Indonesia – Sejarah Lengkap Sejarahwan Mon, 20 Jan 2020 04:22:40 +0000 en-US hourly 1 https://wordpress.org/?v=5.8.6 Sejarah Hari Kebangkitan Nasional (20 Mei) dan Kegiatan yang dilakukan /indonesia/sejarah-hari-kebangkitan-nasional Mon, 20 Jan 2020 04:22:39 +0000 /?p=4779 Latar Belakang Hari Kebangkitan Nasional Setiap tanggal 20 Mei rakyat Indonesia memperingati hari kebangkitan nasional yang tercatat dalam sejarah museum kebangkitan Nasional. Moment hari kebangkitan nasional itu sendiri di anggap…

The post Sejarah Hari Kebangkitan Nasional (20 Mei) dan Kegiatan yang dilakukan appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
Latar Belakang Hari Kebangkitan Nasional

Setiap tanggal 20 Mei rakyat Indonesia memperingati hari kebangkitan nasional yang tercatat dalam sejarah museum kebangkitan Nasional. Moment hari kebangkitan nasional itu sendiri di anggap penting karena berkat semangat dan tekad para pelopor untuk bangkit dari jeratan para penjajah dan memerdekakan negara Indonesia.

maka untuk menghormati dan mengenang jasa para pahlawan, di tetapkannya tangga 20 Mei untuk memperingati Hari Kebangkitan Nasional.

Tahukah kalian di balik keputusan yang di ambil untuk menetapkan hari kebangkitan nasional ada peristiwa-peristiwa yang sangat penting dalam mencapai kemerdekaan negara Indonesia.

Berikut akan di jelaskan secara lengkap bagaimana perjuangan para pahlawan untuk bangkit melawan penjajah dan akhirnya di cetuskan tanggal 20 Mei sebagai Hari Kebangkitan Nasional.

Adanya Hari Kebangkitan Nasional dipengaruhi oleh 2 peristiwa penting yaitu lahirnya organisasi dalam sejarah Budi Utomo pada tahun 1908 dan pengucapan ikrar sejarah sumpah pemuda pada tanggal 20 Oktober 1928.

Hari Kebangkitan Nasional atau yang biasa di singkat HarKitNas di peringati setiap tanggal 20 Mei. Tanggal tersebut di ambil dari kelahiran organisasi budi utomo. Organisasi tersebut di dirikan oleh para murid yang dikenal dengan sebutan STOVIA (School  Tot Opleiding Van Inladsche Artsen) pada tahun 1908.

Organisasi budi utomo sendiri adalah organisasi yang anggotanya para pemuda indonesia.  awalnya organisasi budi utomo mempunyai tujuan dalam hal pendidikan dan kultural.

Namun karena Organisasi tersebut bersifat kooperatif dan fleksibel, organisasi tersebut bergeser dari kultural ke politik. Pada tahun 1907 Dr. Wahidin melakukan kunjunga ke STOVIA. Dalam kunjungannya tersebut di sambut baik oleh para pelajar disana.

Wahidin mengajak beberapa murid dari STOVIA seperti Soetomo dan Gunawan untuk berkeliling pulau jawa  dengan tujuan menghimpun dana pendidikan.

Namun upaya tersebut kurang berhasil sehingga pada tanggal 20 Mei 1908 di adakan rapat  bertempat di jalan  Abdulrahman Saleh  26 Jakarta terbentuklah organisasi tersebut yang dinamai dengan Budi Utomo dan diketuai oleh Soetomo.

Sebagai organisasi nasional pertama di Indonesia, organisasi Budi Utomo mempunyai peran penting dalam terciptanya organisasi-organisasi  pergerakan lainnya. Akan tetapi organisasi Budi Utomo yang menyebabkan berlangsungnya perubahan –perubahan politik yang ada di indonesia pada saat itu.

Organisasi Budi Utomo memiliki tujuan yaitu “Kemajuan Bagi Hindia-Belanda”. Organisasi tersebut menyebar sampai ke seluruh pulau jawa. Organisasi Budi Utomo telah memiliki 650 anggota yang tersebar di kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Bogor dan masih banyak lagi di area Jawa.

Bahkan anggota yang bukan mahasiswa pun turut serta menjadi anggota organisasi tersebut. setelah Organisasi Budi Utomo, banyak bermunculan organisasi- organisasi yang berperan penting yang berhubungan dengan Hari Kebangkitan Nasional. Salah satunya adalah Sarekat Dagang Islam atau SI yang masuk dalam sejarah organisasi islam di indonesia.

Lahirnya organisasi Sarekat Dagang Islam berawal dari adanya kesadaran rakyat Indonesia sendiri yang hidup dalam kekangan kaum imperalisme yang ketika itu melahirkan strata masyarakat menjadi tiga golongan antara lain golongan pertama kaum Indo Belanda, bangsa Eropa.

Kedua yaitu kaum perantauan Timur Asing (Cina,Arab,India) dan yang ketiga bangsa Hindia –Belanda atau kaum pribumi Indonesia.  melihat bahwa menjadi orang strata ketiga di tanahnya sendiri membuat kaum pedagang indonesia bangkit untuk memberdayakan kaumnya.

Pada saat itu perdagangan di dominasi oleh kaum strata 2 yakni pedagang china, Arab dan India. Mereka diberikan hak hak khusus dan perlakuan yang istimewa sedangkan pedagang pribumi sendiri menjadi budak dan buruh kasar.

Dari latar belakang di atas muncullah kesadaran akan ketereliminasian umat dari segi ekonomi, Maka  kaum pedagang muslimin bangkit dan memutuskan untuk memajukan perekonomian mereka.

M.A. Ghani  adalah mantan dari ketua umum Lajnah Tanfidziah Syarikat Islam. Beliau menyebutkan bahwa tujuan dari   perjuangan organisasi SDI (Sarekat Dagang Islam) adalah Upaya memperbaiki nasib rakyat dalam bidang sosial ekonomi.

Mempersatukan para pedagang batik agar dapat bersaing dengan pedagang dari keturunan China,  kehendak mempertinggi derajat dan martabat bangsa pribumi, mengembangkan serta memajukan pendidikan dan agama islam adalah keinginannya.

Hampir sama seperti organisasi Budi Utomo, organisasi SDI yang awalnya hanya berfokus pada bidang ekonomi tidak menutup kemungkinan membutuhkan peran politik di dalamnya.

Hal ini dipertegas lagi lewat kongres kongres yang diadakan oleh HOS Tjokroaminoto dan Abdul Muis salah satu tokoh Budi Utomo yang mengubah SI menjadi CSI (Central Sarekat Islam)

Pada tahun 1948 Soekarno selaku presiden pertama Republik Indonesia memutuskan untuk menetapkan hari Kebangkitan Nasional jatuh pada tanggal 20 Mei.

Hal tersebut di putuskan atas dasar berdirinya organisasi Budi Utomo yang sudah membawa peran penting untuk membakar semangat para pemuda untuk bangkit melawan penajajah dari segi ekonomi, sosial, dan  Politik. 

Dengan persatuan dan tekad yang kuat dan pada akhirnya membawa negara Indonesia menuju kemerdekaan yang tercatat dalam sejarah kemerdekaan indonesia .

Tujuan Memperingati Hari Kebangkitan Nasional

Seperti yang kita ketahui para pelopor dan pemuda Indonesia yang pada saat itu sadar akan diskriminasi dan ketidak adilan yang mereka terima membuat semangat dan tekad mereka membara untuk menuntut keadilan dan kebebasan dari negara mereka sendiri.

Demi mendapatkan kemerdekaan dan kesejahteraan rakyat kaum pemuda Indonesia membentuk sebuah organisasi untuk melawan dan bangkit dari keterpurukan yang sedang mereka alami saat itu.

Dari segi sosial, ekonomi maupun politik pemuda Indonesia membentuk sebuah organisasi yang akan mewujudkan perubahan dan menghasilkan kemerdekaan bagi Negara Indonesia. hingga saat ini sudah dirasakan kemerdekaan Negara Indonesia atas perjuangan dari para pelopor terdahulu.

untuk itu presiden memutuskan bahwa Hari Kebangkitan Nasional jatuh pada tanggal 20 Mei sebagai upaya untuk mengenang, menghormati jasa para pelopor tokoh proklamator kemerdekaan indonesia atas keberanian mereka untuk bangkit dan melawan kapitalisme para penjajah.

Kegiatan yang Dilakukan Untuk Memperingati Hari Kebangkitan Nasional

Hari kebangkitan nasioanl adalah hari dimana masyarakat Indonesia memperingati perjuangan yang telah para pahlawan lakukan untuk mendapatkan hari Kemerdekaan Indonesia. kegiatan yang biasanya masyarakat lakukan untuk memperingati hari Kebangkitan tersebut antara lain :

  • Upacara Bendera

Adanya upacara bendera semata-mata untuk memberikan hormat atas perjuangan para pahlawan. Dengan mengikuti upacara setidaknya dapat menghargai dan mensyukuri atas kebebasan dan kemerdekaan yang kini telah dirasakan oleh rakyat Indonesia berkat perjuangan para pahalawan.

  • Menjaga persatuan dan Kesatuan Rakyat Indonesia

Seperti yang kita ketahui, negara Indonesia memiliki banyak pulau, banyak suku budaya dan adat yang bermacam-macam. Perbedaan tersebut disatukan lewat tekad dan semangat para pahlawan untuk bebas dari jeratan para penjajah.

Maka sudah sepatutnya sebagai rakyat Indonesia yang sudah menikmati kebebasan untuk menjaga persatuan NKRI. Upaya yang dapat dilakukan untuk menjaga kesatuan tersebut dengan menghargai perbedaan satu sama lain.

Mengingat semboyan sejarah bhinneka Tunggal Ika yang berbunyi Berbeda-beda tetapi Tetap Satu Jua yang tertulis  di lambang pancasila sebagai Motto untuk mempersatu bangsa Indonesia.

  • Ziarah ke Makam Pahlawan dan Bakti Sosial.

Kegiatan ziarah merupakan untuk mendoakan agar arwah para pahlawan tenang di sisi-Nya. Sebagai rakyat yang sudah menikmati jeri payah para pahlawan sudah sepatutnya mendoaakan agar arwah para pahlawan diberikan tempat yang terbaik karena sudah berjuang sampai titik darah penghabisan.

Selain ziarah kegiatan lain untuk memperingati Hari Kebangkitan Nasional dengan cara mengadakan Bakti Sosial. Sudah kita ketahui bahwa kebangkitan nasional tidak hanya memberikan kebebasan pada Negara namun melatih jiwa sosial kita agar peduli terhadap sesama.

Dengan begitu dapat mempererat persaudaraan antar rakyat dengan peduli terhadap orang yang membutuhkan. Memperingati hari Kebangkitan Nasional bisa bermacam- macam bentuknya.

Selagi hal tersebut tetap berada pada hal-hal yang berhubungan dengan penghormatan, kepedulian dan mengenang jasa para pahlawan. Itu tadi sejarah lengkap yang melatarbelakangi  tercetusnya hari Kebangkitan Nasional. Semoga bermanfaat bagi para pembaca.

The post Sejarah Hari Kebangkitan Nasional (20 Mei) dan Kegiatan yang dilakukan appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
Silsilah Kerajaan Demak Sebagai Kerajaan Islam Pertama /indonesia/kerajaan/silsilah-kerajaan-demak Sat, 18 Jan 2020 05:38:16 +0000 /?p=5483 Kerajaan Demak atau Kesultanan Demak merupakan bagian dari sejarah kerajaan Islam di Indonesia sebagai kerajaan Islam yang pertama dan terbesar di pantai utara Jawa. Sesuai dengan tradisi Jawa, sebelumnya Demak…

The post Silsilah Kerajaan Demak Sebagai Kerajaan Islam Pertama appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
Kerajaan Demak atau Kesultanan Demak merupakan bagian dari sejarah kerajaan Islam di Indonesia sebagai kerajaan Islam yang pertama dan terbesar di pantai utara Jawa. Sesuai dengan tradisi Jawa, sebelumnya Demak adalah kadipaten dari Majapahit sebagai kerajaan hindu- budha yang muncul sebagai kekuatan baru yang mewarisi kekuatan Kerajaan Majapahit.

Demak tercatat sebagai pelopor penyebaran agama Islam di pulau Jawa dan Indonesia pada umumnya. Para Wali Songo disebut – sebut berjasa dalam pendirian Kerajaan Demak, karena dalam upaya menyiarkan agama Islam mereka menjadikan Demak sebagai pusatnya.

Atas dukungan para wali songo khususnya Sunan Ampel, Raden Patah ditunjuk sebagai penyiar agama Islam di Demak. Ia adalah keturunan Majapahit yang menikah dengan putri dari Campa.

Raden Patah juga membuka pesantren yang berlokasi di Glagah Wangi, yang segera saja mengundang minat masyarakat. Perlahan desa tersebut berubah menjadi pusat perdagangan, dan berkembang menjadi Kerajaan Demak.

Secara resmi Kerajaan Demak resmi berdiri beberapa waktu setelah kerajaan Majapahit runtuh, yaitu pada tahun 1481 M atau 1403 Saka. Daerah kekuasaannya mencakup kota Banjar, Palembang, Maluku dan bagian utara pantai pulau Jawa.

Silsilah Raja – Raja Kerajaan Demak

Pada awalnya Kerajaan Demak hanya terdiri dari wilayah seperti Glogoh atau Bintoro yang masih menjadi bagian dari Kerajaan Majapahit. Setelah kekuasaan Majapahit runtuh, Kerajaan Demak perlahan – lahan mulai menampakkan potensinya sehingga tidak membutuhkan waktu lama untuk berkembang menjadi kota besar dan pusat perdagangan berkat usaha para Wali Songo dan menjadi bagian dari sejarah Islam di Indonesia.

Pada saat itu wilayah – wilayah Majapahit yang tersebar atas kadipaten bahkan saling serang demi klaim sebagai pewaris tahta Majapahit. Sementara pada saat itu Demak adalah wilayah yang mandiri, dan dianggap sebagai penerus langsung Majapahit melalui Raden Patah yang menjadi putra terakhir Majapahit.

Demak juga menjadi kerajaan di Indonesia yang menjadi pusat penyebaran agama Islam di Jawa dan wilayah timur nusantara. Silsilah kerajaan Demak dimulai dari pendirinya, yaitu Raden Patah.

1. Raden Patah

Raden Patah adalah putra dari Raja Brawijaya dari Majapahit dan seorang putri dari Campa. Ia memiliki lima orang anak yaitu Pati Unus, Pangeran Sekar Seda Lepen, Sultan Trenggana, Raden Kanduwuran dan Raden Pamekas.

Raden Patah menjabat sebagai Raja Demak dengan gelar Sultan Alam Akbar al Fatah atau Senapati Jumbung Ngabdurrahman Panembahan Palembang Sayidin Panatagama selama 18 tahun sejak tahun 1500 – 1518. Selama masa pemerintahannya, Raden Patah membangun masjid agung Demak dan alun – alun di tengah kota Demak.

Setelah Malaka jatuh ke tangan Portugis, kedudukan Demak sebagai pusat penyebaran agama Islam semakin meningkat. Kekuasaan Demak melebar hingga ke Sukadana (Kalimantan Selatan), dan Jambi hingga Palembang. Kebesaran Demak yang bertambah menyebabkan ancaman terhadapnya juga semakin besar.

Raden Patah kemudian mengutus Pati Unus untuk merebut Malaka dari tangan Portugis, dibantu oleh Aceh dan Palembang. Penyerbuan itu dilakukan pada tahun 1512 dan 1513 dengan 90 buah jung dan 12000 tentara. Namun upaya tersebut gagal karena kekurangan persenjataan.

2. Pati Unus

Anak dari Raden Patah ini adalah Raja Demak yang masa pemerintahannya paling singkat yaitu mulai 1518 – 1521. Namun demikian, ia tetap mampu menggertak Portugis dengan upayanya tersebut.

Gelar Pangeran Sabrang Lor (Pangeran yang pernah menyeberang ke Utara) diberikan kepadanya karena keberanian dalam melawan Portugis untuk merebut Malaka. Pati Unus juga dikenal dengan nama Yat Sun atau Adipati Unus, selain nama aslinya yaitu Raden Surya.

Pada tahun 1521 Pati Unus memimpin penyerbuan kedua ke Malaka untuk melawan Portugis dan gugur dalam pertempuran tersebut. Ia digantikan oleh Sultan Trenggana, adik kandungnya karena tidak memiliki keturunan. Peninggalan kerajaan demak ada pada peninggalan kerajaan Islam di Indonesia dalam sejarah kerajaan Banten.

3. Sultan Trenggana

Sultan Trenggana dalam silsilah Kerajaan Demak dikenal sebagai pemimpin yang bijaksana dan membawa Demak mengalami masa kejayaan dibawah pemerintahannya. Wilayah kekuasaan Demak juga meluas hingga ke Jawa Barat dan Jawa Timur.

Ia mengirimkan pasukan di bawah pimpinan Fatahillah pada 1522 untuk mengusir Portugis dari Sunda Kelapa. Pada saat itu Portugis sedang berusaha menjalin hubungan dengan Kerajaan Sunda, dan Sultan Trenggono berusaha mencegah agar Portugis tidak menguasai wilayah Sunda Kelapa dan Banten yang menjadi wilayah kekuasaan Kerajaan Sunda.

Keberhasilan mengusir orang – orang Portugis juga membuat Fatahillah berhasil mengusasai Banten dan Cirebon. Setelah itu, satu persatu daerah kerajaan Hindu dan Buddha di Jawa Timur juga ditaklukkan seperti Wirosari pada 1528, Tuban pada 1528, Madiun pada 1529, Lamongan, Blitar dan Pasuruan serta Wirosobo pada 1541 – 1542.

Mataram, Madura , Blambangan dan Pajang akhirnya juga jatuh kepada kekuasaan Demak. Untuk memperkuat kedudukannya, Sultan Trenggana akhirnya menikahkan putrinya dengan Pangeran Langgar yang menjadi Bupati Madura.

Kemudian putra dari Bupati Pengging yang bernama Tingkir juga dijadikan menantunya dan diangkat sebagai Bupati Pajang. Fatahillah juga dinikahkan dengan adiknya, dan Pangeran Pasarehan (Raja Cirebon) dinikahkan dengan salah satu putrinya yang lain. Masa kekuasaannya dalam silsilah Kerajaan Demak berakhir ketika Sultan Trenggana meninggal pada 1546 ketika sedang bertempur di Pasuruan.

4. Sunan Prawoto

Setelah wafatnya terjadi perselisihan mengenai penerus kerajaan Demak. Perseteruan ini dimulai sejak wafatnya Pati Unus yang tidak memiliki keturunan dan digantikan oleh Trenggana. Walaupun setelah Pati Unus ada Pangeran Seda Lepen (Raden Kikin), ia bukanlah putra dari permaisuri Raden Patah.

Seda Lepen adalah putra dari selir, putri dari Bupati Jipang. Perebutan tahta dimenangkan oleh Trenggana. Prawoto membunuh Raden Kikin untuk mendukung ayahnya.

Oleh karena itu dalam silsilah Kerajaan Demak seharusnya yang menggantikan Sultan Trenggana adalah Pangeran Mukmin atau Pangeran Prawoto sebagai putra tertuanya karena ia adalah keturunan permaisuri. Sunan Prawoto sempat memerintah selama beberapa saat, namun ia lebih nyaman hidup sebagai ulama daripada sebagai raja.

Karena kesibukannya sebagai ulama, satu persatu daerah kekuasaan Demak berhasil berkembang bebas tanpa bisa dihalangi. Dibawah pemerintahannya, pusat pemerintahan Demak dipindahkan ke Prawoto dari Bintoro. Ia bercita – cita untuk mengislamkan seluruh Jawa dan ingin memiliki kekuasaan seperti Sultan Turki, menutup jalur beras ke Malaka.

5. Arya Penangsang

Masa pemerintahan Sunan Prawoto berjalan singkat karena ia dibunuh oleh suruhan  Arya Penangsang. Arya Penangsang yang merupakan putra Pangeran Sekar Seda Lepen, saudara Sultan Trenggono kemudian mengambil alih tahta.

Ia juga membunuh putra Pangeran Prawoto, Pangeran Hadiri dan istri Sunan Prawoto melalui orang suruhannya, Rungkud. Pusat pemerintahan dipindahkan oleh Arya Penangsang ke Jipang, dekat Cepu. Walaupun Arya Penangsang yang sudah menjadi Bupati Jipang didukung Sunan Kudus, namun keluarga kerajaan tidak merestuinya.

Ia dikalahkan oleh Ratu Kalinyamat dan Aria Pangiri berkat bantuan dari Jaka Tingkir (Hadiwijaya). Hadiwijaya bersama Ki Gede Pamanahan dan Ki Penjawi berhasil menaklukkan Arya Penangsang. Arya Penangsang dibunuh oleh Danang Sutawijaya, anak angkat Hadiwijaya pada 1549 berkat taktik dari Ki Juru Martani.

Sejak itu wilayah kerajaan Demak dipindahkan ke Pajang pada 1586. Ini adalah akhir dari kekuasaan Kerajaan Demak dan akhir dari silsilah Kerajaan Demak. Sebagai gantinya, mulailah sejarah dari Kerajaan Pajang pimpinan Joko Tingkir. Kerajaan Demak juga masuk pada sejarah berdirinya Banten yang menjadi salah satu kerajaan Islam terkuat di Nusantara.

The post Silsilah Kerajaan Demak Sebagai Kerajaan Islam Pertama appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
Sejarah Perang Bali Melawan Belanda /indonesia/kerajaan/sejarah-perang-bali-melawan-belanda Sat, 18 Jan 2020 05:03:10 +0000 /?p=5479 Bali merupakan salah satu pulau di Kepulauan Sunda yang terletak di bagian Timur pulau Jawa. Jarak bentang pulau Bali sepanjang 105 mil. Pulau Bali pernah dikunjungi oleh Cornelis de Houtman…

The post Sejarah Perang Bali Melawan Belanda appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
Bali merupakan salah satu pulau di Kepulauan Sunda yang terletak di bagian Timur pulau Jawa. Jarak bentang pulau Bali sepanjang 105 mil. Pulau Bali pernah dikunjungi oleh Cornelis de Houtman secara baik – baik, namun dalam perkembangannya hubungan dengan Bali justru memburuk.

Pemerintah Hindia Belanda dan kerajaan setempat di Bali mengadakan perjanjian pada 1841 dan 1843 namun tidak berjalan dengan baik. Raja Buleleng berkali – kali melanggar perjanjian dan pemerintah Hindia Belanda mempersoalkan tradisi tawan karang, yaitu tradisi Bali yang mengklaim kapal beserta isinya yang karam dan terdampar di pesisir Bali.

Pemerintah Hindia Belanda menganggapnya tidak dapat diterima dalam hukum internasional dan tidak dapat membiarkan perlawanan yang dilakukan rakyat Bali karena akan memancing wilayah lain juga ikut melawan.

Latar Belakang Perang Puputan Bali

Pada masa lampau, berbagai kerajaan di Bali masing – masing memiliki kekuasaan sendiri atas wilayahnya. Terdapat Kerajaan Buleleng dan Karangasem di daerah pantai utara yang memanjang sampai timur laut.

Sedangkan Kerajaan Klungkung dan Gianyar berada di pantai sebelah timur, Kerajaan Badung berkuasa di ujung selatan pulau Bali, Jembrana dan Mengwi berada di sepanjang pantai barat dan barat daya. Masih ada Kerajaan Bangli yang terletak di tengah – tengah pulau Bali.

Kontak antara kerajaan Bali dengan Belanda sebenarnya sudah terjadi sejak abad ke 17, ketika para pedagang Belanda telah berusaha untuk mengadakan perjanjian dengan raja – raja Bali. Usaha itu tidak berhasil.

Belanda pada waktu itu mendekati para raja Bali dengan motif perdagangan. Usaha Belanda untuk mengikat perjanjian dengan raja – raja Bali baru mengalami keberhasilan pada 1841. Raja Klungkung, Badung, Buleleng, dan Karangasem mengikuti perjanjian tersebut.

Melalui isi perjanjian, tampak jelas bahwa VOC sedang berusaha memperluas daerah kekuasaannya berdasarkan PAX Netherlandica. Perjanjian tersebut menyatakan bahwa para raja Bali mengakui bahwa mereka berada di bawah kekuasaan Belanda, mereka tidak akan menyerahkan kerajaannya kepada bangsa Eropa yang lain, dan bendera Belanda diizinkan untuk dikibarkan di wilayah – wilayah kerajaan tersebut.

Belanda terutama keberatan dengan hukum tawan karang yang telah menimpa armadanya yang menjadi penyebab perang Bali. Pada tahun 1843 raja – raja Bali kemudian menandatangani perjanjian untuk menghapus tawan karang, namun mereka tidak sungguh – sungguh menepatinya sehingga perselisihan dengan Belanda mulai muncul.

Pada tahun 1845 Belanda menekan Raja Buleleng, Klungkung dan Karangasem untuk menghapus tawan karang namun ditolak. Raja Buleleng merasa gelisah karena Belanda menuntut penggantian atas kapal – kapal yang dirampas, biaya perang dan mengakui kerajaannya menjadi bagian dari wilayah Belanda.

Patih Buleleng I Gusti Ketut Jelantik mengatakan bahwa tuntutan tersebut tidak dapat diterima. Ia kemudian menggalang kekuatan pasukan kerajaan, melatih prajuritnya berperang dengan lebih intensif dan menambah perlengkapan serta persenjataan.

Begitu pula dengan kerajaan lain yang diam – diam menggiatkan kegiatan pasukannya. Belanda kemudian mengultimatum pada 14 Juni 1846 yang berlaku selama 3 x 24 jam agar Bali memenuhi semua tuntutan. Sekarang peninggalan belanda ada pada candi di Bali, museum di Bali dan koleksi museum Bali.

Perang Buleleng (Ekspedisi Belanda Pertama)

Pada Juni 1846 Belanda mengerahkan pasukan dan kapal yang dipimpin oleh Engelbertus Batavus van den Bosch. Pasukan Belanda terdiri dari 1700 prajurit, diantaranya ada 400 prajurit Eropa dipimpin oleh Letkol Gerhardus Bakker. Ultimatum kepada Raja Buleleng berakhir pada 17 Juni dan pada hari berikutnya pasukan Belanda dibawah Abraham Johannes de Smit van den Broecke tiba dengan perlindungan senapan laut.

Prajurit Bali sejumlah lebih dari 10000 orang mencegah pendaratan tersebut namun mereka mengalami kegagalan. Pasukan Belanda dapat maju ke pesawahan yang dikelilingi oleh pasukan Buleleng. Walaupun mendapatkan perlawanan sengit, pada hari berikutnya ibu kota Buleleng yaitu Singaraja berhasil dikuasai Belanda.

Pantai Buleleng diblokade dan Belanda menembaki istana raja dengan meriam dari arah pantai. Satu persatu wilayah berhasil diduduki dan istana jatuh ke tangan Belanda. Raja Buleleng berpura – pura mengalah dan sebagai patih, I Gusti Ketut Jelantik melanjutkan perlawanannya.

Perang Jagaraga I (Ekspedisi Belanda Kedua)

Dalam sejarah perang Bali, perang ini juga dikenal sebagai Perang Jagaraga yang berlangsung di tahun 1848. Pasukan Belanda berjumlah 2400 prajurit yang sepertiganya adalah orang Eropa sementara sisanya adalah orang Jawa dan Madura.

Pasukan ditambahkan lagi dengan satu kompi prajurit kulit hitam Afrika yang kemungkinan berasal dari koloni Belanda di Ghana (Pantai Emas). Mereka mendarat di Sangsit, Buleleng pada 7 Mei 1848 dengan dipimpin Mayjen van der Wijck. Orang Bali kemudian menarik diri ke Jagaraga setelah orang Belanda mendarat.

Benteng Jagaraga terletak di atas bukit, bentuknya merupakan “Supit Urang” yang dikelilingi parit dan ranjau untuk menghambat gerakan musuh. Selain laskar Buleleng yang ada disana, kerajaan lain seperti Karangasem, Mengwi, Gianyar dan Klungkung juga mengirim bala bantuan sehingga pasukan Bali seluruhnya berjumlah 15000 orang.

Istri patih Jelantik bernama Jero Jempiring juga menggerakkan para wanita untuk menyediakan makanan bagi para prajurit yang berperang. Dalam serangan tersebut Belanda mengalami kekalahan.

Perang Jagaraga II (Ekspedisi Belanda Ketiga)

Pada tahun 1849 dalam sejarah perang Bali, Belanda kembali mengerahkan pasukan yang lebih besar lagi yaitu sebanyak 4.177 orang sehingga terjadi perang Jagaraga II. Perang antara rakyat Bali dan Belanda berlangsung selama dua hari dua malam yaitu pada 15  – 16 April 1849.

Belanda mengerahkan pasukan darat dan laut yang dibagi menjadi tiga kolone. Kolone 1 dipimpin Van Swieten, kolone kedua dipimpin La Bron de Vexela, dan kolone 3 dipimpin Poland. Benteng Jagaraga jatuh ke tangan Belanda setelah terjadi pertempuran sengit.

Belanda kemudian berlayar ke Bali Selatan dan mendarat di Padang Bai untuk menyerang Klungkung. Sementara itu Belanda juga bersekutu dengan Kerajaan Lombok untuk melawan Karangasem yang sudah lama bermusuhan dengan Lombok.

Pasukan Lombok ikut ke kapal Belanda dan turut menyerang para pemimpin kerajaan Buleleng. Raja Buleleng dan I Gusti Ketut Jelantik terbunuh dalam pertempuran ini, sedangkan penguasa Karangasem melakukan ritual bunuh diri. I Gusti Ketut Jelantik menjadi salah satu dari para pahlawan nasional dari Bali.

Belanda melanjutkan serangan ke Klungkung, menduduki Goa Lawah dan Kusamba. Disana pasukan Belanda terkena wabah disentri sehingga kekuatan pasukan menurun. Mayjen Michiels tewas ketika Dewa Agung Istri Kanya memimpin serangan pada malam hari terhadap Belanda di Kusamba.

Belanda mundur ke kapal mereka ketika menghadapi kekuatan 33.000 orang dari Badung, Gianyar, Tabanan dan Klungkung. Kerajaan Karangasem dan Buleleng menawarkan penyerahan diri sehingga akan disepakati perjanjian baru. Van Swieten kemudian kembali ke Padang Cove dan pada tanggal 12 Juni tercapai persetujuan dimana Jembrana dinyatakan sebagai bagian dari Hindia Belanda dan Kerajaan Bangli digabung dengan Buleleng.

Perjanjian tersebut kemudian menjadi dasar dari kekuasaan Belanda atas Bali. Setelah itu masih terjadi berbagai perlawanan dalam sejarah perang Bali. Tahun 1858 I Nyoman Gempol mengangkat senjata untuk berperang melawan Belanda, dan tahun 1868 terjadi perlawanan yang dipimpin oleh Ida Made Rai, tetapi keduanya gagal.

The post Sejarah Perang Bali Melawan Belanda appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
Sejarah Perang Aceh Melawan Belanda /indonesia/kemerdekaan/sejarah-perang-aceh-melawan-belanda-2 Sat, 18 Jan 2020 04:27:14 +0000 /?p=5476 Perang Aceh adalah salah satu dari banyaknya perlawanan bangsa Indonesia terhadap penjajahan Belanda yang terjadi jauh sebelum kemerdekaan Indonesia. Perang Aceh yang terjadi pada tahun 1873 – 1904 adalah perang…

The post Sejarah Perang Aceh Melawan Belanda appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
Perang Aceh adalah salah satu dari banyaknya perlawanan bangsa Indonesia terhadap penjajahan Belanda yang terjadi jauh sebelum kemerdekaan Indonesia. Perang Aceh yang terjadi pada tahun 1873 – 1904 adalah perang antara Kesultanan Aceh melawan Belanda.

Pernyataan perang Belanda terhadap Aceh terjadi pada 26 Maret 1873 dan mulai menembakkan meriam dari kapal perang Citadel van Antwerpen ke daratan Aceh. Sejarah perang Aceh menjadi peperangan yang paling lama dan besar yang pernah dilakukan bangsa Indonesia.

Bahkan setelah Kesultanan Aceh menyatakan menyerah pada 1904, perlawanan secara gerilya dan acak masih dilakukan oleh rakyat Aceh sehingga total waktu peperangan sebenarnya memakan waktu 69 tahun sejak 1873 – 1942.

Konon dalam sejarah perang Aceh menelan korban hingga 100 ribu orang dari kedua pihak sejak penyerbuan Belanda di Pantai Ceureumen pada April 1873.

Pada penyerbuan yang dipimpin oleh Johan Harmen Rudolf Kohler yang langsung menguasai Masjid Raya Baiturrahman tersebut, konon sekitar 37.500 orang dari pihak Belanda tewas, 70.000 orang dari Aceh tewas dan 500.000 orang mengalami luka – luka.

Perjanjian Belanda dan Inggris Raya

Pada tahun 1824 Belanda dan Britania Raya mengadakan perjanjian London mengenai batas – batas kekuasaan di Asia Tenggara mengacu pada garis lintang Singapura. Kedua negara tersebut mengakui kedaulatan Aceh dalam perjanjian.

Namun pada 1858 Sultan Ismail menyerahkan wilayah Deli, Langkat, Asahan dan Serdang kepada Belanda. Padahal semua daerah tersebut telah menjadi wilayah kekuasaan Aceh sejak Sultan Iskandar Muda berkuasa.

Aceh kemudian menuduh Belanda tidak menepati janji sehingga menenggelamkan kapal – kapal Belanda yang lewat perairan wilayah Aceh. Perairan Aceh menjadi sangat penting untuk lalu lintas perdagangan sejak dibukanya Terusan Suez oleh Ferdinand de Lesseps.

Kemudian perjanjian London 1871 kembali disepakati antara Inggris dan Belanda. Isi perjanjian tersebut bahwa Britania tidak keberatan pada tindakan Belanda untuk memperluas dominasinya di Sumatera dan membatalkan perjanjian tahun 1824.

Belanda harus menjaga keamanan lalu lintas di Selat Malaka, dan mengizinkan Britania bebas untuk berdagang di Siak, juga menyerahkan wilayah Guyana Barat kepada Britania. Aceh kemudian menjalin hubungan diplomatik dengan konsul Amerika Serikat, Kerajaan Italia, dan Kesultanan Usmaniyah di Singapura, dan mengirim utusan ke Turki Utsmani pada 1871.

Kegiatan diplomatik Aceh tersebut justru dijadikan alasan bagi Belanda untuk melakukan penyerangan ke Aceh. Walaupun Presiden Dewan Hindia Frederik Nicolaas Nieuwenhuijzen datang ke Aceh dengan membawa dua kapal perang, Sultan Mahmud Syah menolak menghentikan usaha diplomatiknya sehingga memicu pernyataan perang yang pada akhirnya menjadi penyebab perang Aceh dari Nieuwenhuijzen.

Terjadinya Perang Aceh

Perang Aceh terjadi dalam beberapa fase sepanjang puluhan tahun tersebut seperti berikut ini:

  • Perang Aceh Pertama (1873 – 1874)

Perang ini dipimpin oleh Panglima Polim dan Sultan Mahmud Syah, melawan Belanda yang berada di bawah kepemimpinan Mayr Jenderal Kohler. Mereka dapat mengalahkan Kohler dan 3000 orang prajuritnya, bahkan Kohler tewas pada 14 April 1873. Perang lalu berkecamuk di mana – mana sepuluh hari setelahnya.

Perang paling besar terjadi untuk merebut kembali Masjid Raya Baiturrahman bersama bantuan dari beberapa kelompok pasukan dari Peukan Aceh, Lambhuk, Lampu’uk, Peukan Bada, Lambada, Krueng Raya. Pasukan Belanda lalu dipimpin oleh Mayor Jenderal Van Swieten.

  • Perang Aceh Kedua (1874 – 1880)

Sejarah perang Aceh memasuki babak kedua dimana Belanda dibawah pimpinan Jenderal Jan van Swieten berhasil menduduki Keraton Sultan pada 26 Januari 1874. Keraton dijadikan sebagai pusat pertahanan Belanda, untungnya sebelum itu Sultan dan keluarganya sudah melarikan diri ke Lheungbata.

KNIL mengumumkan perang kedua pada 20 November 1873 sesudah kegagalan pada perang pertama. Belanda pada saat itu sedang mencoba menguasai seluruh Indonesia, bergerak pada November 1873 – April 1874. Pada bulan Januari 1874 Belanda berpikir bahwa mereka sudah menang perang sehingga mengumumkan pembubaran Kesultanan Aceh.

Namun pihak Aceh masih melawan, walaupun Sultan Mahmud Syah dan pengikutnya telah melarikan diri ke bukit dan Sultan meninggal akibat kolera pada 26 Januari 1874. Para ulama Aceh membentuk pasukan Jihad dipimpin Teuku Cik Di Tiro, sedangkan rakyat membentuk pasukan besar dibawah pimpinan Teuku Umar dan Cut Nyak Dhien.

Ketiganya kemudian diangkat sebagai pahlawan nasional dari Aceh. Tuanku Muhammad Daud Syah yang masih belia kemudian diumumkan sebagai Sultan Ibrahim Mansyur Syah (1874 – 1903) dalam sejarah Kesultanan Aceh Darussalam.

Perang Aceh Ketiga (1881 – 1899)

Dalam sejarah perang Aceh ketiga, perang dilanjutkan melalui cara gerilya berupa perang fisabilillah. Perang gerilya berlangsung hingga 1903, yang dipimpin Teuku Umar, Panglima Polim dan Sultan Aceh. Teuku Umar terus memimpin serangan ke pos – pos Belanda hingga dapat menguasai Meulaboh pada 1882.

Belanda sampai menggunakan pasukan khusus bernama Korps Marechaussee te Voet, tentara kerajaan Hindia Belanda. Mereka bukan tentara Belanda asli melainkan para serdadu bayaran Indonesia yang berasal dari Jawa serta Maluku yang sudah dilatih oleh Belanda.

Penyerbuan terus dilakukan ke daerah – daerah kekuasaan Belanda. Pada tahun 1899 pasukan Aceh diserang mendadak oleh pihak Van der Dussen di Meulaboh dan Teuku Umar gugur. Cut Nyak Dhien kemudian melanjutkan perjuangan sebagai komandan gerilya, seperti penyebab peristiwa Aceh 1990 dan bangunan bersejarah di Aceh.

Siasat Curang Belanda

Dr. Christiaan Snouck Hurgronje diutus oleh Belanda untuk menyusup ke masyarakat Aceh dan menyamar selama 2 tahun. Sebelumnya ia diharuskan mempelajari tentang Islam selama beberapa waktu sehingga fasih berbahasa Arab. Hasil pengamatannya ia gunakan untuk memberi rekomendasi kepada pasukan Belanda mengenai bagaimana cara mengalahkan rakyat Aceh.

Ia mengusulkan kepada Gubernur Militer Belanda Joannes Benedictus van Heutsz (1898 – 1904) agar Sultan dan pengikutnya yang berkedudukan di Keumala diabaikan dulu dan memfokuskan siasat dengan menyerang kaum ulama.

Ia juga mengatakan agar jangan berunding dengan para pemimpin gerilya, mendirikan pangkalan di Aceh Raya, dan menunjukkan niat baik dengan mendirikan mushala, langgar, masjid, memperbaiki sistem pengairan, dan membantu pekerjaan sosial rakyat Aceh. Usulan ini diterima oleh Van Heutz yang mengangkat Snouck sebagai penasihatnya.

Van Heutz meniru taktik perang rakyat Aceh secara gerilya dan pasukan Marechaussee pimpinan Hans Christoffel hingga mereka menguasai pegunungan dan hutan rimba raya Aceh selagi mencari para gerilyawan Aceh. Berikutnya Belanda menculik salah satu anggota keluarga pejuang Aceh, seperti penculikan permaisuri Sultan dan Tengku Putroe pada 1902.

Putera Sultan Tuanku Ibrahim ditawan oleh Van der Maaten hingga Sultan menyerah pada 5 Januari 1902. Belanda juga menangkap putra Panglima Polim, Cut Po Radeu, dan beberapa keluarga terdekat Panglima Polim sampai menyerah pada Desember 1903. Setelah itu, banyak para pemimpin rakyat yang ikut menyerah.

Taktik Belanda yang paling kejam dalam sejarah perang Aceh terjadi ketika dilakukan pembunuhan rakyat Aceh yang dipimpin Gotfried Coenraad Ernst van Daalen, pengganti Van Heutz. Terjadi pembunuhan terhadap 2.922 orang di Kuta Reh dengan rincian 1.773 lelaki dan 1.149 wanita.

Cut Nyak Dhien juga berhasil ditangkap dan diasingkan ke Sumedang. Van Heutz sebelumnya telah menyiapkan traktat pendek yang harus ditandatangani oleh para pemimpin Aceh yang menyerah.

Dalam perjanjian tersebut, Sultan Aceh mengakui bahwa daerahnya menjadi bagian dari Hindia Belanda, tidak akan mengadakan hubungan dengan kekuasaan lain di luar negeri, mematuhi seluruh perintah Belanda. Sultan Muhammad Dawood Syah kemudian diasingkan ke Batavia dan meninggal 6 Februari 1939, dimakamkan di TPU Utan Kayu, Rawamangun, Jakarta Timur.

Sejarah perang Aceh melawan Belanda menurut sejumlah sumber berlangsung hingga tahun 1904, yaitu hingga runtuhnya sejarah kerajaan Aceh. Namun berbagai perlawanan masih tetap dilakukan rakyat Aceh secara kelompok dan perorangan hingga menjelang kedatangan Jepang ke Indonesia.

The post Sejarah Perang Aceh Melawan Belanda appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
Sejarah Perang Ambarawa Setelah Kemerdekaan /indonesia/kemerdekaan/pasca-kemerdekaan/sejarah-perang-ambarawa-setelah-kemerdekaan Sat, 18 Jan 2020 04:17:35 +0000 /?p=5477 Sejak zaman kolonial, Ambarawa sudah menjadi kota militer untuk pemerintah Hindia Belanda. Benteng Willem I yang juga disebut sebagai Benteng Pendem didirikan di sana, tidak jauh dari museum kereta api…

The post Sejarah Perang Ambarawa Setelah Kemerdekaan appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
Sejak zaman kolonial, Ambarawa sudah menjadi kota militer untuk pemerintah Hindia Belanda. Benteng Willem I yang juga disebut sebagai Benteng Pendem didirikan di sana, tidak jauh dari museum kereta api Ambarawa yang dulu adalah stasiun kereta.

Di Ambarawa ada kamp khusus untuk perempuan dan anak – anak Belanda ketika masa penjajahan Jepang di Indonesia. Sebagai kota yang memiliki kamp tawanan perang Ambarawa sudah pasti akan didatangi oleh pasukan sekutu.

Setelah Jepang kalah, Pasukan sekutu atas nama Rehabilitation of Allied Prisoers of War and Internees (RAPWI) mendatangi Ambarawa untuk merehabilitasi tawanan perang dan internir.

Ternyata tidak hanya tim rehabilitasi yang datang pada 19 Oktober 1945, turut serta dalam rombongan itu juga tentara sekutu pimpinan Brigadir Bethell, Komandan Satuan Artileri Divisi 23 militer Inggris.

Pasukan itu sebuah brigade campuran dari satuan – satuan infanteri yang dinamakan CRA’s Brigade. Mereka mendapatkan izin oleh pemerintah RI untuk mengurus tawanan perang di penjara Magelang serta Ambarawa.

Peristiwa di Ambarawa

Sejarah perang Ambarawa atau Palagan Ambarawa adalah suatu peristiwa perlawanan yang dilakukan rakyat kepada sekutu di Ambarawa, Semarang bagian Selatan, Jawa Tengah.

Latar belakang pertempuran Ambarawa diawali dari orang – orang Indonesia yang menyambut baik kedatangan sekutu terutama oleh pemerintah Jawa Tengah pimpinan Gubernur Mr. Wongsonegoro.

Tetapi diketahui kemudian bahwa NICA (Netherlands Indies Civil Administration) ikut masuk dengan sekutu dan menjadi penyebab terjadinya pertempuran Ambarawa. Bangsa Indonesia mengetahui bahwa NICA berniat merebut kekuasaan kembali. Situasi memburuk ketika para mantan anggota KNIL yang menjadi tahanan dipersenjatai oleh NICA.

Belanda merasa masih mempunyai hak berdasarkan perjanjian antara Inggris dan Belanda yang disebut Civil Affairs Agreement pada 24 Agustus 1945. Perjanjian itu mengatur mengenai pemindahan kekuasaan dari British Military Administration kepada NICA di Indonesia.

Pada 26 Oktober 1945 terjadi insiden di Magelang yang dipicu oleh tentara yang tiba di Magelang. Mereka berdalih akan mengevakuasi tahanan perang, namun justru menduduki Magelang. Kemudian terjadi pertempuan antara pasukan TKR resimen Magelang pimpinan Letkol M. Sarbini dengan sekutu yang mencoba melucuti senjata TKR.

Pertikaian tersebut reda Ir. Soekarno dan Brigjen Bethell berunding di Magelang pada 2 November 1945 untuk membahas gencatan senjata kesepakatan penyelesaian pertikaian pada sejarah perang Ambarawa. Isi perjanjian tersebut adalah:

  • Sekutu tetap menempatkan pasukan di Magelang untuk melindungi dan mengurus evakuasi para tahanan tawanan Jepang.
  • Gencatan senjata dilakukan sesegera mungkin.
  • Jumlah pasukan Sekutu akan dibatasi sesuai dengan tugasnya masing – masing.
  • Sekutu tidak mengakui aktivitas NICA dan organisasi di bawahnya dan NICA dilarang melakukan kegiatan apapun.
  • Jalan raya Ambarawa dan Magelang terbuka sebagai jalur lalu lintas Indonesia dan Sekutu.
  • Pembentukan badan penghubung di Semarang, Ambarawa dan Magelang untuk mengatasi kesulitan yang timbul.

Pada 20 November 1945 pertempuran kembali terjadi antara TKR pimpinan Mayor Sumarto, rakyat dan tentara Inggris karena perjanjian yang tidak disepakati. Perjanjian justru dimanfaatkan untuk memperkuat posisi sekutu dan mendatangkan bala bantuan.

Berita akan peristiwa agresi militer di Surabaya pada 10 November, juga insiden tembak menembak yang menewaskan tiga perwira Inggris di Jawa Tengah membuat Brigadir Bethell menyalahkan RI. Pada 18 Oktober 1945 ia kemudian memerintahkan penangkapan Gubernur Wongsonegoro.

Pasukan sekutu di Magelang ditarik untuk memperkuat pertahanan ke Ambarawa pada tanggal 21 November dengan dilindungi pesawat tempur. Pertempuran kemudian pecah di dalam kota  dan kampung – kampung di sekitar Ambarawa yang dibom sekutu.

Pasukan TKR bertahan di kuburan Belanda bersama pasukan pemuda dari Boyolali, Salatiga, dan Kartasura. Mereka membentuk garis pertempuran di sepanjang rel kereta Ambarawa.

Dari arah Magelang datang pasukan TKR Divisi V/Purwokerto pimpinan Imam Androngi pada melakukan serangan fajar 21 November 1945. Tujuan serangan tersebut adalah untuk memukul mundur pasukan Inggris di desa Pingit.

Mereka berhasil menduduki desa Pingit dan merebut desa – desa lainnya, kemudian meneruskan pengejaran terhadap sekutu. Pasukan mendapatkan tambahan tiga batalion dari Yogyakarta, yaitu Batalion Sugeng 10 dipimpin Mayor Soeharto dan Batalion 8 dipimpin Mayor Sardjono.

Sekutu yang terkepung mencoba menerobos dengan menggunakan tank dari arah belakang. Pasukan TKR kemudian mundur ke Bedono agar tidak ada korban jiwa.

Tanggal 21 November 1945 sekutu diam – diam mundur ke Ambarawa dan dikejar oleh resimen Kedu Tengah pimpinan Kolonel M. Sarbini setelah sejarah museum Jenderal Sudirman Magelang dan sejarah museum Jenderal Sudirman Yogyakarta.

Sekutu karena kembali dihadang oleh pasukan Angkatan Muda pimpinan Oni Sastrofihardjo dan tertahan di Desa Jambu. Pasukan Oni diperkuat oleh tambahan pasukan gabungan dari Ambarawa, Suruh dan Surakarta. Batalyon I Sorjosoempeno kembali menghadang sekutu di Ngipik.

Para komandan pasukan kemudian melakukan rapat koordinasi dengan pimpinan Kolonel Holland Iskandar dan membentuk komando bernama Markas Pimpinan Pertempuran di Magelang. Ambarawa dibagi menjadi empat sektor yaitu utara, selatan, timur dan barat.

Kekuatan pasukan tempur akan disiagakan bergantian. Sekutu mencoba menduduki dua desa di sekitar Ambarawa. Pasukan pimpinan Letkol Isdiman berusaha membebaskan desa tersebut tetapi sang Letkol tewas.

Setelah gugurnya Letkol Isdiman pada 26 November 1945, Kolonel Soedirman langsung turun ke lapangan dan memimpin strategi pertempuran sejarah perang Ambarawa.

Kehadiran Kolonel Soedirman di lapangan memberikan semangat baru bagi pejuang RI. Bala bantuan kemudian terus berdatangan dari Yogyakarta, Solo, Salatiga,  Purwokerto, Magelang, Semarang dan lainnya.

Puncak Pertempuran

Sejarah perang Ambarawa berlangsung dari 12 sampai 15 Desember 1945. Pada akhirnya sekutu terdesak dan terusir dari Banyubiru tanggal 5 Desember 1945.

Kolonel Sudirman mempelajari situasi medan pertempuran dan mengumpulkan semua komandan sektor pada 11 Desember 1945. Disimpulkan bahwa sekutu sudah terdesak dan perlu dilakukan serangan terakhir dengan rencana yaitu:

  • Serangan dilakukan secara serentak dan mendadak dari semua sektor.
  • Setiap komandan sektor memimpin pelaksanaan serangan.
  • Pasukan badan perjuangan atau laskar menjadi tenaga cadangan.
  • Waktu serangan pada perang Ambarawa akan dilangsungkan pukul 04.30 pagi pada 12 Desember 1945.

Pasukan TKR mulai bergerak menuju pos masing – masing dan dalam waktu setengah jam berhasil mengepung pasukan musuh di dalam kota. Benteng Willem yang terletak di tengah kota Ambarawa diperkirakan sebagai tempat pertahanan terkuat sekutu.

Satu setengah jam pasukan TKR berhasil menguasai jalan raya Semarang – Ambarawa. Kolonel Sudirman segera memerintahkan penggunaan taktik Supit Urang berupa pengepungan ganda di kedua sisi musuh. Tujuan pengepungan tersebut untuk memutus komunikasi dan pasokan musuh dari pusat.

Pada tanggal 14 Desember 1945 pasukan sekutu mulai mundur karena terus disudutkan oleh pasukan RI sehingga persediaan logistik dan amunisi menipis.

Tanggal 15 Desember 1945 pukul 17.30 dalam sejarah perang Ambarawa, dampak pertempuran Ambarawa dirasakan oleh sekutu ketika Indonesia berhasil merebut Ambarawa dan memukul mereka mundur ke Semarang.

Sejarah Monumen Palagan Ambarawa dan sejarah museum Ambarawa berawal dari keinginan mengenang sejarah perang Ambarawa dan sejak itu ditetapkan peringatan Hari Jadi TNI AD atau Hari Juang Kartika.

The post Sejarah Perang Ambarawa Setelah Kemerdekaan appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
Sejarah Perang Sampit di Kalimantan Tengah /indonesia/sejarah-perang-sampit-di-kalimantan-tengah Sat, 18 Jan 2020 03:58:29 +0000 /?p=5475 Perang Sampit atau Konflik Sampit adalah peristiwa pecahnya kerusuhan antar etnis Indonesia yang berawal pada bulan Februari 2001 dan berlanjut sepanjang tahun. Konflik dimulai di ibukota Sampit, Kalimantan Tengah dan…

The post Sejarah Perang Sampit di Kalimantan Tengah appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
Perang Sampit atau Konflik Sampit adalah peristiwa pecahnya kerusuhan antar etnis Indonesia yang berawal pada bulan Februari 2001 dan berlanjut sepanjang tahun.

Konflik dimulai di ibukota Sampit, Kalimantan Tengah dan meluas ke seluruh propinsi termasuk ibukota Palangkaraya bahkan ke seluruh Kalimantan Tengah antara suku Dayak asli dan warga migran dari pulau Madura.

Setelah terjadi konflik antara etnis Dayak dan Madura pada 1999 di Kalimantan Barat, kembali terjadi konflik serupa di Sampit, ibukota Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah.

Konflik pecah pada 18 Februari 2001 ketika dua orang warga Madura diserang oleh sejumlah warga Dayak, mengakibatkan lebih dari 500 korban jiwa, dan lebih dari 100 ribu orang Madura kehilangan tempat tinggal mereka.

Bahkan banyak warga Madura yang kepalanya dipenggal oleh suku Dayak. Hingga sekarang, nama Sampit masih membuat orang banyak langsung teringat kepada tragedi yang menyedihkan tersebut.

Pada bulan Februari 2001 menjadi masa – masa paling mencekam dalam sejarah kota Sampit dengan berbagai kekacauan dan kengerian, mayat bergelimpangan, rumah – rumah yang dibakar, listrik yang mati total dan teriakan – teriakan perang yang menakutkan. Hingga saat ini, konflik Sampit menjadi konflik antar etnis yang paling parah sepanjang sejarahnya di Indonesia.

Peristiwa Perang Sampit

Sejarah perang Sampit tahun 2001 merupakan bagian dari beberapa insiden yang sudah terjadi sebelumnya antara warga Dayak dan Madura.

Konflik besar terakhir terjadi dalam kurun waktu Desember 1996 hingga Januari 2007 yang menewaskan 600 orang. Awal mula bibit konflik pada Peristiwa Sampit terjadi sejak diadakannya proses transmigrasi oleh pemerintah kolonial Belanda.

Warga Madura tiba di Kalimantan pertama kali pada tahun 1930 dalam program transmigrasi pemerintah Belanda yang dilanjutkan oleh pemerintah RI. Hingga tahun 2000, para transmigran mencapai 21 persen populasi di Kalimantan Tengah.

Warga Madura kian hari semakin agresif dalam persaingan dengan suku Dayak sehingga suku Dayak tidak puas akan hal tersebut. Sejak kedatangannya di Kalimantan, warga Madura telah berhasil menguasai banyak bidang perekonomian dan industri komersial seperti perkayuan, penambangan dan perkebunan.

Banyak versi yang beredar mengenai pemicu sejarah perang Sampit tahun 2001. Salah satunya konon disebabkan oleh pembakaran sebuah rumah warga Dayak yang disebabkan oleh warga Madura dan memicu sejumlah anggota suku Dayak membalas membakar rumah – rumah warga Madura.

Versi lain yang dikemukakan oleh Prof. Usop dari Asosiasi Masyarakat Dayak bahwa suku Dayak mempertahankan diri setelah beberapa anggotanya diserang. Lalu ada versi bahwa seorang warga Dayak dibunuh setelah disiksa sekelompok warga Madura akibat sengketa judi di desa Kerengpangi pada 17 Desember 2001.

Sekelompok warga Dayak kemudian menyerang rumah warga Madura yang bernama Matayo untuk balas dendam atas kejadian di Kerengpangi keesokan harinya dan menewaskan empat penghuni rumah. Serangan itu juga memicu keinginan balas dendam dari sekelompok warga Madura lainnya.

Mereka mendatangi rumah seorang warga Dayak bernama Timil yang konon menyembunyikan salah seorang pelaku penyerangan. Timil berhasil diamankan oleh polisi, namun warga Madura membakar rumahnya dan juga rumah kerabatnya, mengakibatkan penghuninya tewas.

Peristiwa inilah yang banyak dijadikan acuan mengenai penyebab konflik lebih besar antara etnis Dayak dan Madura dalam sejarah perang Sampit. Warga Madura berhasil bertahan selama dua hari sejak penyerangan ke rumah Matayo, mereka bahkan berani menyisir pemukiman – pemukiman warga Dayak karena merasa sedang diatas angin.

Pada 20 Februari 2001 situasi berbalik arah dengan kedatangan sejumlah besar orang Dayak dari luar kota ke Sampit. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Richi Andika Marry dalam skripsinya, warga Dayak menggunakan berbagai jenis senjata tradisional seperti mandau, lunju atau tombak, sumpit, senjata api yang disebut dum – dum seperti pahlawan nasional dari Madura, tetapi ada juga yang menggunakan celurit dan sejumlah bom rakitan.

Selama terjadinya sejarah perang Sampit, diperkirakan sekira 500 hingga hampir 1500 orang tewas versi Garry van Klinken, dan ribuan hingga ratusan ribu orang Madura yang selamat terpaksa mengungsi keluar dari Sampit. Kerusuhan bahkan meluas hingga Kualakayan yang jaraknya sekitar 100 km di sebelah utara Sampit dan ke Palangkaraya.

Pembersihan etnis yang dilakukan oleh warga Dayak terus berlanjut selama beberapa minggu ke seluruh Kalimantan Tengah hingga ke wilayah ujung jalan raya Trans Kalimantan bahkan hingga ke Kuala Kapuas di sebelah Tenggara, bahkan hingga ke Pangkalan Bun di sebelah Barat.

Besarnya jumlah korban tewas yang terjadi dalam sejarah perang Sampit terjadi karena suku Dayak dalam puncak kemurkaannya mempraktekkan ritual perburuan kepala (Ngayau atau Kayau). Ritual ini sebenarnya sudah dihentikan melalui perjanjian Tumbang Anoy pada tahun 1884.

Konon ketika pemenggalan kepala itu terjadi sebelumnya didahului dengan ritual adat yang membuat pelakunya berada di alam bawah sadar. Mereka diberikan ilmu yang membuatnya dapat membedakan mana etnis Madura dan yang bukan untuk menentukan sasarannya.

Akhir Konflik Sampit

Besarnya skala pembantaian dan konflik menyulitkan militer dan polisi untuk mengontrol situasi di Kalimantan Tengah sehingga dikirim pasukan bantuan dari Wagub Kalteng berupa 276 personel TNI dari Yonif 631/ATG ke Sampit. Tidak hanya pembunuhan, pembakaran rumah dan harta benda lainnya seperti kendaraan juga terjadi.

Versi Ditintel Polda Kalteng, ada sekitar 1192 rumah yang dibakar, 16 mobil dan 43 motor dan 114 becak dirusak. Polisi akhirnya menangkap seorang pejabat lokal yang diduga menjadi otak dibalik konflik besar ini. Ia diduga membayar enam orang provokator untuk memulai kerusuhan di Sampit. Begitu juga setelah pembantaian besar pertama yang mengakibatkan sejumlah perusuh ditahan oleh polisi.

Penyebab utama dalam sejarah perang Sampit adalah perbedaan karakter antara suku Dayak dan Madura. Salah satu penyebabnya adalah bahwa suku Dayak sebagai penduduk yang menirukan adat pahlawan nasional dari Kalimantan kerap tersisihkan oleh sepak terjang orang Madura sebagai pendatang, yang seringkali dikatakan tidak menyesuaikan diri dengan bumi tempatnya berpijak.

Suku Dayak berulangkali harus berpindah tempat karena desakan para penebang kayu yang masuk semakin dalam ke hutan, belum lagi adanya larangan untuk menambang di tanah asli mereka, juga berbagai sektor perekonomian dan kehidupan yang dikuasai orang Madura, dan lemahnya penegakan hukum terhadap orang Madura yang melakukan kejahatan terhadap orang Dayak sehingga terkesan berat sebelah.

Tidak adanya pihak ketiga yang berusaha menjembatani dengan baik pada konflik kedua etnis ini juga turut memperburuk situasi. Bukti bahwa perekonomian dikuasai etnis Madura yang menjadi salah satu penyebab perang Sampit bisa dilihat bahwa setelah mereka mengungsi, warga Sampit lainnya kesulitan mencari sembako karena toko – toko eceran tutup.

Untuk mencegah kondisi semacam ini terulang kembali, diperlukan adanya semacam perlindungan berdasar hukum terhadap komunitas etnis dari pemerintah daerah setempat sesuai rekomendasi Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN). Saat ini Sampit dikenal sebagai kota yang damai, sejahtera dan penduduk yang rukun.

Tidak sampai setahun setelah sejarah perang Sampit terbongkar, penduduk mulai berbenah. Warga Madura kembali berdatangan dan sejak itu Sampit mengalami perkembangan serta kemajuan pesat di bidang ekonomi dan industri.

Kerusuhan besar yang terjadi pada tahun 2001 tentunya telah mengajarkan bahwa pertikaian antar warga apapun etnisnya hanya akan mendatangkan akibat berupa kekalahan kedua pihak dan tidak ada pemenang sebenarnya dari tragedi tersebut.

Selain perang sampit, Sejarah g30s pki juga merupakan tragedi di indonesia yang menyimpan banyak cerita karena peristiwa nya yang sangat memilukan hati, maka dari itu persatuan dan kesatuan bangsa sangatlah penting.

The post Sejarah Perang Sampit di Kalimantan Tengah appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
Sejarah G30S PKI Secara Kronologis /indonesia/kemerdekaan/pasca-kemerdekaan/sejarah-g30s-pki-secara-kronologis Sat, 18 Jan 2020 03:13:48 +0000 /?p=5480 Bangsa Indonesia masih harus menghadapi kemelut di dalam negerinya sendiri setelah selama ratusan tahun melewati era penjajahan dan berhasil merebut kemerdekaan dari para penjajah tersebut. Berlangsungnya peristiwa G30S PKI pada…

The post Sejarah G30S PKI Secara Kronologis appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
Bangsa Indonesia masih harus menghadapi kemelut di dalam negerinya sendiri setelah selama ratusan tahun melewati era penjajahan dan berhasil merebut kemerdekaan dari para penjajah tersebut. Berlangsungnya peristiwa G30S PKI pada 30 September 1965 membuat bangsa Indonesia memiliki sejarah kelam setelah kemerdekaan.

Pemberontakan yang dilakukan oleh Partai Komunis Indonesia tersebut memakan korban para perwira Angkatan Darat dan seorang anak tidak berdosa. Kejadian ini adalah sebuah peristiwa yang sangat memilukan karena kekejaman PKI. Pengkhianatan yang dilakukan oleh PKI terhadap pihak – pihak yang berseberangan atau bertentangan dengan pandangan mereka secara politik berlangsung dengan sangat brutal.

Peristiwa G30S PKI terjadi pada malam hari, pada saat pergantian waktu dari 30 September 1965 ke tanggal 1 Oktober 1965. D.N. Aidit memimpin pemberontakan tersebut untuk menggulingkan Soekarno dan menjadikan komunis sebagai ideologi dasar negara Indonesia menggantikan Pancasila.

Sudah sejak lama dalam sejarah PKI melakukan provokasi dan menghasut rakyat Indonesia agar mendapatkan dukungan penuh bagi tujuan organisasi PKI untuk menjadikan Indonesia sebagai negara komunis. Selain menghasuk rakyat, PKI juga mengecam kinerja kabinet dan tentara.

Pki bahkan menciptakan istilah NASAKOM (Nasionalis, Agama dan Komunis). DN. Aidit dinyatakan sebagai dalang atau otak dari G30S PKI oleh Pemerintah RI era Presiden Soeharto. Bibit pemberontakan sejarah G30S PKI sudah berlangsung jauh sebelum hari naas itu tiba.

Dibubarkannya Masyumi dan Partai Sosialis Indonesia (PSI)

Pembubaran Masyumi dan PSI yang menjadi pesaing PKI pada Agustus 1960 oleh pemerintah membuat PKI semakin giat melakukan mobilisasi massa, menyebarkan pengaruh dan merekrut anggota lebih banyak. Kegiatan ini dalam sejarah G30S PKI bisa terjadi karena beberapa partai lain seperti NU dan PNI juga tidak berdaya.

Pada tahun 1963 dalam PKI mulai berusaha untuk duduk di dalam kabinet, berbeda dari tahun – tahun sebelumnya yang hanya memosisikan diri untuk mengkritik pemerintah khususnya para menteri yang berbeda pandangan politik. Hubungan antara PKI dan TNI AD juga semakin memanas dan tegang yang diakibatkan oleh berbagai sindiran serta kritik PKI terhadap para petinggi TNI.

PKI juga menyerang para pejabat anti PKI dengan tuduhan bahwa mereka adalah Kapitalis Birokrat Korup, mengusulkan adanya pembentukan Angkatan Kelima selain AD, AL, AU, dan Polisi. PKI mengusulkan Angkatan Kelima itu terdiri dari petani dan buruh yang diberi hak menggunakan senjata.

Isu Dewan Jenderal

Kronologi G30S PKI berlanjut kemudian dalam sejarah G30S PKI berhembus isu tentang Dewan Jenderal Angkatan Darat yang sedang menyiapkan kudeta terhadap pemerintahan yang sah. Menurut PKI bukti dari rencana itu terletak pada sebuah dokumen yang ditandatangani oleh Dubes Inggris di Indonesia Andrew Gilchrist, yang isinya bisa ditafsirkan sebagai adanya operasi dari pihak Inggris.

Subandrio membawa informasi ini dari Mesir pada tanggal 15 Mei 1965 dengan bukti dokumen Gilchrist. Soekarno menanggapi sangat serius dengan memanggil para Menteri Panglima AD pada tanggal 25 Mei 1965 untuk meminta kejelasan mengenai Dewan Jenderal.

Jenderal Ahmad Yani selaku Menteri Panglima AD ketika dikonfrontasi oleh Soekarno menolak dengan tegas bahwa isu tersebut tidak benar. Ia menyatakan bahwa tidak ada Dewan Jenderal, yang ada hanya Dewan Kepangkatan Tinggi (Wanjakti) yang tugasnya memberi masukan atau pendapat kepada Menpangad mengenai kepangkatan dan jabatan perwira tinggi AD.

Perselisihan antara Angkatan Darat dan PKI mencapai puncaknya ketika Pelda Soejono yang hendak menghentikan penyerobotan tanah perkebunan dibunuh sekelompok orang dari BPI yang merupakan organisasi di bawah PKI. Peristiwa itu adalah Peristiwa Bandar Betsy Surabaya.

Jenderal Ahmad Yani menuntut agar mereka yang terlibat segera diadili, sementara kalangan Islam semakin marah karena di Mangpingan tanah wakaf Pondok Modern Gontor seluas 160 hektar berusaha diambil alih paksa oleh PKI dalam rangkaian peristiwa G30S PKI.

Konflik antara Angkatan Darat dan PKI semakin memanas terlebih dengan sakitnya Soekarno secara mendadak pada bulan Juli. Tim dokter dari Cina yang didatangkan DN. Aidit menyimpulkan bahwa ada kemungkinan Presiden akan mengalami kelumpuhan atau meninggal dunia. Pimpinan PKI memutuskan untuk bergerak pada rapat politik biro PKI tertanggal 28 September 1965.

Pergerakan dipimpin oleh Letkol Untung, seorang tokoh G30S PKI, perwira AD yang dekat dengan PKI. Letkol Untung menggunakan Pasukan Cakrabirawa, yaitu pasukan pengawal khusus Presiden Soekarno. Mereka diberi perintah untuk menangkap para Jenderal dalam keadaan hidup atau mati, dan mereka berhasil membunuh tujuh orang dalam penyerbuan tanggal 30 September tersebut yaitu:

  • Letjen Ahmad Yani (Kastaf Komando AD)
  • Mayjen TNI Raden Suprapto (Deputi II Menteri)
  • Mayjen TNI Mas Tirtodarmo Haryono (Deputi III Menteri)
  • Mayjen TNI Siswondo Parman (Asisten I Menteri)
  • Brigjen TNI Donald Isaac Panjaitan (Asisten IV Menteri)
  • Brigjen TNI Sutoyo Siswomiharjo (Inspektur Kehakiman)
  • Lettu CZI Pierre Andreas Tendean (ajudan Jendral Nasution).

Pemberontakan tersebut juga menewaskan Bripka Karel Sasuit Tubun (pengawal di kediaman resmi Wakil PM II dr. J. Leimena) dan Ade Irma Suryani, putri dari Jendral Abdul Harris Nasution. Jendral Nasution menjadi satu – satunya petinggi TNI yang selamat karena dapat melarikan diri. Jenazah para korban dimasukkan ke dalam sumur tua di daerah Lubang Buaya di Jakarta.

Setelah itu, PKI menguasai dua sarana komunikasi penting yaitu studio RRI di Jalan Merdeka Barat dan Kantor Telekomunikasi di Jalan Merdeka Selatan. Mereka menyiarkan pengumuman mengenai sejarah G30S PKI melalui RRI. Pengumuman ditujukan kepada para perwira tinggi lainnya dari “Dewan Jenderal” yang akan mengkudeta pemerintah, PKI mengumumkan pembentukan Dewan Revolusi yang diketuai Letkol Untung Sutopo.

Pembunuhan di Jawa Tengah dan DI Yogyakarta juga dilakukan PKI terhadap Kolonel Katamso Darmokusumo (Komandan Korem 072/Pamungkas, Yogyakarta) dan Letkol Sugiyono Mangunwiyoto (Kastaf Korem 072/Pamungkas, Yogyakarta). Keduanya dibunuh setelah diculik PKI pada sore hari 1 Oktober 1965 karena menolak untuk bergabung dengan Dewan Revolusi PKI.

Situasi Setelah Sejarah G30S PKI

Tanggal 1 Oktober 1965 sore hari dimulai operasi penumpasan latar belakang G30S PKI dengan merebut kembali Gedung RRI Pusat dan Kantor Pusat Telekomunikasi. Operasi penumpasan sejarah G30S PKI dilakukan oleh kesatuan RPKAD yang pimpinan Kolonel Sarwo Edhi Wibowo, pasukan Para Kujang/328 Siliwangi yang dibantu pasukan kavaleri. Basis PKI di daerah Halim Perdanakusuma diserang pada 2 Oktober 1965 atas perintah Mayjen Soeharto.

Pasukan RPKAD dipimpin Mayor C.I. Santoso pada tanggal 3 Oktober 1965 berhasil menguasai Lubang Buaya dan menemukan lokasi pembuangan mayat para korban yaitu dalam sebuah sumur di daerah tersebut. Sumur tersebut bergaris tengah ¾ meter dan kedalaman sekitar 12 meter. Pada tanggal 4 Oktober penggalian dilanjutkan oleh pasukan Para Amfibi KKO-AL , disaksikan oleh pimpinan sementara TNI AD Mayjen Soeharto.

Jenazah para jenderal yang berhasil diangkat dari dalam sumur kemudian dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata. Sebelumnya jenazah disemayamkan lebih dulu di Mabes TNI AD, dan mereka diangkat sebagai Pahlawan Revolusi pada tanggal 6 Oktober dalam Sidang Kabinet Dwikora melalui surat keputusan pemerintah. Dampak G30S PKI yang terjadi saat itu sangat luas hingga menyusutnya kepercayaan masyarakat terhadap pemerintahan Presiden Soekarno.

The post Sejarah G30S PKI Secara Kronologis appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
Sejarah Perang Bubat Antara Majapahit dan Pajajaran /indonesia/kerajaan/sejarah-perang-bubat-antara-majapahit-dan-pajajaran Sat, 18 Jan 2020 03:00:14 +0000 /?p=5474 Perang Bubat merupakan perang singkat yang terjadi pada tahun 1357 M di masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk dari Kerajaan Majapahit. Perang Bubat terjadi karena adanya perselisihan antara Gajah Mada sebagai…

The post Sejarah Perang Bubat Antara Majapahit dan Pajajaran appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
Perang Bubat merupakan perang singkat yang terjadi pada tahun 1357 M di masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk dari Kerajaan Majapahit. Perang Bubat terjadi karena adanya perselisihan antara Gajah Mada sebagai Mahapatih Majapahit dengan Prabu Maharaja Linggabuana dari Kerajaan Sunda.

Dalam perang yang bertempat di Pasanggrahan Bubat tersebut, seluruh rombongan Kerajaan Sunda tewas dan merupakan kesalahan terbesar dari Gajah Mada selama menjabat sebagai Mahapatih. Peristiwa Bubat dalam catatan resmi Majapahit kurang diuraikan, kurang lebih mungkin karena Majapahit ingin mengubur kenangan pahit dari peristiwa tersebut.

Tidak ada tulisan mengenai Perang Bubat dalam naskah Negarakertagama karya Mpu Prapanca yang ditulis pada tahun 1365 M atau satu tahun setelah Gajah Mada wafat. Akan tetapi desa Bubat diceritakan sebagai desa yang memiliki lapangan luas dan pernah dikunjungi oleh Hayam Wuruk untuk melihat pertunjukan seni dan hiburan.

Nama Bubat sendiri bisa jadi berarti berasal dari kata “Butbat” yang berarti “Jalan yang Lega dan Lapang”. Hingga kini lokasi desa Bubat sendiri tidak dapat dipastikan oleh para ilmuwan, dan masih terdapat berbagai versi mengenai letak desa Bubat yang benar.

Latar Belakang Perang Bubat

Sejarah Perang Bubat berawal dari dua kerajaan besar di Pulau Jawa pada masa itu yang menjadi bagian dari asal usul nusantara sebelum masehi, yaitu Kerajaan Sunda dan Kerajaan Majapahit. Kerajaan Sunda yang juga dikenal dengan nama Kerajaan Sunda Galuh atau Kerajaan Pasundan berdiri pada tahun 932 dan mengalami keruntuhan pada 1579 M.

Dalam sejarah Kerajaan Pajajaran merupakan gabungan dari dua kerajaan yaitu Kerajaan Sunda yang berpusat di kota Bogor sekarang dan Kerajaan Galuh yang pusatnya sekarang berada di Kabupaten Ciamis. Kedua kerajaan sepakat bergabung untuk membentuk kerajaan baru dengan wilayah kekuasaan yang sekarang melipuuti Jawa Barat, Banten, Jakarta, dan sebagian Jawa Tengah.

Ibu kota kerajaan Sunda berada di Bogor. Kerajaan Majapahit berdiri pada 10 November 1293 M dan mengalami keruntuhan pada 1478 M atau 1522 M. Sejarah kerajaan Majapahit didirikan oleh Raden Wijaya, menantu Raja Kertanegara yang berasal dari Keraajaan Singosari. Majapahit berdiri setelah Singosari dihancurkan oleh Raja Jayakatwang dari Kediri.

Kecantikan Dyah Pitaloka Citraresmi sebagai putri kerajaan Sunda pada waktu itu sangat tersohor hingga mencapai Majapahit dan menjadi awal dari sejarah perang Bubat. Lukisan wajah Dyah Pitaloka yang digambar oleh seniman Majapahit bernama Sungging Prabangkara dilihat oleh Hayam Wuruk, yang kemudian mengirim surat berisi lamaran kepada Dyah Pitaloka.

Apabila lamaran tersebut diterima, maka pesta pernikahan akan diselenggarakan di Majapahit. Pada awalnya kerajaan Sunda merasa keberatan terutama Mangkubumi Hyang Bunisora Suradipati, karena hal tersebut tidak lazim jika pengantin perempuan menyerahkan diri ke pihak pengantin laki – laki. Selain itu juga dikhawatirkan bahwa lamaran pernikahan ini adalah sebuah jebakan dari Majapahit untuk menguasai wilayah Sunda.

Pada akhirnya Raja Linggabuana mengalah karena mempertimbangkan dampak positif dari persekutuan dengan Majapahit yang sedang naik daun. Terlebih lagi ada kabar bahwa Hayam Wuruk sebenarnya masih berdarah Sunda dari ayahnya yaitu Rakeyan Jayadarma. Kabar tersebut adalah versi lain dari ayah Hayam Wuruk yang berdarah Jawa, yaitu Bhre Tumapel.

Dengan serombongan kecil pasukan pengawal bernama Pasukan Balamati, beberapa orang menteri, pelayan wanita, Maharaja Linggabuana dan permaisuri serta Dyah Pitaloka berangkat ke Majapahit. Mereka melalui jalan darat ke Pelabuhan Cirebon dan melanjutkan dengan kapal laut kerajaan. Setelah kapal berlabuh, mereka kemudian menuju ke Desa Bubat, beristirahat dan membangun perkemahan.

Ketika itulah persoalan yang memicu sejarah perang Bubat muncul karena Gajah Mada meminta Kerajaan Sunda untuk takluk kepada Kerajaan Majapahit. Ia juga menyatakan bahwa pernikahan antara Hayam Wuruk dan Dyah Pitaloka akan menjadi tanda penyerahan kedaulatan tersebut.

Tindakan Gajah Mada ini sama sekali diluar persetujuan dan pengetahuan Hayam Wuruk.Sebelumnya Gajah Mada sudah meminta Hayam Wuruk tidak menganggap Dyah Pitaloka sebagai pengantin, tetapi sebagai tanda penaklukan negeri Sunda, namun Hayam Wuruk belum memberi jawaban karena ragu.

Gajah Mada bahkan nekat membawa sejumlah besar pasukan ke Desa Bubat, yaitu Pasukan Bhayangkara yang terdiri dari para prajurit pilihan. Pasukan Bhayangkara memiliki tugas utama untuk mengawal Raja dan kerabat istana yang lain, dan mereka mampu melakukan operasi militer dengan kesulitan tinggi, berbeda dari prajurit biasa.

Pihak kerajaan Sunda yang merasa tertipu sangat marah dan tidak mau menerima syarat Gajah Mada sehingga ia memerintahkan pasukannya untuk menyerang pasukan Sunda yang hanya sedikit. Karena kekuatan tidak seimbang, pasukan Sunda kemudian kalah dan semua lelaki dalam rombongan termasuk Raja Linggabuana terbunuh. Segera seluruh wanita dalam rombongan melakukan bunuh diri untuk menjaga kehormatan mereka.

Tindakan semacam itu disebut dengan istilah Bela Pati, usaha bunuh diri yang dilakukan untuk membela kehormatan negara dan menghindarkan diri dari penghinaan dan kemungkinan dipermalukan karena pemerkosaan, perbudakan atau penganiayaan.

Akibat Perang Bubat

Hayam Wuruk, walaupun marah besar atas peristiwa sejarah perang Bubat namun tidak bisa berbuat banyak. Ia sulit menjatuhkan hukuman kepada Gajah Mada yang telah berbuat banyak bagi Majapahit sejak zaman Raden Wijaya, kakeknya. Gajah Mada telah menjadi salah seorang tokoh besar dari kerajaan di Indonesia pada saat itu dengan jasa – jasanya kepada Majapahit.

Sebagai dampak perang Bubat, hubungan Hayam Wuruk dan Gajah Mada merenggang. Begitu juga dengan popularitas Gajah Mada yang menurun karena para pejabat dan bangsawan Majapahit menyalahkan tindakannya tersebut. Walaupun masih menjabat sebagai Mahapatih sampai kematiannya tahun 1364 M, pamor Gajah Mada secara politik terus merosot dan terkucilkan di kalangan istana.

Hayam Wuruk kemudian menganugerahkan tanah luas di Madakaripura atau Probolinggo kepada Gajah Mada sebagai sindiran halus agar ia segera pergi dari Majapahit. Jarak antara Probolinggo dan pusat Majapahit di Trowulan, Mojokerto sangat jauh sehingga bisa disimpulkan bahwa hadiah tersebut memang dimaksudkan untuk menjauhkan Gajah Mada dari istana.

Hubungan antara kedua negara juga rusak sebagai akibat peristiwa Bubat. Pangeran Niskalawastu sebagai atu – satunya keturunan Raja Linggabuana yang masih hidup, adik Dyah Pitaloka dan anak lelakinya yang tidak ikut dalam rombongan karena masih terlalu kecil naik tahta sebagai Prabu Niskalawastu Kancana. Salah satu kebijakan yang dilakukannya adalah untuk memutuskan hubungan diplomatik dengan Majapahit.

Kemudian diberlakukan peraturan setelah sejarah perang Bubat di seluruh wilayah Kerajaan Sunda yaitu berupa larangan untuk menikahi orang Majapahit. Peraturan ini kemudian berkembang sebagai larangan bagi seluruh orang Sunda untuk tidak menikah dengan orang Jawa, yang terus diikuti oleh masyarakat Sunda walaupun Kerajaan Majapahit dan Kerajaan Sunda telah berakhir selama ratusan tahun.

Selama beratus – ratus tahun akan sangat sulit menemukan pernikahan antara kedua suku karena mitos tersebut. Bahkan berkembang isu jika wanita Sunda atau lelaki Sunda yang menikah dengan orang Sunda maka rumah tangganya tidak akan bahagia. Setiap kasus yang mirip dan berujung perceraian selalu dihubungkan dengan cerita tersebut, terlebih lagi orang Jawa dicitrakan bertabiat buruk dan senang menipu seperti Gajah Mada dulu.

Nama jalan juga mengalami imbas dari sejarah perang Bubat ini, dampak perang bubat membuat sejak zaman dulu tidak ada nama jalan Majapahit, jalan Hayam Wuruk dan jalan Gajah Mada di wilayah Jawa Barat kecuali Jalan Majapahit Raya yang ada di Bogor.

Akhirnya pada hari Jumat tanggal 11 Mei 2018 lalu diresmikan nama jalan Majapahit dan jalan Hayam Wuruk di Bandung sebagai upaya untuk rekonsiliasi budaya yang telah retak karena perang bubat dan kesalahan besar Gajah Mada dahulu.

Satu – satunya sumber utama dari Majapahit mengenai perang Bubat adalah “Kidung Sunda”, sesuai dengan janji Hayam Wuruk melalui utusan dari Bali yang menemui Mangkubumi Hyang Bunisora Suradipati yang menggantikan Raja Linggabuana sementara.

Melalui utusannya Hayam Wuruk menyampaikan permohonan maaf dan berjanji untuk memuat seluruh peristiwa dalam Kidung Sunda sebagai peninggalan kerajaan Majapahit agar generasi yang akan datang dapat mengambil hikmah dari peristiwa tersebut. Sebaliknya dalam naskah – naskah kuno Sunda, Tragedi itu banyak disebutkan antara lan pada Carita Parahyangan dan Wangsakerta, bahkan pada naskah kuno di Bali bernama Geguritan Sunda.

The post Sejarah Perang Bubat Antara Majapahit dan Pajajaran appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
Sejarah Pemilu di Indonesia Pasca Kemerdekaan Hingga Kini /indonesia/sejarah-pemilihan-umum-di-indonesia Thu, 26 Dec 2019 04:36:25 +0000 /?p=5010 Pemilihan umum atau yang biasa disingkat Pemilu merupakan proses untuk memilih seseorang yang mewakili suatu kalangan untuk mengisi jabatan politik tertentu. Jabatan yang dimaksud cukup banyak mulai dari jabatan yang pengaruhnya kecil seperti ketua…

The post Sejarah Pemilu di Indonesia Pasca Kemerdekaan Hingga Kini appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
Pemilihan umum atau yang biasa disingkat Pemilu merupakan proses untuk memilih seseorang yang mewakili suatu kalangan untuk mengisi jabatan politik tertentu. Jabatan yang dimaksud cukup banyak mulai dari jabatan yang pengaruhnya kecil seperti ketua OSIS dan ketua kelas hingga jabatan yang yang sangat tinggi dan berpengaruh langsung ke negara seperti jabatan presiden atau eksekutif, wakil rakyat atau legislatif di berbagai level pemerintahan hingga ke kepala desa. Pada kasus yang lebih luas, Pemilu dapat juga berarti proses pemungutan suara untuk jabatan-jabatan seperti ketua kelas atau ketua OSIS. Sejarah pemilu pertama dan sejarah pemilu di dunia sudah ada sejak zaman Romawi dan Yunani.

Pemilu merupakan cara untuk mempengaruhi rakyat tanpa paksaan dengan melakukan hubungan publik, kegiatan retorika, lobi, komunikasi massa, dan beberapa aktivitas lain. Meski propaganda dan agitasi di negara jenis demokrasi cenderung dilarang, tapi realita pada aktivitas kampanye pemilihan umum pemakaian teknik propaganda dan teknik agitasi menjadi hal yang lumrah oleh para kandidat atau tim sukses.

Dalam suatu aktivitas pemilu, ada aktivitas kampanye. Di masa kampanye ini, para peserta pemilu menawarkan banyak janji dan program jika berhasil terpilih kepada pemilih pemilu. Pemilih pemilu disebut dengan konstituen. Aktivitas kampanye dilakukan sesuai batas waktu yang ditentukan. Setelah masa kampanye selesai, akan ada masa tenang. Masa tenang ini dimulai sejak berakhirnya masa kampanye hingga hari pemilihan suara. Proses penghitungan dimulai setelah pemungutan suara selesai dilakukan. Pemenang Pemilu ditentukan oleh peraturan pemilu. Sistem atau peraturan pemilu sebelumnya harus ditetapkan, disetujui oleh para peserta dan diperkenalkan ke para pemilih.

Indonesia sudah sering melakukan pemungutan suara. Sejak proklamasi kemerdekaan hingga tahun 2019 di Indonesia telah dilaksanakan pemilihan umum sebanyak dua belas kali, yaitu dimulai tahun 1955, 1971, 1977, 1982, 1987, 1992, 1997, 1999, 2004, 2009, 2014 dan 2019. Jumlah partai politik yang ikut serta dalam pemilihan di tiap pemilihan tidak selalu sama. Hanya ada satu periode yang sama yaitu pada pemilu tahun 1977 sehingga 1997. Pemilihan umum pada tahun 1955 dilakukan di dua tahap sebagai berikut. Pemilu pertama yang diadakan pada tanggal 29 September untuk memilih legislatif. Pemilu kedua diadakan pada tanggal 15 Desember untuk memilih anggota konstituante. Berikut sejarah pemilu di Indonesia yang lebih lengkap.

Pemilu pada Tahun 1955

Pemilu pada masa orde lama yang diselenggerakan pada tahun 1955 bertujuan untuk memilih anggota-anggota DPR dan Konstituante. Pengertian orde lama ini merujuk pada pemerintahan Soekarno. Pemilu yang disebut pemilu orde lama ini dipersiapkan di bawah era Perdana Menteri Ali Sastroamidjojo. Tapi waktu itu  kepala pemerintahan sedang dipegang oleh Perdana Menteri Burhanuddin Harahap karena Ali Sastroamidjojo mengundurkan diri. Ada lima partai besar yang memenangkan pemilu 1955 dari juara pertama hingga kelima yaitu Partai Nasional Indonesia, Masyumi, Nahdlatul Ulama, Partai Komunis Indonesia, dan Partai Syarikat Islam Indonesia.

Pemilu pada Tahun 1971

Pemilu kedua diadakan pada pada tanggal 5 Juli 1971. Pemilu ini adalah pemilu pertama setelah orde baru naik ke atas tahta. Diikuti oleh 1 organisasi masyarakat dan 9 Partai politik. Partai yang menang lima besar dalam pemilu 1971 ditulis secara berurutan dari juara pertama adalah Golkar, Nahdlatul Ulama, Parmusi, Partai Nasional Indonesia, dan Partai Syarikat Islam Indonesia.

Muncullah kebijakan orde baru tentang Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1975 tentang penyatuan atau fusi partai politik. Undang-undang ini melakukan fusi atau penggabungan partai-partai politik. Sehingga hanya menjadi hanya dua partai politik yaitu Partai Persatuan Pembangunan atau yang kita kenal sekarang partai berlambang kakbah dan Partai Demokrasi Indonesia yang berlambang banteng. Satunya adalah Golongan Karya.

Pemilu pada Tahun 1977 sampai 1991

Pemilu mulai dari tahun 1977 hingga 1991 diadakan oleh Presiden Soeharto. Ada lima pemilu yang diadakan yaitu pada tahun 1977, 1982, 1987, 1992, dan 1997. Karena di bawah Presiden Soeharto dan selalu dimenangkan oleh Soeharta, lima pemilu ini termasuk sebagai peristiwa pada masa orde baru. Sejak munculnya Undang-undang Nomor 3 tahun 1975, lima pemilu orde baru hanya diikuti dua partai politik yang telah disebutkan sebelumnya dan satu Golongan Karya. Lima pemilu ini dimenangkan oleh Golongan Karya.

Pemilu pada Tahun 1999

Tahun 1999 adalah tahun ketika diselenggerakannya pemilu kedelapan. Pemilu 1999 ini adalah pemilu pertama setelah tumbangnya orde baru yang dilangsungkan pada tanggal 7 Juni 1999 di bawah rezim Presiden BJ Habibie. Ada 48 partai politik yang ikut serta. Ada lima partai besar yang memenangkan Pemilu 1999. Diurut dari juara satu hingga lima yaitu Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), Partai Golkar, Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan Partai Amanat Nasional (PAN). Walaupun PDI-P mendapatkan suara paling banyak yaitu mendapat suara sekitar 35 persen, yang dilantik menjadi presiden bukanlah Megawati Soekarnoputri.

Tapi yang dilantik malah dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), yang bernama Abdurrahman Wahid yang kita lebih mengenalnya dengan panggilan Gus Dur. Di pemilu 1999 saat itu, posisi Megawati hanya menjadi calon presiden). Ini terjadi karena Pemilu 1999 tujuannya hanya memilih DPRD, MPR dan DPR Hal ini dimungkinkan untuk terjadi karena Pemilu 1999 hanya bertujuan untuk memilih anggota MPR, DPR, dan DPRD. Bukan untuk memilih presiden karena MPRlah yang bertugas untuk memilih presiden dan wakilnya

Pemilu pada Tahun 2004 hingga 2019

Dimulai dari tahun inilah, selain calon legislatif, penduduk Indonesia sudah bisa memilih presiden juga. Di masa-masa pemilu ini menghasilkan dua pemimpin yang menjabat selama dua periode lamanya  Yaitu Susilo Bambang Yudhoyono dan Joko Widodo. SBY di periode pertama memiliki wakil Jusuf Kalla dan periode kedua wakilnya Boediono. Sedangkan Joko Widodo di periode pertama wakilnya Jusuf Kalla dan periode kedua wakilnya KH. Maruf Amin.

Demikian informasi tentang sejarah pemilu di Indonesia. Sejarah pemilu di Indonesia perlu anda ketahui bagaimana kondisi pemilu dari penguasa ke penguasa dan dari masa ke masa dan selain itu anda bisa memahami mana saja partai yang memiliki pengaruh besar dalam mengarahkan bangsa ini.

The post Sejarah Pemilu di Indonesia Pasca Kemerdekaan Hingga Kini appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
Sejarah Perjanjian Jepara yang Mengalahkan Trunojoyo /indonesia/kerajaan/perjanjian-jepara-yang-mengalahkan-trunojoyo Thu, 26 Dec 2019 03:58:21 +0000 /?p=4848 Perjanjian Jepara adalah perjanjian kesepakatan yang dilakukan oleh Sultan Amangkurat II dari Kerajaan Mataram dengan pihak VOC dengan tujuan untuk membasmi pemberontakan yang dilakukan oleh Raden Trunojoyo. Raden Trunojoyo yang…

The post Sejarah Perjanjian Jepara yang Mengalahkan Trunojoyo appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
Perjanjian Jepara adalah perjanjian kesepakatan yang dilakukan oleh Sultan Amangkurat II dari Kerajaan Mataram dengan pihak VOC dengan tujuan untuk membasmi pemberontakan yang dilakukan oleh Raden Trunojoyo. Raden Trunojoyo yang bergelar Panembahan Maduretno lahir di Madura, tahun 1649  dan wafat di Payak, Bantul pada 2 Januari 1680 adalah seorang bangsawan Madura yang memberontak terhadap kekuasaan Amangkurat I dan Amangkurat II dari Mataram. Pemberontakan tersebut dilakukan karena pemerintahan yang dipimpin oleh mereka dianggap terlalu keras dan berpihak kepada VOC. Sultan Amangkurat I dan II khususnya tidak disukai rakyat karena sifatnya yang kejam, sewenang – wenang dan sangat dekat dengan VOC. Sebagai akibat dari ketidakpuasan terhadap pemerintahan tersebut, banyak ulama dan santri yang ditangkap serta dihukum mati di Mataram. Hal – hal itulah yang membuat Trunojoyo memberontak kepada kepemimpinan Sultan Amangkurat I dan II.

Latar Belakang Penaklukan Madura

Pulau Madura pada tahun 1924 ditaklukkan oleh Sultan Agung Hanyakrakusuma (1613 – 1645), raja terbesar Mataram Islam yang merupakan keturunan dari silsilah Kerajaan Mataram Kuno. Selain Madura dan Surabaya, dalam sejarah kerajaan Mataram kuno yang pusatnya di Yogyakarta kemudian menaklukkan pesisir timur Pulau Jawa termasuk Tuban dan Gresik. Sultan Agung menawan Raden Prasena, salah seorang bangsawan Madura. Karena kelakuan dan ketampanannya, Raden Prasena disukai oleh Sultan Agung sehingga dijadikan menantu dan penguasa wilayah Madura Barat dibawah Kerajaan Mataram. Beliau diberi gelar Panembahan Cakraningrat atau Cakraningrat I.

Akan tetapi ia lebih banyak berada di Mataram daripada di Madura, sehingga anaknya yang berasal dari selir bernama Raden Demang Melayakusuma yang menjalankan pemerintahan di Madura Barat. Keduanya adalah panglima perang bagi Mataram. Setelah Sultan Agung wafat, Amangkurat I memegang pemerintahan di Mataram. Susuhunan Prabu Amangkurat Agung atau Raden Mas Sayidin memiliki gaya yang berbeda dengan ayahnya yang selalu melawan Belanda. Ia justru mendekati Belanda untuk melindungi kepentingannya.

Sifatnya yang sewenang – wenang membuat banyak pihak yang merasa tidak puas dan berniat memberontak, termasuk Pangeran Alit, adiknya yang memberontak pada 1648. Cakraningrat dan Demang Melayakusuma ditugaskan untuk memberantas pemberontakan Pangeran Alit tetapi tewas dalam tugas. Pangeran Alit mengalami kekalahan dan ribuan ulama pendukungnya dibantai oleh Amangkurat I. Pemerintahan Madura kemudian beralih kepada Raden Undagan, adik dari Melayakusuma dengan gelar Panembahan Cakraningrat II, yang juga lebih sering berada di Mataram.

Beberapa tahun kemudian, Pangeran Adipati Anom, putra mahkota Amangkurat I juga tidak puas dan ingin memberontak karena mendengar bahwa statusnya sebagai putra mahkota Mataram akan dicabut dan digantikan ke anak lelaki Amangkurat I yang lain.  Akan tetapi Adipati Anom tidak berani melakukannya secara terang – terangan. Ia diam – diam meminta bantuan dari Raden Kajoran atau Panembahan Rama, seorang ulama dan kerabat Mataram yang memperkenalkan Trunojoyo menantunya untuk menjadi alat pemberontakan bagi Adipati Anom. Trunojoyo masih termasuk keturunan Sultan Agung, cucu dari Raden Prasena atau Cakraningrat I. Dengan kata lain, ia adalah anak Demang Melayakusuma dari istri selirnya. Silsilah tersebut menjadikannya saudara seayah lain ibu dari Cakraningrat II.

Dengan cepat Trunojoyo berhasil menghimpun pasukan dari rakyat Madura yang tidak menyukai penjajahan oleh Mataram. Kesediaannya melakukan pemberontakan berasal dari ketidak sukaannya akan penguasaan Madura oleh Mataram yang dianggapnya suatu bentuk penjajahan. Pemberontakan berawal dengan menculik Cakraningrat II dan mengasingkannya ke Lodaya, Kediri. Pada tahun 1674 Trunojoyo berhasil merebut kekuasaan Madura dan menyatakan diri sebagai Raja Merdeka di Madura Barat, sejajar dengan para penguasa Mataram.

Pasukan Trunojoyo juga bekeja sama dengan Karaeng Galesong yang memimpin pelarian rakyat Makassar pendukung Sultan Hasanudin yang telah kalah dari VOC. Trunojoyo bahkan menikahkan putrinya dengan Karaeng Galesong untuk mempererat hubungan kerjasama tersebut. Ia juga didukung Panembahan Giri dari Surabaya yang tidak menyetujui cara pemerintahan Amangkurat I mengenai tindakan menghukum para ulama yang menentangnya. Pasukan gabungan tersebut berhasil mendesak pasukan Amangkurat I, namun kemenangan – kemenangan yang didapatkan membuat Trunojoyo berselisih dengan Adipati Anom karena tidak bersedia menyerahkan kepemimpinannya.

Bahkan pasukan Trunojoyo berhasil mengalahkan pasukan Adipati Anom yang berganti mendukung ayahnya di bulan Oktober 1676. Penyerbuan Plered yang pada saat itu menjadi ibu kota Mataram kemudian dilakukan oleh Trunojoyo sehingga Amangkurat I melarikan diri dan meninggal di Tegal. Beliau dimakamkan di Tegal Arum dan kemudian juga dikenal dengan julukan Sunan Tegal Arum. Setelah itu Adipati Anom dinobatkan sebagai Amangkurat II. Ketahui juga mengenai sejarah VOC Belanda , sejarah berdirinya VOC dan sejarah perang Banten melawan VOC.

Perjanjian Amangkurat II dan Belanda

Setelah menjadi Amangkurat II, Adipati Anom menandatangani perjanjian dengan VOC yang dikenal dengan nama Perjanjian Jepara pada September 1977. Perjanjian Jepara ini membuat Amangkurat II harus membayarnya dengan harga yang mahal, yaitu dengan merelakan sebagian wilayahnya kepada VOC. Perjanjian Jepara berisi kesepakatan antara Amangkurat II dan VOC untuk menyerahkan wilayah di Pantai Utara Jawa kepada VOC apabila pemberontakan Trunojoyo dihentikan oleh VOC.

Itu artinya bahwa wilayah Pantai Utara Jawa yang mencakup Karawang sampai ujung timur Pulau Jawa digunakan sebagai jaminan untuk membayar dalam Perjanjian Jepara kepada Belanda yang membantu memberantas pemberontakan Trunojoyo. Sebelum perjanjian Jepara ditandatangani, VOC pernah menawarkan perdamaian secara pribadi kepada Trunojoyo di Benteng VOC Danareja tetapi tawaran tersebut ditolak.

Sementara itu Trunojoyo yang sudah mendirikan pemerintahan sendiri dengan gelar Panembahan Maduretno telah menguasai hampir seluruh wilayah pesisir Jawa, sedangkan di wilayah pedalaman masih banyak rakyat yang setia kepada Mataram. VOC kemudian memusatkan kekuatan untuk mengalahkan Trunojoyo di bawah pimpinan Jendral Cornelis Speelman. Pasukan Bugis yang dipimpin Aru Palaka dari Bone dikerahkan oleh VOC untuk melawan Karaeng Galesong, dan pasukan Maluku dipimpin Kapitan Jonker diarahkan untuk menyerang di darat secara besar – besaran bersama pasukan Amangkurat II.

Spellman bersama pasukan VOC menyerang Surabaya pada April 1677 dan berhasil menguasainya. Dengan pasukan gabungan sejumlah 1500 orang, ia berhasil mendesak Trunojoyo sehingga sedikit demi sedikit benteng Trunojoyo berhasil dikuasai VOC. Pada akhirnya Trunojoyo berhasil dikepung dan menyerah di lereng Gunung Kelud pada 27 Desember 1679 kepada Kapitan Jonker. Ia kemudian diserahkan kepada Amangkurat II di Payak,Bantul. Amangkurat II menghukum mati Trunojoyo pada 2 Januari 1680, Trunojoyo dihukum mati oleh Amangkurat II.

Setelah kematian Trunojoyo, Keraton Plered yang sudah hancur dipindahkan ke Kartasura. Cakraningrat II juga kembali diangkat sebagai penguasa di Madura oleh VOC. Perjanjian Jepara memang membuat Amangkurat II berhasil memadamkan pemberontakan Trunojoyo, tetapi harga yang harus dibayarnya sangat besar. Sebagai akibatnya, Mataram berutang biaya peperangan yang sangat besar kepada VOC dan harus menyerahkan wilayah pesisir utara Pulau Jawa sebagai gantinya sesuai dengan kesepakatan dalam Perjanjian Jepara. Sejak saat itu Mataram dan Madura berada di bawah pengaruh VOC dalam penentuan suksesi tahta dan kekuasaan. Hal yang sama juga terjadi dalam sejarah kerajaan Pajajaran dan sejarah kerajaan Banten.

The post Sejarah Perjanjian Jepara yang Mengalahkan Trunojoyo appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>