.

Pada tahun 1814, untuk pertama kalinya candi dieng ditemukan kembali dalam keadaan terendam dalam air telaga oleh seorang tentara inggris yang kebetulan sedang berkunjung di daerah situ. Hingga pada tahun 1856 dilakukanlah pengeringan untuk mempelajari bangunan candi yang baru ditemukan tersebut. Pengeringan tersebut dipimpin oleh Van Kinsbergen, kemudian setelah upaya pengeringan selesai. Dilanjutkan dengan pembersihan bagian-bagian candi oleh pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1864. Hingga penelitian dilanjutkan kembali oleh Van Kinsbergen dengan mencatat dan mengambil beberapa gambar.

Arsitektur Candi Arjuna

Candi-candi yang berada di Jawa Tengah bagian utara memiliki ukuran yang relatif lebih kecil jika dibandingkan dengan Candi-candi yang berada di bagian Selatan Jawa. seperti Candi Prambanan, candi Sewu, dan Candi Borobuddur. Selain itu, candi-candi di Wilayah dieng ini juga memiliki bentuk dan desain yang beragam, sangat berbeda dengan Candi-candi di daerah Klaten – Yogya yang lebih dengan bentuk yang hampir mirip dan berpusat di satu titik.

Kompleks candi-candi di dieng memiliki luas sekitar 720 meter persegi. Kompleks-kompleks candi tersebut dibagi menjadi 4 bagian dimana 3 bagian terdapat bermacam-macam candi, sedangkan satu bagian hanya ada satu candi. Penamaan Candi dieng didasarkan pada cerita wayang dari kitab Mahabharata. Dimana Empat bagian itu adalah Arjuna yang terdiri dari 5 candi, Gathutkaca memiliki 5 Candi, Dwarawati terdapat 4 candi, dan Bima yang hanya terdiri dari satu candi. Berikut penjelasan dari masing-masing bagian.

1. Kelompok Candi Arjuna

Kompleks Candi Arjuna memiliki 5 candi yang saling berdekatan yang berada di tengah kompleks candi Dieng. Dimana keempat candi tersebut berjajar dari utara ke selatan. Di sebelah paling selatan terdapat candi Puntadewa, Candi Sembrada dan Candi Srikandi, dan Candi Arjuna, sedangkan satu candi lagi berada di depan Candi Arjuna, yang bernama candi Semar. candi Puntadewa, Sembrada, Arjuna  dan Srikandi menghadap ke Barat, sedangkan Candi Semar menghadap ke Candi Arjuna yang tepat berada di depanya. Kompleks candi Arjuna memiliki bangunan candi yang lebih utuh dan dalam kondisi yang paling  baik jika dibandingkan candi-candi dieng di kompleks lain.

  • Candi Arjuna

candi arjuna diengBangunan candi Arjuna menyerupai bangunan Candi yang berada di kompleks candi Gedong Songo, Semarang. memiliki bentuk utama persegi dengan ukuran sekitar 4 meter persegi. Candi ini memiliki alas yang juga cukup tinggi dimana terdapat tangga menuju pintu masuk candi tersebut. Pintu Candi Arjuna juga dilengkapi dengan sebuah gerbang yang sedikit menjorok keluar dari bagian tubuh candi. diatas pintu candi terdapat pahatan kalamakara, yaitu sebuah pahatan yang menyerupai raksasa dengan taring di mulutnya. Biasa orang jawa menyebutnya buto.

Sedangkan disamping pintu terdapat bingkai yang menjorok hingga membentuk seperti jendela, sepertinya tempat tersebut sebelumnya terdapat arca yang diletakkan diadalam bilik disamping pintu tersebut. Namun, saat ini anda hanya bisa melihat bilik kosong.  Begitu juga di bagian kanan dan kirin candi juga terdapat bingkai seperti yang berada di depan. Bingkai tersebut diukir dengan gaya khas candi-candi India, diatas bingkai terdapat ukiran kalamakara tanpa rahang, sedangkan dibingkai bagian bawah terdapat kepala naga. dan dibawah bilik jendela terdapat saluran air, yang biasa disebut Jaladwara.

Sedangkan bagian atap candi berbentuk seperti piramid yang berundak. Dan disetiap undakan terdapat bagian yang menjorok kedalam sebagai variasi Candi, serta di tengah dari setiap tingkat trerdapat lekukan yang mempunyai bingkai dan ukiran mirip pada dinding candi. Di bagian pojok di setiap undakan juga terdapat mahkota yang sedikit runcing. dan Masuk ke dalam candi, terdapat sebuah tempat untuk meletakkan sesajen.

  • Candi Semar

candi semar diengCandi Semar berada di depan Candi Arjuna dan saling berhadapan. Candi ini berbentuk persegi panjang dengan atapnya berbentuk seperti rumah limas, hanya lurus dan memang seperti terpotong. alas dari candi semar memiliki tinggi sekitar 50 cm. Di bingkai pintu gerbang terdapat ukiran kepala naga dan juga ornamen. Sedangkan diatas pintu terdapat ukiran kalamakara.

Bagian samping kanan dan kiri terdapat lubang yang mirip seperti jendela, namun berukuran kecil. Disamping candi terdapat 4 lubang, 2 di bagian kanan dan 2 lagi di bagian kiri candi, sedangakan pada bagian belakang terdapat 3 lubang jendela. Didalam candi hanya terdapat ruangan kosong, yang diduga dulu digunakan sebagai gudang senjata.

  • Candi Srikandi

candi srikandi diengCandi srikandi berada di sebelah utara candi Arjuna. Candi ini berbentuk kubus dengan alas fondasi setinggi 50 cm. Pintu candi ini agak menjorok ke depan, dengan tangga mengarah ke pintu dan menghadap ke barat. Sedangkan di dinding candi terdapat ukiran dewa-dewa agama Hindu.

Di Dinding sebelah kanan terdapat ukiran dewa Wisnu, di dinding sebelah kiri terdapat ukiran Dewa Brahma, dan pada bagian belakang candi terdapat ukiran Dewa Syiwa. Ukiran-ukiran tersebut sudah tidak terlalu jelas lagi bentuk aslinya, karena beberapa bagian ada yang rusak.

  • Candi Sembadra

Candi Sembadra terletak disebelah candi Srikandi. Pada dasarnya candi ini berbentuk persegi dengan bagian depan menjorok keluar. begitu juga dengan bagian samping kanan dan kiri candi juga menjorok keluar. jika dilihat dari depan seperti piramid yang berdiri vertikal. Candi ini memiliki bentuk yang cukup unik seperti rumah bertingkat.dimana pada bagian atas candi berbentuk seperti rumah limasan  yang dibuat dengan Batu.

  • Candi Puntadewa

Candi Puntadewa ini memiliki fondasi yang bersusun hingga mencapai tinggi 2.5 meter. terdapat pintu dengan ukiran seperti kertas yang terhubung dengan tangga menuju ke dalam candi. atap dari candi ini juga berbentuk datar, dan terdapat lekukan pada setiap bagian dinding atapnya yang berfungsi untuk menaruh arca. Sedangkan di dalam candi Puntadewa adalah ruangan sempit dan kosong. Di bagian dinding samping dan belakang candi juga terdapat jendela kecil yang juga dihiasi ukiran  seperti pada pintu utama. Didepan candi terdapat batu yang disusun secara bertingkat, dan dikelilingi oleh susunan batu yang dibuat seperti pagaran berbentuk persegi.

2. Kompleks Candi Gatutkaca

Kompleks Candi Gatotkaca diengTerdapat 5 candi di Kompleks candi Gatutkaca. Candi-candi tersebut adalah candi Gatutkaca, Candi Petruk, Candi Gareng, Candi Nakula, dan Candi Sadewa. Dari kelima candi tersebut hanya candi gatutkaca saja yang masih berdiri kokoh hingga sekarang. Sedangkan candi-candi lainnya hanya tinggal reruntuhan batu.

Candi Gatutkaca memiliki fondasi utama berebentuk persegi dengan tinggi fondasi 1 meter. Sedangkan bagian samping kanan kiri dan bagian belakang candi menjorok keluar. Dan disetiap sisi dinding candi juga terdapat lekukakn yang biasanya untuk menaruh arca.

3. Kompleks Candi Dwarawati

Kompleks Candi Dwarawati diengTerdapat 4 candi di dalam kompleks candi Dwirawati, yaitu Candi Abiyasa, Candi Margasari, Candi Pandu, dan Candi Dwarawati itu sendiri. Dan Candi Dwarawati juga merupakan candi yang terlihat masih utuh di kompleks ini. Candi Dwarawati ini memiliki bentuk arsitektur candi mirip seperti Candi Gatutkaca, dimana memiliki bentuk dasar persegi. Candi ini memiliki pintu yang menghadap ke barat dan menjorok keluar. sedangkan disisi-sisi lain terdapat tempat untuk menaruh arca yang membentuk sebuah lekukan ke dalam. dibagian atas lekukan berbentuk oval yang sedikit mengerucut. Di sekitar lekukan terdapat ukiran  yang nampak sedikit rudak.

Candi Dwarati memiliki dekorasi atap yang hampir mirip dengan bagian dinding candi. dibagian atap juga terdapat lekukan yang biasanya terdapat arca namun berukuran lebih kecil dan berbentuk persegi panjang. sedangkan puncak atap candi ini berbentuk datar. Sedangkan dihalaman depan candi terdapat batu yang biasanya digunakan untuk meletakkan sesajen.

Lokasi Candi Dieng

Candi Bimo merupakan candi terbesar di kompleks Candi Dieng. candi Bimo sendiri terletak diatas bukit dan hanya berdiri sendiri. candi ini pada dasarnya berbentuk persegi dengan pintu yang menjorok keluar sekitar 1,5 meter. Dan di samping dan belakang candi juga menjorok keluar namun tidak sepanjang pada bagian pintu utama. Dibagian samping juga terdapat tempat untuk meletakkan arca, dimana terdapat lekukakn yang menjorok kedalam.

Bentuk atap candi Bimo sangatlah menawan, memiliki dekorasi atap yang bertingkat lima dan mengerucut, semakin keatas semakin kecl. Setiap tingkat terdapat  ukiran patung kudu yang sangat padu dengan desain atap dan tubuh candi. Candi Dieng terletak di dataran tinggi dieng tepatnya diantara kabupaten wonosobo dan Banjarnegara. dataran tinggi dieng juga diapit oleh beberapa gunung tinggi seperti gunung sumbing dan Sindoro, serta gunung Prau.

Jadi itulah penjelasan mengenai Sejarah Candi Dieng, arsitektur dan juga lokasi dari Candi Dieng ini. Jangan lupa jika ke Banjarnegara untuk mengunjungi Candi Dieng yang sangat bersejarah. Lalu kunjungi pula candi lainnya yang ada di indonesia seperti Sejarah Candi Ratu Boko dan Sejarah Candi Sewu .

The post Sejarah Candi Dieng (Wonosobo, Jawa Tengah) Paling Lengkap appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
35 Candi Peninggalan Agama Hindu di Indonesia /agama/hindu/candi-peninggalan-agama-hindu Thu, 06 Oct 2016 03:54:13 +0000 /?p=122 Agama hindu di Indonesia dibawa oleh para musafir dari India dan Tiongkok. Dari beberapa musafir yang terkenal adalah Maha Resi Agastya dari India yang lebih terkenal dengan sebutan Batara Guru…

The post 35 Candi Peninggalan Agama Hindu di Indonesia appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
Agama hindu di Indonesia dibawa oleh para musafir dari India dan Tiongkok. Dari beberapa musafir yang terkenal adalah Maha Resi Agastya dari India yang lebih terkenal dengan sebutan Batara Guru atau Dwipayana. Gaung budaya hindu mulai terdengar pada abad ke-4 dengan berdirinya Kerajaan Tarumanegara. Serta kerajaan hindu kuno adalah Kerajaan Mataram.

Teori Vaishya adalah teori kedatangan agama hindu di Indonesia yang dibawa oleh pedagang Hindustan yang melakukan perkawinan dengan penduduk asli Indonesia. Ada juga teori Kshatrya yang berpendapat prajurit Hindustan setelah perang pergi berlibur ke nusantara. Teori Brahmana mengambil sudut pandang tradisional dengan berpendapat misionaris hindu menyebarkan agama kepada penduduk local. Teori terakhir adalah teori nasionalis yang berpendapat para bangsawan menganut agama ini ketika kembali dari perjalanan di Hindustan.

Seiring berkembangnya agama hindu, didirikanlah candi-candi yang digunakan untuk ibadah, upacara ritual dan juga pemujaan terhadap dewa. Ada tiga dewa dalam agama hindu. Dewa Brahma sebagai pencipta, Dewa Wisnu sebagai pemelihara dan Dewa Siwa sebagai pelebur.

Candi-candi ini tersebar di sepanjang Pulau Jawa yaitu, Jawa Tengah, jawa Timur dan jawa Barat. Pada dasarnya candi-candi tersebut memiliki arsitektur yang sama. Namun yang membedakan adalah aksen dan ornament didalamnya. Ada beberapa candi di Indonesia yang bisa dikunjungi.

Baca juga : Peristiwa Bandung Lautan Api

  1. Candi Prambanan – Yogyakarta

Candi Prambanan atau disebut juga sebagai Candi Roro Jonggrang karena erat kaitannya dengan legenda Roro Jongrang yang ingin dipersunting oleh Bandung Bondowoso. Karena Roro Jongrang tidak berniat menikah dengannya. Maka Roro Jongrang membuat syarat dengan harus membangun 1000 candi dalam satu malam.

Karena syarat itu Bandung Bondowoso mengerahkan seluruh keahliannya dengan bantuan jin. Candi-candi tersebut akhirnya akan selesai sebelum fajar, tapi Roro Jongrang dengan akalnya dapat membuat candi-candi tersebut gagal terbangun. Bandung Bondowoso mengetahui kalau Roro Jongrang lah yang menggagalkannya. Maka dikutuklah Roro jongrang dan menjadi bagian dari candi.

Candi ini dibangun pada masa Kerajaan Mataram yang menurut arkeolog dibangun pada abad ke-9. Candi ini dibangun untuk menghormati Dewa Siwa. Hal ini diperkuat dengan tulisan dalam prasasti Siwagraha yang dalam bahasa sansekerta yang artinya  Rumah Siwa. Di dalam candi ini terdapat patung Dewa Siwa setinggi 3 meter yang konon patung itu adalah Roro Jonggrang.

  1. Candi Arca Gupolo – Yogyakarta

Keunikan candi ini, karena candi ini satu-satunya yang hanya terdiri dari arca. Terdapat 7 arca yang memiliki aksen candi agama hindu pada umumnya. Seperti arca agastya yang besarnya mencapai 2 meter. Arca agastya ini identik dengan trisula. Dimana trisula adalah simbol dewa Siwa.

Candi ini terdapat di kelurahan Sambirejo, kecamatan Prambanan, Yogyakarta. Candi ini memiliki kekhasan karena terdapat sumur abadi di dalam kompleks candi. Sumur yang banyak digunakan penduduk di kala musim kemarau panjang. Karena tidak pernah kering sejak ditemukan.

Candi ini kononnya masih memiliki hubungan dengan candi Prambanan. Gupolo adalah nama patih untuk raja Ratu Boko yang memiliki candi ratu boko. Ratu boko sendiri adalah nama dari ayah Roro Jonggrang (Candi Prmabanan) jadi ketika candi tersebut masih memiliki hubungan

  1. Candi Cetho _ Jawa Tengah

Candi yang dibangun pada abad ke-15 ini berada di bagian barat pegunungan lawu, daerah karanganyar, Jawa Tengah. Candi ini dibangun pada masa Sejarah Kerajaan Majapahit akhir. Candi ini ditemukan oleh pemerintah Hindia-belanda karena terkubur dialam tanah reruntuhan.

Program penggalian dimulai pada tahun 1928. Hal tersebut tertuang dalam tulisan Van de Vlies ada tahun 1842 dan dipertegas oleh penelitian A.J. Bernet Kempers.

  1. Candi Sukuh – Jawa Tengah

Candi yang memiliki arsitektur unik seperti Suku Maya di Meksiko, Suku Inca di Peru dan bentuknya mirip piramida di Mesir. Candi yang terletak di Karanganyar, Jawa Tengah. Letaknya tidak jauh dari Cnadi Cetho. Candi ini adalah candi terkecil di Jawa Tengah dan area candi yang tergolong sempit.

Para arkeolog meyakini bahwa candi ini adalah candi peninggalan agama hindu. Hal ini ditandai dengan adanya tempat pemujaan Lingga dan Yoni. Menurut para ahli Lingga dan Yoni adalah simbol seksualitas manusia.

  1. Candi Dieng – Jawa Tengah

Dieng yang berasal dari bahasa sansekerta yaitu Dihyang yang memiliki arti arwah para leluhur. Candi ini terdapat did daerah dataran tinggi Jawa Tengah. Tepatnya di daerah Dieng. Menurut penilitian candi ini dibangun pada masa kerjaan Mataram Hindu.

Di dalam candi ini terdapat beberapa arca Dewa Siwa, Dewa Wisnu, Agatsya dan juga Ganesha. Kompleks Candi Dieng memiliki keunikan. Candi candi yang terdapat dalam komplek candi dinamakan seperti tokoh pewayangan. Contohnya Candi Arjuna, Candi Gatotkaca, Candi Bima, Candi Semar, Candi Srikanci, Candi Dwarawati, Candi Puntadewa dan Candi Sembrada.

Baca juga : Sejarah Kerajaan Majapahit

  1. Candi Gedong Songo – Jawa Tengah

Kompleks Candi Gedong Songo memiliki jumlah candi sebanyak 9 buah. Oleh sebab itu dinamakan Gedong Songo yang artinya Gedung sembilan. Candi yang diperkirakan dibangun pada periode Wangsa Seilendra atau sekitar abad ke 9 Masehi. Candi ini dibangun pada masa Mataram hindu.

Candi ini baru ditemukan pada tahun 1840 oleh Stamford raffles ketika melakukan penelitian di gunung Ungaran. Tepatnya di desa Candi, Kecamatan Ambarawa, Semarang Jawa Tengah.

  1. Candi Penataran – Jawa Timur

Candi yang khusus memuja dewa Siwa ini dibangun pada masa raja Srengga dari kerjaan kediri. Candi ini juga masih digunakan pada masa raja Wirakramawardhana di era sejarah kerajaan majapahit sekitar 1415 masehi. Candi ini Masih digunakan untuk upacara keagamaan.

Menurut sejarah Candi ini awalnya bernama Candi palah menurut prasasti yang terdapat disekitar candi. namun karena candi ini terletak di daerah Penataran, kecamatan Nglegok Blitar. Maka candi ini dinamakan candi Penataran dan merupakan kompleks candi termegah di daerah Jawa Timur dan sekitar gunung Kelud.

  1. Candi Kidal – Jawa Timur

Candi ini terdapat didaerah Malang Jawa Timur. Candi ini dibangun sekitar 1248 dan dilakukan pemugaran pada tahun 1990 oleh pemerintah Indonesia. Uniknya candi Kidal adalah candi ini tidak saja digunakan untuk upacara pemujaan dewa semata. Candi ini dibangun untuk penghormatan kepada raja kedua kerajaan Singosari, Raja Anuspati.

Karena pada zaman Anuspati, kerajaan Singosari merengkeh kemakmuran selama 20 tahun sebelum berakhir karena Anuspati dibunuh oleh Panji Tohjaya saat terjadi kudeta. Kejadian ini terjadi karena legenda kutukan Mpu Gandring.

  1. Candi Pringapus – Jawa Timur

Candi Pringapus dibangun berdasarkan bentuk Gunung Mahameru. Gunung Mahameru dipercaya oleh masyarakat Hindu Kuno sebagai tempat berdiamnya para dewa. Pemahaman ini dapat dilihat dari relief hapsara hapsari yang terdapat di dinding candi. Hapsara hapsari adalah perwujudan manusia setengah dewa.

Candi ini dinamakan candi Pringapus karena terdapat di daerah Pringapus, Kecamatan Ngadirejo, Temanggung, Jawa tengah. Tepatnya 22 km daerah barat pusat kota Temanggung. Candi ini hanya digunakan untuk pemujaan dewa Siwa saja.

  1. Candi Cangkuang – Jawa Barat

Candi ini ditemukan oleh tim peneliti Harsoyo dan Uka Tjandrasasmita. Candi ini dipercaya berdiri pada abah ke 8 masehi pada masa Purnawarman dari Tarumahegara dan awal kerajaan Pajajaran. Candi ini merupakan candi untuk sekte Siwaistik, atau pemuja dewa Siwa

Candi Cangkuang merupakan satu-satunya candi hindu yang terdapat di tanah Sunda. Candi ini dapat ditemui di daerah kampung Pulo, Leles, Garut. Tepatnya disamping makam sesepuh Islam kampung Pulo, Mbah Dalem Arief Muhammad, di desa Cangkuang.

Cangkuang sendiri berarti daun yang sering digunakan masyarakat setempat untuk membuat tikar. Candi ini telah mendapatkan pemugaran pada tahun 1974-1975. Namun baru pada tahun 1976 di rekontruksi. Rekonstruksi menggunakan hanya 40% batu candi sisanya semen dan pasir. serta besi.

Baca juga: Pertempuran Medan Area

  1. Candi Gunung Sari – Jawa Tengah

Candi yang terletak di gunung Wukir, Kecamatan Salam, Magelang. Terletak di dataran tinggi dan candi ini khusus menyembah Dewa Siwa atau masuk dalam golongan Siwaistik. Candi ini berumur lebih tua dari candi Gunung Wukir yang terletak tidak jauh dari kompleks candi ini. Hal itu didapat dari prasasti yang terdapat dalam area candi.

  1. Candi Gunung Wukir – Jawa Tengah

Candi yang terletak di lokasi yang sama dengan candi Gunung Sari ini berusia lebih muda. Hal ini ditandai dengan usia batu andesit yang diperkirakan berusia 732 tahun. Luas area candi 50 x 50 m ditemukan  prasasti canggal, altar yoni, ptung lingga dan patung Andini (lembu betina). Candi ini tidak banyak mendapat pemugaran sejak ditemukan. Itu dibuktikan masih banyaknya bebatuan candi yang berserakan.

  1. Candi Jago – Jawa Timur

Candi yang menurut penelitian dibangun abad ke 13 masehi pada masa kerajaan Singosari ini. candi ini terdapat di daerah Tumpang, Malang Jawa timur. Di Candi Jago terdapat dua cerita relief yang menjadi dasar pendirian candi, yakni relief Kunjakarna dan Pancatantra. relief itu banyak menceritakan kisah-kisah hindu salah satunya pernikahan Arjuna dengan Dewi Suparba.

Dalam area candi juga di temukan prasasti Arca manjusri. Arca menceritakan tentang asal mula pembangunan candi. Konon candi ini dibangun oleh Raja Kertanegara untuk menghormati mendiang ayahnya Raja Wisnuwardhana.

  1. Candi Sambisari – Yogyakarta

Candi ini memiliki luas 50m x 48m ini dibangun di daerah Purwomartani, Sleman, Yogyakarta. Candi yang memiliki keunikan karena berbentu puzzle. Namunpada abad ke-11 candi ini tertutup tanah vulkanis akibat letusan Gunung Merapi. Candi ini diketahui pertama kali pada tahun 1966 oleh petani desa Sambisari. Letak dari batuan candi ini berada di kedalaman 6,5 meter dari permukaan tanah.

Bentuk candi ini memiliki keunikan. Pada bagian luar dikelilingi tembok berbentuk persegi. Di dallam area itu terdapat tiga bangunan candi. Dua candi pendamping dan satu candi utama. Di bagian utara ada patung Durga, di bagian selatan ada patung Agastya, di bagian timur ada patung Ganesha, sedangkan di bagian barat terdapat dua patung penjaga, yakni patung Mahakala dan Nandiswara. Dibagian candi utama terdapat lingga dan yoni yang berukuran cukup besar.

  1. Candi Asu – Jawa Tengah

Candi ini terletak 11 km arah utara dari candi Ngawen. Sedangkan disekitar candi Asu juga terdapat candi hindu lainnya yakni Candi Pendem dan Candi Lumbung. Candi Asu dinamakan karena masyarakat lokal melihat bentuk anjing. Padahal itu adalah patung Anandi yang merupakan lembu betina tunggangan Dewa Siwa.

Baca juga: Peristiwa Rengasdengklok

  1. Candi Kedulan – Yogyakarta

Candi yang ditemukan oleh penambang pasi pada tahun 1993 ini terletak di daerah kedulan, Kecamatan Kalasan Yogyakarta. Candi yang memiliki arsitektur dengan berciri khas mulut kala bertaring bawah. Candi ini diperkirakan berdiri sekitar abad ke-9 yaitu pada zaman Kerajaan mataram Kuno. Candi ini menurut penelitian pernah tertimbun oleh berbagai lapisan tanah yang diperkirakan akibat letusan gunung merapi pada abad ke-11 masehi

  1. Candi Kimpulan – Yogyakarta

Satu-satunya candi di daerah Yogyakarta yang berada di dalam area kampus. Tepatnya di kampus Universitas Islam Indonesia. Pada tahun 2009 ditemukan berkat adanya proyek pembanguna perpustakaan UII yang sedang melakukan pembangunan pondasi sedalam lima meter dibawah tanah. Candi dengan arsitek Siwaistik ini diperkirakan dibangun pada kurun waktu antar abad ke-9 sampai abad ke-10. Pada zaman kerajaan Mataram kuno. Masyarakat sekitar menyebutnya sebagai Candi UII karena terletak di daerah kampus. namun pihak yayasan kampus menamainya Pustakasala yang dalam bahasa sansekerta berarti perpustakaan.

  1. Candi Barong – Yogyakarta

Candi yang dinamakan barong karena banyak arsitektur relief yang mirip barong ini berada didaerah prambanan. Candi yang meurut para ahli merupakan peninggalan Kerajaan Medang pada abad ke-9. Berbeda daripada candi-candi lain di Yogyakarta yang bersifat siwaistik atau pemujaan kepada dewa Siwa. Candi barong yang memiliki kekhasan dua candi utama diatas undakan. Diperkirakan memuja Dewa Wisnu dan Dewi Sri.

Baca juga : Sejarah Kerajaan Kutai Kertanegara

  1. Candi Ijo – Yogyakarta

Candi yang kira-kira berlokasi 4 kilometer arah tenggara dari Candi Ratu Boko. Candi yang ditemukan dengan luas sekitar 0.8 hektare ini diperkirakan memiliki luas yang lbih besar dibandingkan saat ini. Dinamakan Candi Ijo karena berada di daerah Gumuk atau dalam bahasa Indonesia disebut Bukit Hijau. Candi ini tidak hanya dibangun untuk Dewa Siwa tapi kepada Trimurti atau tiga dewa utama agama hindu. Yaitu Dewa Brahma, Dew Wisnu dan Dewa Siwa. Candi Ijo berbentuk kompleks yang terdiri dari Candi Utama, Candi Pengapit dan candi perwara yang menghadap ke arah barat.

  1. Candi Gebang – Yogyakarta

Candi yang ditemukan pada tahun 1936 ditemukan oleh arkeolog Belanda Van Remondt. Setahun setelah ditemukan dilakukan pemugaran dari tahun 1937-1939. Candi ini terletak di daerah Wedomartani, di dusun Gebang, Sleman. Pembangunan candi ini berawal pada masa kepemimpinan Wangsa Sanjaya pada abad ke-8  yang berkuasa di kerajaan Mataram kuno.

  1. Candi Jawi – Jawa Timur

Candi Jawi atau nama asalnya Candi Jajawa di bangun pada masa kerajaang Singosari yaitu pada abad ke-13. Candi yang dibangun untuk peribadatan Raja Kertanegara ini merupakan candi siwaistik. Candi yang menjadi tempat peribadatan Raja kertangera ini memiliki sebagian abu bekas kremasi raja Kertanegara. Sebagian di simpan di Candi Jago yang juga merupakan candi peribadatan raja Kertanegara. Candi ini terdapat di kaki Gunung Welirang Kecamatan Prigen, Pasuruan, Jawa Timur.

  1. Candi Jago – Jawa Timur

Candi yang terletak di kecamatan Tumpang Kabupaten Malang. Biasa juga disebut Candi Jajaghu. Candi ini didirikan oleh Raja Kertanegara dari Kerajaan Singosari untuk menghormati mendiang ayahnya Raja Wisnuwardhana yang meninggal pada tahun 1268. Di Candi ini dulu terdapat arca Manjusri yang di simpan oleh Adityawarman. Saat ini arca tersebut di simpan di Museum Nasional.

Baca juga : Pahlawan Nasional Wanita

  1. Candi Singhasari – Jawa Timur

Candi yang didirikan oleh kerajaan Singosari ini sering disebut juga Candi Singosari. Terletak di Desa Candirenggo, Kecamatan Singasari, Malang, Jawa Timur. Candi ini terletak diantara dua lembah di pegununggan Tengger dan gunung Arjuna. Candi yang dibangun dengan cara diukir dari atas kebawah dipercaya belum selesai pembangunannya. pemugaran dilakukan oleh pemmerintah kolonial  di Abad ke-20 tahun 1934-1936

  1. Candi Surawana – Jawa Timur

Candi yang aslinya bernama Candi Wishnubhawanapura ini dibangun untuk menghormati Bhre Wengker pada abad ke-14. Bhre Wengker adalah raja kerajaan Wengker yang berada dalam wilayah Sejarah Kerajaan Majapahit. Raja Wengker wafat pada tahun 1388. Raja Hayam Wuruk semasa pemerintahannya pernah menginap di candi ini. Candi ini bisa dikunjungi di Desa Canggu, Pare, Kediri.

  1. Candi Brahu – Jawa Timur

Menurut Prasasti Alasantan, asal nama Brahu adalah Warahu atau wanaru yang artinya bangunan suci. Menurut prasasti mpu sendok, candi ini dibangun untuk melakukan kremasi terhadap raja-raja. Namun menurut penelitian tidak pernah ditemukan bekas abu pembakaran di candi ini. Candi ini dibangun menggunakan bata merah dan telah dilakukan pemugaran selama lima tahun. Dari tahun 1990 sampai tahun 1995.

  1. Candi Gentong – Jawa Timur

Tidak banyak yang dapat dilihat dari candi ini. Candi yang berada dalam satu komplek trowulan. Saat ini hanya berupa tumpukan batu bata merah. menurut Verbeek pada tahun 1889, Candi Gentong masih terlihat sebagai bangunan. Namun tahun 1907 candi gentong sudah tidak berbentuk lagi. Candi Gentong pernah di lakukan pemugaran dari tahun 1995 sampai tahun 2000. Hasilnya sudah bisa terlihat bentuk candi yang sesungguhnya.

  1. Candi Bajang Ratu – Jawa Timur

Candi ini berberntuk seperti gapura. Dibangun pada masa kerjaan Majapahit yaitu abad ke-14. Pembangunan candi ini yang dikenal sebagai Gapura Bajang Ratu, untuk memperingati wafatnya Raja kedua Majapahit yaitu Jayanegara pada tahun 1328. Bajang yang artinya orang kerdil. Menurut cerita Raja Jayanegara dinobatkan pada saat masih kecil atau Bujang.

  1. Candi Tikus – Jawa Timur

Terletak di kompleks trowulan. Candi yang ditemukan kembali pada tahun 1914. Penemuan diinisiasi oleh Bupati  Mojokerto saat itu R.A.A Kromojoyo adinegoro. Candi ini dipugar 1984 sampai 1985. Penamaan candi ini dikarenakan awal penemuannya sebagai sarang Tikus.

Baca juga : Peristiwa G30S/PKI

  1. Candi Mojongmende – Jawa Barat

Tidak banyak informasi yang bisa didapatkan untuk Candi ini. Candi ini diperkirakan dibangun pada abad ke-7 lebih muda dari pada Candi Dieng. Namun banyak yang memperkirakan Candi ini berumur lebih tua dibandingkan candi yang terdapat di daerah Jawa Tengah dan jawa Timur. Candi ini terdapat di Dusun Bojongmende, Rancaekek, Bandung, Jawa Barat.

  1. Candi Losari – Jawa Tengah

Candi unik ini di temukan di Dusun Losari Desa Salam, magelang Jawa Tengah. Candi ini ditemukan oleh petani salak pada tanggal 11 Mei 2004. Menurut Badri sang penemu candi. Dirinya hendak menggali parit disekitaran kebun salaknya. Penemuan ini kemudian ditindaklanjuti dengan ekskavasi arkeologis dan rekonstruksi oleh pemerintah melalui Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Jawa Tengah dan Balai Arkeologi Yogyakarta.

  1. Candi Liyangan – Jawa Tengah

Candi ini ditemukan pada tahun 2008 di lereng Gunung Sundoro di Dusun Liyangan, Ngadirejo, Kecamatan Temanggung, Jawa Tengah. Menurut peneliti Candi Liyangan merupakan kompleks candi yang memiliki struktur kompleks. Candi Liyanga diindikasi sebagai kompleks pemukiman, ritual, sekaligus pertanian. Candi ini mengalami pemugaran pada tahun 2010 dan 2011 oleh Balai arkeologi Yogyakarta.

  1. Candi Morangan – Yogyakarta

Candi ini diperkirakan memiliki zaman yang sama dengan Candi Prambanan. Candi yang dibangun pada zaman Mataram Kuno. Ditemukan pada tahun1884 di kedalaman 6.5 meter dibawah permukaan tanah. Candi ini terletak di Dusun Morangan, Ngemplak, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Candi ini terdiri dari dua candi yaitu candi induk dan candi perwara. Candi induk menghadap ke barat, berbilik satu dan berdenah bujur sangkar berukuran 7,95 m x 7,95 m serta mempunyai selasar selebar 90 m.

  1. Candi Abang – Yogyakarta

Candi ini terletak di Kelurahan Jogotirto, Sleman. Candi ini berbentuk piramida. Dinamakan candi abang karena menggunakan  bata merah. Keunikan candi ini karena terdapat yoni atau arca dewa Siwa yang berbentuk segidelapan. Biasanya yoni berbentuk segiempat.

  1. Candi Jabung – Jawa Timur

Candi ini terdapat di Desa Jabung, Probolinggo, Jawa Timur. Candi yang dibangun pasa masa sejarah kerajaan majapahit. Candi ini mengalami pemugaran pada tahun 1983-1987. Candi ini berdiri diatas lahan seluas 35 x 40 meter. Bangunan candi terdiri dari satu bangunan induk dan satu bangunan kecil yang disebut bangunan sudut. Candi ini dibangun dengan batu bata kualitas tinggi untuk relief

  1. Candi Lor – Jawa Timur

Candi ini dianggap sebagai candi cikal bakal berdirinya Kabupaten nganjuk. Dalam areal candi ini terdapat dua makam abdi dalem Mpu Sendok. Abdi dalem tersebut adalah Eyang Kerto dan Eyang Kerti. Raja Mataram Hindu yang bergelar Sri Maharaja Sri Isyana Wikrama Dharmottunggadewa memerintahkan Rakai Hinu Sahasra, Rakai Baliswara serta Rakai Kanuruhan pada tahun 937 untuk membangun sebuah bangunan suci bernama Srijayamerta sebagai pertanda penetapan kawasan Anjuk Ladang \ sebagai kawasan swatantra atas jasa warga Anjuk Ladang dalam peperangan.

[accordion]
[toggle title=”Artikel Terkait”]

[/toggle]
[toggle title=”Artikel Lainnya”]

[one_third]

[/one_third]
[one_third]

[/one_third]

[one_third_last]

[/one_third_last]

[/toggle]
[/accordion]

The post 35 Candi Peninggalan Agama Hindu di Indonesia appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>